Anda di halaman 1dari 3

SIFAT SIFAT BIG DATA

Ledakan informasi dengan perkembangan internet beserta perangkat-perangkatnya


menjamur seiring dengan kemajuan teknologi. Anak anak muda millenials yang lahir di era
ketika jagat maya mulai sibuk dan bising karena berjejaring di media sosial menjadi tuntutan
zaman. Anak anak muda yang beruntung tumbuh besar di era komputerisasi. Bersamaan dengan
itu, handphone pintar, laptop dengan kecanggihan tertentu atau perangkat software yang
mendukung sistem komputerisasi bermunculan setiap tahun.
Segala aktifitas yang muncul sejak era komputerisasi akan menghasilkan data. Berbagai
jenis data tersebut seperti teks, gambar, foto atau video hingga bentuk data-data lainnya akan
terus bertambah setiap tahun. Misalnya, saat kita melakukan aktifitas di media sosial, seperti
meng-upload foto, mem-posting komentar, menulis status atau misalnya saat kita melakukan
transaksi di bank, di ATM, kartu kredit atau contoh lain seperti saat kita memasang sensor di
jalan raya dengan data yang dikumpulkan dari GPS. Semua aktifitas tersebut masuk
dalam memory data penyimpanan.
Data-data tersebut sangat besar hingga tak akan sanggup dikelola oleh perangkat konvensional.
Untuk itu big data menjadi solusi pengelolaan paling baik untuk memberi efisiensi bagi
perkembangan industri yang berhubungan dengan data. Big data bukan sebuah teknologi yang
berdiri sendiri namun lebih dari itu, big data merujuk pada sistem teknologi yang melibatkan
himpunan data yang begitu beragam, cepat berubah dan berukuran super besar dengan segala
kompleksitasnya

Dalam 10 tahun, ukuran big data bertambah 60 kali lipat. Pada tahun 2005, ukuran big
data sekitar 130 eksabytes (1 eksabytes sama dengan 130 juta terabytes). 5 tahun kemudian atau
di tahun 2010 mencapai 1200 eksabytes. Lalu pada tahun 2015 meningkat hingga 7900 eksabytes
dan diperkirakan pada tahun 2020, ukuran big data akan mencapai 40900 eksabytes atau sekitar
41 miliar terabytes.

Mundur kebelakang, big data dipopulerkan oleh Roger Magoulas pada tahun 2005. Roger
Magoulas yang juga penggiat sekaligus Director of Market Research di komunitas O’Reilly.
Sebuah media yang menerbitkan buku buku tentang software dan pemograman komputer. Big
data kemudian menjadi istilah yang sangat familiar untuk orang-orang yang berhubungan dengan
penggunaan data besar.

Ada 4 karakteristik Big data yaitu: Volume, Variety, Velocity dan Varicity. 4 karakteristik itu
akan dijabarkan satu satu.

Volume
Artinya ukurannya sangat besar karena setiap saat terus bertambah. Sebagai contoh,
ketika floppy disk masih menjadi tempat penyimpanan data yang familiar dengan 1 floppy
disk berukuran 1,25 MB. Kini sudah tidak mungkin lagi dengan ragam aktifitas yang terus
berkembang maka data juga terus meningkat. Setiap orang minimal memiliki 1 terabytes untuk
penyimpanan data bahkan itu masih dibantu oleh Clouds, Dropbox atau Google Cloud. Big data
merepresentasikan data yang besar. Jika dulu data dihasilkan oleh karyawan maka saat ini data
diciptakan oleh mesin yang merekam aktifitas manusia dari transaksi perbankan hingga aktifitas
di media sosial.

Variety
Secara umum ada dua jenis data yaitu Structured data dan Unstructured data. Structured
data adalah data-data yang sudah rapi. Contoh data structured adalah transaksi di ATM yang
menghasilkan data seperti jumlah uang yang diambil, waktu penarikan dan sebagainya telah
tersimpan dalam database pihak Bank. Untuk data unstructured data, contohnya adalah
komentar komentar di media sosial, status di facebook, atau foto foto yang di upload di
Instagram. Big data menampung berbagai jenis data yang ada. Dengan teknologi ini, Big data
mempermudah kerja manusia ketingkat yang lebih

Velocity
Mengacu pada tingkat kecepatan yang kini bahkan sangat eksponensial. Misalnya, saat
kita bertransaksi atau membuka pesan masuk sambil bermain game di handphone dan juga
ketika kita membeli handphone baru yang otomatis kita membutuhkan beragam aplikasi untuk
handphone tersebut. Teknologi big data memungkinkan kita untuk menginstal semua aplikasi itu.
Bayangkan, disaat bersamaan, orang orang juga sedang melakukan hal yang sama? Tentu saja itu
membutuhkan kecepatan yang signifikan. Selain itu, Big data mampu memproses dan
menganalisa data ketika sedang digunakan tanpa harus tersimpan di database.

Varicity
Semakin besar volume data, semakin beragam dan cepat maka untuk memverifikasi data
akan semakin sulit. Varicity adalah karakterisitik dalam data yang menyulitkan kita memvalidasi
kebenaran data karena semakin luas dan beragam hingga sulit dikontrol. Dengan teknologi Big
data maka akan memungkinkan kita untuk bekerja melalui hasil analisis secara cepat dan mudah.
Big data, sebuah istilah yang mungkin tidak familiar bagi masyarakat umum namun perannya
sangat penting dalam segala aktifitas yang berhubungan dengan pengelolaan data. Untuk
perusahaaan start up dan orang-orang dalam C-level (CEO, CTO, COO) membicarakan Big data
seperti memesan menu makan siang yang lezat. Tidak cukup hanya dengan menu utama karena
makanan penutupnya pun sangat diperlukan. Big data adalah elemen penting. Terutama di
perusahaan besar yang tiap hari menghasilkan data pasti akan bersentuhan dengan Big data.
Perusahaan-perusahaan yang concern dengan Big data akan menggunakan teknologi ini untuk
mengumpulkan, menganalisa serta mengurai data dari semua sumber yang ada. Data-data
tersebut sangat berguna untuk kepentingan perusahaan termasuk memaksimalkan produktifitas,
memahami kecenderungan konsumen, menganalisa tren pasar bahkan mematai-matai
kompetitor. Singkatnya, Big data sangat membantu meningkatkan kinerja perusahaan karena
memberikan banyak pilihan bagi para pengambil keputusan.
Sesuai dengan namanya, Big data yang sudah sangat jelas: besar. Karena besar tersebut maka
Big data juga memiliki kompleksifitas dalam penerapannya. Big data memang mengubah dunia
usaha dengan memberikan wawasan namun seiring dengan pertumbuhanya, kekurangan
tenaga ahli dibidang ini membuat perusahaan perusahaan kesulitan untuk mengekstrak data
menjadi lebih berguna. Dengan memanfaatkan Big data, perusahaan akan mampu mempelajari
cara terbaik untuk memetakan kebutuhannya serta memahami apa yang terjadi? Kapan? Dan
dimana? Sayangnya, di Indonesia sendiri, kurikulum pendidikan data scientist masih sangat
kurang. Seperti yang dirangkum oleh Techfor.id dalam wawancara bersama salah seorang dosen
sekaligus praktisi data scientist. Bahwa ada gap yang cukup besar antara kompetensi akademisi
dan dunia usaha. Ironisnya, merevisi kurikulum tidak semudah kedengarannya karena terbentur
oleh regulasi yang ada
Perusahaan perusahaan besar sering kali gagal memanfaatkan informasi secara maksimal karena
sumber daya untuk ini sangat terbatas. Perusahaan harus mulai melakukan inventarisasi semua
infrastruktur yang digunakan dalam pengambilan data dengan ini tentu saja akan mempermudah
dalam melihat serta menyelesaikan masalah termasuk menganalisis kompetensi karyawan.

Selain itu, problem lainnya adalah masalah pencurian data. Jika sebuah perusahaan
memiliki data tentang konsumennya lalu tiba tiba data data tersebut hilang atau di curi dan dijual
kepada kompetitornya. Bayangkan? Itu merupakan pukulan mematikan bagi perusahaan tersebut.
Pencurian data berarti perusahaan tersebut kehilangan informasi penting yang mencakup rahasia
perusahaan. Termasuk, rahasia bisnis yang dibangun bertahun tahun. Mengamankan Big data
juga merupakan aspek yang harus diperhatikan. Perbaikan infrastruktur pengelolaan data dan
penambahan tenaga ahli atau data scientist sangat penting untuk memastikan data tetap aman.

Anda mungkin juga menyukai