Anda di halaman 1dari 59

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EROSI
Endang Hernawan
PENDAHULUAN
• Di daerah beriklim tropika penyebab utama erosi tanah adalah air;
sedangkan angin kurang berpengaruh
• Proses erosi adalah kombinasi dua proses yi
• Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi
tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan pemindahan
butir-butir primer tersebut oleh percikan air hujan (Th).
• Perendaman oleh air yang tergenang di permukaan tanah yang
menyebabkan tanah terdispersi (Di) yang diikuti oleh pengangkutan
butir-butir tanah oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Ti).
Jika (Dh+Di) > (Th+Ti) besarnya erosi lebih kecil dari (Dh+Di), artinya hanya
sebagian saja tanah yang telah disperse terangkut ke tempat lain.
Jika (Dh+Di) < (Th+Ti) besarnya erosi lebih sama dengan (Dh+Di), artinya
seluruh tanah yang telah disperse terangkut ke tempat lain.
• Air hujan yang jatuh menimpa tanah terbuka
Dh Di Th Ti akan menyebabkan tanah terdispersi, jika
intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi
tanah, akan mengalir di atas permukaan tanah.
• Banyaknya air yang mengalir di permukaan
tanah bergantung pada hubungan antara
jumlah dan intensitas hujan dengan kapasitas
Butir-butir tanah Kemampuan infiltrasi tanah dan kapasitas penyimpanan air
yang terlepas angkut air tanah.
(Dh+Di) < atau> (Th+Ti) • Kekuatan perusak air yang mengalir di
permukaan tanah akan semakin besar dengan
semakin curam dan panjangnya lereng
permukaan tanah.
Tanah tererosi • Tumbuhan yang hidup di atas permukaan tanah
dapat memperbaiki kemampuan tanah
menyerap air dan memperkecil kekuatan butir-
Skema Proses Terjadinya Erosi Tanah butir hujan yang jatuh dan mengurangi daya
disperse serta daya angkut aliran permukaan.
• Perlakuan atau tindakan-tindakan yang
dilakukan manusia akan menentukan tanah itu
akan menjadi baik dan produktif atau menjadi
rusak.
• Dapat disimpulkan bahwa erosi adalah • Dari rumus tersebut dapat diketahui
akibat interaksi factor-factor iklim, bahwa ada dua jenis peubah yang
topografi, vegetasi, dan manusia mempengaruhi erosi yi
terhadap tanah yang dinyatakan dalam
rumus: • Faktor-factor yang dapat diubah
𝐸 = 𝑓 𝑖, 𝑟, 𝑣, 𝑡, 𝑚 (3-1) oleh manusia yi
• Vegetasi
dimana; • Sebagian sifat tanah (t) seperti
E= besarnya erosi tanah kesuburan tanah, ketahanan agregat
tanah, dan kapasitas infiltrasi tanah
i= iklim
• Topografi (r) yi panjang lereng
r= topografi
• Faktor-factor yang tidak dapat
v= vegtasi diubah yi iklim (i), tipe tanah dan
t= tanah kecuraman lereng.
m= manusia
• Erosi tanah tersebut akan menyebabkan degradasi lahan yakni
menurunnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman secara normal yang disebabkan oleh hilangnya satu atau
beberapa unsur hara dari daerah perakaran yang menyebabkan
merosotnya kesuburan tanah, sehingga tanah tidak mampu
menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman.
• Untuk mencegah agar degradasi lahan tidak berlanjut, maka perlu
penanganan masalah erosi.
• Penanganan masalah erosi tergantung pada penilaian kita terhadap
setiap factor dan hubungan antara factor-factor vegetasi, sifat tanah
dan topografi.
Iklim
Klasifikasi intensitas hujan (Kohnke dan Bertrand, 1959)
• Kekuatan dispersi hujan terhadap
tanah adalah besarnya curah hujan,
intensitas, dan distribusi hujan. Intensitas hujan (mm/jam) Klasifikasi
• Besarnya curah hujan adalah volume < 6.25 Rendah (gerimis)
air yang jatuh pada suatu areal 6.25 – 12.50 Sedang
tertentu, yang dinyatakan dalam 𝑚3 12.50 – 50.00 Lebat
per satuan luas atau dalam tinggi > 50.00 Sangat lebat
kolom (mm). Besarnya dihitung pada
satu kali hujan, atau waktu tertentu Atau
(per hari, per bulan, per musim atau 0–5 Sangat rendah
per tahun) 6 – 10 Rendah
• Intensitas hujan menyatakan besarnya 11 – 25 Sedang
yang jatuh suatu waktu yang singkat yi 26 – 50 Agak tinggi
5, 10, 15 atau 20 menit, yang 51 – 75 Tinggi
dinyatakan dalam mm per jam, atau
cm per jam, dengan klasifikasi sbb. > 75 Sangat tinggi
• Intensitas tidak dapat memberikan • Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jika
petunjuk tentang besarnya aliran suatu hujan 5 menit akan mempunyai intensitas
permukaan dan erosi yang terjadi 0.20 + (0.01𝑥 5)
karena hujan, perlu informasi lain x1500 𝑚𝑚ൗ𝑗𝑎𝑚 = 75 𝑚𝑚ൗ𝑗𝑎𝑚
5
diantaranya hujan lebih. • Nilai 75 mm/jam, dikategorikan hujan lebih. Akan
• Hujan lebih adalah hujan yang tetapi, karena jumlah curah hujan yang jatuh
menimbulkan aliran permukaan. misalnya hanya 6.25 mm, maka hanya sedikit
Suatu hujan dinyatakan sebagai kemungkinan akan terjadi aliran permukaan.
hujan lebih jika mempunyai • Oleh karena itu, perlu didefinisikan ulang sbb:
intensitas paling sedikit: “suatu hujan yang lamanya kurang dari satu jam
0.20+0.01T mm adalah hujan lebih, jika seluruh air yang jatuh
x1500 Τjam (2) lebih dari 20 mm, sedangkan jika hujan yang
T lamanya lebih satu jam adalah hujan lebih jika
dimana T adalah lamanya hujan memenuhi persamaan (2).
dalam menit.
• Tabel dan gambar berikut menunjukkan hubungan
antara lamanya hujan, intensitashujan dan jumlah
seluruh air yang jatuh bagi suatu hujan lebat.
Lamanya Intensitas Intensitas Jumlah air 140
Hujan rata-rata (mm rata-rata (mm yang jatuh 120

Intensitas hujan (mm)


(menit) per jam) per menit) (mm) 100
8 150 2,5 20 Hujan lebih
80
20 60 1,0 20
60
40 30 0,5 20
60 20 0,3 20 40

120 17,5 0,3 35 20


Hujan biasa
180 16,75 0,3 50,25 0
8 39 67 98 128 159
Lamanya hujan (menit)
• Butir hujan juga mempengaruhi • Ukuran butiran tanah
daya rusak hujan, karena berhubungan dengan kecepatan
berhubungan dengan intensitas jatuhnya butiran hujan
curah hujan.
Intensitas Diameter median butir hujan (mm) Kecepatan Jatuh Berbagai Ukuran Butir
hujan Setelah Jatuh dari Ketinggian 20 m
(mm/jam)
0.25 0.75 – 1.00 Diameter butir (mm) Kecepatan jatuh (m/detik)
1.25 1.00 – 1.25 1.25 4.85
2.50 1.25 – 1.50 1.50 5.51
12.50 1.75 – 2.00 2.00 6.58
25.00 2.00 – 2.25 3.00 8.06
50.00 2.25 – 2.50 4.00 8.86
100.00 2.75 – 3.00 5.00 9.25
150.00 3.00 – 3.25 6.00 9.30
• Salah satu sifat hujan yang sangat • Dengan rumus ini sulit menentukan
penting dalam mempengaruhi erosi peubahnya, kemudian Wischmeter
adalah energy kinetic, karena
penyebab pokok dalam dan Smith (1958, 1978) membuat
menghancurkan agregat-agregat persamaan berikut.
tanah, dengan persamaan berikut.
𝐸 = 210 + 89 log 𝑖 (5)
𝐸𝑘 = 1Τ2 𝑚𝑣 2 (4) dimana;
dimana; E = energy kinetic dalam metric ton
Ek = energy kinetic meter/ha/cm hujan
m= massa butir hujan i= intensitas hujan dalam cm/jam
v= kecepatan jatuh butir hujan
• Interaksi ditentukan pada intesitas waktu Kemudian Bols (1978) mengembangkan persamaan
hujan 30 menit 𝐸𝑙30 sebagai berikut:
El30 = E(I30 . 102 ) El30 = 6.119 RAIN 1.21 DAYS −0.47 MAXP 0.5
El30 = interaksi energy dengan intensitas (7)
maksimum 30 menit Dimana;
E = energy kinetic dalam ton meter/ha/cm El30 = interaksi energy dengan intensitas maksimum
hujan 30 menit
i30= intensitas hujan maksimum 30 menit dalam RAIN = curah hujan rata-rata bulanan dalam cm
cm/jam
DAYS= jumlah hari hujan rata-rata per bulan
Kesulitan dalam perhitungan ini adalah MAXP=curah hujan maximum selama 24 jam dalam
diperlukan penakar hujan otomatik yang bulan yang bersangkutan dalam cm
mencatat banyaknya air yang jatuh setiap hari.
El30 dipakai secara luas sebagai indeks erosi.
• Karena keterbatasan tersebut, maka dicari
hubungan antara El30 dengan curah hujan
tahunan (R) (Lenvain (1975) dan Bols (1978):
𝐸𝑙30 = 2,34𝑅1.98 (6)
Topografi dimana;
X= berat tanah tererosi
S= kemiringan lereng dalam persen
• Sifat topografi C= konstanta yang besarnya tergantung pada
• Kemiringan dan panjang lereng sangat kapasitas infiltrasi tanah, sifat fisik tanah,
berpengaruh terhadap erosi intensitas dan lamanya hujan
• Konfigurasi, keseragaman dan arah lereng m= konstanta lereng
mungkin berpengaruh Rumus ini sesuai untuk kelerengan lebih 8%.
• Kemiringan lereng
• Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat • Untuk kelerengan kurang 8% adalah
atau persen
• Selain memperbesar jumlah aliran E = a + bS1.49
permukaan, semakin curam lereng juga
memperbesar kecepatan aliran permukaan
yang dengan demikian memperbesar energy dimana;
angkut aliran permukaan.
E= besarnya erosi
• Hubungan antara kemiringan lereng dengan S= kemiringan lereng dalam persen
erosi (Zingg, 1940): a,b= konstanta
X = CS m
• Untuk pengaruh kecuraman dan • Panjang lereng
panjang lereng thd erosi Hubungan panjang lereng dengan besarnya erosi di daerah
subtropics yi
dirumuskan sbb (Zingg, 1940):
X = CLn
dimana;
𝑋 = C. S1.4 L1.6 X= besarnya erosi
dimana; L= panjang lereng dalam kaki
C= konstanta
X= besarnya erosi
S= kemiringan lereng dalam persen Hubungan panjang lereng dengan besarnya erosi di daerah
tropics yi
L= panjang lereng dalam kaki
X = c + aL + bL2
C= konstanta yang besarnya dimana;
tergantung pada kapasitas infiltrasi X= besarnya erosi
tanah, sifat fisik tanah, intensitas L= panjang lereng dalam kaki
dan lamanya hujan c,a,b= konstanta yang besarnya bergantung pada tanah, lereng,
sifat hujan, pengelolaan tanah dan tanaman
• Konfigurasi lereng
• Pada lereng berbentuk cembung terjadi erosi lembar
• Pada lereng berbentuk cekung terjadi erosi alur atau erosi parit.
• Keseragaman lereng
• Kelerengan suatu lapangan sering tidak seragam seperti curam, landau
kemudian curam lagi
• Kelerengan yang tidak seragam kemungkinan memiiki erosi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang seragam.
• Arah lereng
• Arah lereng yang menghadap ke matahari memiliki erosi yang lebih tinggi
Vegetasi
• Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara
atmosfer dan tanah.
• Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat
dibagi dalam:
• Intersepsi air hujan
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan
perusak hujan dan aliran permukaan
• Pengaruh akar, bahan organic sisa-sisa tumbuhan yang
jatuh di permukaan tanah, dan kegiatan-kegiatan biologi
yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetative dan
pengaruhnya terhadap stabilitas porositas tanah
• Transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya air tanah.
a. Distribusi air hujan yang jatuh
Air hujan yang jatuh ke daerah Kemampuan vegetasi untuk menahan air
bervegetasi terbagi ke dalam 2 bagian sebagai air intersepsi ditunjukkan oleh
• Bagian air yang jatuh tidak jumlah air yang diintersepsi dinamai
mengenai tanah dan ditahan tajuk simpanan intersepsi
serta batang pohon, disebut air
intersepsi • Jumlah air yang diintersepsi oleh
• Bagian air yang jatuh sampai ke vegetasi menurut persamaan berikut
permukaan tanah, disebut lolosan (Wister dan Brater, 1959):
tajuk (throughfall).
1. Intersepsi hujan 𝑋 = 𝑎 + 𝑏𝑡
• Intersepsi mempengaruhi erosi melalui
dua cara yi dimana;
a. Mengurangi jumlah air yang sampai ke X= jumlah air hujan yang diintersepsi
tanah sehingga mengurangi aliran a= kapasitas intersepsi yang
permukaan ditentukan oleh biomasa tajuk
b. Mengurangi kekuatan perusak butir- b= kecepatan evaporasi
butir hujan yang jatuh menimpa tanah. t= lama hujan
• Simpanan intersepsi dihitung dengan persamaan • Model regresi hubungan antara intersepsi
berikut (Merriam, 1973): dengan curah hujan (Gash, 1976)
I = aPg + b
exp R max dimana;
ICstore = ICmax 1 − ൗIC I= intersepsi
max
Pg= hujan yang jatuh si atas tajuk vegetasi
dimana; a = koefisien regresi
ICstore = simpanan intersepsi (Interception storage) b = garis potong dengan sumbu I
pada suatu saat
ICmax = simpanan intersepsi maksimum
• Ward (1975) mengembangkan cara
R max = kecepatan evaporasi penetapan intersepsi dengan
persamaan berikut:
• Nilai ICmax sulit ditetapkan, nilainya berkisar: Is = R − TF − SF
• 0.5 mm untuk hutan deciduous (berganti dimana;
daun)
Is = intersepsi
• 1 mm untuk hutan conifer
• 1-2 mm untuk rumput
R = curah hujan
• 2.5 mm untuk hujan tropika basah yang terdiri TF = lolosan tajuk
dari beberapa lapis tumbuhan SF = aliran batang
• Hazairin Zubair (1988) menggunakan
persamaan Ward, dengan curah hujan 50 Intersepsi oleh semak campuran yang
mm – 250 mm per bulan, memperoleh didominasi oleh eupatorium
hubungan linier sbb Y = 3.38 + 0.31X; R2 = 0.86
Intersepsi oleh tanaman tembakau
• Intersepsi oleh Pinus merkusii berumur Y = 3.03 + 0.27X; R2 = 0.75
30 tahun dimana;
Y = 7.53 + 0.26X; R2 = 0.55 Y= air hujan intersepsi dalam mm
• Intersepsi oleh tegakan hutan alam X = curah hujan bulanan dalam mm
Y = 3.06 + 0.24X; R2 = 0.65
• Intersepsi oleh tegakan Eucalyptus
deglupta
Y = 2.48 + 0.13X; R2 = 0.50
2. Aliran batang
• Setelah tercapai kapasitas intersepsi, bagian • Tumbuhan dengan diameter batang
air yang tidak dapat ditahan oleh tajuk lebih besar dari median diameter
tumbuhan akan mengalir melalui batang butir-butir air hujan
berupa:
• aliran batang (steam flow), dan
• jatuh sebagai tetesan air dari tajuk SF = TIF cos PA
pohon (tetesan tajuk) dimana;
SF = volume aliran batang dalam mm
• Volume aliran batang dapat diestimasi sbb TIF= volume air hujan yang jatuh
(van Elewijk, 1988): menimpa tajuk tumbuhan yang
• Tumbuhan dengan diameter batang terinsepsi sementara oleh tajuk dalam
lebih kecil dari median diameter butir- mm
butir air hujan PA= sudut rata-rata antara batang dan
permukaan tanah dalam derajat.
SF = TIF cos PA . sin2 PA
3. Tetesan tajuk (crown drip atau leaf 4. Lolosan tajuk (direct through-fall)
drainage) • Banyaknya air yang menembus tajuk dan
• Volume tetesan tajuk = volume air sampai ke permukaan tanah secara
hujan yang ditampung sementara oleh
intersepsi – banyaknya aliran batang langsung (lolosan tajuk) ditentukan oleh
• Tajuk tumbuhan mengubah sebaran jenis tanaman dan kerapatan tanaman.
ukuran butiran butiran tetesan hujan
yang menimpa tajuk tumbuhan.
• Butir-butir kecil (diameter < 1mm) % hujan yang menembus tajuk vegetasi (Wolny)
merupakan hasil pecahan pada Tanaman Jumlah tanaman per 4 m2
saat air hujan jatuh pada tajuk
• Butir-butir besar (diameter > 5 0 36 64 100 144
mm) terbentuk oleh terkumpulnya
air pada permukaan daun dan Jagung 100 62.9 60.7 57.0 44.5
cabang. Kacang 100 88.4 78.2 65.9 64.3
• Diameter kecil dan besar butiran kedelai 100 - 78.5 78.4 78.9
tetesan hujan porsi terbesar, sedangkan Oats
yang sedang relative lebih sedikit.
5. Erosivitas hujan setelah melalui vegetasi
• Energi butir-butir hujan akan teredam oleh tajuk • Energi kinetic hujan (j m−2 mm−1 )
tumbuhan sehingga ketika sampai di dapat diestimasi dengan persamaan
permukaan menjadi kecil atau sama dengan berikut
energy yang langsung jatung di permukaan
tanah. KE DT = 8.95 + 8.44 log I
• Energi kinetic hujan di bawah vegetasi • Energi tetesan tajuk dapat dihitung
dinyatakan dengan persamaan berikut dengan persamaan berikut
KE
= DTൗTV ∗ KE DT + LDൗTV ∗ KE LD KE LD = 15.8 ∗ PH 0.5 − 5.87
dimana; dimana;
KE = energy kinetic hujan (j m−2 mm−1 ) I = intensitas hujan (mm per jam)
DT= volume lolosan tajuk langsung PH = ketinggian efektif tajuk tumbuhan
(m)
LD = volume tetesan tajuk
TV = jumlah volume lolosan tajuk langsung (DT) dan
tetesan tajuk (LD)
• Data empiris
Erosivitas tetesan tajuk tumbuhan pada berbagai vegetasi (Lembaga Ekologi UNPAD,
1979)
Acacia Anthocephalus
Parameter Albizia Teh
auriculiformis sintesis
• Rata-rata tinggi pohon (m) 20 13 10 0.8
• Rata-rata jarak jatuh bebas
hujan (m) 15 6 5 0.5
• Penutupan tajuk (%) 40 80 80 -
• Lolosan tajuk (%) 80 81 80 -
• Erosivitas air sampai tanah (%) 102 119 147 35
b. Pengaruh vegetasi dalam mengurangi kecepatan aliran permukaan
dan kekuatan perusak air
• Tumbuhan yang merambat di permukaan tanah adalah menghambat aliran
permukaan.
• Pohon-pohon yang jarang tegakannya, kecil sekali pengaruhnya terhadap
kecepatan aliran permukaan.
c. Pengaruh akar tumbuhan
• Akar berperan dalam pembentukan agregat tanah
• Akar menyebabkan bongkah-bongkah tanah menjadi butir sekunder
• Akar tumbuhan menyebabkan agregat tanah menjadi stabil, secara mekanik
dan kimia
• Pengaruh akar terhadap ketahanan tanah terhadap erosi dan longsor
tergantung pada jenis akar dan ke dalaman akar
• Rumput, legiminose, dan tumbuhan semak sampai kedalaman 0.75-1.5 m.
• Pepohonan memiliki pengaruh sampai kedalaman 3 m atau lebih tergantung
morfologi pohon.
• Tipe morfologi pohon:
• Tipe H (a): akar maksimum pada kedalaman sedang,
dengan lebih 80% matriks akar pada kedalaman 60 cm
lapisan atas tanah
• Tipe R (b): perkembangan akar maksimum dalam, 20% (a) Tipe H
pada kedalaman 60 cm lapisan atas
• Tipe VH (c): memiliki sekitar 80% matriks akar
(d) Tipe V
terdapat pada kedalaman 60 cm, akar lateral yang luas
• Tipe V (d): memiliki perkembangan akar sedang (c) Tipe VH
sampai dalam dengan akar tunjang yang kuat, tetapi
akar lateral sedikit.
• Tipe M (e): memiliki perkembangan akar dalam, tetapi
80% matriks pada ke dalaman 30%.
(b) Tipe R (e) Tipe M
d. Pengaruh biologi tanah
• Kegiatan biologi oleh bakteri, jarum, cendawan, insekta dan cacing tanah
memperbaiki porositas dan kemantapan agregat tanah, baik secara fisik
maupun kimia
• Pengaruh berbagai organisme tanah ini akan meningkatkan infiltrasi,
mengurangi aliran permukaan, dan mengurangi erosi.
e. Transpirasi
• Setelah tercapai kapasitas lapang, hilangnya air dari tanah tertutama melalui
transpirasi yang akan memperbesar kapasitas tanah untuk menyerap air
hujan, sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi.
• Pengaruh tumbuhan terhadap aliran permukaan dan erosi
• Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh tumbuhan, dimana tanah kosong
setelah hujan dan tanpa hujan sehari sebelumnya, aliran permukaannya jauh
lebih besar dari tanah tertutup hutan atau padang rumput.
4 Hutan lebat dgn pohon rapat 10
Rumput Tanah Terbuka
Aliran permukaan (% hujan)

Aliran permukaan (% hujan)


3
25
2
1 5 20
0
15
-1
0
-2
10
-3
-4 -5 5
5 15 25 35 45 55 65 5 12 15 25 35 45 56 65
Curah hujan Curah hujan (mm) 0
5 15 25 35 45 55 65
Aliran permukaan tanah dibasahi (%hujan) Aliran permukaan tanah dibasahi (%hujan)
Aliran permukaan tanah dibasahi (%hujan)
Aliran permukaan tanah kering (%hujan)
Aliran permukaan tanah kering (%hujan) Aliran permukaan tanah kering (%hujan)
Aliran permukaan dan erosi dari berbagai jenis tanah di bawah berbagai jenis tanaman (Coster, 1938)
Aliran Permukaan (%
Jenis Tumbuhan Erosi (ton/ha)
thd Curah hujan)
Podsolik Merah Kuning
1. Alang-alang dipacul bersih setiap bulan 49.8 58.8
2. Alang-alang+semak 0.5 0.2
3. Alang-alang murni 3.3 0.7
4. Albizia murni dengan semak campuran 5.8 0.7
5. Albizia bersih di bawahnya tanpa semak (umur 3 thn) 71.4 79.8
Latosol
1. Rumput biasa, utuh 4.4 0.2
2. Rumput diinjak-injak setiap hari 17.2 1.0
3. Pohon Ficus elastic, bersih di bawahnya 21.2 34.1
4. Pohon Ficus elastic dengan semak dan serasah di bawahnya 2.0 0.0
Regosol
1. alang-alang dibakar satu kali 5.0 7.3
2. Alang-alang diolah dan ditanami jagung dan kacang tanah 11.9 345.0
3. Alang-alang campur gelagah 5.0 3.5
4. Semak lantana 2.1 5.1
Pengaruh beberapa pola tanam tanaman semusim terhadap erosi

Pola tanam (cropping system) Nisbar erosi*)


1. Pola tanam tumpang gilir (jagung+padi gogo)-(sorgum+kacang tanah) dan ubi kayu 0.41
2. Pola tanam tumpang gilir seperti no.1 dengan mulsa sisa tanaman 0.35
3. Pola tanam tumpang gilir seperti no.1 tanpa pupuk 0.43
4. Pola tanam bergilir: padi gogo-jagung 0.24
5. Pola tanam bergilir seperti no 4, dipupuk dan diberi mulsa sisa-sisa tanaman 0.25
6. Pola tanam bergilir seperti no.4, dipupuk dan digulud 0.01

*) nisbah besarnya erosi dari tanah bertanaman terhadap besarnya erosi dari tanah tidak ditanami, pada
tanah mediteran merah kuning, Punug, Jawa Timur (Bambang Basuki, 1981)
Tanah
• Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan A. Sifat-sifat tanah yang
terhadap erosi yang berbeda-beda. mempengaruhi erosi
• Kepekaan erosi tanah atau mudah 1) Tekstur
tidaknya tanah tererosi adalah fungsi 2) Struktur
berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia
tanah. 3) Bahan organic
• Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang 4) Kedalaman
mempengaruhi erosi adalah 5) Sifat lapisan tanah
a. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi 6) Tingkat kesuburan tanah
infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas
menahan tanah
b. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
ketahanan struktur tanah terhadap disperse
dan penghancuran agregat tanah oleh
tumbukan butir-butir hujan dan aliran
permukaan.
1) Tekstur tanah • Tanah bertekstur kasar seperti
pasir dan pasir berkerikil
• Tekstur tanah adalah ukuran butir mempunyai kapasitas infiltrasi
dan proporsi kelompok butir-butir yang tinggi
primer bagian mineral tanah. • Tanah berstekstur halus
• Tanah liat (clay) mempunyai kapasitas infiltrasi
• Debu (silt) cukup tinggi, tetapi jika terjadi
aliran permukaan butir-butir
• Pasir (sand) halus akan mudah terangkut.
• Menurut system USDA (1975): • Tanah yang mengandung liat
• Liat berdiameter < 0.002 mm dalam jumlah yang tinggi
dapat tersuspensi oleh
• Debu berdiameter 0.002 – 0.05 tumbukan butir-butir hujan
mm dan pori-pori tanah tersumbat
• Pasir berdiameter 0.05 – 2 mm oleh butir liat yang
tersuspensi, menyebabkan
aliran permukaan menjadi
tinggi.
• Menurut Bouyoucos (1935) • Namun pendapat Bouyoucos ditentang
bahwa kepekaan tanah dapat beberapa ahli dengan pendapat sbb:
diduga dengan nisbah liat (clay • Tanah yang ia teliti adalah tanah-
ratio) berikut: tanah lateritic (mengandung liat
kaolinit atau oksida alumunium dan
besi terhidrasi tinggi), yang tahan
%pasir + %debu terhadap disperse akibat pengikatan
butir-butir liat oleh oksida-oksida
%liat tersebut.
• Kelompok liat dibedakan berdasarkan
Menurut rumus ini bahwa susunan kimianya yakni nisbah silica
terhadap sesquioksida
tanah yang mempunyai nisbah
rendah (% liat tinggi) umumnya S1 O2
kurang peka terhadap erosi ൗ Fe2 O3 +Al2 O3
daripada yang mempunyai
nisbah tinggi (% liat rendah). • Bennet, 1926 dan Middleton, 1930)
• Nilai nisbah kritik adalah 2.0
• Nisbah >2.0, umumnya plastis dan berkembang jika basah sehingga
mudah terdispersi
• Nisbah <2.0, umumnya kersai dan tidak mudah terdispersi
• Berdasarkan kondisi ini sekarang liat dikelompokkan menjadi
• Liat montmorillonit mempunyai nisbah > 2.0 (disebut liat tipe 1:2),
sifatnya mengembang dan plastis jika basah, agregatnya tidak stabil dan
mudah tererosi
• Liat Kaolinit (liat tipe 1:1) memunyai nisbah <2.0, mempunyai sifat tidak
mengembang dan hanya sedikit plastis jika basah, dan membentuk
agregat yang stabil dan tahan terhadap erosi.
• Liat illit berada diantara liat montmorilonit dan kaolinit.
2) Struktur tanah • Pembentukan struktur tanah
• Struktur tanah adalah ikatan butir-butir dipengaruhi oleh jenis kation yang
primer tanah ke dalam butir-butir sekunder teradsorpsi oleh liat dan adanya
atau agregat. bahan pengikat butir-butir primer.
• Susunan butir-butir primer dalam agregat • Liat yang jenuh dengan kation
menentukan tipe struktur tanah. Ca dan Mg akan terfokulasi,
• Tanah dengan berstruktur kersai atau granuler sedangkan yang jenuh dengan
lebih terbuka dan lebih sarang dan akan kation Na akan terdispersi.
menyerap air lebih cepat daripada yang
berstruktur lebih rapat. • Ca dan Mg serta basa bervalensi
• Terdapat dua aspek struktur tanah yang dua lainnya sebagai pengikat
penting terkait erosi yi: butir-butir primer di dalam
• Sifat-sifat fisik kimia liat yang agregat.
menyebabkan terjadinya flokulas • Pengikatan butir-butir primer
(bergelombol).
• Adanya pengikat butir-butir primer
menjadi agregat dapat juga terjadi
sehingga terbentuk agregat yang mantap. oleh mycelia jamur dan
actinomycetes
• Mekanisme pengikatan butir-butir primer menjadi gregat di dalam tanah, yi
• Pengikatan secara fisik butir-butir primer oleh mycelia fungi dan actinomycetes. Dengan
cara ini, pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
• Pengikatan secara kimia butir-butir primer melalui ikatan antar bagian-bagian (kedudukan)
positif butir-butir liat dengan gugusan negative (carboxyl atau hidrosulfit) pada senyawa
organik yang berbentuk rantai panjang (polimer), sbb:

- - Senyawa organik
- -

+ +
+ +
- -- - - - Butir liat
- - - -
- - - -
• Pengikatan secara kimia butir-butir liat oleh ikatan antar bagian
(kedudukan) negative liat dengan gugusan negative (carboxyl) pada
senyawa organic berantai panjang dengan perantara pertautan basa
(Ca, Mg, Fe) dan ikatan hydrogen sebagai berikut:

- - - - Senyawa organik

Ca Ca
Ca Ca +
+ + +
- -- - - - Butir liat
- - - -
- - - -
• Pengikatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara
bagian-bagian negative liat dengan gugusan positif (gugusan
ammine, amide, amino) pada senyawa organic berbentuk
rantai (polymer), sebagai berikut

+ + + + Senyawa organik

- -
- -
- -- - - - Butir liat
- - - -
- - - -
• Telah diketahui bahwa agregat tanah dapat terbentuk dengan mengaduk campuran pasir, debu
dan liat yang dibasahi tanpa ada senyawa organic. Mekanisme yang terjadi dalam pembentukan
struktur demikian adalah:
• Pengikatan secara kimia butir-butir liat bermuatan negative melalui pertautan kation.
Menurut Russel (1968) pada peristwa ini molekul air yang bersifat dipole memegang peranan
penting pada taraf permulaan. Ketika air menguap maka butir-butir tertarik lebih dekat satu
sama lain. Kation seperti Ca, Mg dan hidroksida besi memegang peranan penting pada saat air
telah menguap. Secara mekanisme dapat dijelaskan berikut. Molekul air

+- -+
+- -+
- - - + Ca + -+ - - -
- - - +- -+ - -
- +- - - -
- -
• Pengikatan secara kimia butir-butir liat melalui bagian positif suatu butir
dengan bagian-bagian negative butir lainnya. Orientasi tertentu diperlukan
untuk terjadinya mekanisme ini. Page (1955) menganggap pelumpuran
meningkatkan kesempatan terjadinya orientasi butir-butir mineral liat. Secara
skematik mekanisme adalah sbb:

+ - + + - Butir liat

- + - + -
3) Bahan organic 4) Kedalaman tanah
• Peranan bahan organic dalam • Tanah-tanah yang dalam dan permeable
pembentukan struktur tanah telah kurang peka terhadap erosi daripada
dikemukan tadi. tanah yang permeable tetapi dangkal.
• Selain itu bahan organic memiliki peranan • Kedalaman tanah sampai lapisan kedap
penting dalam stabilitas struktur tanah. air menentukan banyaknya air yang dapat
• Untuk bahan organic yang jatuh di atas diserap tanah, yang dengan demikian
permukaan tanah tetapi belum terurai mempengaruhi besarnya aliran air.
seperti daun, ranting, dsb merupakan • Sifat lapisan bawah tanah yang
pelindung tanah terhadap kekuatan menentukan kepekaan erosi tanah adalah
perusak butir-butir hujan yang jatuh. permeabilitas lapisan tersebut.
• Bahan organic yang mulai mengalami • Permeabilitas ditentukan oleh tekstur dan
perombakan mempunyai kemampuan struktur tanah. Tanah yang lapisan
menyerap dan menahan air yang tinggi bawahnya berstruktur granular dan
yakni 2 sampai 3 kali beratnya, dan permeable kurang peka terhadap erosi
memperlambat kecepatan aliran air dibandungkan tanah yang lapisan
permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan bawahnya padat dan permeabilitasnya
pemantapan agregat tanah. rendah.
5) Kesuburan tanah 6) Kerak tanah (soil crusting)
• Perbaikan kesuburan tanah akan • Pada tanah-tanah berdebu (silty
memperbaiki pertumbuhan tanaman soil), tanah mengandung pasir
• Pertumbuhan tanaman yang lebih baik halus tinggi, tanah yang
akan memperbaiki penutupan tanah lebih mengandung bahan organic
baik, dan lebih banyak sisa-sisa tanaman rendah, dan tanah yang
yang kembali ke tanah setelah panen. berstruktur buruk atau tidak stabil,
• Sifat lapisan bawah tanah yang mudah mengalami pembentukan
menentukan kepekaan erosi tanah adalah kerak yang disebabkan
permeabilitas lapisan tersebut. tersumbatnya pori-pori makro
• Permeabilitas ditentukan oleh tekstur dan tanah oleh butir-butir halus tanah
struktur tanah. Tanah yang lapisan yang telah lepas dari ikatan
bawahnya berstruktur granular dan strukturnya sebagai akibat
permeable kurang peka terhadap erosi tumbukan butir-butir hujan.
dibandingkan tanah yang lapisan bawahnya
padat dan permeabilitasnya rendah. • Pengerakan tanah (soil crusting)
• Selian itu pertumbuhan bagian atas mengakibatkan menurunnya
sebanding dengan pertumbuhan akar. kapasitas infiltrasi tanah.
B. Kepekaan Erosi Tanah • Untuk mengetahui tingkat erodibilitas
• Jenis tanah memiliki kepekaan tanah dibuat indeks erodibilitas tanah
erosi tanah yang berbeda. Orang berdasarkan data analisis laboratorium.
Orang pertama yang menyajikan indeks
pertama yang menyatakannya ini adalah Middleton (1930).
adalah Bennet (1926). • Tanah di lapangan dibedakan atas tanah
• Kepekaan erosi tanah dalam peka erosi dan tanah tahan erosi,
bahasa Inggris yang benar dan kemudian dibandingkan dengan sifat
digunakan dewasa ini adalah soil kimia dan fisiknya.
erodibility bukan soil erosivity. • Dua indeks dinyatakan yaitu (1) sifat
• Kepekaan erosi tanah atau yang mempengaruhi disperse, dan (2)
erodibilitas tanah memiliki yang mempengaruhi penyerapan air
hubungan yang erat antara oleh tanah. Kedua parameter tersebut
besarnya erosi dengan nisbah kemudian menjadi dasar dalam
S1 O2 mempelajari sifat tanah dan erosi.
ൗ Fe2 O3 +Al2O3 dalam tanah.
• Upaya yang dilakukan dalam
menentukan indeks erodibilitas 3) Nisbah permukaan agregat
tanah, yi: (Andre dan Anderson, 1961):
a. Uji statis di Laboratorium. Luas permukaan butir-butir
Termasuk dalam kelompok uji > 0.05 mm
statis di Laboratorium adalah:
1) Nisbah disperse: Nisbah kandungan % debu + liat A
(debu + liat) tanah tidak terdispersi − % debu + liat B
terhadap kandungan (debu + liat)
tanah yang didispersikan di dalam
air (Middleton, 1930). dimana;
2) Nisbah liat (Bouyoucos, 1935): A= bagian tanah yang
terdispersi
(% Pasir + % debu)
B= bagian tanah yang tidak
% Liat disperse.
c. Uji Dinamik di Laboratorium. d. Uji statis di lapangan: termasuk
Termasuk dalam uji dinamik di dalam uji statis di lapangan adalah
laboratorium adalah: indeks Erodibilitas Chorley (1959):
1
1) Uji simulasi hujan
(Woodburn dan Kozachyn, Kekuatan share rata − rata × permeablitas
1956). Uji dinamik di
laboratorium dilakukan
dengan membandingkan e. Uji dinamik di lapangan. Uji di
erosi yang terjadi dari lapangan sulit, tetapi uji di
berbagai jenis tanah yang laboratirum tidak mencerminkan
diberi hujan standar. untuk menduga besarnya erosi di
lapangan.
2) Kandungan agregat stabil
dalam air (Bryan, 1968):
persentase agregat tanah
yang stabil dalam air
(agregat > 0.5 mm)
• Berdasarkan kondisi tersebut, maka dibuat dalam keadaan tanah standar yakni
tanah terbuka tidak ada vegetasi penutup sama sekali, terletak pada lereng 9%
dengan bentuk lereng yang seragam dan panjang lereng 72.6 kaki atau 22 m.
• Nilai factor erosi tanah ditandai dengan huruf K, yang dinyatakan dalam
persamaan berikut:
A
K=
R
dimana;
K = nilai factor kepekaan erosi tanah
A = besarnya erosi yang terjadi dari tanah pada petak standar (ton ha−1 ha−1 )
R = EI30 tahunan.
Semakin kecil nilai K semakin kurang peka suatu tanah terhadap erosi.
• EI30 dihitung untuk setiap kejadian hujan dengan menggunakan persamaan:
EI30 = ෍ E I30 10−2

dimana;
E = energy kinetic suatu hujan dalam ton-meter ha−1
I30 = intensitas maksimum hujan yang terjadi selama 30 menit dalam cm per jam
Nilai E dihitung dengan persamaan:

E = 210 + 89 log i
Energi hujan dan intensitas hujan yang diperlukan didapat dari analisis grafik
hujan pada kertas pias yang didapat dari penakar hujan otomatik, pada Grafik
berikut.
Grafik Hujan dari Penakar Hujan Otomatik (Pias Hujan)
• K: bagian hujan pada
gambar yang terbagi ke
dalam bagian-bagaian: a-
Analisis Hujan pada Grafik Hujan Dari Pias Hujan Otomatik b sd j-k
• L: Besarnya curah hujan
Bagian Hujan Pd Besarnya CH per Waktu terjadinya I30 (cm per bagian (cm), dimana
Gambar Pias Hujan bagian (cm) hujan (menit) I (cm/jam) Log I per jam) E (ton-m/ha/ E (ton-m/ha) EI30
(K) (L) (M) (N) (O) (P) cm hujan) (Q) (R) (S)
diawali dengan 1 mm
pada titik a, kemudian
a-b 1.00 45 1.33 0.1249 - 221.1 221.12 -
b-c - - - - - - - -
dimana kenaikan satu
baris = 2 mm = 0.2 cm
c-d 0.20 40 0.30 -0.523 - 163.5 32.69 -
d-e - - - - - - - -
• M: waktu jadinya hujan
dimana 1 kolom = 1 jam
e-f 0.55 15 2.20 0.3424 - 240.5 132.26 -
f-g - - - - - - - - = 60 menit
• I: L/M * 60
g-h 2.25 40 3.38 0.5283 - 257.0 578.29 -
• O: log I
h-i 0.20 40 0.30 -0.523 - 163.5 32.69 -
• P: L terbesar=L pd (i-j)-
i-j 3.80 40 5.70 0.756 7.20 277.3 1,053.64 75.86 (h-i)*60/30
j-k 0.40 140 0.17 -0.766 - 141.8 56.73 - • Q: 210+(89*log i) dalam
ton-m/ha/ cm hujan
Jumlah 8.40 360 7.20 1,465 2,107.42 151.73
• R: Q*L
• S: P*R/100
Nilai faktor K beberapa tanah di Indonesia (Kurnia dan Suwardjo, 1984)

Jenis tanah Bahan induk Nilai K


Kisaran Rata-rata
1. Latosol Darmaga Tufa volkan 0.02-0.04 0.03
Klasifikasi Nilai K Tanah (USDA, 1973 Dalam
(Haplothox) 0.08-0.09 0.09
Dangler dan El – Swaify, 1976) 2. Latosol Citayam Tufa volkan 0.11-0.16 0.14
(Haplorthox) 0.24-0.30 0.27
Kelas Nilai K Harkat 3. Regoso L Tanjungharjo Batu liat berkapur 0.12-0.19 0.16
(Troporthents) 0.09-0.11 0.10
1 0.00 – 0.10 Sangat Rendah 4. Grumusol Jegu, Belitar Napal 0.16-0.29 0.23
2 0.11 – 0.21 Rendah (Chromoderts) 0.18-0.25 0.22
3 0.22 – 0.32 Sedang 5. Podsolik Jonggol Batu liat - 0.32
4 0.33 – 0.44 Agak Tinggi (Tropudults)
5 0.45 – 0.55 Tinggi 6. Mediteran Citayam Tufa volkan
6 0.56 – 0.64 Sangat Tinggi (Tropohumults)
7. Mediteran Putat Breksi berkapur
(Tropudalfs)
8. Mediteran Punung Breksi berkapur
(Tropaqualfs)
9. Podsolik Merah Kuning Dasitik
Pekalongan. Lampung
Tengah (Tropodults)
• Di Indonesia kelas erodibilitas merupakan salah satu factor
yang digunakan untuk menentukan kawasan hutan lindung
dan hutan produksi
• Telah ditetapkan Berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Kriteria Dan Tata Cara
Penetapan Hutan Lindung
• Faktor Lereng
• Faktor Jenis Tanah Dan
• Faktor Intensitas Curah Hujan
KRITERIA KLASIFIKASI LERENG LAPANGAN

KELAS LERENG LERENG (%) KETERANGAN

1 0–8 DATAR

2 8 – 15 LANDAI

3 15 – 25 AGAK CURAM

4 25 – 45 CURAM

5 45 ATAU LEBIH SANGAT


CURAM
Kriteria klasifikasi jenis tanah thd kepekaan erosi (erobilitas)
KELAS JENIS TANAH KETERANGAN
TANAH
1 ALUVIAL, TANAH GLEI, TIDAK PEKA
PLANOSOL, HIDROMORF
KELABU, LATERITE AIR TANAH
2 LATOSOL AGAK PEKA

3 BROWN FOREST SOIL, NON KURANG PEKA


CALCIC BROWN, MEDITERAN
4 ANDOSOL, LATERITE, PEKA
GRUMUSOL, PODSOL,
PODSOLIK
5 REGOSOL, LITOSOL, SANGAT PEKA
ORGANOSOL, RENZINA
KRITERIA KLASIFIASI INTENSITAS HUJAN
KELAS INTENSITAS INTENSITA HUJAN KETERANGAN
HUJAN (mm/hari hujan)
1 0,0 – 13,6 SANGAT RENDAH

2 13,6 – 20,7 RENDAH

3 20,7 – 27,7 SEDANG

4 27,7 – 34,8 TINGGI

5 34,8 KE ATAS SANGAT TINGGI


PENETAPAN FUNGSI HUTAN

NILAI SKOR = (KELAS LERENG x BOBOT LERENG)


+ (KELAS JENIS TANAH X BOBOT JENIS TANAH) +
(KELAS INTENSITAS HUJAN X BOBOT IH)

BOBOT LERENG = 20
BOBOT JENIS TANAH = 15
BOBOT INTENSITAS HUJAN = 10

FUNGSI HUTAN
NILA SKOR = 175 ATAU LEBIH : HUTAN LINDUNG
NILAI SKOR = 125 – 175 : HUTAN PRODUKSI TERBATAS
NILAI SKOR = 125 ATAU KURANG: HUTAN PRODUKSI TETAP
SELAIN KETENTUAN TERSEBUT, HUTAN LINDUNG:

1. MEMPUNYAI LERENG LAPANGAN > 45 %


2. MEMPUNYAI TANAH YANG SANGAT PEKA
TERHADAP EROSI DENGAN LERENG > 15 %
3. MERUPAKAN JALUR PENGAMAN ALIRAN
AIR/SUNGAI, MIN 100 M KIKA SUNGAI
4. PERLINDUNGAN MATA AIR, RADIUS MIN 200 M
5. KETINGGIAN 2000 M ATAU LEBIH
6. GUNA KEPERLUAN KHUSUS
CONTOH HASIL
KLS KLS JNS KLS IH JMLH LUAS FUNGSI
LERENG TNH NILAI (HA) HUTAN
SKOR
2 4 3 130 710 HPT

3 4 3 150 290 HPT

4 4 3 170 11.560 HPT

4 5 3 185 550 HL

5 5 3 205 3.690 HL

JUMLAH 16.800
Manusia
• Manusia menentukan apakah a. Luas tanah pertanian yang diusahakannya
tanah yang akan diusahakannya
akan rusak dan menjadi tidak b. Jenis dan orientasi usaha taninya
produktif atau menjadi baik dan c. Status penguasaan tanah
produktif secara lestari d. Tingkat pengetahuan dan penguasaan
teknologi petani yang mengusahakannya
• Banyak factor yang menentukan e. Perimbangan harga antara harga produk
manusia akan memperlakukan pertanian dan harga sarana produksi dan
dan merawat serta kebutuhan petani
mengusahakan tanahnya secara f. Sistem perpajakan
bijaksana sehingga menjadi lebih g. Sumber modal yang diperlukan petani
baik dan memberikan h. Infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan
pendapatan yang tinggi untuk petani, dan
jangka waktu yang tidak i. Untuk petani kecil adalah keuntungan dalam
terbatas, antara lain: waktu singkat yang akan mereka terima.
• Pengalaman di masa lampau • Pendekatan dan kebijakan baru
• Banyak program konservasi air dan tanah • Berdasarkan pengalaman tersebut,
mengalami kegagalan di berbagai Negara. diperlukan pendekatan baru yi
Adapun penyebab pokoknya diantaranya didasarkan kepada peningkatan
adalah system penggunaan tanah yang
mengarah kepada pertumbuhan
a. Masalah erosi tanah pada umumnya vegetasi tutupan lahan yang lebih
dipandang sebagai masalah yang berdiri baik.
sendiri, dimana hanya diatasi menggunakan
metode mekanik, padahal juga perlu • Sistem demikian diharapkan dapat
perbaikan masalah penggunaan tanah dan melindungi tanah dari erosi,
pengolahan tanah yang tepat. meningkatkan kesuburan tanah,
b. Beranggapan bahwa petani melakukan meningkatkan kandungan bahan
upaya memperbaiki dengan membangun organic tanah, dan memaksimumkan
pencegah erosi, sehingga hanya dilakukan penyerapan air oleh tanah.
himbauan, tetapi tidak dilakukan
pengukuran lanjutan bagaimana • Selain itu, tanaman semusim,
pengaruhnya terhadap pendapatan petani. rumput, atau pohonan dapat
tumbuh lebih baik, hasil meningkat,
dan petani mendapat keuntungan.
• Perlu pendekatan baru yi diperlukan • Di tingkat petani harus dikembangkan
kebijakan dan program yang menjamin penerapan konservasi tanah yang
partisipasi masyarakat desa secara farmer friendly (ramah petani), dan
besar-besaran dalam konservasi tanah perencanaan konservasi tanah haruslah
karena besarnya manfaat yang akan menggunakan pendekatan
didapat dari tindakan ini. Oleh karena “mengutamakan petani” (farmer first
diperlukan kebijakan dan program secara approach)
nasional serta implementasi di tingkat • Untuk mencapai hal tersebut, maka konservasi
petani. tanah haruslah merupakan
• Secara nasional diperlukan kebijakan • Bagian integral dari system usaha tani yang
nasional yang harus ditujukan kepada produktif
tiga obyek yang berkaitan, yi • Dikembangkan dalam kerangka kegiatan
• Perbaikan penggunaan dan pengelolaan pembangunan pertanian
lahan • Dilakukan selaras dengan tujuan keluarga
• Lebih mendorong atau mengembangkan usaha tani kecil
partisipasi secara penuh • Konservasi tanah haruslah memberikan
• Mengembangkan institusi yang keuntungan segera (dalam waktu singkat)
menyediakan berbagai dukungan yang kepada petani yang terlibat.
diperlukan pengguna lahan
• Dalam menaksir kesesuaian rekomendasi tingkat lapangan, delapan butir
berikut harus dipertimbangkan
• Secara teknis mungkin dilakukan
• Secara praktis layak
• Secara finansial diinginkan
• Rekomendasi tersebut stabil
• Berkelanjutan
• Ekonomis
• Secara social dapat diterima.
• Model yang dikembangkan dengan Payment for Environmental Services (PES)
yakni membayar upaya yang dilakukan petani terhadap jasa lingkungannya
seperti jasa air.

Anda mungkin juga menyukai