Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa :

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSA4101/Pengantar Akuntansi Syariah

Kode/Nama UPBJJ : 23/ BOGOR

MasaUjian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Akad istishna merupakan bentuk akad jual beli yang melibatkan pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu penjual
(pembuat barang) dan pembeli (pemesan barang). Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari akad
istishna:

1. Pemesanan Barang: Akad istishna melibatkan pemesanan pembuatan barang. Pembeli


menyampaikan kepada penjual tentang barang yang ingin dibuat atau diproduksi sesuai dengan
spesifikasi dan persyaratan tertentu yang telah disepakati.

2. Pembayaran Dimuka: Dalam akad istishna, pembeli biasanya membayar sebagian atau seluruh
harga barang di muka sebagai tanda jadi atau sebagai pembiayaan awal untuk memulai proses
produksi barang. Jumlah dan mekanisme pembayaran dapat ditentukan dalam perjanjian antara
kedua belah pihak.

3. Waktu Penyelesaian: Akad istishna biasanya mencakup kesepakatan mengenai waktu


penyelesaian atau pengiriman barang yang dipesan. Penjual bertanggung jawab untuk memproduksi
dan menyelesaikan barang sesuai dengan waktu yang disepakati.

4. Spesifikasi dan Persyaratan: Akad istishna menetapkan spesifikasi dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh barang yang akan dibuat. Hal ini mencakup fitur, kualitas, ukuran, bahan, atau atribut
lain yang harus ada dalam barang yang dipesan. Persyaratan ini harus jelas dan telah disepakati oleh
kedua belah pihak.

5. Risiko dan Tanggung Jawab: Selama proses produksi dan pengiriman, risiko dan tanggung jawab
atas barang yang dipesan biasanya ditanggung oleh penjual sampai barang tersebut diserahkan
kepada pembeli sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

6. Pembatalan atau Perubahan Pesanan: Akad istishna dapat mencakup ketentuan mengenai
pembatalan atau perubahan pesanan. Jika salah satu pihak ingin membatalkan atau mengubah
pesanan, maka mekanisme dan konsekuensi pembatalan atau perubahan tersebut harus ditentukan
dalam akad.

7. Penyerahan Barang: Setelah barang selesai diproduksi, penjual harus menyerahkan barang kepada
pembeli sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Penyerahan barang dapat dilakukan
langsung kepada pembeli atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk.

Karakteristik ini menjadikan akad istishna berbeda dengan akad salam, di mana akad salam merupakan akad
jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari, tanpa adanya pemesanan
atau produksi barang tertentu.
2. Berikut ini adalah jurnal untuk transaksi tersebut:

Tanggal: 03 Januari 2022

Akun Debit Keterangan Jumlah Akun Kredit Jumlah


Kas Penyerahan kembali modal Rp 6.000.000.000
mudarabah
Mesin Penyerahan kembali modal Rp 6.000.000.000
mudarabah
Modal Mudarabah Penyerahan kembali modal Rp 10.000.000.000
mudarabah

Penjelasan:

- Akun Debit "Kas" ditambah dengan jumlah Rp 6.000.000.000 untuk mencatat penyerahan kembali modal
mudarabah dalam bentuk kas.

- Akun Debit "Mesin" ditambah dengan jumlah Rp 4.000.000.000 untuk mencatat penyerahan kembali
modal mudarabah dalam bentuk mesin.

- Akun Kredit "Modal Mudarabah" ditambah dengan jumlah Rp 10.000.000.000 untuk mencatat penyerahan
kembali total modal mudarabah oleh PT Sampoerna kepada Bank Syariah Kalimantan.

Setelah pencatatan ini, saldo akun Modal Mudarabah akan menjadi nol, menunjukkan bahwa PT Sampoerna
telah menyerahkan kembali seluruh modal mudarabah yang dimiliki kepada Bank Syariah Kalimantan.
3. Akad musyarakah merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih yang saling berinvestasi
dalam suatu usaha atau proyek dengan tujuan membagi keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Untuk
sahnya sebuah akad musyarakah, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Kesepakatan: Para pihak yang terlibat dalam musyarakah harus mencapai kesepakatan yang jelas
mengenai tujuan, lingkup, dan durasi kerjasama. Kesepakatan harus diungkapkan secara jelas dan
tegas oleh setiap pihak yang terlibat.

2. Kemampuan Hukum: Setiap pihak yang terlibat dalam musyarakah harus memiliki kemampuan
hukum untuk melakukan transaksi dan mengikatkan diri dalam perjanjian. Mereka harus mampu
bertindak secara hukum dan tidak terhalang oleh hukum atau aturan yang berlaku.

3. Kepemilikan Modal: Setiap pihak harus menyumbangkan modal atau aset dalam musyarakah.
Modal ini dapat berupa uang tunai, barang, atau aset lainnya yang memiliki nilai ekonomi. Modal
yang disumbangkan harus dimiliki secara sah oleh setiap pihak.

4. Kepentingan Bersama: Musyarakah didasarkan pada prinsip adanya kepentingan bersama antara
pihak-pihak yang terlibat. Tujuan musyarakah adalah untuk memperoleh keuntungan secara
bersama-sama dan berbagi risiko. Oleh karena itu, setiap pihak harus memiliki niat dan kepentingan
yang sejalan dalam mengembangkan usaha atau proyek yang dilakukan.

5. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Para pihak harus menyepakati cara pembagian keuntungan
dan kerugian dalam musyarakah. Pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan
sebelumnya, proporsi modal yang disumbangkan, atau faktor lain yang dianggap adil oleh pihak-
pihak yang terlibat.

6. Keterlibatan dan Kewenangan: Pihak-pihak yang terlibat dalam musyarakah harus terlibat secara
aktif dalam mengelola dan mengawasi usaha atau proyek tersebut. Mereka harus memiliki
kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan dan memiliki hak untuk mengawasi dan
mengendalikan kegiatan usaha.

7. Transparansi dan Akuntabilitas: Musyarakah membutuhkan transparansi dan akuntabilitas dalam


pelaporan keuangan dan pengelolaan usaha. Setiap pihak harus memberikan informasi yang jujur
dan lengkap mengenai kegiatan usaha, termasuk pendapatan, pengeluaran, aset, dan kewajiban.

Syarat-syarat di atas harus dipenuhi agar sebuah akad musyarakah dianggap sah. Ketika semua syarat
terpenuhi, pihak-pihak yang terlibat dapat menjalankan usaha atau proyek tersebut sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan dan membagi keuntungan sesuai dengan proporsi yang telah disepakati
pula.
4. Jurnal Umum Balance saat Pembelian Aset:

Tanggal: 17 Agustus 2008

Akun Debit Keterangan Jumlah Akun Kredit Jumlah


Aset Tetap Pembelian gedung untuk Rp 15.000.000.000
disewakan
Utang Utang pembelian gedung Rp 15.000.000.000
untuk disewakan

Penjelasan:

- Akun Debit "Aset Tetap" ditambah dengan jumlah Rp 15.000.000.000 untuk mencatat pembelian gedung
yang akan disewakan oleh CV Kharisma Bangsa.

- Akun Kredit "Utang" ditambah dengan jumlah Rp 15.000.000.000 untuk mencatat utang yang harus
dibayar oleh CV Kharisma Bangsa sebagai hasil dari pembelian gedung.

Jurnal saat Pengakuan Depresiasi:

Tanggal: Akhir akad (tanggal terakhir sewa, setelah 10 tahun)

Akun Debit Keterangan Jumlah Akun Kredit Jumlah


Beban Depresiasi Pembebanan - Rp(Nilai Depresiasi)
depresiasi gedung
Akumulasi Akumulasi depresiasi - Rp (Nilai Depresiasi)
Depresiasi gedung

Penjelasan:

- Akun Debit "Beban Depresiasi" ditambah dengan jumlah depresiasi gedung pada akhir akad untuk
mencatat pembebanan depresiasi dalam periode tersebut.

- Akun Kredit "Akumulasi Depresiasi" ditambah dengan jumlah depresiasi gedung pada akhir akad untuk
mencatat total depresiasi yang telah terakumulasi selama masa manfaat gedung.

Pada saat pengakuan depresiasi, jumlah depresiasi yang dihitung akan dikurangkan dari nilai buku gedung
untuk mencari nilai buku baru setelah depresiasi. Namun, nilai depresiasi sebenarnya akan tergantung pada
perhitungan yang dilakukan berdasarkan metode garis lurus dan informasi lain yang mungkin diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai