Anda di halaman 1dari 31

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EROSI

E = ƒ(i, r, v, t, m)
• Air yang menimpa tanah terbuka menyebabkan
tanah terdispersi.
• Sebagian air hujan akan mengalir di atas
permukaan tanah, terkait dengan hubungan
antara jumlah dan intensitas hujan dengan
kapasitas infiltrasi dan kapasitas menyimpan air
tanah.
• Daya rusak air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah akan semakin besar dengan
semakin curam dan panjangnya lereng.
• Tumbuhan yang hidup di permukaan tanah
dapat memperbaiki daya serap air dan
memperkecil daya rusak butiran hujan yang
jatuh, daya dispersi serta daya angkut aliran air
permukaan.
• Perlakuan atau tindakan manusia terhadap
tanah dan tumbuhan di atasnya menentukan
apakah tanah menjadi baik dan produktif atau
rusak
• Proses erosi bersifat tidak linear artinya:
– erosi meningkatkan aliran permukaan karena
berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah.
– peningkatan aliran permukaan mengurangi
kandungan air tanah sehingga pertumbuhan
tumbuhan menjadi kurang baik
– Pertumbuhan tumbuhan yang kurang baik berarti
berkurangnya sisa-sisa tumbuhan yang kembali ke
tanah dan berkurangnya perlindungan terhadap
tanah, akhirnya erosi makin besar.
– Erosi yang makin besar terkait dengan aliran
permukaan; makin besar aliran permukaan
makin besar erosi.
– Jadi prosesnya berkembang secara
eksponensial, oleh karenanya erosi harus
dicegah sejak dini.
• Disimpulkan bahwa erosi adalah akibat
interaksi kerja antara faktor-faktor iklim,
topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi),
dan manusia terhadap tanah, yang
dinyatakan dengan persamaan deskriptif:
E = ƒ(i, r, v, t, m)
• Dimana :
• E = erosi; i = iklim; r = relief (topografi); v =
tumbuh-tumbuhan (vegetasi); t = tanah; dan m =
manusia
• Dari persamaan tadi ada dua jenih peubah,
yaitu:
• Faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia,
misalnya tumbuhan (v) dan sifat tanah (t) ialah
kesuburan tanah, ketahanan agregat dan
kapasitas infiltrasi, dan satu unsur topografi yaitu
panjang lereng.
• Faktor-faktor yang tidak dapat diubah oleh
manusia, seperti iklim (i), tipe tanah dan
kecuraman lereng.
FAKTOR IKLIM
• Di daerah beriklim basah faktor iklim yang mempengaruhi erosi
adalah curah hujan
• Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusinya menentukan
kekutan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran
permukaan dan kerusakan erosi.
• Besarnya curah hujan adalah volume air yag jatuh pada suatu areal
tertentu (m3/Ha) atau satuan yang umum digunakan adalah tinggi air
dengan satuan mm. Besarnya hujan bisa dimaksudkan untuk satu
kali hujan atau untuk periode waktu tertentu seperti per hari, per
bulan, per musim atau per tahun.
• Intensitas hujan adalah besarnya curah hujan yang jatuh dalam
suatu waktu yang singkat, yaitu 5, 10, 15, atau 30 menit dengan
satuan mm/jam atau cm/jam.
Klasifikasi Intensitas Curah Hujan (Kohnke
dan Bertrand, 1959)
Intensitas Hujan Klassifikasi
(mm/jam)
< 6,25 Rendah (gerimis)

6,25 – 12,50 Sedang

12,50 – 50,00 Lebat

> 50,00 Sangat Lebat


Klasifikasi Intensitas lainnya

Intensitas Hujan (mm/jam) Klassifikasi


0–5 Sangat rendah
5 – 10 Rendah
11 – 25 Sedang
26 – 50 Agak tinggi
51 – 75 Tinggi
> 75 Sangat tinggi
• Hujan Lebih (US Weather Bureau) menyangkut intensitas dan
lamanya hujan.
• Suatu hujan dinyatakan sebagai hujan lebih jika mempunyai laju
atau intensitas paling sedikit :
• 0,20 + 0,01 T X 1500 mm/jam
T
T = lamanya hujan dalam menit (Yarnet, 1935)
• Menurut definisi tersebut suatu hujan selama 5 menit akan
mempunyai intensitas sebesar 75 mm/jam, merupakan hujan lebih.
Akan tetapi oleh karena jumlah air yang jatuh hanya 6,25 mm,
hanya sedikit kemungkinan terjadi aliran permukaan, maka
definisinya diubah menjadi:
• Suatu hujan yang lamanya kurang dari satu jam adalah hujan lebih,
jika jumlah seluruh air yang jatuh melebihi 20 mm; sedangkan suatu
hujan yang lamanya lebih dari satu jam adalah hujan lebih jika
memenuhi persamaan di atas.
Hubungan antara lama hujan, intensitas dan jumlah air
untuk hujan lebih
Tabel Sifat-sifat minimum suatu hujan lebih

Lamanya hujan Intensitas rata-rata Jumlah air yang


(menit) (mm/jam) jatuh (mm)
8 150 20
20 60 20

40 30 20

60 20 20

120 17,5 35
180 16,75 50
• Penerapan hujan lebih untuk
membedakan hujan yang menyebabkan
aliran permukaan yang besar atau kecil,
perlu memperhatikan faktor-faktor lain
seperti jumlah hujan sebelumnya,
permeabilitas tanah, tumbuhan penutup
tanah, dsb.
• Hubungan intensitas hujan dengan besar
butiran sangat erat, juga berhubungan erat
dengan kecepatan jatuhnya butir hujan
terkait dengan gaya gravitasi juga
dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Hubungan antara Intensitas hujan
dengan diameter median butiran hujan
Intensitas hujan Diameter median butir
(mm/jam) hujan (mm)
0,25 0,75 – 1,00
1,25 1,00 – 1,25
2,50 1,25 – 1,50
12,50 1,75 – 2,00
25,00 2,00 – 2,25
50,00 2,25 – 2,50
100,00 2,75 – 3,00
150,00 3,00 – 3,25
Hubungan antara Intensitas hujan
dengan diameter median butiran hujan
Ukuran butir (mm) Kecepatan jatuh
(m/detik)
1,25 4,85
1,50 5,51
2,00 6,58
3,00 8,06
4,00 8,86
5,00 9,25
6,00 9,30
• Distribusi hujan menentukan apakah hujan
tahunan bisa menyebabkan bahaya erosi
yang besar atau tidak.
• Dalam hal ini hujan dianggap hujan lebih
jika lebih dari 12,5 mm air jatuh dalam
waktu setengah jam.
• Sifat lain hujan yang penting adalah energi kinetik hujan, oleh
karena merupakan penyebab utama dalam penghancuran agregat-
agregat tanah. Dengan rumus:
• Ek = ½ mV2 Ek = energi kinetik; m = massa; v = kecepatan
• Wischmeier dan Smith (1958) menemukan korelasi antara sifat
hujan dengan erosi tanah yang diberakan, jika empat peubah
berikut dimasukkan dalam persamaan regresi, yaitu: (1) energi
curah hujan, (2) pengaruh suatu term yang mengukur pengaruh
interaksi energi hujan dan intensitas maksimum yang terjadi lama,
(3) suatu term hujan sebelumnya, dan (4) energi kumulatif sejak
pengolahan tanah terakhir. Maka dihasilkan rumus energi kinetik
hujan sbb:
• E = 210 + 89 log I dimana E = energi kinetik (ton m/ha/mm) dan i =
intensitas hujan (mm/jam)
• Term interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit didapat
dari hubungan:
• EI30 = E (I30.10-2 ) dimana EI30 = interaksi energi dengan intensitas
maksimum 30 menit, E = energi kinetik (ton m/ha), I30 = intensitas
maksimum 30 menit (cm/jam)
• Oleh karena EI30 berkorelasi dengan besarnya erosi,
maka EI30 dinyatakan sebagai indeks potensial erosi
hujan atau indeks erosi hujan. Untuk menghitungnya
memerlukan penakar hujan otomatis yang mencatat
jatuhnya hujan setiap saat. Berhubunga terbatasnya
penekar otomatis, maka dicari metode lain untuk
menentukan EI30 dengan menggunakan catatan hujan
yang umum tersedia.
• Lenvain (1975) dalam Bols (1978) mendapatkan
hubungan antara EI30 dengan curah hujan tahunan (R)
sbb:
– EI30 = 2,34R1,98
• Sedangkan Bols mengemukakan persamaan sbb:
– EI30 = 6,119 (RAIN)1,21(DAYS)-0,47(MAXP)0,53 dimana EI30 =
indeks erosi hujan bulanan, RAIN = curah hujan rata-rata
bulanan (cm), DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per bulan, dan
MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan
bersangkutan. EI30 tahunan adalah jumlah dari EI30 bulanan.
• Hudson mengusulkan [KE>25] = energi kinetik curah hujan dengan
intensitas hujan > 25 mm/jam untuk digunakan sebagai pengganti
EI30 karena menurutnya bahwa KE>25 ini lebih besar korelasinya
dengan Erosi daripada EI30.
• IITA (International Institute of Tropical Agriculture) mengusulkan
bahwa A Im(perkalian antara jumlah hujan (bagian hujan) dengan
intensitas maksimum hujan) merupakan parameter yang paling baik
dalam mengukur besarnya erosi atau aliran permukaan. A = total
curah hujan (cm) dan Im = intensitas curah hujan maksimum
(cm/jam).
• Untuk Indonesia berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
EI30 dan KE>25 merupakan indeks erosi hujan yang mempunyai
koefisien korelasi dengan erosi yang paling besar.
• Indeks erosi hujan adalah pengukur kemampuan hujan untuk
menimbulkan erosi, atau disebut Erosivitas Hujan.
• Bahwa Daya Erosi Hujan (Erosivitas Hujan) ditentukan oleh
Intensitas Hujan, Diameter Butir Hujan, Kecepatan Jatuh Butir
Hujan, dan Kecepatan Angin.
• Hudson menyataklan bahwa erosivitas hujan di daerah tropika lebih
besar dibanding di daerah subtropika.
• Nilai EI30 setiap kejadian hujan merupakan
pengukur erosivitas hujan untuk masa atau
musim yang bersangkutan.
• Indeks erosi hujan suatu tempat adalah indeks
erosi rata-rata hujan tahunan selama beberapa
tahun.
• Indeks erosi hujan beberapa tempat yang sama
nilainya dapat dihubungkan oleh garis iso-
eroden. Atau garis ISO-ERODEN adalah garis
yang mengubungkan tempat-tempat dengan
indeks erosi hujan yang sama nilainya.
• Peta Iso-Eroden ini diperlukan sebagai panduan
untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan
erosi dan konservasi tanah-tanah kritis.
TOPOGRAFI
• Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi; unsur
lainnya yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan
arah lereng.

• KEMIRINGAN LERENG:
• Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen: dua titik
yang berjarak 100 m dengan selisih ketinggian 10 m membentuk
lereng (kemiringan) 10 persen. Kemiringan 100 persen sama
dengan kemiringan 45 derajat.
• Semakin curam lereng semakin besar jumlah aliran permukaan dan
kecepatan aliran permukaan, makin besar energi angkut air. Selain
itu, semakin miring lereng maka jumlah butir tanah yang terpercik
semakin banyak.
• Jika lereng menjadi dua kali lipat kemiringannya, maka banyaknya
erosi per satuan luas menjadi 2,0 sampai 2,5 kali lebih banyak.
• Zingg (1940) mendapatkan hubungan antara
kemiringan lereng dengan erosi dengan
persamaan berikut:
X = CSm
Dimana: X = berat tanah tererosi (ton), S =
kemiringan lereng (%), dan m = konstanta lereng
Menurut Woodruff and Whitt (1942) persamaan di
atas lebih cocok untuk kemiringan di atas 8
(delapan) persen.
Untuk kemiringan <8% sebaiknya digunakan
persamaan:
E = a + b S 1,49
dimana: E = Besarnya erosi, a dan b = konstanta,
dan S = kemiringan lereng (%)
• Untuk tanah-tanah di Amerika Zingg mendapatkan
persamaan:
X = C.S1,4L1,6
• Dimana : X = tanah yang terangkut, C = konstanta, yang
besarnya tergantung dari kecepatan infiltrasi, sifat fisik
tanah, intensitas dan lama hujan, S = kemiringan lereng
(%), dan L = panjang lereng (kaki).

• PANJANG LERENG:
• Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran
permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke
dalam saluran atau sungai atau dimana kemiringan
lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan
aliran berubah.
• Zingg mendapatkan hubungan antara panjang lereng
dengan besarnya erosi dengan persamaan:
• X = CLn dimana X = beart tanah tererosi dan L =
panjang lereng (kaki)

• KONFIGURASI LERENG:
• Yang dimaksud adalah bahwa lereng pemukaan tanah
bisa berbentuk cembung (konvek) atau cekung (konkav);
erosi lembar lebih berat terjadi pada lereng konvek,
sedangkan pada lereng konkav terbentuk erosi alur atau
parit.
• KESERAGAMAN LERENG:
• ARAH LERENG.
VEGETASI
• Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi
adalah melalui: 1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, 2)
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan
merusak air, 3) pengaruh akar dan kegiatan biologi yang
berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan
pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah,
dan 4) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah
berkurang.
• INTERSEPSI HUJAN:
• Intersepsi hujan oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui: a)
mempengaruhi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga
dapat mengurangi aliran permukaan, b) mempengaruhi
kekuatan perusak butiran hujan yang jatuh ke tanah.
TANAH
• Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap
erosi yang berbeda.
• Kepekaan = mudah tidaknya tanah tererosi dipengaruhi
oleh interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah ialah: 1)
sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi,
permeabilitas, dan kapasitas menahan air, 2) sifat tanah
yang mempengaruhi keadaan struktur tanah terhadap
dispersi dan pengikisan oleh butir-butiran hujan yang
jatuh dan aliran permukaan.
• Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kepekaan tanah terhadap erosi adalah: 1)
tekstur, 2) struktur, 3) bahan organik, 4)
Kedalaman tanah, 5) sifat lapisan tanah,
dan 6) kersuburan tanah.
• Bouyouous (1955) mendapatkan
hubungan antara liat dengan pasir dan
debu dengan persamaan:
• % pasir + % debu untuk menduga
• % liat kepekaan tanah
terhadap erosi
• Kepekaan Erosi Tanah (Soil Erosivity atau Soil
Erodibility):
• Tanah di lapangan dibedakan menjadi tanah
yang peka erosi dan tanah yang tahan erosi
dengan dua indeks yaitu: 1) sifat yang
mempengaruhi dispersi, dan 2) yang
mempengaruhi penyerapan air oleh tanah.
• Cara untuk mendapatkan indeks erodibility
adalah: 1) Uji statis di laboratorium, 2) Uji
lapangan statis, dan 3) uji dinamik di
laboratorium.
• Uji Statik di Laboratorium:
– Nisbah dispersi: Nisbah kandungan (debu + liat)
tanah tidak terdispersi terhadap kandungan (debu +
liat) yang didispersikan di dalam air.
– Nisbah liat Bouyouous:
Perbandingan %(pasir + debu) terhadap %liat.
– Nisbah permukaan agregat perbandingan antara luas
permukaan butir >0,05 mm terhadap selisih
%(debu+liat)A dengan %(debu+liat)B; A= tanah
terdispersi, B=tanah yang tidak terdispersi.
• Uji Statis lapangan:
• Indeks erodibilitas 1/tahanan shear x permeabilitas
• Uji dinamik di laboratorium:
• 1) uji simulasi hujan. (membandingkan erosi
yang terjadi dari berbagai jenis tanah yang diberi
hujan standar)
• 2) kandungan agregat stabil dalam air
(persentase agregat tanah yang stabil dalam air
(agregat > 0,5 mm)
• Faktor kepekaan tanah didefinisikan sebagai
erosi per satuan indeks erosi hujan untuk suatu
tanah dalam keadaan standar. Tanah standar
adalah tanah yang terbuka tidak ada vegetasi
terletak pada lereng 9% dengan bentuk lereng
seragam dengan panjang lereng 22m.
• Nilai kepekaan erosi tanah (K) adalah:
• K = A/R dimana K = nilai faktor kepekaan
erosi tanah, A besarnya erosi yang terjadi
pada tanah standar (ton/ha/tahun), dan R
adalah EI30 tahunan. Makin kecil nilai K
makin tidak peka tanah terhadap erosi.
MANUSIA
• Pada akhirnya manusialah yang
menentukan tanah produktif atau rusak
yang dipengaruhi oleh: a) luas tanah, b)
sistem pengusahaan, c) status
penguasaan tanah, d) tingkat
pengetahuan dan penguasaan teknologi,
e) harga hasil pertanian, f) pajak, g) utang
piutang, h) pasar dan input produksi, dan
i) infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan

Anda mungkin juga menyukai