Anda di halaman 1dari 1

July 4, 2019 | https://wagers.

id/allanfgwardhana/eksistensi-organisasi-sayap-parpol/
Direktur Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Universitas Islam Indonesia - Kepala Bidang Hukum HICON Law and Policy Strategies

Ditengah hiruk-pikuk sengketa hasil pemilu Presiden-Wakil


Presiden serta pemilu legislatif, pembahasan mengenai
eksistensi Organisasi Sayap Partai Politik (OSP) menarik untuk
dibahas. Berkaca pada pemilu 2019, OSP yang merupakan
bagian dari partai politik justru ‘tidak tampak’ berperan dalam
mendulang suara bahkan eksistensinya dipersoalkan.

Faktanya, hampir setiap partai politik di Indonesia memiliki


OSP, seperti Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia
(SOKSI), Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong
(Kosgoro), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
(MKGR), yang merupakan organisasi sayap partai Golkar.
Angkatan Muda Kabah (AMK), Generasi Muda Pembangunan
Indonesia (GMPI), Persaudaraan Muslim Seluruh Indonesia,
yang menjadi bagian organisasi sayap PPP. PDIP juga memiliki
organisasi sayap seperti Baitul Muslimin Indonesia dan
Banteng Muda Indonesia (BMI).

Adapun dalam Partai Nasional Demokrat (Nasdem) terdapat


Badan Advokasi Hukum (BAHU) NasDem, Gerakan Massa Perlu Desain
Buruh (Gemuruh), Liga Mahasiswa NasDem, serta Garda
Pemuda NasDem. Di Partai Demokrat terdapat Angkatan Muda Ke depan, pengaturan OSP harus dirumuskan ulang.
Demokrat Indonesia (AMDI), Komite Nasional Pemuda Alternatifnya OSP dapat dimasukkan dalam Undang-Undang
Demokrat, Kader Muda Demokrat, serta Barisan Massa Partai Politik atau Undang-Undang khusus yang mengatur soal
Demokrat. Di Partai Gerindra terdapat Barisan Garuda Muda OSP. Pengaturannya sekurang-kurangnya memuat, status
(BGM). Garuda Muda Indonesia, serta Perempuan Indonesia badan hukum, pembentukan, peran dan fungsi,
Raya (PIRA). Partai Amanat Nasional (PAN) memiliki Barisan pertanggungjawaban, serta pembubaran OSP.
Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN), PAN Muda Untuk
Indonesia (Pandu Indonesia), Perempuan Amanat
Nasional (PUAN), Penegak Amanat Reformasi Rakyat Apabila pengaturannya jelas, maka keberadaan OSP dalam
Indonesia (PARRA Indonesia), dan Garda Muda Nasional. struktur kepartaian dapat mengurangi beban dan tugas-tugas
partai. Selain menjadi bagian yang paling dekat dengan
konstituen, OSP juga memiliki karakteristik yang fleksibel
Permasalahan Hukum sehingga mudah dalam membaur pada level grassroot, karena
kedekatan tersebut organisasi sayap dapat terus merawat
Meski banyaknya OSP merupakan perwujudan dari hak untuk konstituen secara berkesinambungan. Dilihat dari potensi dan
berserikat dan berkumpul sebagaimana dijamin dalam Undang- eksistensi tersebut, sebenarnya OSP dapat menjalankan fungsi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD kaderisasi yang paling mendasar dengan cara rekrutmen
NRI Tahun 1945), namun terdapat permasalahan yang justru anggota partai politik yang selama ini menjadi peran partai
membuat OSP tidak berkembang. Permasalahan dimaksud politik secara langsung.
ialah permasalahan secara hukum dan permasalahan soal
ketidakjelasan peran. Kaderisasi dan Rekrutmen

Dari sisi hukum, eksistensi OSP mengalami persoalan yang Dengan diberikannya hak kepada OSP tentunya akan terwujud
cukup serius. Ada ketidakjelasan mengenai payung hukum sistem kaderisasi yang mendasar sesuai dengan arah dan visi-
yang menaungi eksistensi OSP di Indonesia. Di satu sisi misi partai politik melalui edukasi langsung kepada
eksistensi OSP mendapat pengakuan secara yuridis di dalam masyarakat. Selain itu, pemberian hak OSP dalam rekrutmen
Pasal 12 huruf j UU No. 2/2008 sebagaimana telah diubah kader parpol juga ditujukan untuk membangun sistem politik
dengan UU No. 2/2011 tentang Partai Politik yang menyatakan: yang baik, khususnya di tubuh parpol, bukan hanya untuk
“Partai Politik berhak membentuk dan memiliki organisasi mencegah parpol kekurangan kader berkualitas untuk
sayap Partai Politik”. Dalam penjelasannya berbunyi, ‘dijagokan’ dalam setiap pemilu, rekrutmen oleh OSP juga akan
“Organisasi sayap Partai Politik merupakan organisasi yang mewujudkan kader-kader partai yang militan, berkualitas, dan
dibentuk oleh dan/atau menyatakan diri sebagai sayap Partai paham akan tujuan partai politik dalam kerangka negara
Politik sesuai dengan AD dan ART masing-masing Partai kesatuan
Politik”. Di sisi lain pengaturan lebih lanjut mengenai OSP tidak
ditemukan di dalam UU Partai Politik tersebut, sehingga
ketentuan mengenai OSP menginduk pada UU tentang Kehadiran OSP tidak boleh hanya menjadi ‘pemanis’
Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas). Tentu saja hal ini kelembagaan parpol saja melainkan dapat diberdayakan untuk
menimbulkan ambigu, OSP yang merupakan bagian dari parpol menjalankan fungsi rekruitmen politik (political recruitment).
namun pembentukannya mengikuti UU Ormas. Adapun Bahkan jika OSP memiliki peran rekrutmen, akan membantu
mengenai ketidakjelasan peran, akibat pengaturan yang tidak parpol ‘induk’ untuk menjalankan fungsinya, yaitu pertama
jelas lalu berimbas pada kiprah serta peran OSP itu sendiri. fungsi partai pada pemilih/elektorat dan kedua untuk
Pengaturan OSP yang saat ini ada sama sekali tidak menunjukkan peran partai politik dalam melakukan pendidikan
memberikan kejelasan mengenai peran OSP dalam parpol, politik.
sepertinya misalnya apakah dapat terlibat dalam pengkaderan
atau rekrutmen politik.

Anda mungkin juga menyukai