SOFTWARE SAP2000
Oleh:
Sagung Ari Dipratari
NIM. 1605511058
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 6. 1 Model eksperimental dari unreinforced masonry ............................ 39
Gambar 6. 2 Model unreinforced masonry pada SAP2000 .................................. 39
Gambar 6. 3 Pembebanan pada model URM ........................................................ 40
Gambar 6. 4 Grafik perbandingan beban-deformasi ............................................. 40
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditarik tujuan sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memodel unreinforced masonry atau
bangunan dinding tak bertulang menggunakan software SAP2000.
2. Untuk mengetahui perilaku (deformasi dan tegangan) bangunan
unreinforced masonry.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memodel bangunan
unreinforced masonry atau dinding tak bertulang menggunakan software
SAP2000.
2. Memperoleh data mengenai perilaku (deformasi dan tegangan ) bangunan
dinding tak bertulang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
menerapkannya baru-baru ini. Kesadaran publik terhadap keamanan gempa
mungkin rendah. Misalnya, Sesar Wasatch di negara bagian Utah AS secara sejajar
sejajar dengan wilayah metropolitan terpadat di negara bagian itu, Wasatch Front
(yang mencakup ibu kota negara bagian Salt Lake City). The Wasatch Front
memiliki populasi 2 juta, dan berisi 200.000 URM dibandingkan dengan seluruh
negara bagian California 25.000. Utah baru-baru ini telah memangkas banyak URM
publik agar lebih tahan gempa, tetapi sebagian besar URM di negara bagian adalah
rumah pribadi.
4
diketahi pengguna ialah bagaimana menentukan koordinat lokal 1-2-3 dan
hubungannya dengan koordinat Global X-Y-Z. . kedua sistem koordinat ini
menggunakan aturan tangan kanan. Untuk koordinat lokal pengguna bebas menentukan
arahnya selama hal tersebut memudahkan dalam memasukkan data dan
menginterpretasikan hasilnya.
2.2.3 Derajat Kebebasan (DOF)
Sistem koordinat global merupakan koordinat dalam tiga dimensi,
mengikuti aturan tangan kanan (right handed). Tiga sumbu dengan notasi X, Y, dan
Z ialah sumbu yang saling tegak lurus sesuai dengan aturan tangan kanan.
Derajat kebebasan (Degree of Freedom, DOF) menyatakan jenis pergerakan
pada model struktur yang memungkinkan. Untuk memahami derajat kebebasan,
sebelumnya perlu diketahui jenis pergerakan yang ada dalam SAP2000, yaitu:
• Translasi (U), gerakan perpindahan, sejajar dengan sumbu 3
• Rotasi (R), gerakan putaran, memutari sumbu yang berkaitan Sedangakan
elemen arah pada SAP2000 ada tiga, yaitu:
a. Arah sumbu X
b. Arah sumbu Y
c. Arah sumbu Z
Untuk gerakan searah sumbu, memiliki nilai positif, sedangkan berlawanan
sumbu memiliki nilai negatif.
2.2.4 Objek dan Elemen
Elemen dasar yang digunakan untuk pemodelan SAP2000 yaitu:
a. Joint (titik nodal), berupa elemn titik / nodal
b. Frame (batang), berupa elemen garis (1 dimensi)
c. Area, merupakan elemen luasan (2 dimensi)
d. Solid, merupakan elemen ruang (3 dimensi)
2.2.5 Elemen Frame
Elemen frame digunakan apabila struktur yang dimodel berupa rangka.
Pemodelan struktur menggunakan elemen frame merupakan cara pemodelan yang
paling sederhana dan mudah diterapkan. Pada perangkat lunak SAP2000, analisis
yang dilakukan pada elemen frame dapat disederhanakan sesuai kebutuhan. Dalam
kondisi standar, elemen frame akan dianalisis sebagai portal ruang (space frame)
5
sehingga akan banyak memerlukan input data. Untuk keperluan yang lebih
sederhana, elemen frame dapat dianalisis sebagai portal bidang (plane frame), balok,
grid, dan sebagai rangka batang.
2.2.6 Elemen Shell
Elemen shell digunakan dalam pemodelan objek berbentuk bidang (area).
Elemen ini biasanya digunakan dalam pemodelan pelat lantai, dinding, detail kolom,
detail balok, dan detail bagian struktur lainnya. Pada perangkat lunak SAP2000,
material dalam pemodelan elemen shell dapat dibuat dalam kondisi homogen dan
berlapis setiap ketebalan elemen tersebut. Kondisi homogen dimaksudkan bahwa per
satuan ketebalan dari model hanya menggunakan satu jenis material saja, sedangkan
dalam kondisi berlapis, pengguna dapat membuat banyak lapisan dengan jenis material
berbeda per satuan ketebalan bidang elemen. Pada dasarnya elemen shell dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu membran, pelat (plate), dan cangkang (shell).
a. Membran
Penggunaan elemen membran didasarkan pada pemodelan objek bidang
yang memperhitungkan gaya-gaya sejajar bidang (in-plane forces) dan momen
yang berputar pada sumbu tegak lurus bidang (drilling moment), tanpa
memperhitungkan gaya tegak lurus bidang.
b. Pelat (Plate)
Elemen pelat merupakan kebalikan dari elemen membran, yaitu hanya
memperhitungkan momen lentur dan gaya pada arah transversal (transversal forces)
yang bekerja tegak lurus bidang elemen.
c. Cangkang (Shell)
Elemen cangkang memiliki sifat gabungan dari elemen membran dan elemen
pelat, sehingga dapat memperhitungkan semua gaya dan momen. Pada perangkat lunak
SAP2000 terdapat elemen cangkang yang tidak berlapis dan yang berlapis. Untuk
elemen cangkang yang berlapis (layered), juga mampu menerima semua gaya dan
momen, terkecuali momen yang berputar pada sumbu tegak lurus bidang (drilling
moment).
Bentuk bidang elemen cangkang dapat dibagi menjadi dua, yaitu elemen
segiempat (quadrilateral) dan segitiga (triangular). Elemen dapat dikatakan
quadrilateral jika terdapat 4 buah nodal pada satu bidang elemen (j1, j2, j3, j4). Apabila
6
pada elemen terdapat 3 buah nodal (j1, j2, j3), maka dapat dikatakan elemen segitiga
(triangular).
2.3 Beban
Pada pemodelan kali ini digunakan beban mati tambahan dan beban gempa
berupa beban titik.
2.3.1 Beban Mati
Beban mati atau dead (D) merupakan beban akibat berat sendiri struktur. Beban
mati dipengaruhi oleh material yang digunakan dalam konstruksi bangunan tersebut.
2.3.2 Beban Tambahan
Beban mati tambahan atau superdead (SD) bisanya merupakan beban yang
muncul akibat pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mechanical, electrical, plumbing
7
(MEP). Beban mati tambahan disebabkan oleh berat spesi, berat penutup lantai, berat
penggantung, berat plafond, dan instalasi MEP.
2.3.3 Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu gempa tektonik
atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
8
Angka modulus elastis yang didasarkan atas ketahanan bahan terhadap
deformasi (uji kuat tekan) disebut modulus elastis statik. Angka modulus elastisitas
beton itu sendiri dalam praktiknya telah dibawa kepada suatu formulasi empiris
yang mengandung faktor kuat tekan fc’ (compressive strength) beton, yang menurut
SKSNI T-15-1991 memiliki besaran:
𝐸𝑐=0,043 𝑤𝑐1,5𝑓′𝑐0,5 (2.1)
Untuk 1500 ≤ wc ≤ 2500 kg/m3
𝐸𝑐=4700𝑓′𝑐0,5 (2.1)
Untuk beton normal
Di mana :
Ec = modulus elastisitas beton (MPa)
wc = berat satuan beton (kg/m3)
f’c = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (MPa)
2.4.2 Modulus Elastisitas Pasangan Bata (Em)
Perlu juga diketahui modulus elastisitas pasangan bata karena akan dimodel
dinding terkekang yang menggunakan pasangan bata sebagai dindingnya. Modulus
elastisitas pasangan bata dapat diketahui melalui kurva tegangan-regangan pasangan
bata yang disesuaikan dengan mutu pasangan bata itu sendiri. Kurva idealisasi
tegangan-regangan pasangan bata dapat dilihat pada gambar di bawah.
9
Selain menggunakan kurva tegangan-regangan pasangan bata, modulus
elastisitas material dinding dapat diketahui dengan rumus-rumus yang didapat dari
referensi-referensi. Berikut rumus pendekatan dari FEMA-356 yang dapat
digunakan untuk menghitung modulus elastisitas material dinding.
𝐸𝑚=550𝑓′𝑚 (2.3)
Di mana:
Em = modulus elastisitas dinding (MPa)
f’m = kuat tekan dinding (MPa)
10
BAB III
PEMODELAN
11
Gambar 3. 2 Grid data
12
Gambar 3. 3 Add material property
3. Kemudian isi data pada Material Property Data sesuai dengan data material
yang kita ingin gunakan pada pemodelan kali ini.
Tabel 3. 1 Tabel material property
13
Gambar 3. 4 Data material masonry prism
B. Material Beton
1) Pada Material Name isikan nama bahan. (Concrete)
2) Pada Weight per Unit Volume masukan berat per satuan volume
bahan. (2400 Kg/m3)
3) Pada Modulus of Elasticity, E masukan besarnya modulus elastisitas
bahan. (24768 MPa)
14
4) Pada Specified Concrete Compressive Strength, f’c dan Expected
Concrete Compressive Strength masukan besarnya kuat tekan bahan.
(24 MPa)
15
3.3 Pemodelan Dinding
3.3.1 Define Area Section
Menu Define Area Section digunakan untuk mengubah dan menambahkan
area pada struktur. Area tersebut dapat didefinisikan tebal area tersebut dan tipe
pelat yang akan digunakan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menggunakan
perintah Define Area Section adalah sebagai berikut.
1. Buat Area Section untuk dinding, klik Area Sections pada Section
Properties yang berada pada menubar Define.
16
Gambar 3. 7 Shell section data dinding
B. Pelat Atap
1) Pada Section Name isikan nama section. (Pelat Atap)
2) Pada Thickness masukan tebal Membrane dan Bending. (100 mm x
100 mm)
3) Pada Material masukan bahan material yang ingin digunakan.
(Concrete)
4) Pada Type of Section masukan tipe section yang ingin digunakan.
(Shell-Thick)
17
C. Beton Kusen
1) Pada Section Name isikan nama section. (Beton Kusen)
2) Pada Thickness masukan tebal Membrane dan Bending. (240 mm x
240 mm)
3) Pada Material masukan bahan material yang ingin digunakan.
(Concrete)
4) Pada Type of Section masukan tipe section yang ingin digunakan.
(Shell-Thick)
18
Gambar 3. 10 Shell section data sloof
3.3.2 Assign Area
1) Gambar dinding dengan menggunakan draw poly area bila area tidak
berbentuk persegi atau draw rectangular area bila area berbentuk persegi.
Gambar sesuai section.
19
3.3.3 Devide Area
Elemen shell yang dipakai untuk memodelkan pelat atau dinding perlu
untuk dibagi ke dalam pias-pias kecil sejumlah tertentu.
1. Pilih atau blok area yang ingin di divide.
2. Pilih menu Edit Edit Areas Divides Areas … pilih “Divide Area Into
Objects of The Maximum Size” pada pemodelan kali ini supaya semua garis
tersambung digunakan ukuran sebesar 50mm.
20
Gambar 3. 13 Hasil devide area
4. Setelah itu beri perletakan sendi di tiap joint pada bagian bawah sloof.
5. Lalu pada bagian beton kusen di perpanjang ke arah kiri dan kanannya
sebesar masing-masing 200 mm. (Sesuai model eksperimen).
21
BAB IV
PEMBEBANAN
22
Gambar 4. 2 Define load pattern super dead
4.1.3 Beban Gempa
Disini beban gempa diasumsikan sebagai beban titik maka dari itu
digunakan Super Dead pada Type beban.
1. Pilih menu Define lalu klik Load Patterns.
2. Berikan nama beban pada Load Pattern Name. (Quake)
3. Pilih Type beban pada Type untuk mengidentifikasikan jenis beban. (Super
Dead)
4. Berikan nilai Self Weight Multiplier. (0)
5. Klik tombol Add New Load Pattern, lalu klik OK.
23
6. Klik Add lalu Klik OK.
24
2. Pilih menu Assign lalu klik Area Loads dan pada show right menu klik
Uniform (Shell).
Gambar 4. 7 Assign area uniform loads pada selected area pelat atap
4. Lalu klik Apply dan OK.
25
4.3.2 Beban Gempa
1. Pilih joint yang ingin diberi beban. (Bagian kiri tengah bangunan pada
section pelat atap)
26
BAB V
HASIL RUN DAN ANALISIS
Untuk melihat hasil Analysis pada SAP2000 adapun model pada SAP2000
harus kita run terlebih dahulu.
1. Pilih menu Analyze, Lalu klik Run Analyze
2. Pilih beban mana saja yang akan bekerja pada model dengan memilih Run/Do
Not Run Case.
27
Gambar 5. 2 Display deformed shape
3. Klik OK.
28
Gambar 5. 4 Show table pada SAP2000
5. Pilih kombinasi yang ingin digunakan. (Quake and SD). Lalu klik OK.
6. Setelah diketahui letak deformasi terbesar lihat besarnya deformasi akibat
beban 20, 40, 60 dan 70 kN.
29
7. Setelah ditemukan nilai perpindahan, bandingkan dengan hasil eksperimen
menggunakan grafik.
30
Gambar 5. 7 Display shell stresses
4. Pada Contour Range kita gunakan User Defined Contour Range agar kita
bisa mengubah sendiri nilai maksimum dan minimum Contour Range yang
kita inginkan. Disini kita batasi untuk maksimum sebesar 0,2 MPa dan
minimumnya sebesar -0,2 MPa.
5. Klik Apply, Setelah itu klik OK.
6. Lihat besarnya S11 pada bagian depan, belakang, atas dan samping.
31
Gambar 5. 9 Tampilan Tampak S11
32
3. Setelah tampilan Shell Stress muncul, berikan Case / Combo yang ingin
dipakai pada Case/Combo Name. Setelah itu pada bagian Component pilih
yang ingin dicari. (S12)
33
Gambar 5. 13 Tegangan S12
Pada lokasi sekitar lubang dan sisi kiri, nilai tekan terbesar terletak pada
dekat lokasi beban lateral sebesar -1,092 MPa dan nilai tarik terbesar terletak pada
lokasi yang sama sebesar 1,094 MPa.
5.4 Stress S22
1. Untuk melihat Shell Stress atau Shell Forces pada menu Display klik Show
Forces/Stresses.
2. Setelah itu pada right bar yang muncul klik shells.
3. Setelah tampilan Shell Stress muncul, berikan Case / Combo yang ingin
dipakai pada Case/Combo Name. Setelah itu pada bagian Component pilih
yang ingin dicari. (S22)
34
Gambar 5. 14 Display shell stresses S22
4. Pada Contour Range kita gunakan User Defined Contour Range agar kita
bisa mengubah sendiri nilai maksimum dan minimum Contour Range yang
kita inginkan. Disini kita batasi untuk maksimum sebesar 0,2 MPa dan
minimumnya sebesar -0,2 MPa.
5. Klik Apply, Setelah itu klik OK.
6. Lihat besarnya S22 pada bagian depan, belakang, atas dan samping.
35
Gambar 5. 16 Tegangan S22
Pada lokasi sekitar lubang dan sisi kiri, nilai tekan terbesar terletak pada
lubang depan bagian pojok kanan atas sebesar -0,7475 MPa dan nilai tarik terbesar
terletak pada dekat lubang depan bagian pojok kiri atas sebesar 0,7386 MPa.
36
Gambar 5. 17 Display shell stresses SMax
4. Pada Contour Range kita gunakan User Defined Contour Range agar kita
bisa mengubah sendiri nilai maksimum dan minimum Contour Range yang
kita inginkan. Disini kita batasi untuk maksimum sebesar 0,2 MPa dan
minimumnya sebesar -0,2 MPa.
5. Klik Apply, Setelah itu klik OK.
6. Lihat besarnya SMax pada bagian depan, belakang, atas dan samping.
37
Gambar 5. 19 Tegangan SMax
Pada lokasi sekitar lubang dan sisi kiri, nilai tekan terbesar terletak pada
lubang depan bagian pojok kanan atas sebesar -0,3848 MPa dan nilai tarik terbesar
terletak pada lubang depan bagian pojok kiri atas sebesar 0,9437 MPa.
38
BAB VI
KESIMPULAN
39
Gambar 6. 3 Pembebanan pada model URM
3. Pada kasus ini untuk design linear menggunakan SAP2000 terjadi sedikit
perbedaan dimana hasil design SAP2000 setelah diberi beban 20kN, 40kN,
60kN, 70kN berbentuk lurus linear sedangkan hasil experiment berupa garis
lengkung karena non linear seperti terlihat pada gambar di bawah.
4. Pada hasil run shell stress dapat diambil kesimpulan bahwa tekan dan tarik
terbesar (-0,92 Mpa dan 0,97 Mpa) terjadi di sekitar lubang, dan hasil tarik
yang terbesar melebihi kekuatan dari material/bangunan itu sendiri (0,129
Mpa). Maka dari itu bagian tersebut perlu diperkuat, misalnya dengan
menambahkan lintel band.
40
5. Waktu run untuk model yang menggunakan elemen Shell-Thick adalah 16
detik. Untuk perbandingan juga telah dimodel URM dengan menggunakan
elemen Plat-Thick dengan waktu run lebih cepat yaitu 11 detik.
41
DAFTAR PUSTAKA
42