2018 - Reformulasi Tata Beracara Mahkamah Partai Politik - Segara Putra
2018 - Reformulasi Tata Beracara Mahkamah Partai Politik - Segara Putra
SKRIPSI
Ilmu Hukum
Oleh :
NIM. 145010107111056
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
REFORMULASI TATA BERACARA MAHKAMAH PARTAI POLITIK
DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN DI INTERNAL PARTAI
POLITIK
Oleh:
145010107111056
Dr. Muchamad Ali Safa’at, S.H., M.H Mohammad Dahlan, S.H., M.H
NIP. 197608151999031003 NIP. 198009062008121002
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Tata Negara Dekan Fakultas
Dr. Tunggul Anshari, S.H., M.H. Dr. Rachmad Safa’at, S.H., M.Si.
NIP.19590524 198601 1 001 NIP. 19620805 1988021001
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya ilmiah hukum
ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan-kutipan yang telah
saya cantumkan sumbernya.
Jika kemudian hari terbukti karya ini merupakan karya orang lain, saya bersedia
di cabut gelar kesarjanaannya.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penulisan skiripsi yang berjudul “REFORMULASI TATA
BERACARA MAHKAMAH PARTAI POLITIK DALAM PENYELESAIAN
PERSELISIHAN DI INTERNAL PARTAI POLITK” dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Serta tidak lupa shalawat dan salam
kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam. Nabi pembawa misi
revolusi manusia, yaitu ajaran Islam. Bertujuan untuk menciptakan sebuah zaman
yang terang benderang yang membuka peradaban spiritual hingga ilmu
pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sekiranya tidak akan pernah bisa tergantikan atau tergambarkan dengan kata-kata,
serta tidak akan pernah terbalaskan jasa beliau-beliau yaitu kepada orang tua
penulis, Ayah Kusairin, Ibu Iswati atas segala pengorbanan kerja keras, harapan,
semangat, kesabaran, doa yang tidak pernah putus yang diberikan kepada penulis.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada saudara
kandung saya Dina Lestari Khoirul Imaniayah yang telah memberikan begitu
banyak dukungan dan doa selama ini.
Pada proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan oleh sebab itu maka pada kesempatan kali ini penulis
menghaturkan terima kasih kepada:
iii
6. Kepada KH. Baidlowi Muslich selaku pengasuh pondok pesantren
anwarul huda yang selalu memberi nasehat-nasehat kepada penulis dalam
proses belejar di pesantren anwarul huda.
7. Kepada kedua orang tua saya, Ayah Kusarin dan Ibu Iswati yang telah
sabar membesarkan dan mendidik saya menjadi seperti sekarang.
8. Forum Mahasiswa Hukum Peduli Keadilan yang telah memberikan saya
ilmu terkait kepenulisan dan kajian-kajian dan di pembelajaran hukum
langsung di masyarakat yang bermanfaat.
9. Dek Rosa Rusyana yang selalu menemani penulis di kalah sedih dan
senang dan selalu memberi motivasi penulis dalam menyelesaiakan
skripsi.
10. Keluarga besar Forum Mahasiswa Hukum Tata Negara (FORMATERA)
angkatan 2014 yaitu (Alvino, Yusuf, Aziz, Putra, Ucha, Shofi, Habiba, dan
Meyta) yang telah memberikan nasehat, forum-forum diskusi dan
dukungan moral, serta beberapa masukan.
11. Kamar B9 PP anawarul huda yaiatu ( Cak Bukhori, Cak Fahmi, Cak
Lukman, Cak Isro, Zainal, Bagus, Cak Fajar, Cak Zaki, Ghofur, Ridho,
Wahyu) yang selalu mengingatkan dan selalu ramai dengan canda
tawanya.
12. Keluarga Besar ARUMBA yaitu ( Putra, Beryl, Agra, Yehuda, Ahmad,
Daniel, Ochi, Mia,Iyan) yang selalu memberi canda tawa dan motivasi di
kalah penulis dalam keadaan kesusahan.
13. Keluarga Besar OHANA yaitu ( Putra, Beryl, Agra, Yehuda, Ahmad,
Daniel, Ochi, Mia, Wiliam, Otto,Iyan) yang selalu memberi nasehat-
nasehat ke penulis dalam proses penyelesain skripsi.
14. Beryl Yerikho yang telah memberikan izin rumahnya ke penulis untuk
proses pengerjaan penyelesian skripsi
15. Juru Kunci Arumba yaitu (Beryl, Putra, Agra) yang selalu sama-sama
support dalam proses mengerjakan penyelesaian skripsi.
16. Orang-orang yang mungkin tidak pernah kita sadari bahwa mereka sangat
berjasa bagi kita, yaitu petugas perpus Brawijaya, petugas PDIH, petugas
parkir Universitas Brawijaya, seluruh civitas akademika Brawijaya.
iv
17. Kepada Allah SWT, karena tanpa rahmat dan ridho nya saya tidak akan
pernah bisa mencapai titik seperti sekarang.
Harapan Penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca pada
umumnya, khususnya bagi Akademisi Hukum, para pembuat kebijakan, dan para
aktivis organisasi kemasyarakatan serta teman-teman yang berkecimpung di
dalam dunia hukum, sehingga dapat menambah khasanah keilmuan dan menjadi
bahan diskusi yang sangat akademis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
v
RINGKASAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 12 (dua
belas) (kontestan Partai Politik Pilihian Legislatif tahun 2014 hanya 6 (enam)
partai yang mempunyai Mahkamah Partai. Tetapi, dalam kenyataan di lapangan
hanya 2 Partai Politik yang mempunyai tata beracara Mahkamah Partai Politik.
Proses yang dilakukan Partai Politik dalam meyelesaiakan perselisihan internal
partai berbeda karena sebagian belum memiliki Mahkmah Partai dan tata beracara
Mahkamah Partai. Baik dalam bentuk mekanisme sidang dan tahapan-tahapan
sidang selama beberapa periode. Hal ini diakibatkan belum adanya kewenangan
atau kewajiban khusus bagi setiap Partai Politik memiliki Mahkamah Partai dan
beracara Mahkamah Partai dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik. Dengan demikian, muncul gagasan-gagasan mengenai reformulasi
pengaturan tata beracara Mahkamah Partai Politk dalam penyelesaian perselisihan
di internal partai politik yang sesuai dengan prinsip peradilan dan dapat di
pertanggung jawabkan.
vi
SUMMARY
Bagus Segara Putra, Constitutional Law, Faculty of Law, Brawijaya
University, August, 2018, REFORMULATION OF PROCEDURES IN
POLITICAL COURT REGARDING DISPUTE RESOLUTION IN INTERNAL
POLITICAL PARTY, Dr. Muhammad Ali Safa’at, S.H., M.H., Mohammad
Dahlan, S.H., M.H.
This essay started from disputes arising in political court that still holds no
procedure of handling the disputes. In addition, the research was also focused on
the reformulation of the regulation of procedures in Political Court relevant to the
justice principle.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
RINGKASAN .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 14
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 14
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Tata Beracara Mahkamah Partai Politik dalam Sengketa Internal
Partai Politik .................................................................................. 38
A. Perkembangan Pengaturan Mahkamah Partai Politik................ 38
viii
a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai
Politik ................................................................................ 38
b) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik ................................................................................ 39
c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik ................................................................................ 41
d) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai
Politik ................................................................................ 42
B. Mahkamah Partai dalam AD/ART (Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga) ...................................................... 45
C. Tata Beracara Mahkannah Partai .............................................. 48
4.2 Reformulasi Pengaturan Tata Bercara Mahkamah Partai Politik
dalam Sistem Penyelesaian Perselisihan di suatu Partai Politik
yang Sesuai dengan Prinsip Peradilan dan dapat dipertanggung
jawabkan ....................................................................................... 68
A. Bentuk Hukum ......................................................................... 68
B. Majelis Hakim .......................................................................... 69
C .Kompetensi Permohonan .......................................................... 70
D. Persidangan .............................................................................. 73
E. Putusan ..................................................................................... 75
F. Tahapan-tahapan Sidang ............................................................ 77
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 79
5.2 Saran ............................................................................................... 80
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
“Menjadi baik jangan menunggu, mengajak atau diajak, pahala terbuka untuk
semua disetiap waktu dan tempat. Jadilah kau terbaik, berbuat terbaik dan
akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik”
(KH. Hasan Abdullah Sahal)
xi
BAB I
PENDAHULUAN
adalah partai politik (parpol).2 Disisi lain Partai politik merupakan salah
berjalannya demokrasi. 3
informal. 4Dalam hal ini partai politik mempunyai posisi (status) dan
peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai
1
H.M. Anwar Rachman, Hukum Perselisihan Partai Politik, PT Gramedia Pustak Utama,
Jakarta, 2016, hlm. 83-84
2
Samuel P.Huntington, Tertib Politik Di Tengah Pergeseran Kepentingan Masa,
Terjemahan dari Poltical Order Changing Societis, Ali Bahasa: Sahat Simamora dan Suryatim,
Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 472
3
Jimly Asshidiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan Mahkamah
Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta, 2005, hlm 44
4
Ibid
1
bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, partai
dalam demokrasi. 6
suatu peran istimewa yang diberikan kepada partai sebagai wadah yang
5
Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, RajaGrafindo Persada,Jakarta,
2014,hlm. 401-402. Meskipun partai politik memiliki peran penting dalam setiap sistem
demokrasi, namun demikian banyak juga pandangan kritis bahkan skeptis terhadap partai politik.
Pandangan paling serius diantaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih
daripada kendaraan politik bagi sekelompok elit yang berkuasa atau berniat memuaskan “nafsu
birahi” kekuasaanya sendiri. Partai poitik hanyalah berfungsi sebagai alat segelintir orang yang
kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang nudah dikelabuhi, untuk
memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu atau kepentingan umum.
6
Firdaus, “Implikasi Sistem Kepartaian Terhadap Stabilitas Pemerintahan Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945” Disertasi. (Bandung;
Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Padjadjaran, 2012), hlm. 35
7
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Dalam
Prespektif Fikih Siyasah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 144
2
Dalam sistem suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan
negara tidak berfungsi dengan baik, kinerja tidak efektif atau lemah
sering terjadi adalah partai-partai politik yang rakus dan ekstrim yang akan
masyarakat.9
yang lain seperti pers yang bebas dan peranan kelas menengah yang
8
Jimly Asshidiqie, Op.Cit. hlm. 52
9
Ibid
3
kepentingan (values and interest) dari konstituen yang diwakilinya untuk
politik menurut Miriam Budirdjo 13, meliputi (1) sarana komunikasi politik,
10
Ibid, hlm. 54
11
Robert Michels, Partai Politik: Kecenderungan Oligarkis dalam Demokrasi, Penerbit
Rajawali, Jakarta, 1984, hlm.23.
12
Pataniari Siahaan, Poitik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca-Amandemen
UUD 1945, Konpress, Jakarta Pusat, 2012,hlm. 440
13
Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 200, hlm.163-164
4
(2) sosialisasi politik (political socialization), (3) sarana rekrutmen politik
itu mencakup fungsi (1) mobilisasi dan integrasi, (2) sarana pembentukan
resmi. 15
14
Ibid
15
Jimmly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi”, dimuat dalam
Jimly.com/makalah, diakses 25 November 2017
16
Ibid
5
partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik.
ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat ada pula yang dipilih secara
tidak langsung lainnya. 19 Tentu tidak semua jabatan yang dapat diisi oleh
partai politik.20 Partai hanya hanya boleh terlibat dalam pengisian jabatan-
langsung atau tidak langsung, partai politik dapat berperan. Dalam hal ini,
17
Ibid
18
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hlm. 60
19
Ibid
20
Ibid
21
Ibid
6
fungsi partai politik dalam rangka rekrutmen politik (political recruitment)
dianggap penting.22
beraneka ragam, rumit dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu
ideologi, program, dan alternatif kebijakan yang berbeda satu sama lain. 25
mengandung tujuan:
22
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 98
23
Jimly Asshiddiqie, Op,Cit, hlm. 62
24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid, hlm. 63
7
1. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti menepatkan
Indonesia. Partai politik didirikan dengan tujuan khusus, namun tujuan itu
Tahun 2008.28
28
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 94
8
Konsep kedua ini sangan erat dan saling isi mengisi dan merupakan
Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945
infrastrukural. 32
dalam tiga wilayah domain, yaitu negara (state), pasar (market), dan
29
Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, PT. Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm.19
30
Jimly Asshidiqie, Konstitusi Bernegara “Prakis Kenegaraan Bermartabat dan
Demokratis” Setara Press, malang, 2015, hlm. 201
31
Ibid
32
Ibid
33
Ibid
9
tidak boleh saling mencampuri atau dicampuradukkan. 34 Ketiga sistem
satunya kasus internal partai politik Golkar (Golangan Karya) yang terjadi
pada tahun 2014 antara Agung Laksono dengan Aburizal Bakrie dengan
dalam UU Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik yakni dalam Pasal
3236 dan Pasal 33.37 Pengaturan partai politik menjadi salah satu
34
Jimly Asshidiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan Mahkamah
Konstitusi, Konstitusi Pers, Jakarta, 2005, hlm. 43
35
Jimly Asshidiqie, Op.Cit, hlm. 201
36
“1. Perselisihan partai politik diselesaikan oleh internal partai politik sebgaimana diatur di
dalam AD dan ART. 2. Penyelesaian perselisihan internal partai politik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh suatu mahkamah partai politik. 3. Susunan mahkamah partai politik
atau sebutan lain sebagimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan Partai Politik
kepada Kementrian, 4. Penyelesaian perselisihan partai partai politik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. 5. Putusan mahkamah partai
politik atau sebutan lain bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang
berkenaan dengan kepengurusan”.
37
“1.dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimkasud Pasal 32 tidak tercapai,
penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri. 2. Putusan pengadilan negeri
dalam putusan tangka pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah
Agung. 3. Perkara sebagimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh pengadilan negeri paling
lma 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri dan
oleh Mahkamh Agung paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di
kepaniteraan MA”.
10
yang semakin penting, Pengaturan partai politik diperlukan untuk
kebebasan partai politik itu sendiri, serta membatasi campur tangan dari
kedaulatan rakyat.39
38
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 265
39
Ibid
40
Ibid
41
Ibid. hlm. 266
11
Hal krusial yang kerap dipersoalkan terkait eksistensi Mahkamah
parpol adalah putusan Mahkamah partai politik yang bersifat final dan
politik atau sebutan lain yang bersifat final dan mengikat secara internal
putusan mahkamah partai yang bersifat final dan mengikat secara internal
cara penyelesaian oleh Mahkamah Partai dan tidak ada upaya hukum
lainnya”. 42
dan ART. Persoalannya adalah AD dan ART parpol pada umumya turut
Mahkamah Partai. Hal ini dapat ditelusuri dari berbagai AD dan ART
42
H.M.Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 555-556
12
Parpol dimana mekanisme penyelesaian konflik internal tidak diatur secara
UU tersebut belum bersifat integratif dan koordinatif. Hal ini antara lain
Nomor 2 Tahun 2011 yang hanya diatur dalam 2 pasal dengan 8 ayat dan
pada ketiga poin tersebut dengan melihat dari eksistensi Mahkamah Partai
43
Bachtiar Baital, “Penguatan Peran Mahkamah Partai Politik Dalam Penyelesaian Konfllik
Internal Partai Politik” (paper presented at Konferensi Nasional Hukun Tata Negara, Bukit Tinggi,
2016), 7.
13
Politik yang saat ini terkait sebagai pengadilan yang memutus perkara
jawabkan.
jawabkan?
jawabkan.
44
H.M.Anwar Rahcman, Op. Cit. hlm. 290-291
14
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Partai Politik.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Akademisi
b. Bagi Pemerintah
15
Politik ketika terjadi konflik perselisihan dalam suatu
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang berarti ‘bagian atau golongan” dan yang menunjuk kepada bagian
dari para warga negara, sedang kata “partai” menunjuk pada sekumpulan
tertentu, sedang partai politik (political party) menurut Mac Iver dalam
ada juga pendapat dari Sigmund Neuman “Partai politik adalah organisasi
dengan aksi politik di dalam masyarakat yang lebih luas.” 48 Dan salah satu
tujuan partai politik di jamin oleh UUD 1945 karena konstitusi telah
48
Ibid
18
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, demokrasi, dan berdasarkan
hukum. 49
Indonesia.
49
Oka Mahendra, Paradigma Baru UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/508-paradigma-baru-uu-no-2-tahun-2008-
tentang-parati-politik.html , diakses 25 November 2017
50
H. M. Anwar Rachman, Loc. Cit. hlm. 94
19
d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
pemerintahan;
politik ini akan terkait dengan studi mengenai partai politik, hukum
51
Ibid, hlm. 95
52
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1999, hlm.20
20
terus berkembang, terutama untuk memenuhi tuntutan perkembangan akan
Peradilan Khusus yang dalam UU secara tegas dan resmi disebut sebagai
53
Ibid
54
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 57
55
Ibid
56
Ibid, hlm. 58
57
Ibid
58
Ibid
21
etika tertentu dengan keputusan yang bersifat final dan mengikat (final and
negara, tetapi ada pula yang menggunakan istilah badan atau pun dewan
dalam ranah eksekutif, bukan lembaga yudisial. Namun, cara kerja dan
59
Ibid
60
H.M. Anwar Rachman, Op Cit, hal.56-59
22
Dapat juga dikatakan bahwa lembaga quaisi-peradilan ini pada umumnya
tidak dicapai. 63
61
Lembaga quasi peradilan ini maksudnya lembaga peradilan yang berwenang mengadili
beleid pemerintah yang merugikan kepentingan masyarakat, berbeda dengan PTUN yang menguji
dari segi hukumya saja, negara yang menerapkannya Australia dan Belanda, inti dari peradilan ini
untuk mengantisipasi beleid kontra terhadap kepentingan masyarakat yang dikeluarkan
pemerintah. Salah satu ciri peradilan semu (doleansi / quasi) apabila aparatur yang memutus
sengketa adalah salah satu pihak yang bersengketa (Rochmat Sumitro,1976;6-12)
62
Authority menurut Mx Weber yang ia bedakan dari pengertian Power. Ia mengartikan
authority sebagai kemungkinan perintah seorang di dalam posisi atau kedudukan tertentu diikuti
oeh sekelompok orang tertentu. Power bersumber dari dalam kepribadian seseorang, maka
authority bersumber atau melekat di dalam kedudukan orang yang memilikinya. Lihat Rafl
Dahrendorf, Case and Class Conflict in Industrial Sociaty Jakarta: Stanford University Press,
1959, hlm. 162
63
Mahkamah partai politik juga dapat bertindak sebagai mediator bagi para pihak yang
bersengketa yakni sebelum sidang pemeriksaan pokok perkara, hakim selalu menawarkan untuk
berdamai kepada para pihak dan apabila tercapai perdamaian tersebut dituangkan dalam putusan
23
Dispute Resolutin (ADR), yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka (10)
a. Arbitrase
64
Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung RI, Buku Tanya
Jawab Mediasi di Pengadilan, BerdasarkanPeraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2016
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, 2016, hlm. 1.
65
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 236
24
untuk mengantisipasi perselisihan mungkin terjadi maupun
peradilan.
b. Negosiasi
belah pihak.67
c. Mediasi
66
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan,
Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 23
67
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,
2009, hlm. 21
25
Mediasi (mediation) melalui sistem kompromi (compromise)
fasilitator.68
d. Konsiliasi
e. Penilaian Ahli
68
Yahya Harahap, Loc.Cit.
69
Nurnaningsih Armani, Op.Cit, hlm. 34
70
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Rajawali
Pers, Jakarta, 2011, hlm. 19
26
dalam Pasal 58 dan Pasal 60, yang pada pokoknya menentukan
mana semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain
David Reitzel “there is a long wait for litigants to get trial”, jangankan
71
Rahmaisya Walida, Peningkatan Status Kesepakatan Perdamaian yang Dihasilkan dari
Proses Mediasi di Luar Pengadilan Menjadi Akta Perdamaian Dihubungkan dengan Perma
Nomor:1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Fakultas Hukum Universitas
Pasundan, 2017
72
Nurnaningsih, Op. Cit, hlm. 16
27
untuk mendapat putusan yang berkekuatan hukum tetap, untuk
menunggu. 73
di persengketakan.
73
Yahya Harahap, Op. Cit. hlm. 233
28
BAB III
METODE PENELITIAN
yang timbul. 76
mengetahui suatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu
74
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2010,
hlm.29
75
Ibid, hlm. 35
76
Dyah Octhoria Susanti dan Efendi, Penelitian Hukum (legal esearch) Sinar Grafika,
Jakarta, 2014, hlm. 3
77
Zainudim Ali, Metode Penelitian Hukum (cetakan ketiga), Sinar Grafika, Jakarta, 2011,
hlm. 17
78
Ibid hlm. 21
29
masalah dan memberikan pemecahan tersebut, peneliti menggunakan
79
Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing,
Malang, 2006 hlm. 295
80
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm.93
30
a. .Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)
yang ditegakkan.83
beranjak dari aturan hkum yang ada. Hal ini dilakukan karena memang
belum ada atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang
partai politik.
81
Jhony Ibrahim, OP.Cit, hlm. 302
82
Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang di
tetapkan dalam peraturan Perundang-undangan
83
Dyah Ochtoria Susanti, Op.Cit, hlm. 110
84
Jhony Ibrahim, Op.Cit, hlm. 318
31
c. Pendekatan Kasus (Case Approach)
ini.
Kehakiman
85
Ibid, hlm. 38
32
f. AD/ART Partai Golongan Berkarya (GOLKAR)
33
penelitian dan analisis bahan hukum yang akan dibuat sebagai hasil
penelitian. 86
c. jurnal hukum
d. skripsi
e. Makalah
Bahan hukum tersier berupa kamus, yang terdiri dari Kamus Besar
studi dokumentasi dan studi pustaka, serta internet. Untuk mendapat bahan
86
Ibid, hlm. 54
34
3.5. Teknik Analisis Bahan Hukum
memusatkan diri secara intensif pada obyek yang mempelajari suatu kasus.
Data kasus yang diperoleh dari berbagai sumber. Dalam kaitannya ini
tertentu.87
87
James P. Spradley, The Etnorapik Interview, New York; Holt & Winston, 1979
35
perselisihan internal yang bersifat final dan mengikat secara internal
kepengurusan partai.88
BAB I : PENDAHULUAN
88
“Pasal 32 UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik”
89
“ Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik”
36
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi mengenai uraian beberapa topik secara luas
yang berkaitan dengan judul yang akan digunakan sebagai alat analisis
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi hasil pembahasan yang dilakukan oleh peneliti
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi uraian tentang kesimpulan dari pembahasan dan
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Partai Politik
90
Muhammad Mihardi dan Maman S. Mahayana, Meneroka Relasi Hukum, Negara, dan
Budaya, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2017, hlm. 61
38
melawan hukum yang dilakukan oleh pengurus partai politik
itu.92
Tahun 2002 diberi tittle Peradilan perkara partai politik, pada Pasal
91
H.M. Anwar Rahman, Op. Cit, hlm 188
92
Ibid
93
Muhammad Mihardi dan Maman S. Mahayana, Op.Cit, hlm. 61
94
Pasal 16 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
95
Pasal 16 (2) UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
39
paling lama enam puluh hari dan oleh Mahkamah Agung paling
tertentu;
Marxisme, Lenisme;
96
Pasal 16 (3) UU No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
40
untuk menggunakan jalur pengadilan negeri atau jaur alternatif
masing-masing. 97
partai politik.98
yang berbunyi:
musyawarah mufakat.
pengadilan.
97
Muhammad Mihardi dan Maman S. Mahayana, Op.Cit, hlm. 62
98
Ibid
99
Yang dimaksud dengan “peselisihan partai politik” meliputi antara lain: (1) perselishan
yang berkenaan dengan kepengurusan; (2) pelanggaran terhadap hak anggota partai politik; (3)
pemecatan tanpa alasan yang jelas; (4) penyelagunaan keweanangan;(5) pertanggung jawaban
keuangan; dan/atau (6) keberatan terhadap putusan partai politik.
41
rekonsilisasi, mediasi, atau arbitrase partai politik yang
100
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 194-195
42
Politik mengalami perkembangan signifikan dibandingkan dengan
101
Muhammad Mihardi dan Maman S. Mahayana,Op.Cit, hlm.66
102
Ibid
103
IK Ghoniyyah, Peran dan Fungsi Mahkamah Partai dalam Menyelesaikan Konflik
Internal Partai Menurut undang-Undang No 2 Tahun 2011 tentang Partai Poitik, Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016, hlm. 50
104
Ibid, hlm. 49
43
disebut sebagai mahkamah partai politik. Dengan begitu
tercapai. 106
105
Ibid
106
H.M. Anwar Rachman, Op.Cit, hlm.195
107
Ibid, hlm.345
108
Ibid
44
B. Mahkamah Partai dalam AD/ART (Anggaran Dasar dan
partai
5. DEMOKRAT - -
7. PKS - -
8. PAN - -
9. HANURA - -
45
11. PBB - -
12. PKPI - -
46
4) Penyelesaian perselisihan internal partai politik sebgaimana
Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung.
politik.109
atau lembaga peradilan. 110 Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 12
109
IK Ghoiyyah, Op.Cit, hlm.51-53
110
H.M Anwar Rachman, Op.Cit, hlm. 346
111
Ibid
112
Ibid
48
yang telah mempuyai tata beracara Mahkamah Partai dalam internal
partai hanya 2 (dua) yaitu GOLKAR dan PPP, kedua partai ini sudah
beracara Mahkamaha Partai. Dari kedua partai ini dapat dibedakan tata
GOLKAR.
49
GOLKAR, Pimpinan Kecamatan partai GOLKAR, dan/atau
50
Partai GOLKAR, atau sejak yang bersangkutan menerima
Surat Keputusan yang disertai bukti tanda terima. Dan bisa juga
adanya perselihan.
51
Permohonan terkahir yang harus dipenuhi di Pasal 8 dan 9
hari kerja
52
Pemohon, kronologis penjatuhan sanksi, penerbitan
persidangan.
53
3. Pemeriksaan Pendahuluan oleh Panel Hakim dalam
GOLKAR.
Internal Partai.
Pengganti.
54
9. pemeriksaan persidangan dilakukan segera setelah
kesimpulan.
keterangannya.S
55
Karya dijatuhkan paling lambat 60 hari (enam puluh)
acara.
56
4. Salinan putusan Mahkamah Partai GOLKAR
Terkait.
hakim. 114
113
Pasal 1 ayat (8) Peraturan Organisasi Nomor: PO-14/DPP/GOLKAR/V/2014 tentang
Pedoman Beracara dalam Perselisihan Internal Partai GOLKAR di Mahkamah Partai Golkar
114
Pasal 1 ayat (9) Peraturan Organisasi Nomor: PO-14/DPP/GOLKAR/V/2014 tentang
Pedoman Beracara dalam Perselisihan Internal Partai GOLKAR di Mahkamah Partai Golkar
57
Hukum Beracara pada Mahkamah Partai Persatuan
Pembangunan.
Pasal 1 ayat (4) dan ayat (5) Nomor 1 Tahun 2011 tentang
58
1. permohonan diajukan oleh pemohon kepada
Indonesia
d. penyalgunaan kewenangan,
keuangan dan/atau
59
Kemudian terhadap setiap permohonan penyelesaian
kelengkapan adminstratif.
berbunyi :
permohonan
Mahkamah Partai,
60
Termohon dan/atau pihak terkait disertai Salinan
61
dengan hal-hal yang dipandang perlu untuk memperlancar
Partai berada.
gugur.
62
Apabila tahap-tahap persidangan dan pemeriksaan
dipimpinan oleh salah seorang dari tiga (3) angota panel yang
a. Penjelesan Pemohon
b. Tanggapan Termohon
63
c. Pembuktian oleh Pemohon dan Termohon
e. Kesimpulan
f. Putusan
dalam Pasal 1 ayat (1) dann ayat (2) Perauran Organisasi Partai No.
terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua, dan 7 (tujuh) orang
115
Pasal 13 ayat (4) ) Peraturan Organisasi Nomor 1 Tahun 2001 tentang Hukum Beracara
Pada Mahkamah Partai Persatuan Pembangunan
116
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Organisasi Nomor 2 Tahun 2012 tentang Tata Kerja Mahkamah
Partai persatuan Pembangunan
64
1. Mahakamah Partaimemutus permohonan penyelesaian
untuk umum.
kekuatan hukum.
65
Berdasarkan uraian diatas mengenai tata bercara dari 6
66
Menurut penulis tahapan-tahapan dari proses tata beracara
Mahkamah Partai dari dua partai PPP dan GOLKAR masih ada
tangan orang lain. serta kelemahan dari partai lainnya adalah belum
jawabkan.
67
4.2. Reformulasi Pengaturan Tata Beracara Mahkamah Partai Politik
jawabkan
A. Bentuk Hukum
internal dan penambahan pasal tentang kewajiban bagi partai politik agar
Mahkamah Partai.
117
Anwar Rachman, Op.Cit, hal. 40
68
politik terkait dengan penyelesaian perselisihan dan penambahan
B. Majelis Hakim
118
Ibid, hal.41
119
Anwa rachman, Ibid, hal. 356
69
h. Berpengalaman sebagai anggota dan atau pengurus partai
C. Kompetensi Permohonan
yang jelas
120
Bagir Manan, Negara Hukum yang Berkeadilan, Pusat Studi Kebijakan Negara Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 2011, hal. 614
70
4. Penyalagunaan kewenangan
atasnya.
121
Ibid, hal. 356
71
2. Keputusan partai yang digugat itu bertentangan
Tangga Partai.
sebagai berikut:
Partai
72
bertentangan dengan UU, AD dan ART Partai, serta
Peraturan Partai.
keputusan partai.
dimaksud.
dapat diregistras.
D. Persidangan
122
Ibid, hal. 367
123
Ibid
73
Mahkamah Partai. sidang pertama adalah sidang pemeriksaan
saksi, (d) keterangan ahli, (e) petunjuk, (f) alat bukti lain berupa
undangan. 125
124
Ibid, hal. 255
125
Ibid
74
persidangan oleh Majelis di pandang cukup. RPM ini harus
E. Putusan
dalam perkara apabila pihak yang kalah tersebut tidak patuh dan
126
Ibid
75
ditaati dan harus dipenuhi oleh pihak yang dihukum
(tergugat).127
127
Ibid, hal. 364
128
Ibid, hal.366-367
129
Ibid
76
penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan Negeri"
F. Tahapan-tahapan Sidang
130
Ibid, hal. 568
131
Ibid, hal. 367
77
kewenangannya bertentangan dengan kompetensi absolutnya
kepengurusan partai.
orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
berlaku.
78
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
79
belum ada ketentuan yang ideal yang sesuai Undang-Undang
Mahkamah Partai.
5.2 Saran
Partai dan tata beracara Mahkamah Partai serta kemandirian partai politik
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zainudim, 2011, Metode Penelitian Hukum (cetakan ketiga), Jakarta, Sinar
Grafika
RajaGrafindo Persada
Fuady Munir, 2010, Konsep Negara Demokrasi, Bandung, PT. Refika Aditama
81
Huntington, Samuel P, 2003, Tertib Politik Di Tengah Pergeseran Kepentingan
Masa, Terjemahan dari Poltical Order Changing Societis, Ali Bahasa: Sahat
Ibrahim Jhony, 2006, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang,
BayuMedia Publishing
Manan Bagir, 2011, Negara Hukum yang Berkeadilan, Bandung, Pusat Studi
Prodjodikoro Wirjono, 1981, Asas-asas Ilmu Negara dan Poitik, PT. Eresco
Jakarta-Bandung
82
Robins, Wexly, N. Kennet, Yukl, A. Gary, Prilaku Organisasi dan Psikologi,
Spradley P.James, 1979 The Etnorapik Interview, New York; Holt & Winston
Susanti Dyah Octhoria dan Efendi, 2014, Penelitian Hukum (legal research),
Sukardja Ahmad, 2012, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
Jakarta, Djambatan
Peraturan PerundangUndangan
83
AD/ART Partai Politik GOLKAR
Jurnal/Artikel
Padjadjaran)
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
84
Rahmaisya Walida, Peningkatan Status Kesepakatan Perdamaian yang
Dihasilkan dari Proses Mediasi di Luar Pengadilan Menjadi Akta Perdamaian
Dihubungkan dengan Perma Nomor:1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan, Fakultas Hukum Universitas Pasundan, 2017
Internet :
Oka Mahendra, Pardigma Baru UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,
November 2017
85
Lampiran
86