DX Dan Diagnosis Ane
DX Dan Diagnosis Ane
sehingga manifestasi awal yang muncul berupa infeksi saluran pernapasan atas akut, sering
disertai demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa dahak), kehilangan nafsu makan, malaise,
sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau sakit kepala. 1 Pasien yang terinfeksi COVID-19
mungkin mengalami gejala neurologis, termasuk gangguan sistem saraf pusat (pusing, sakit
kepala, gangguan kesadaran, penyakit serebrovaskular akut, ataksia dan epilepsi), sistem saraf
tepi (perasa, penciuman, gangguan penglihatan dan nyeri neuropatik) dan kerusakan
muskuloskeletal. Perburukan atau eksaserbasi klinis yang cepat dapat disebabkan oleh gangguan
neurologis seperti stroke, yang dapat menyebabkan peningkatan angka kematian. Perburukan
klinis terjadi akibat dari meningkatnya aktivitas faktor inflamasi dan munculnya badai sitokin
yang menyebabkan kerusakan sawar darah otak, cedera endotel vaskular, dan sitotoksisitas.
Selain itu, gangguan pada sistem koagulasi menyebabkan peningkatan kelainan D-dimer dan
trombosit serta meningkatkan risiko gangguan serebrovaskular. 2 ANE terjadi dalam beberapa
hari hingga minggu setelah gejala infeksi virus muncul dan sering kali ditandai dengan
perkembangan cepat hingga koma tanpa adanya pleositosis (peningkatan jumlah sel darah putih)
dalam cairan serebrospinal.3
Ensefalitis pada kasus COVID-19 dapat dideteksi dengan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium darah, CT Scan kepala, MRI serebral, EEG dan analisa cairan
serebrospinal meskipun pada beberapa kasus EEG dan analisa cairan serebrospinal tidak
menunjukan hal yang menunjukkan adanya infeksi virus. Pada pasien COVID 19 dengan gejala
gangguan sistem saraf pusat, pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan limfosit dan
trombosit serta peningkatan kadar nitrogen darah, dibandingkan dengan pasien COVID-19 tanpa
gejala Sistem Saraf Pusat.2 Temuan radiografi biasanya mencerminkan edema, nekrosis, dan
dalam beberapa kasus terdapat perdarahan di dalam substansia grisea. 4 ANE menunjukkan lesi
fokal multipel nekrosis edematous yang terdistribusi simetris di thalami bilateral dan daerah otak
lainnya seperti putamen, substansia alba, dan tegmentum batang otak (Gbr.1). Pada pencitraan
MRI ditemukan sinyal abnormal berupa hipointens pada T1 dan hiperintens pada T2, Temuan-
temuan ini dapat menunjukkan adanya perdarahan.4 Berdasarkan temuan patognomonik
CT/MRI, diagnosis ANE dapat ditegakkan dengan jelas. Temuan klinis dan laboratorium lainnya
pada tahap akut tidak spesifik, meskipun peningkatan protein CSF yang terkadang menunjukkan
xanthochromia merupakan karakteristik ANE. Lebih dari 30% pasien dengan diagnosis ANE
meninggal dan banyak dari mereka yang selamat mempunyai cacat neurologis yang parah. Pada
penderita dengan gejala sisa ringan sampai sedang, ditemukan adanya defisit motorik yang lebih
parah dibandingkan dengan gejala deficit neurologis lainnya dan dapat juga ditemukan
kombinasi gejala gejala defisit neurologis fokal.5
A) Lesi hipodens multipel terdistribusi secara simetris di thalami bilateral dan substansia alba
periventrikular otak besar dan edema otak difus. (B) Pada fossa posterior, lesi hipodens
ditemukan secara bilateral pada pontine tegmentum dan hemisfer cerebelum.
Dafpus