Anda di halaman 1dari 3

RESUME

KEPERAWATAN DASAR 1
“Pasang Infuse”

DISUSUN OLEH :
TIARA SALSABILLA SHAKIRA (2114201101)
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Wesnawati, M.Kep

KELAS 1B
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Pengertian

Intravena atau infus adalah sebuah metode pemberian obat yang dilakukan secara
langsung melalui pembuluh darah. Terapi ini biasanya menjadi pilihan terbaik jika kondisi
tubuh pasien sudah tidak memungkinkan minum obat secara oral (lewat mulut). Tidak
semua penyakit memerlukan pemasangan infus. Biasanya dokter merekomendasikan
pemasangan infus ketika seorang pasien mengalami kondisi darurat medis yang
mengharuskan obat masuk ke dalam tubuhnya secara cepat.

Ketika kondisi tersebut terjadi, minum obat lewat mulut tidak akan efektif membantu
meringankan kondisi pasien. Karena umumnya, obat oral membutuhkan waktu lebih lama
untuk diserap aliran darah karena harus dicerna oleh tubuh terlebih dahulu. Padahal,
pasien sedang membutuhkan penanganan yang cepat jika tidak, kondisinya bisa saja
semakin memburuk. Infus juga menjadi penting ketika obat minum tidak memungkinkan.
Hal ini dapat terjadi ketika pasien mengalami muntah hebat, dimana semua makanan dan
cairan yang masuk ke mulut segera dimuntahkan tanpa sempat dicerna.

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pasien Di-infus


 Dehidrasi parah
 Keracunan makanan
 Stroke
 Serangan jantung
 Gangguan sistem imun
 Mengalami infeksi yang membuat pasien tidak responsif terhadap antibiotik oral
 Menggunakan obat-obatan kemoterapi untuk menangani kanker
 Penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengatasi rasa sakit
 Mengalami peradangan kronis
C. Jenis-Jenis Infus

Metode pemberian obat secara intravena ternyata dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Manual. Metode ini dilakukan dengan melibatkan gaya gravitasi supaya jumlah obat
tetap sama selama periode waktu tertentu. Perawat dapat mengatur kecepatan
tetesan cairan infus dengan cara mengurangi atau menambah tekanan penjepit pada
tabung intervena yang dipasang di selang.
2. Pompa. Laju aliran cairan dalam infus dapat diatur dengan pompa listrik. Perawat
akan memprogram pompa agar cairan infus dapat menetes dengan kecepatan dan
jumlah yang sesuai kebutuhan pasien. Pompa hanya dapat digunakan ketika takaran
dosis obat sudah tepat dan terkontrol.

D. Proses Pemasangan Infus

Tenaga medis harus terlebih dahulu menentukan jenis infus yang akan digunakan
pasien. Entah itu secara manual atau pompa listrik, setelah dokter atau perawat berhasil
menentukan metode mana yang terbaik untuk pasien, barulah infus bisa disuntikkan melalui
kulit. Namun sebelum memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah, perawat biasanya
akan membersihkan area yang disuntik dengan alkohol. Hal ini dilakukan agar area tersebut
bersih dari paparan kuman.
Pada orang dewasa, bagian yang paling sering diinfus adalah punggung tangan atau
lipatan antara lengan atas dan bawah. Sementara pada bayi, infus dapat diberikan melalui
kaki, tangan, atau bahkan kulit kepala.

E. Efek Samping Infus

1. Infeksi

Biasanya, efek samping ini terjadi akibat proses pemasangan jarum dan kateter
yang tidak tepat, atau penggunaan peralatan medis yang tidak steril. Kondisi ini bisa
menyebabkan infiltrasi. Ketika infiltrasi terjadi, obat yang harusnya masuk ke aliran
darah justru bocor ke jaringan di sekitarnya. Inflatrasi sendiri dapat menyebabkan
kerusakan jaringan parah jika tidak segera ditangani.

Biasanya, gejala infeksi akibat suntikan berupa kemerahan, nyeri, dan bengkak di
area bekas suntikan yang disertai dengan demam tinggi hingga menggigil. Segera cari
pertolongan medis apabila Anda merasakan berbagai gejala tersebut setelah diinfus.

2. Emboli udara
Emboli udara dapat terjadi akibat adanya udara di jarum suntik atau kantong obat
infus. Apabila saluran kantung obat infus mengering, gelembung udara bisa masuk
ke pembuluh darah. Gelembung-gelembung udara ini dapat mengalir ke arah
jantung atau paru-paru sehingga aliran darah menuju area tersebut bisa terhambat.
Jika terus-terusan terjadi, emboli udara dapat menyebabkan masalah serius seperti
serangan jantung atau stroke.
3. Penggumpalan darah
Terapi intervena juga dapat menyebabkan penggumpalan darah. Darah yang
menggumpal ini menyebabkan aliran darah melambat sehingga menyebabkan
daerah yang tersumbat menjadi bengkak, merah, dan menyakitkan.

Anda mungkin juga menyukai