DEFLEKSI
Oleh:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR NOTASI...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
5.1 Kesimpulan...................................................................................................38
5.2 Saran.............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 3. 15 Berikan Pembebanan Di Tengah Batang Uji..................................19
Gambar 4. 1 Tumpuan Jepit –Rol Beban Tengah..................................................21
Gambar 4. 2 Tumpuan Jepit – Rol Beban Ujung...................................................21
Gambar 4. 3 Tumpuan Engsel – Rol Beban Tengah..............................................22
Gambar 4. 4 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah
(B.Tipis)............................................................................................29
Gambar 4. 5 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah
(B.Panjang).......................................................................................30
Gambar 4. 6 Grafik Defleksi Penguji vs Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah...........31
Gambar 4. 7 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-
Rol Beban Ujung (B.Tipis)...............................................................32
Gambar 4. 8 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-
Rol Beban Ujung (B.Panjang)..........................................................33
Gambar 4. 9 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-
Rol Beban Ujung (Poros)..................................................................34
Gambar 4. 10 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan
Engsel-Rol Beban Tengah (B.Tipis)..............................................35
Gambar 4. 11 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan
Engsel-Rol Beban Tengah (B.Panjang)..........................................36
Gambar 4. 12 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan
Engsel-Rol Beban Tengah (Poros).................................................37
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan
terjadi pada defleksi ini. Namun banyak yang belum mengerti terhadap
fenomena pada defleksi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi
merata akan mengalami defleksi.
Gambar 2. 1 Balok sebelum terjadi deformasi dan balok dalam konfigurasi terdeformasi
3
4
1. Defleksi Vertikal
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal
(tarik, tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang
vertikal, kemudian kembali ke posisi semula.
2. Defleksi Horizontal
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal
(bending) posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut
defleksi, kemudian kembali ke posisi semula.
1. Kekakuan Batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil.
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika
karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan
gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar
dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin
lebih besar dari tumpuan jepit.
1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak
mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan
antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak
tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah
komponen statika harus digunakan.
7
Gambar 2. 4 Engsel
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya
reaksi vertical. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu
garis aksi yang spesifik. Penghubung yang terlihat pada gambar
dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada
gambar dibawah hanyadapat melawan beban vertical. Sedang rol-
rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.
Gambar 2. 5 Rol
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan
dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam
setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau momen.
Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam
beton atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen
gaya dan sebuah momen.
8
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.
2. Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.
1
3. Batang Overhang
4. Batang Menerus
dengan menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk
mengukur gaya yang digunakan load cell. Lendutan batang sangat penting
dalam konstruksi terutama konstruksi mesin, dimana pada bagian-bagian
tertentu seperti poros, lendutan sangat tidak diinginkan karena adannya
lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak normal sehingga
dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada bagian lainnya.
Keterangan :
ε = Regangan normal
1
Alat ukur yang digunakan pada percobaan defleksi ini adalah dial
gauge (dial indicator) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur
pembanding yang banyak digunakan dalam industri pemesinan pada
bagian produksi maupun pada bagian pengukuran. Prinsip kerjanya
adalah secara mekanis, dimana gerak liner dari sensor diubah menjadi
gerak putaran di jarum penunjuk pada piringan berskala dengan perantara
batang bergigi dan susunan roda gigi. Kecermatan pembacaan skala
adalah 0.01,
0.05 atau 0.002 dengan kapasitas ukuran yang berbeda misalnya 20, 10,
5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukuran yang besar biasanya dilengkapi
dengan jarum jam penunjuk kecil pada piringan jam yang besar, dimana
satu putaran penuh dari jarum jam yang besar sesuai dengan satu angka
dari yang kecil.
2. Dial Indicator
Dial indicator berfungsi sebagai alat ukur defleksi.
14
1
4. Penggaris
Mistar digunakan untuk mengukur panjang batang sekaligus mengatur
letak beban yang diinginkan.
Gambar 3. 4 Penggaris
5. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan
tumpuan engsel.
6. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
rol.
7. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
jepit.
8. Spesimen Uji
3. Atur posisi Dial Indikator pada settingan 0 , dan taruh dibawah specimen
uji yang belum di beri beban
1
4. Ukur nilai simpangan dari lendutan pada posisi atau jarak tertentu dari
posisi pembebanan
7. Lalu berikan pembebanan di tengah batang uji dan ukur simpangan atau
defleksi yang terjadi
20
2
Keterengan:
Diketahui :
g = 9,81 𝑚
𝑠2
𝐸 = 200000 𝑁/𝑚𝑚2
Jawab :
𝑙𝑡3
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 1 =
12
50.1𝑥3.83
=
12
= 229.0906 𝑚𝑚4
𝑙𝑡3
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 2 =
12
50.6𝑥53
=
12
= 527.83𝑚𝑚4
𝜋
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 3 = 64× 𝐷
4
3.1
4 × 6.54
=
64
= 87.579 𝑚𝑚4
2
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 1 = 𝑚 × 𝑔
= 1.494 × 9.81𝑚/𝑠2
= 14.65 𝑁
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 2 = 𝑚 × 𝑔
= 1.494 × 9.81𝑚/𝑠2
= 14.65 𝑁
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 3 = 𝑚 × 𝑔
= 1.494 × 9.81𝑚/𝑠2
= 14.65 𝑁
a) Batang Uji 1
𝑃𝑋12 27𝑙 33𝑋1
𝛿𝑋1 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = ( − )
6𝐸𝐼 48 48
14.65 𝑁 × (250 𝑚𝑚)2 27 × 800 𝑚𝑚 33 × 250 𝑚𝑚
= 2 4
( − )
6 × 200000 𝑁/𝑚𝑚 × 229.09 𝑚𝑚 48 48
= 0.926 𝑚𝑚
= 1.169 𝑚𝑚
= 1.415 𝑚𝑚
b) Batang Uji 2
= 0.361 𝑚𝑚
= 0.449 𝑚𝑚
= 0.452 𝑚𝑚
c) Batang Uji 3
= 2.423 𝑚𝑚
2
= 3.05 𝑚𝑚
= 3.702 𝑚𝑚
a) Batang Uji 1
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= 2
((250𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚 ×229.09𝑚𝑚4
= -0.16 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
=48×200000𝑁/𝑚𝑚2×229.09𝑚𝑚4 ((300𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
= -0.139 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋3 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500𝑚𝑚
= ((500𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚 ×229.09𝑚𝑚4
2
= 0.299 mm
2
b) Batang Uji 2
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= ((250𝑚𝑚)2 − (375𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚2×527.083𝑚𝑚4
= -0.056 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
= 2
((300𝑚𝑚)2 − (375𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚 ×527.083𝑚𝑚4
= -0.043 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500𝑚𝑚
= ((500𝑚𝑚)2 − (375𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚2×527.083𝑚𝑚4
= 0.158 mm
c) Batang Uji 3
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= ((250𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4
= -0.042 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
= ((300𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4
= -0.365 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋3 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500𝑚𝑚
= ((500𝑚𝑚)2 − (400𝑚𝑚)2
48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4
2
= 0.784 mm
a) Batang Uji 1
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×229.09𝑚𝑚4 (3(800 2𝑚𝑚) − 4(250𝑚𝑚)2)
= 2,78 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×229.09𝑚𝑚4 (3(800 2𝑚𝑚) − 4(300𝑚𝑚)2)
= 3.117 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋3 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×229.09𝑚𝑚4 (3(800 𝑚𝑚) − 4(500𝑚𝑚)2)
2
= 3.064 mm
b) Batang Uji 2
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×527.083𝑚𝑚4 (3(750 2𝑚𝑚) − 4(250𝑚𝑚)2)
= 1.04 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×527.083𝑚𝑚4 (3(750 2𝑚𝑚) − 4(300𝑚𝑚)2)
2
= 1.153 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋3 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×527.083𝑚𝑚4 (3(750 2𝑚𝑚) − 4(500𝑚𝑚)2)
= 0.995 mm
c) Batang Uji 3
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋1 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×250𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4 (3(800 2𝑚𝑚) − 4(250𝑚𝑚)2)
= 7.27 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋2 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×300𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4 (3(800 2𝑚𝑚) − 4(300𝑚𝑚)2)
= 8.154 mm
𝑝. 𝑥
𝛿𝑋3 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48. 𝐸. 𝐼
14.65 𝑁×500 𝑚𝑚
= 48×200000𝑁/𝑚𝑚2×87.579𝑚𝑚4 (3(800 2𝑚𝑚) − 4(500𝑚𝑚)2)
= 8.01 mm
2
Analisa yang bisa kita dapat pada defleksi pengujian dengan teoritis
pada beban tengah bisa kita lihat bahwa hasil defleksi paling besar yaitu
terdapat pada ujung akhir batang atau x3 lebih dekat dengan pembebanan
hasil ini terjadi akibat batang tidak bisa menahan beban secara terpusat batang
akan mengalami lendutan. Apabila batang menerima beban maskimal
kemungkinan bisa terjadi crack atau patahan pada tumpuan jepit akibat dari
reaksi yang di terima.
3
250300500
Pada grafik defleksi batang uji ketiga ini defleksi maksimum terjadi
pada ujung batang atau x3 hal ini terjadi karena pembebanan dilakukan jauh
dari tumpuan ,selain itu hal yang mempengaruhinya adalah nilai dari inersia
silindris yang kecil dengan nilai 87,58 𝑚𝑚4 ,semakin kecil inersia dari
batang tersebut maka defleksi akan semakin besar .perbedaan antara hasil
teoritis dan pengujian bisa terjadi karena batang yang digunakan sangat sering
terdefleksi secara terus menerus.
Nilai modulus elastisitas dari suatu batang sangat mempengaruhi
tingkat defleksi yang terjadi,karna semakin besar nilai modulus elstisitas
maka defleksi yang terjadi akan semakin kecil,begitu jga sebaliknya semakin
kecil nilai modulus elstisitas maka defleksi yang terjadi akan semakin besar.
3
-1
-1.5
-1.81
-2
POSISI
Gambar 4. 7 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-Rol Beban Ujung
(B.Tipis)
Pada pengujian yang telah dilakukan dan hasil teoritik maka didapatkan
grafik perbandingan defleksi pengujian & teoritis tumpuan jepit-rol beban
ujung pada batang tipisbisa kita lihat dari grafik bahwa pada defleksi teoritis
grafiknya hamper membentuk parabola terbuka keatas membuktikan bahwa
pembebanan yang terjadi pada tengah batang membuat defleksi menjadi
semakin besar. Pembebandan ujung ini menyebabkan defleksi keatas atau
fenomena lendutan gelombang bukan lembah. Defleksi maksimum terjadi
pada x3 dengan nilai defleksi 0.299 mm.
3
-1.72
-2
-2.5 -2.56
-3
POSISI
Gambar 4. 8 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-Rol Beban Ujung
(B.Panjang)
5
4.73
4 4.09
3 Defleksi Pengujian
1
0.784
0 -0.042
250 300 -0.365 500
-1
POSISI
Gambar 4. 9 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Dua Tumpuan Jepit-Rol Beban Ujung
(Poros)
7
6
5.84 6.04
5
4 Defleksi Pengujian
3 3.06
2.78
2
1 1.22
0
250 300 500
POSISI
Gambar 4. 10 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan Engsel-Rol Beban Tengah
(B.Tipis)
2
1
0 1.34
1.153
1.04 0.995
300
250 500
POSISI
Gambar 4. 11 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan Engsel-Rol Beban Tengah
(B.Panjang)
Adapun hasil yang bisa kita lihat dari grafik perbandingan ini yaitu
adanya perbedaan yang sangat jauh hal ini disebabkan adanya kekurangan
pada pengukuran dan hasil perhitungan. Namun kita bisa melihat tidak terlalu
terjadi pembesaran lendutan pada tengah maupun ujung badang. Hal ini
disebabkan karena struktur material semakin tebal material yang diberikan
pelungan terjadinya defleksi semakin kecil.
Grafik di atas menunjukan defleksi maksimum terjadi pada titik 500
dengan nilai 6.9 mm, nilai defleksi ini tidak begitu jauh perbedaannya dengan
batang tipis, hal ini bisa saja terjadi karna struktur pada titik 500 mm sangat
sering dilakukan pengujian defleksi.
3
3
2
1 1.16
0
250 300 500
POSISI
Gambar 4. 12 Grafik Defleksi Pengujian vs Teoritis Batang Satu Tumpuan Engsel-Rol Beban Tengah
(Poros)
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39