Anda di halaman 1dari 5

Konferensi Nasional Sosiologi IX APSSI 2022

Balikpapan, 1-3 Juni 2022

ANALISIS WACANA PENGGUNAAN AIR BEKAS LUBANG


TAMBANG UNTUK SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA
BONTANG, ALTERNATIF SOLUSI KEBUTUHAN WARGA
ATAU KAH USAHA MENGHINDARI KEWAJIBAN
REKLAMASI?

Sri Murlianti1, Pradharma Rupang2


1
UniversitasMulawarman
sri.murlianti@fisip.unmul.ac.id
2
Jaringan Tambang Kaltim (Jatam Kaltim), senyjatam5@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini mengulas bagaimana perdebatan wacana penggunaan air bekas lubang
tambang milik PT Indominco Mandiri yang beroperasi di perbukitan sebelah kota Bontang
untuk air baku mutu PDAM Bontang. Diskursus ini dipicu oleh persoalan kelangkaan sumber
air bersih kota Bontang yang semakin serius di lima tahun terakhir, seiring laju pertumbuhan
penduduk dan peningkatan kebutuhan air bersih. Sebelum masalah kelangkaan sumber air
bersih muncul, perdebatan penggunaan air lubang tambang hanya seputar pemanfaatan untuk
pariwisata dan budidaya ikan. Namun lima tahun terakhir, kontestasi wacana bergeser pada
tarik-ulur penggunaan air bekas lubang tambang untuk air minum warga Samarinda.
Setidaknya ada 3 jenis diskursus yang berkembang dari arah yang berbeda, dari aktivis
Jaringan Tambang Nasional (Jatamnas), PT Indominco dan dari para peneliti universitas.
Analisis akan menyasar pada pengungkapan bagaimana 3 pihak yang berbeda, sama-sama
mendasarkan diri pada investigasi lapangan dan analisis laboratorium dari para ahli
dibidangnya, namun menghasilkan model-model penjelasan dan pembenaran yang berbeda.
Perspektif Michel Faucault tentang power/knowlegde membuka jalan analisis menuju
kesimpulan, apakah perdebatan penggunaan air bekas lubang tambang ini benar-benar upaya
‘ilmiah’ yang terstruktur untuk mencari jalan keluar bagi problem sumber air bersih warga
Bontang, ataukah justru merupakan usaha-usaha terstruktur perusahaan tambang untuk
menghindari tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan dan kewajiban reklamasi.

Kata kunci: Power/knowlegde; Diskursus; Tambang batubara; Degradasi lingkungan

1. PENDAHULUAN

Kalimantan Timur dikenal sebagai salah satu provinsi kaya raya telah mengalami
kapitalisasi SDA sejak awak kekuasaan Orde Baru hingga sekarang. Dimulai dengan
kapitalisasi sektor kehutanan di tahun 1960-an, berlanjut pada sektor perkebunan dan
pertambangan di tahun 1980an. Sektor pertambangan batubara menjadi industri ekstraktif yang
paling banyak mengubah topografi lahan dan menimbulkan degradasi lingkungan yang parah
(Sonny and Wardhana, 2020), (Fitriyanti 2016) (Jurniar, Dana, and Sri 2018; Yunianty,

375
Konferensi Nasional Sosiologi IX APSSI 2022
Balikpapan, 1-3 Juni 2022

Murlianti, and Nanang, 2021). Saat ini terdapat 3500 titik lubang pasca penambangan batu bara
di Kalimantan Timur, yang belum direklamasi (Mufidah dan Habibi, 2019a). Rentang waktu
2011 -2022, sudah 40 nyawa meninggal tenggelam di lubang tambang, didominasi oleh anak-
anak (Mufidah dan Habibi 2019b; Panjaitan and Effendi, 2019).
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang,
mewajibkan pelaku usaha untuk melakukan reklamasi paska penambangan. Perusahaan
berkewajiban menyediakan uang jaminan yang ditahan oleh pemerintah setempat sebagai
jaminan komitmen para pelaku usaha pertambangan untuk melakukan pemulihan lahan.
Namun ternyata mekanisme ini tidak berjalan dengan baik, hanya segelintir lubang bekas
tambang yang direklamasi, sebagian besar lainnya dibiarkan menganga dan menelan puluhan
nyawa meninggal sia-sia.
PT Indominco Mandiri adalah Pemegang Kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) sejak 11 November 1988 dengan luas wilayah konsesi
24.121 ha. Masa kontraknya berlaku sampai 2028, area pertambangan berada di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Sebesar 65,14 persen sahamnya dikuasai oleh Banpu Mineral, sisa
sahamnya dikuasai publik. Di antaranya yang terbesar yakni 3,53 persen saham dikuasai oleh
perusahaan yang terafiliasi dengan Employees Provident Fund (EPF). EPF merupakan
perusahaan dana pensiun yang mengelola dana milik pekerja. Berbasis di Kuala Lumpur,
Malaysia. Sisanya 1,16 persen saham dimiliki oleh Dewan Jaminan Sosial (DJS),
Ketenagakerjaan Program Jaminan Hari Tua (JHT) yang terhubung dengan Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Indonesia.
Hingga berakhirnya izin PKP2B PT IMM pada tahun 2028, akan ada 53 lubang tambang
dengan luas 2.823,73 ha yang setara dengan 32 kali lebih besar dari luas stadion dan gedung
olahraga Palaran di Samarinda. Lahan rusak dan lubang tambang ini akan ditinggalkan.
Menurut dokumen lingkungan hidupnya, lubang tambang tersebut tak ditutup dan dibiarkan
terbuka menganga begitu saja. Tersebar di blok barat dan blok timur milik perusahaan ini.
Termasuk di antaranya lubang tambang berisi air beracun di Pit L11N1 dengan luasan 53.05
ha. Salah satu di antaranya telah menewaskan satu orang penduduk bernama Kusmayadi,
korban ke-28 kasus kematian lubang tambang di Kaltim (Murlianti n.d.).
Kota Bontang, merupakan kota pesisir dataran rendah yang menanggung dampak buruk
dari praktik pertambangan ini. Wilayah oprasional PT IMM berupa area perbukitan yang
sebelumnya merupakah hutan derah resapan air yang menjadi sumber air bersih kota Bontang.
Lima tahun terakhir ini, Kota Bontang menghadapi ancaman banjir yang semakin lama
semakin meluas dengan intensitas yang semakin tinggi. Lima tahun yang lalu, menurut
pengakuan banyak warga, banjir besar terjadi dalam kurun waktu antara 10-7 tahun sekali,
menjadi 5 tahun sekali, setahun sekali, dan sekarang ini setiap hujan lebih 8 jam, dipastikankota
ini terkepung banjir. Di awal Bulan Mei 2022, dalam kurun waktu kurang dari setengah bulan,
Bontang mengalami 2 kali banjir bandang, sebanyak 5.767 warga terdampak dari 8 kelurahan.
Selain persoalan banjir yang kian mengancam, Bontang juga dihadapkan pada kelangkaan
sumber air bersih dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan laju pertambahan
penduduk kota yang cepat di satu sisi, dan gundulnya kawasan resapan air bagi kota Bontang
akibat aktivitas pertambangan PT IMM. Ironisnya, mulai awal tahun 2019, justru bertebaran
desas-desus wacana penggunaan air lubang tambang sebagai sumber air baku PDAM
Samarinda. Wacana ini muncul baik dari perusahaan maupun dari Pemkot Bontang.
Puncaknya, di pertengahan 2021 dirilis laporan kajian yang isinya merupakan pembenaran
‘ilmiah’ terhadap rencana ini.
Artikel ini menganalisis bagaimana produksi wacana legalitas ilmiah penggunaan air
lubang tambang yang dihasilkan dari kerjasama perusahaan dan Pemkot Bontang dengan

376
Konferensi Nasional Sosiologi IX APSSI 2022
Balikpapan, 1-3 Juni 2022

menggunakan ilmuwan Universitas sebagai legalitas ilmiah. Analisi dilakukan terhadap


produksi wacana berjudul “Kajian Perencanaan dan pemanfaatan Kolam Pasca tambang Untuk
Kegiatan Multiguna,” yang dibombardierkan di kota Bontang sepanjang tahun 2021. Dengan
menggunakan perspektif power/knowlegde-nya Michel Faucault (Faucault, 1980), dan metode
analisis wacana(Alejandro 2021; Khan and MacEachen 2021), tulisan ini ingin melacak
mekanisme dan prosedur pembenaran yang digunakan untuk menggiring opini masyarakat
Bontang agar menyetujui rencana ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk membongkar
penggunaan pilihan perspektif, model-model penjelasan, pilihan kosa kata, susunan kalimat,
model pendefinisian dan penggunaan subyek rezim ilmiah; yang digunakan untuk membangun
‘pengetahuan ilmiah’ pemanfaatan air bekas lubang tambang sebagai sumber air baku PDAM
kota Bontang.

2. METODE

Kajian ini merupakan kajian analisis wacana, untuk melihat apa dan bagaimana sebuah
tipologi kebenaran dibangun melalui penggunaan subyek, prosedur, mekanisme dan bahasa
ilmiah, untuk menggiring pada satu tipologi kebenaran yang khas (Khan dan MacEachen,
2021; Leipold, dkk., 2019). Obyek analisis penelitian ini adalah adalah laporan kajian “Kajian
Perencanaan dan pemanfaatan Kolam Pasca tambang Untuk Kegiatan Multiguna” yang
digunakan untuk melakukan bombardier sosialisasi penggunaan air lubang tambang untuk
sumber air minum warga Bontang. Metode analisis menggunakan analisis wacana discourse
analysis (Alejandro, 2021; Aydin-Düzgit dan Rumelili, 2019), untuk melihat bagaimana
mekanisme dan prosedur pembenaran disusun melalui pilihan kosa kata, sudut pandang,
model-model penjelasan yang khas. Dengan melakukan taksonomi wacana akan bisa dilihat
struktur pembenaran disusun dan diarahkan, agar mencapai pada tipologi pengetahuan tertentu
yang seakan-akan memiliki kebenaran ilmiah.

3. TEMUAN STUDI DAN DISKUSI

Sekilas, hasil kajian melaporkan beberapa argumentasi ’ilmiah’ yang seakan begitu
meyakinkan, seakan ada sejumlah argumentasi yang valid yang bisa menjadi garansi keamanan
penggunaan air lubang tambang untuk air baku PDAM. Dari 10 lubang tambang yang dikaji,
2 lubang tambang yang berusia antara 8-10 tahun dilaporkan kadar asam air permukaan yang
dalam keadaan tenang berada tingkat aman dikonsumsi. Semakin ke dalam, kadar asam
semakin tinggi dan semakin tidak aman untuk dikonsumsi. Di dua kolam yang diteliti ini pula,
ditemukan habitat ikan yang bertahan hidup berkembang biak, dan kondisi kesehatan ikan baik
dan layak dikonsumsi. Survei pada masyarakat desa-desa pemangku di sekitar kolam lubang
tambang juga diklaim sebagian besar menyetujui penggunaan air bekas tambang untuk
budidaya ikan dan air baku untuk keperluan hidup sehari-hari.
Analisis taksonomi wacana yang dilakukan menunjukkan beberapa kontroversi
pembenaran yang dibangun di dalam laporan tersebut, setidaknya pada 4 hal di bawah ini:

3.1. Pembenaran Parsial Berdasarkan Analisis Ketahanan Habitat Ikan Pada Kolam
Tertua

Argumentasi bahwa kemapuan ikan yang bisa bertahan hidup di kolam tambang dan
dianggap layak dikonsumsi, lalu dijadikan pembenaran bahwa hal ini juga layak dikonsumsi
manusia. Dari 10 kolam yang ada, hanya 2 kolam yang terdapat habitat ikan dengan kualitas

377
Konferensi Nasional Sosiologi IX APSSI 2022
Balikpapan, 1-3 Juni 2022

kesehatan yang baik, layak dikonsumsi (ikannya), namun kemudian dijadikan pembenaran air
kolam tambang aman dikonsumsi manusia. Wacana ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut,
bagaimana pernyataan kualitas daging ikan yang disayat dan diperlihatkan dalam kualitas sehat
dan layak dikonsumsi manusia, lalu dijadikan pembenaran air kolam tambangnya juga layak
dikonsumsi manusia.

3.2. Pembenaran atas dasar prakondisi yang sangat riskan pada perubahan fenomena
alam

Hasil kajian lain menyebutkan bahwa di 2 kolam tambang yang berusia di atas 8 tahun,
dalam kondisi tenang bagian kadar asam air permukaan berada pada ambang batas aman
dikonsumsi, namun semakin ke bawah semakin asam dan semakin tidak layak dikonsumsi.
Argumentasi ini kemudian digunakan untuk pembenaran bahwa di kolam yang berusia 8 tahun
ke atas, dalam permukaan yang tenang airnya bisa dikonsumsi. Pembenaran inipun
mengandung bahaya tak main-main, kolam tambang dalam area terbuka dan sangat luas, tidak
bisa dijamin selalu dalam keadaan tenang. Hukan deras, angin kencang, apalagi gempa bumi,
akan mengancam ketenangan air permukaan, sehingga sangat bahaya untuk dikonsumsi.
Kedua, jika yang aman dikonsumsi hanya lapisan permukaan, timbul pertanyaan jika air
disedot dari arah permukaan, tidak ada penjelasan yang tegas sampai pada titik mana air kolam
masih bisa diambil untuk dikonsumsi.

3.3. Pembenaran Pada Survei Persepsi Masyarakat Yang Belum Tentu Mengetahui
Persis Pengetahuan Ilmiah Kualitas Air Lubang Tambang

Survei terhadap masyarakat sekitar yang digunakan untuk klaim dukungan masyarakat
juga sangat riskan, karena survai dilakukan pada masyarakat yang selama ini pengetahuannya
dikurungi oleh satu model wacana dominan yang terus-menerus disosialisasikan pihak
perusahaan dan pemerintah. Kurangnya counter discourse menjadi faktor dominan sebaran
hasil survei lebih banyak mengamini wacana dominan.

4. KESIMPULAN

“Kajian Perencanaan dan pemanfaatan Kolam Pasca tambang Untuk Kegiatan Multiguna”
mengandung kebenaran prematur, dan bahaya jika digunakan sebagai satu-satunya dasar
pembenaran akan kebijakan untuk warga Bontang. Jauh lebih baik memikirkan alternatif lain
seperti maksimalisasi nstrumen penangkapan air hujan daripada mengambil langkah yang
sangat beresiko ini.

REKOGNISI

Artikel ini merupakan hasil kajian bersama Jatam Kaltim dengan dukungan penuh ahli
hidrologi UGM, Prof. Dr. Agus Wiryono

REFERENSI

Alejandro, Audrey. 2021. Reflexive Discourse Analysis: A Methodology for the Practice of
Reflexivity. (European Journal of International Relations 27(1)).

378
Konferensi Nasional Sosiologi IX APSSI 2022
Balikpapan, 1-3 Juni 2022

Aydin-Düzgit, Senem, and Bahar Rumelili. 2019. Discourse Analysis: Strengths and
Shortcomings. (All Azimuth 8(2)).
Faucault, Michelle. 1980. Power/Knowledge: Selected Interviews and Other Writings, 1972-
1977. (Diedit oleh Y. Santosa). Yogyakarta-Indonesia; Bentang Budaya.
Fitriyanti, Reno. 2016. Pertambangan Batubara: Dampak Lingkungan, Sosial dan Ekonomi.
(Jurnal Redoks, Volume 1).
Jurniar, Purba, Listiana Dana, and Murlianti Sri. 2018. Integrasi Sosial Transmigran Bali di
Desa Kerta Buana, Kec. Tenggarong Seberang, Kab. Kutai Kartanegara 1980-2000an.
Yogyakarta; Diva Press.
Khan, Tauhid Hossain, dan Ellen MacEachen. 2021. Foucauldian Discourse Analysis: Moving
Beyond a Social Constructionist Analytic. (International Journal of Qualitative Methods
20).
Leipold, Sina, dkk. 2019. Discourse Analysis of Environmental Policy Revisited: Traditions,
Trends, Perspectives. (Journal of Environmental Policy and Planning 21(5)).
Mufidah, N. Zakiyyatul, and Miftachur R. Habibi. 2019a. Konsep Ecocracy Sebagai
Perlindungan Hukum Lingkungan Terhadap Pelanggaran Reklamasi Paska
Penambangan. (Simposium Hukum Indonesia 1(1)).
Mufidah, N. Zakiyyatul, and Miftachur R. Habibi. 2019b. Simposium Hukum Indonesia.
(Simposium Hukum Indonesia 1(1)).
Murlianti, Sri. n.d. Aku_Bukan_Siapa_dan_Kau_Penguasa_Puisi_B (1).
Panjaitan, Ananda Chrisna Dewy, dan Tolib Effendi. 2019. Simposium Hukum Indonesia.
(Simposium Hukum Indonesia 1(1)).
Sonny, Sonny, and Isal Wardhana. 2020. Pertambangan dan Deforestasi: Studi Perizinan
Tambang Batubara di Provinsi Kalimantan Timur. (Jurnal Renaissance 5(2)).
Yunianty, Amelia Rizky, Sri Murlianti, and Martinus Nanang. 2021. Combatting
Environmental Injustice: Social Hermeneutic Analysis of the Retextualization of the
Jakarta Kamisan Action into Kaltim Kamisan Action. (Proceedings of The 4th
International Conference on Future of Social Sciences).

379

Anda mungkin juga menyukai