Anda di halaman 1dari 6

PERSEPSI PERAWAT TENTANG PENJAMINAN MUTU

KESELAMATAN PASIEN OLEH KEPALA RUANGAN

ISWATI
AKADEMI KEPERAWATAN ADI HUSADA SURABAYA
iswatisaja@yahoo.com

ABSTRAK
Penerapan tindakan keselamatan pasien membuat pasien bebas dari cidera yang tidak
seharusnya terjadi, namun masih didapatkan adanya insiden keselamatan pasien yang
dilakukan perawat akibat kurangnya penerapan penjaminan mutu keselamatan pasien oleh
kepala ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan persepsi perawat
tentang penjaminan mutu keselamatan pasien oleh kepala ruangan di Rumah Sakit. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasi dan sampel 30 perawat, menggunakan total
sampling. Variabel penelitian yaitu persepsi perawat tentang penjaminan mutu keselamatan
pasien. Skala data yang digunakan ordinal. Data diperoleh melalui kuesioner serta dianalisis
secara deskriptif. Penerapan penjaminan mutu keselamatan pasien oleh kepala ruangan
dipersepsikan dalam kategori baik (93.4%) oleh perawat. Persepsi perawat tentang
penjaminan mutu keselamatan pasien oleh kepala ruangan dipengaruhi oleh faktor struktural,
fungsional, personal, situasional. Namun masih diperlukan peningkatan mutu dan sosialisasi
tentang penjaminan mutu oleh kepala ruangan yang lebih intensif agar perawat dapat lebih
terlibat dalam upaya penjaminan mutu keselamatan pasien.
Kata kunci: Penjaminan mutu, keselamatan pasien, kepala ruang, persepsi

ABSTRACT
Introduction: Application of patient safety measures to make the patient free from injuries
that are not supposed to happen, but still found the incident nurse performed patient safety
due to the lack of implementation of quality assurance of the safety of the patient by the nurse
unit manager. This study aims to determine the characteristics and perceptions of nurses
about patient safety quality assurance by the nurse unit manager. Methods: The study was
descriptive, with a population and a sample of 30 nurses, using total sampling. Variable
research that the perception of nurses about patient safety quality assurance. Data used
ordinal scale. Data obtained through questionnaires and analyzed descriptively. Result: The
application of quality assurance of the safety of the patient by the nurse unit manager is
perceived in either category (93.4%) by nurses. Discussion: Perception of nurses about
patient safety quality assurance by the nurse unit manager influenced by the structural,
functional, personal, situational. But the nurse unit manager is still needed to improve the
quality and dissemination of quality assurance more intensive for nurses to be involved in the
quality assurance of patient safety.
Keywords: quality assurance, patient safety, the nurse unit manager, perception

PENDAHULUAN cidera yang tidak seharusnya terjadi atau


Keselamatan pasien telah menjadi bebas dari cidera yang berisiko dapat
isu dunia yang perlu mendapat perhatian terjadi 8 . World Health Organization
bagi sistem pelayanan kesehatan. (WHO) Collaborating Center for Patient
Keselamatan pasien merupakan prinsip Safety Solusions bekerja sama dengan
dasar dari pelayanan kesehatan yang Joint Comission International telah
memandang bahwa keselamatan memasukkan masalah keselamatan pasien
merupakan hak bagi setiap pasien dalam dengan menerbitkan enam program
menerima pelayanan kesehatan. kegiatan keselamatan pasien pada 2005
Keselamatan pasien juga dapat diartikan dan sembilan panduan solusi
sebagai suatu keadaan pasien bebas dari keselamatan pasien di rumah sakit pada

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 75


2007. Kemenkes Republik Indonesia standar operasional prosedur klinis yang
menjadikan hak pasien sebagai standar kuat. Kegagalan peralatan atau
pertama pada tujuh standar keselamatan perlengkapan juga dapat menyebabkan
pasien rumah sakit 4. insiden keselamatan pasien, karena
Data tentang KTD di Indonesia, instruksi yang tidak adekuat dan peralatan
dikategorikan masih langka untuk yang dirancang dengan buruk dapat
ditemukan apalagi untuk kejadian nyaris mengakibatkan pasien cidera. Selain itu,
cidera, namun permasalahan malpraktik transfer pengetahuan di rumah sakit juga
masih banyak terungkap di media dibutuhkan untuk mencegah insiden
informasi 12 . Hal ini terjadi karena standar keselamatan pesien, sebab dengan
pelayanan kesehatan di Indonesia masih kurangnya orientasi atau pelatihan pada
kurang optimal jika dibandingkan dengan petugas pelayanan kesehatan maka tingkat
negara maju seperti Amerika dan Inggris. pengetahuan dalam menjalankan tugas
Indonesia telah mencanangkan “Gerakan juga kurang. Hal-hal yang berhubungan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit” sejak dengan pasien seperti identifikasi yang
2005 dan keselamatan pasien sudah tidak tepat, pengkajian pasien yang tidak
dilaksanakan di rumah sakit, namun lengkap, kegagalan memperoleh
penerapannya masih belum komprehensif persetujuan pasien, pendidikan, dan
4
. pengetahuan pasien yang tidak adekuat
Laporan insiden keselamatan juga dapat mempengaruhi terjadinya
pasien di Indonesia berdasarkan provinsi insiden keselamatan pasien. Faktor lain
pada tahun 2007 ditemukan provinsi yang dapat menyebabkan terjadinya
DKI Jakarta menempati urutan tertinggi insiden keselamatan pasien adalah
yaitu 37.9% diantara provinsi lainnya lingkungan kerja. Insiden dapat terjadi
(Jawa Tengah 19.5%, DI Yogyakarta ketika kepala ruangan, perawat, dan staf
13.8%, Jawa Timur 11.7%, Aceh 10.7%, lain sibuk karena sumber daya manusia
Sumatra Selatan 6.9%, Jawa Barat 2.8%, yang kurang memadai, serta pengawasan
Bali 1.4% serta Sulawesi Selatan 0.7%). atau supervisi oleh kepala ruangan yang
Bidang spesialisasi unit kerja tidak adekuat 8.
menyebutkan paling banyak ditemukan Adapun dampak yang dapat terjadi
pada unit penyakit dalam, bedah dan anak akibat dari faktor-faktor diatas adalah
yaitu sebesar 56.7% dibandingkan unit terjadinya insiden keselamatan pasien
kerja lain. Sedangkan untuk pelaporan antara lain: Kesalahan dalam
jenis kejadian nyaris cidera (KNC) lebih mengidentifikasi pasien, kurang
banyak dilaporkan sebesar 47.6% efektifnya komunikasi antar petugas
dibandingkan kejadian tidak diharapkan kesehatan, kurang adekuatnya
(KTD) sebesar 40.2% 8 . Sedangkan pengawasan terhadap keamanan obat dan
berdasarkan wawancara dengan Ketua cairan, ketidaktepatan identifikasi lokasi,
Komite Keselamatan Pasien Rumah prosedur, dan pasien operasi, terjadinya
Sakit Adi Husada Undaan Wetan infeksi serta pasien jatuh terkait
Surabaya pada 3 Maret 2013, masih pelayanan kesehatan yang dapat
didapatkan insiden keselamatan pasien menyebabkan cidera bahkan kematian 4.
pada tahun 2012, tetapi terkait dengan Untuk mencegah terjadinya insiden
angka dari insiden keselamatan pasien keselamatan pasien diperlukan peran dan
peneliti tidak mendapatkan ijin untuk fungsi kepala ruangan yang adekuat
menampilkan data tersebut. terkait penjaminan mutu keselamatan
Faktor-faktor yang dapat pasien yang berkesinambungan dan
melatarbelakangi terjadinya insiden sistematis dengan melakukan pengukuran
keselamatan pasien diantaranya: dan peningkatan mutu seperti: Menunjuk
Kebijakan dan prosedur yang tidak dan membentuk anggota penjaminan
adekuat, kurang optimalnya dokumentasi mutu keselamatan pasien di ruangan,
atau kurang baiknya pencatatan atau mengadakan pertemuan atau rapat untuk

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 76


menyusun program penjaminan mutu pendidikan sebanyak 93.3% perawat
keselamatan pasien di ruangan, mengukur memiliki pendidikan D3 Keperawatan.
dan menilai mutu keselamatan pasien, Sedangkan 6.7 % saja yang berpendidikan
membahas penyebab terjadinya masalah S1 Keperawatan. Hampir setengah perawat
atau hambatan dalam penjaminan mutu yaitu sebanyak 43.3% diruang E3 dan ZD3
keselamatan pasien, mengkomunikasikan Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan
standar operasional prosedur penjaminan Surabaya pernah mengikuti pelatihan
mutu keselamatan pasien, keselamatan pasien. Sedangkan 56.7%
menginstruksikan pelaksanaan program belum pernah mengikuti pelatihan tentang
penjaminan mutu keselamatan pasien oleh keselamatan pasien.
perawat pelaksana, melakukan penilaian Data Khusus mengenai persepsi
terhadap tindakan penjaminan mutu perawat tentang penjaminan mutu
keselamatan pasien yang dilakukan oleh keselamatan pasien oleh kepala ruangan
perawat pelaksana. Berdasarkan hasil menunjukkan sebanyak 93.4% memiliki
survei pendahuluan pada April 2013 dari persepsi yang baik, dan 6.6% yang
10 perawat, 8 menyatakan belum mempersepsikan penjaminan mutu
mengetahui program apa saja yang telah keselamatan pasien oleh kepala ruangan
dilakukan oleh kepala ruang untuk cukup baik.
menjamin keselamatan pasien di ruangan.
B erdasarkan uraian diatas, peneliti PEMBAHASAN
tertarik untuk mengidentifikasi persepsi Berdasarkan hasil penelitian
perawat tentang penjaminan mutu menunjukkan (93,4%) memiliki persepsi
keselamatan pasien oleh kepala ruangan. yang baik tentang penjaminan mutu
keselamatan pasien oleh kepala ruangan.
METODE PENELITIAN Hal ini menandakan kepala ruangan telah
Jenis penelitian yang digunakan menerapkan penjaminan mutu keselamatan
adalah penelitian deskriptif, penelitian ini pasien dengan baik.
dilakukan untuk mengeksplorasi persepsi Persepsi dapat dipengaruhi oleh
perawat tentang peran dan fungsi kepala empat faktor meliputi: Faktor struktural,
ruangan dalam penjaminan mutu faktor fungsional, faktor personal, dan
keselamatan pasien. Penelitian ini faktor situasional 13.
dilakukan pada Mei 2013 di Ruang E3 dan Faktor pertama yang mempengaruhi
ZD3 Rumah Sakit Adi Husada Undaan persepsi adalah faktor struktural, yang
Wetan Surabaya. Populasinya seluruh dihasilkan dari bentuk stimulus serta efek-
perawat di Ruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit efek netral yang ditimbulkan dari sistem
Adi Husada Undaan Wetan Surabaya saraf individu. Faktor ini berhubungan
sebanyak 30 orang. Teknik sampling dengan usia seseorang. Usia adalah umur
menggunakan Non probability sampling individu yang terhitung mulai saat
yaitu total sampling. Variabel yang diteliti: dilahirkan sampai berulang tahun 8.
Persepsi perawat tentang penjaminan mutu Perawat pada penelitian ini rata- rata
keselamatan pasien. Alat ukur yang berusia 33 tahun (dewasa). Usia perawat
digunakan untuk pengumpulan data adalah ini merupakan usia produktif dan berada
kuesioner. Analisa data dilakukan secara pada tahap pemantapan karir. Usia
deskriptif. mempengaruhi pembentukan sebuah
persepsi terhadap penilaian kinerja kepala
HASIL ruangan, seseorang yang lebih dewasa
Hasil penelitian menunjukkan rata- memiliki pola pikir yang dinamis dan
rata usia responden adalah 33 tahun dengan membutuhkan banyak pertimbangan dalam
Usia termuda 22 tahun dan usia tertua 55 menilai suatu keadaan. Dengan rata-rata
tahun. Masa Kerja rata-rata selama 10 tahun usia perawat diatas, dapat disimpulkan
dengan lama kerja tersingkat selama 8 bahwa banyak pertimbangan dalam
bulan dan terlama selama 28 tahun. Tingkat memberikan penilaian terhadap kinerja

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 77


kepala ruangan sehingga perawat ruangan di ruang E3 dan ZD3 Rumah
memiliki persepsi yang baik dalam Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya.
menerapkan penjaminan mutu keselamatan Pelatihan merupakan bagian dari
pasien di ruang E3 dan ZD3 Rumah proses pendidikan yang tujuannya untuk
Sakit Adi Husada Undaan Wetan. meningkatkan kemampuan dan
Faktor kedua yang mempengaruhi keterampilan khusus baik perseorangan
persepsi adalah faktor fungsional, yang atau sekelompok orang 10. Perawat yang
dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan pernah mengikuti pelatihan keselamatan
(suasana hati), pelayanan, dan pasien dalam penelitian ini sebanyak
pengalaman masa lalu. Dalam hal ini, 43,4%. Hal ini menandakan hampir
pengalaman masa lalu erat kaitannya setengah dari jumlah repsonden pernah
dengan masa kerja. Karakteristik masa mengikuti pelatihan yang berkaitan
kerja responden menunjukkan bahwa dengan keselamatan pasien. Pelatihan
perawat memiliki rata-rata masa kerja memiliki kontribusi yang kecil dalam
selama 10 tahun dengan masa kerja terlama pembentukan persepsi seseorang. Pelatihan
selama 28 tahun dan masa kerja lebih meningkatkan kemampuan individual
tersingkat selama 8 bulan. Responden yang secara softskill dan hardskill sehingga
memiliki masa kerja yang lama memiliki dapat disimpulkan bahwa pelatihan hanya
persepsi penjaminan mutu keselamatan membentuk kemampuan internal dan dapat
pasien yang lebih baik dan mendasar berpengaruh pada persepsi internal saja.
daripada yang memiliki masa kerja yang Meskipun demikian, hasil penelitian ini
singkat, hal ini berpengaruh dalam persepsi menunjukkan perawat memiliki persepsi
responden dalam menilai kinerja kepala yang baik mengenai pejaminan mutu
ruangan dalam menerapkan penjaminan keselamatan pasien oleh kepala ruangan
mutu keselamatan pasien sehingga di ruang E3 dan ZD3 Rumah sakit Adi
menghasilkan persepsi yang baik. Husada Undaan Wetan Surabaya.
Faktor lain yang mempengaruhi Faktor terakhir yang mempengaruhi
persepsi adalah faktor personal, yang persepsi adalah faktor situasional, yang
dihasilkan dari pengalaman, motivasi, dan banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal
kepribadian. Faktor personal ini seperti petunjuk proksemik, petunjuk
berhubungan dengan pendidikan dan kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk
pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat. paralinguistik. Berdasarkan hasil
Tingkat pendidikan perawat di ruang E3 kuesioner, penerapan penjaminan mutu
dan ZD3 Rumah Sakit Adi Husada keselamatan pasien yang dilakukan kepala
Undaan Wetan Surabaya sebagian besar ruangan di ruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit
adalah diploma III Keperawatan sebanyak Adi Husada Undaan Wetan Surabaya
28 responden. Sedangkan tenaga perawat dipersepsikan baik oleh perawat. Hasil
dengan pendidikan S1 Keperawatan penelitian menunjukkan kepala ruang telah
jumlahnya masih terbatas yaitu 2 mensosialisasikan dan memberikan
responden (6.6%). S emakin tinggi tingkat contoh/petunjuk tentang penerapan
pendidikan seseorang, makin mudah pula penjaminan mutu keselamatan pasien yang
orang tersebut menerima informasi baik kepada perawat (93.4%).
sehingga semakin baik pula persepsi yang Persepsi dapat dipengaruhi oleh
dimiliki. Faktor pendidikan akan empat faktor meliputi: Faktor struktural,
berpengaruh terhadap kemampuan dan faktor fungsional, faktor personal, dan
perilaku seseorang dalam mempersepsikan faktor situasional. Faktor pertama yang
sesuatu. Melalui pendidikan yang tinggi mempengaruhi persepsi adalah faktor
perawat akan mampu berpikir dengan struktural, yang dihasilkan dari bentuk
kritis, kreatif dan rasional yang akan stimulus serta efek-efek netral yang
membentuk persepsinya menjadi lebih baik ditimbulkan dari sistem saraf individu.
saat terlibat dalam kegiatan penjaminan Faktor ini berhubungan dengan usia
mutu keselamatan pasien oleh kepala seseorang. Usia adalah Umur individu yang

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 78


terhitung mulai saat dilahirkan sampai seseorang, makin mudah pula orang
berulang tahun. Perawat pada penelitian ini tersebut menerima informasi sehingga
rata-rata berusia 33 tahun (dewasa). Usia semakin baik pula persepsi yang dimiliki.
perawat ini merupakan usia produktif dan Faktor pendidikan akan berpengaruh
berada pada tahap pemantapan karir. Usia terhadap kemampuan dan perilaku
mempengaruhi pembentukan sebuah seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.
persepsi terhadap penilaian kinerja kepala Melalui pendidikan yang tinggi perawat
ruangan, seseorang yang lebih dewasa akan mampu berpikir dengan kritis, kreatif
memiliki pola pikir yang dinamis dan dan rasional yang akan membentuk
membutuhkan banyak pertimbangan dalam persepsinya menjadi lebih baik saat terlibat
menilai suatu keadaan. Dengan rata-rata dalam kegiatan penjaminan mutu
usia perawat diatas, dapat disimpulkan keselamatan pasien oleh kepala ruangan
bahwa banyak pertimbangan diruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit Adi
dalammemberikan penilaian terhadap Husada Undaan Wetan Surabaya. Pelatihan
kinerja kepala ruangan sehingga perawat merupakan bagian dari proses pendidikan
memiliki persepsi yang baik dalam yang tujuannya untuk meningkatkan
menerapkan penjaminan mutu keselamatan kemampuan dan keterampilan khusus baik
pasien di ruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit. perseorangan atau sekelompok orang 10.
Faktor kedua yang mempengaruhi Perawat yang pernah mengikuti pelatihan
persepsi adalah faktor fungsional, yang keselamatan pasien dalam penelitian ini
dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan sebanyak 43,4%. Hal ini menandakan
(suasana hati), pelayanan, dan pengalaman hampir setengah dari jumlah repsonden
masa lalu. Dalam hal ini, pengalaman masa pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan
lalu erat kaitannya dengan masa kerja. dengan keselamatan pasien. Pelatihan
Karakteristik masa kerja responden memiliki kontribusi yang kecil dalam
menunjukkan bahwa perawat memiliki rata- pembentukan persepsi seseorang. Pelatihan
rata masa kerja selama 10 tahun dengan lebih meningkatkan kemampuan individual
masa kerja terlama selama 28 tahun dan secara softskill dan hardskill sehingga dapat
masa kerja tersingkat selama 8 bulan. disimpulkan bahwa pelatihan hanya
Responden yang memiliki masa kerja yang membentuk kemampuan internal dan dapat
lama memiliki persepsi penjaminan mutu berpengaruh pada persepsi internal saja.
keselamatan pasien yang lebih baik dan Meskipun demikian, hasil penelitian ini
mendasar daripada yang memiliki masa menunjukkan perawat memiliki persepsi
kerja yang singkat, hal ini berpengaruh yang baik mengenai pejaminan mutu
dalam persepsi responden dalam menila keselamatan pasien oleh kepala ruangan
ikinerja kepala ruangan dalam menerapkan diruang E3 dan ZD3 Rumah sakit Adi
penjaminan mutu keselamatan pasien Husada Undaan Wetan Surabaya.
sehingga menghasilkan persepsi yang baik. Faktor terakhir yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi persepsi adalah faktor situasional, yang
persepsi adalah faktor personal, yang banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal
dihasilkan dari pengalaman, motivasi, dan seperti petunjuk proksemik, petunjuk
kepribadian. Faktor personal ini kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk
berhubungan dengan pendidikan dan paralinguistik. Berdasarkan hasil kuesioner,
pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat. penerapan penjaminan mutu keselamatan
Tingkat pendidikan perawat diruang E3 dan pasien yang dilakukan kepala ruangan di
ZD3 Rumah Sakit Adi Husada Undaan ruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit Adi
Wetan Surabaya sebagian besar adalah Husada Undaan Wetan Surabaya
Diploma III Keperawatan sebanyak 28 dipersepsikan baik oleh perawat. Hasil
responden. Sedangkan tenaga perawat penelitian menunjukkan kepalar uang telah
dengan pendidikan S1 Keperawatan mensosialisasikan dan memberikan
jumlahnya masih terbatas yaitu 2 responden contoh/petunjuk tentang penerapan
(6.6%). Semakin tinggi tingkat pendidikan

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 79


penjaminan mutu keselamatan pasien yang Rumah Sakit (Patient Safety):
baik kepada perawat (93.4%). Utamakan Keselamatan Pasien. Edisi
Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
SIMPULAN 7. Heriyanto, Bambang. 2012.
Penerapan penjaminan mutu Metode Penelitian Kuantitatif
keselamatan pasien oleh kepala ruangan di Teori Dan Aplikasi. Surabaya: Putra
Ruang E3 dan ZD3 Rumah Sakit Adi Medika Nusantara.
Husada Undaan Wetan Surabaya 8. KKP-RS. 2008. Pedoman
dipersepsikan baik oleh perawat. Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP). Jakarta: KKP-RS.
SARAN 9. Marquis, Bessie L. & Carol J.
Perawat hendaknya lebih terlibat Huston. 2010. Kepemimpinan dan
secara aktif dalam kegiatan penjaminan Managemen Keperawatan: Teori dan
mutu keselamatan pasien karena hasil Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
penelitian menunjukkan perawat sudah 10. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
memiliki persepsi baik tentang penjaminan Metode Penelitian Kesehatan.
mutu keselamatan pasien oleh kepala Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.
ruangan. Kepala ruangan diharapkan 2003. Konsep dan Penerapan
mempertahankan dan lebih meningkatkan Metodelogi Penelitian
penerapan dan sosialisasi penjaminan mutu Keperawatan. Jakarta: Selemba
keselamatan pasien diruang tersebut. Hasil Medika.
penelitian ini dapat digunakan sebagai data 11. Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan
awal penelitian berikutnya mengenai Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-
penjaminan mutu keselamatan pasien Dasar Pengertian dan Penerapan.
dengan memperbaiki metode pengambilan Jakarta. EGC.
data melalui observasi secara langsung 12. RSCM. 2011. Buku Saku
terkait penerapan penjaminan mutu Quality dan Safety. Jakarta:
keselamatan pasien yang dilakukan oleh RSUPN Dr. Cipto
kepala ruangan. Mangunkusumo.
13. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Pustaka Setia.
1. Abdullah, Mulat Wigati. 2006. 14. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk
Sosiologi. Jakarta: Grasindo. Keperawatan. Jakarta: EGC.
2. Bustami. 2011. Penjaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan dan
Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.
3. Dahlan, M. S. 2010. Langkah-
langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokteran &
Kesehatan. Jakarta: CV. Sagung Seto.
4. Depkes RI. 2006. Panduan
Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety):
Utamakan Keselamatan Pasien.
Jakarta: Depkes RI.
5. Depkes RI. 2008. Panduan
Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety):
Utamakan Keselamatan Pasien. Edisi
Kedua. Jakarta: Depkes RI.
6. Depkes RI. 2011. Panduan
Nasional Keselamatan Pasien

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 80

Anda mungkin juga menyukai