Resiliensi Remaja Yang Mengalami Bullying Di Madrasah Aliyah Aceh Tenggara
Resiliensi Remaja Yang Mengalami Bullying Di Madrasah Aliyah Aceh Tenggara
PROPOSAL
Oleh:
NABILA ZUHRA
NPM : 1909110023
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
2023
Proposal Berjudul
Diajukan oleh:
Nabila Zuhra
1909110023
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Resiliensi Remaja Yang
Mengalami Bullying di MAN aceh Tenggara". Tidak lupa pula dukungan baik
secara materil dan nonmateril yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
Muhammadiyah Aceh.
Skripsi ini.
4. Keluarga, terutama kedua orang tua, adik yang telah mendukung, memberikan
skripsi.
iii
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang membangun
Nabila Zuhra
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara pesat yang disebut juga sebagai Growth Spurt. Remaja memiliki
karakteristik berupa rasa ingin tahu yang cukup tinggi, cenderung berani
rentang usia 10 hingga 19 tahun. Remaja juga merupakan sebuah fase atau
masa peralihan usia dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa awal.
yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita.
Cita-cita yang tidak realistis bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga
meningginya emosi sebagai ciri awal masa remaja. Semakin tidak realistis
cita-citanya menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang
1
Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan
menjelajahi suatu hal baru yang terasa menantang dan memperlajari ssuatu hal
yang berbeda untuk mengenali siapa dirinya. Remaja juga kerap mengikuti
superior dan begitu pula sebaliknya. Kelompok yang superior tersebut akan
menunjukan jati diri mereka dengan cara yang tidak baik seperti menindas
ataupun melakukan kekerasan, baik fisik maupun lisan. Kekerasan yang lebih
2
Perilaku bullying itu sendiri ialah perilaku tidak menyenangkan yang
pihak yang dianggap lemah dan tidak superior sehingga pihak yang lemah dan
tidak superior ini akan merasakan perasaan yang tidak nyaman baik dari segi
dilakukan oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang dianggap lebih
tahun 2011 hingga 2019 silam telah ditemukan sekitar kasus bullying, yakni
terdiri dari 574 anak laki-laki dan 425 anak perempuan yang menjadi korban
bullying sedangkan 440 anak laki-laki dan 326 anak perempuan yang menjadi
pelaku bullying. Selain daripada itu, sejak tahun 2011 hingga 2019, terdapat
laporan. Sementara disisi lain, dari Januari hingga Februari, setiap harinya
KPAI juga banyak melihat dan membaca berita fenomena kekerasan anak.
(Kemenpppa, 2022).
3
Persoalan tersebut tentu sangat disadari dan harus menjadi
cara dalam mempertahankan diri dari situasi yang membuat mereka tertekan,
4
baik dalam kemampuan sosial, mental ataupun fisik. Mereka tidak mampu
Meningkatkan resiliensi adalah tugas yang penting karena hal ini dapat
2022).
untuk pulih dari peristiwa kehidupan yang menyedihkan dan penuh tantangan,
serupa yang merugikan di masa mendatang (Block dan Kremen, 1996 dalam
Hendriani 2022).
5
Dampak yang dirasakan oleh remaja setelah mendapatkan perilaku
bullying bermacam-macam ragam nya dan untuk mengatasi hal tersebut pun
juga bermacam-macam. Hal ini juga ditemukan dari hasil wawancara dalam
menyatakan bahwa
“Dulu itu aku pernah dibully sama kakak leting, di bilang kalo aku itu anak
manja sedikit-sedikit lapor kakak padahal aku ga pernah lapor atau ngadu
sama kakakku, aku juga pernah diumpat dan difitnah pura-pura sakit padahal
posisi nya aku tu ada sakit asma sampe harus pake oksigen tapi dibilang
pura-pura supaya bisa ga sekolah, terus itu aku juga pernah dibully yg paling
parah, aku diseret sama kakak leting itu karena ga mau ngukutin apa yang
dia mau. Cara aku bertahan sampai saat ini, Ya dengan cara melarikan diri
dari semuanya, ya kayak aku pendam semuanya sendirian dan gak ku ceritain
ke siapa-siapa termasuk mamak dan ayah, Dengan cara mengurung diri di
rumah juga, Gak pernah keluar rumah, Tapi dulu tu kan aku gak tau alasan
kenapa aku kekgitu, baru sekarang lah aku tau kenapa aku bisa gitu tapi
sekarang aku ngerti kalo itu namanya pertahanan diriku, itulah caraku untuk
bertahan, dengan ngehindar dari orang-orang yang nyakitin aku, itu bikin
aku jadi lebih kuat dan mampu bertahan hidup, meskipun aku emang cuma
diam dirumah tapi setidaknya itu juga yang bikin aku ngerasa tenang,
ngerasa aman, ya awalnya, aku ngerasa juga kalo orang di sekeliling ku ga
mensupport apa yang aku lakukan dan gak suka dengan keputusan ku untuk
ngehidarin orang-orang tapi itulah caraku yang gak semua orang bisa paham
dan hanya aku yang tau"
Selanjutnya wawancara dengan subjek II yang berinisial A merupakan
remaja SMA yang mengalami bullying pada hari selasa 10 januari 2023.
Menjelaskan bahwa :
6
"Saya pernah dibuli kak, buli nya tu yang dipermalukan di depan orang rame.
Saya udah ngalami itu selama 6 bulan. Kronologinya kan saya cuma mau
nanya sama ibuk itu, terus saya di bilang ngetes kepintaran ibuk itu, padahal
saya gadak berniat sedikit pun kek gitu kak, Di senggak nya awak di depan
orang ramai pulak, rasanya tu malu kali kek serasa ga berani lagi natap
mukak orang disitu, serasa ga punyak mukak lagi saya. Pada saat itu saya
Cuma bisa diam sama yang dibuat ibu tu, padahal biasanya saya kalo dibuli
pasti saya lawan tapi karena dia guru jadinya saya Cuma bisa diam aja tapi
absitu awak berusaha jaga jarak aja sama ibuk tu biar ga sakit hati."
yang menyakitinya sama hal nya dengan subjek yang kedua yang memilih
Menjadi remaja yang mengalami bullying tidak lah mudah, pasti akan
membutuhkan pertahanan dalam diri agar bisa bertahan dengan situasi yang
membuatnya tertekan oleh karena itu. Seperti yang kita ketahui bahwa
pertahanan diri tiap remaja pastinya berbeda dalam menanggapi suatu keadaan
yang membuat mereka berada dalam tekanan. Bullying dikalangan remaja ini
rentan terjadi oleh sebab itu lah peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
7
B. Fokus Penelitian
fokus penelitian yang ingin peneliti lakukan ialah mengenai; Apa saja Aspek-
C. Keaslian Penelitian
lakukan adalah mengenai gambaran harga diri pada ibu yang mengalami
8
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sujadi, E., Yandri, H., & Juliawati, D.
bahwa korban bullying memiliki resiliensi yang tinggi, dengan arti lain
Jakarta Pusat tahun 2016 maka dapat ditarik resiliensi remaja dalam
resiliensi rendah.
9
Peneliti akan melakukan penelitian tentang resiliensi pada remaja yang
deskriftif. Subjek Penelitian ini berjumlah tiga orang remaja yang mengalami
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
2. Manfaat Praktis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resiliensi
1. Pengertian Resilinesi
Resiliensi secara umum mengarah pada pola adaptasi positif selama atau
sesudah menghadapi kesulitan atau resiko. Resiliensi adalah ide yang mengacu
pada kapasitas sistem dinamis untuk bertahan atau pulih dari gangguan (Masten
lingkungan.
11
Resiliensi juga dipandang sebagai fenomena yang bersifat fluid antar waktu.
Individu mungkin resilien pada suatu tahap perkembangan, namun tidak pada
tahap perkembangan yang lain. Terkait dengan hal tersebut, faktor resiko dan
protektif yang berperan penting didalam nya pun berpariasi antara tahap
dengan menghadapinya secara sehat. Reseliensi itu bersifat menetap pada diri
resiliensi.
2. Aspek-aspek Resiliensi
tiga aspek (three sources of resilience) yaitu I have, yakni hubungan yang
didalam nya hubungan kasih sayang dari banyak orang, bangga dengan diri
12
masalah, menjalin hubungan yang saling mempercayai. Ketiganya saling
a. I Have
dirinya (I Am) atau apa yang bisa dia lakukan (I Can), remaja
3) Role models
b. I Am
sendiri atau (inner strengths). Aspek ini meliputi perasaan, sikap, dan
menyukai dan mengasihi dia. Anak akan bersikap baik terhadap orang-
13
orang yang menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat mengatur
seseorang yang penting dan merasa bangga pada siapakah dirinya dan
resilinesi adalah:
orang.
depan.
c. I Can
14
pribadi dan sosial) dan mengatur tingkah laku, serta mendapatkan
1) Kemampuan berkomunikasi
2) Problem solving
bahwa remaja akan belajar bagaimana merespon tekanan dan kesulitan secara
ulet.
3. Faktor-faktor Resiliensi
bahwa perasaan tidak berdaya dalam kondisi tertekan didasari lima faktor,
yakni terdiri dari: Trust, autonomy, initiative, industry, dan identity. Grotberg
perkembangan individu sejak lahir hingga akhir usia remaja memiliki pondasi
15
dalam membangun resiliensi. Penjelasan kelima faktor tersebut sebagai
berikut:
a) Trust (Kepercayaan)
b) Autonomy (otonomi)
16
individu tersebut akan mampu berempati terhadap oranglain,
harapan bagi mereka, serta orang lain dan institusi yang dapat
c) Initiative (Inisiatif)
d) Industry (Industry)
17
menjadi panutan individu, yang dapat menunjukkan apa yang
mengikutinya.
e) Identity (identitas)
kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain
18
B. Bullying
1. Pengetian Bullying
adalah perilaku mengintimidasi dilakukan oleh pihak yang lebih kuat terhadap
ancaman agresi.
individu atau kelompok yang memiliki kekuatan kepada individu yang lemah
suasana yang tidak menyenangkan bagi korban, bahkan dilakukan tanpa adanya
alasan dan tujuan untuk menyakiti individu lain dan membuatnya tertekan.
baik di sekolah maupun di kamar mandi, di bus ketika sedang menunggu bus
19
disengaja dan umumnya tidak diprovokasi oleh satu atau lebih individu untuk
menimbulkan dampak fisik dan / atau tekanan psikologis pada satu atau lebih
korban.
2. Aspek-aspek Bullying
bahwa bullying dibagi menjadi tiga aspek, yaitu bullying verbal, fisik, dan
sebagai berikut:
a) Bullying verbal
verbal atau ucapan yang dilakukan secara sengaja dan berulang dengan
awal menuju dua bentuk bullying fisik dan psikologis, serta merupakan
merendahkan martabat.
20
b) Bullying fisik
menyebarkan gossip agar tidak ada yang mau berteman dengan korban.
21
seseorang, atau sengaja merusak persahabatan. Dapat dilakukan
melalui sikap yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tertawa
mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar Bullying fisik adalah suatu
tindakan agresif dalam bentuk fisik yang dilakukan secara sengaja dan
senior.
3. Faktor-faktor Bullying
lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih Mahir secara verbal, lebih
tinggi dalam status sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak
22
c) Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
secara pesat yang disebut juga sebagai Growth Spurt. Remaja memiliki
karakteristik berupa rasa ingin tahu yang cukup tinggi, cenderung berani
rentang usia 10 hingga 19 tahun. Remaja juga merupakan sebuah fase atau
masa peralihan usia dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa awal yang
ditandai oleh kematangan fisik. Puber berasal dari kata “pubes” yang berarti
23
rambut-rambut kemaluan, yang menandakan kematangan fisik. Dengan
demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak-anak sampai
sebagai adalah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan
dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego
identity).
remaja adalah seorang individu yang baru beranjak selangkah dewasa dan
baru mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal lawan jenis,
memahami peran dalam dunia sosial, menerima jati diri apa yang telah
24
2. Aspek-aspek Remaja
b) Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria dan Wanita dewasa
kemampuannya.
memiliki anak.
25
D. Madrasah Aliyah
Istilah madrasah telah dikenal oleh masyarakat muslim sejak masa kejayaan
Islam klasik. Dilihat dari segi bahasa madrasah merupakan isim makan (nama
tempat) berasal dari bahasa arab yang berarti tempat belajar. (Munawir, dalam
lembaga pendidikan Islam. Dalam kamus besar bahasa indonesia madrasah adalah
pelajaran pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan
Madrasah adalah sekolah tanpa ada embel-embel berciri khas agama Islam. Dari
penjelasan di atas, kata madrasah mempunyai kata yang sama, yaitu tempat belajar.
26
3. Kurikulum Madrasah
pendidikan nasional.
penjiwaan semua bahan kajian dan pelajaran dengan ajaran agama Islam.
11. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 12. Pendidikan Seni (Amin, 2019).
bahkan didunia apalagi dilakangan remaja. Masalah bullying ini pada dasarnya
mental seseorang. Indonesia termasuk salah satu negara yang diduga mengalmi
27
kasus bullying Yang cukup tinggi, diantaranya seperti perilaku mengintimidasi
sosial pada tahun 2013 silam menunjukkan bahwa satu dari dua remaja pria
(47,45%) dan satu dari tiga remaja wanita (35,05%) dilaporkan mengalami
intimidasi. Data lebih lanjut dari Survei Kesehatan Siswa berbasis Sekolah Global
24,1% remaja pria dan 17,4% remaja wanita telah mengalami intimidasi.
Menurut Suroso melalui hasil studi nya mengatakan bahwa Perilaku bullying
ini memberikan dampat yang sangat negative bagi korban dalam jangka waktu
yang cukup panjang tak hanya korban dan pelaku, fenomena bullying ini juga
dunia pendidikan kerap sekali terjadi dan mash dianggap sepele oleh masyarakat,
padahal tidak bisa dianggap sepele oleh masyarakat karena banyak nya kasus
bullying yang berujung pada masalah yang cukup serius seperti trauma, depresi,
kesulitan dalam berinteraksi, tidak percaya diri atau bahkan tahap yang paling
tersebut ialah bunuh diri. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa banyaknya kasus
remaja yang bunuh diri diakibatkan mengalami bullying Melihat fenomena diatas
dapat kita simpulkan bahwa kasus bullying sudah menjadi masalah yang cukup
28
serius oleh karenanya kita memerlukan pertahan diri di situasi tersebut agar
mampu bangkit dari keterpurukan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian resiliensi merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap
individu agar mampu bertahan dalam situasi sulit. Selain itu resiliensi juga
Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan sejak kecil untuk banyak menghindari
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku,
persepsi, motivasi, dan lain sebagainya secara holistik, dengan cara menjabarkan ke
dalam bentuk bahasa dan kata-kata pada suatu konteks tertentu yang alamiah serta
transkripsi wawancara, gambar, foto rekaman vidio dan lain-lain. Penelitian kualitatif
ditekankan kedekatan dengan orang-orang agar peneliti mendapatkan data yang jelas
adalah studi yang menjelaskan tentang fenomena, seperti penampakan, akan segala
hal yang muncul berdasarkan pengalaman individu, cara individu mengalami sesuatu,
fenomenologi bukan sekedar pada fenomena, namun juga pengalaman sadar dari
30
B. Subjek Penelitian
rentang usia 18-19 tahun yang merupakan siswa kelas 3 di MAN 1 Aceh Tenggara.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti melalui salah seorang guru MAN 1
C. Sampling
data dari subjek penelitian berdasarkan keriteria tertentu. Berikut merupakan kriteria
2. Siswa Kelas 3
4. Siswa perempuan
31
D. Waktu dan Lokasi
Penelitian Waktu dan Lokasi yang diperlukan untuk penelitian ini akan saya
peneliti.
1. Wawancara
Wawancara (interview) adalah suatu percakapan tatap muka antara dua orang
atau lebih yang berlangsung antara pewawancara dan narasumber. Tujuan dari
wawancara adalah untuk tanya jawab antara pewawancara dan narasumber agar
dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses
interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau individu yang diteliti dan
telah dirancang sebelumnya (Wijaya & Sirine 2016). Adapun jenis wawancara yang
format dan urutan yang telah ditetapkan. Pertanyaan yang disusun akan disamakan
32
dengan kondisi responden. Pelaksanaan tanya-jawab seperti dalam percakapan sehari-
data dengan cara bertanya akan sesuatu kepada responden dan dengan berbicara tatap
muka. Adapun jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah
yang berbeda dengan Suatu pertanyaan yang umumnya tidak disiapkan lebih dulu,
tetapi justru dikondisikan sesuai dengan kondisi dan ciri yang khusus dari responden.
33
Tabel 1.
masalah
dalam diri
memecahkan masalah.
tujuan hidup.
34
2. Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks, dan suatu proses yang
pengamatan dan ingatan (Hadi, dalam Sugiyono, 2018). Teknik observasi digunakan
alam, dan dan apabila subjek yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2018).
terlibat secara aktif dengan objek penelitian dan mengamati kegiatan yang dilakukan
oleh objek penelitian untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2018) data yang
diperoleh melalui observasi partisipan dalam suatu penelitian akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai peneliti mengetahui makna dari setiap perilaku yang terlihat.
35
Tabel 2
Panduan Observasi
No Indikator
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami, serta temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2018). Analisis data digunakan untuk
memahami hubungan dan konsep dalam data, sehingga hipotesis dapat dikembangkan
dalam penelitian ini. Menurut Poerwandari (2005) thematic analysis adalah proses
yang akan digunakan dalam mengolah informasi kualitatif, yang secara umum
36
bertujuan untuk memahami suatu fenomena ataupun gejala sosial dengan lebih
menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji
secara sistematis.
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga dapat memperoleh data yang banyak. Ada beberapa
akan banyak. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan penjelajahan secara
umum terhadap situasi sosial atau objek yang akan diteliti, serta merekam semua
yang dilihat dan didengar. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh data yang
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
37
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Miles & Huberman
(dalam Sugiyono, 2018) mengatakan bahwa yang paling sering dilakukan untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Namun, penyajian data juga dapat dilakukan dengan grafik, matrik, network (jejaring
sementara, dan akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan juga
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal sudah didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten, maka kesimpulan awal tersebut dapat dikatakan menjadi
38
1. Validitas (Credibility)
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada subjek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada subjek penelitian (Sugiyono, 2018).
data terhadap data hasil dari penelitian kualitatif. Triangulasi terbagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Triangulasi Sumber
diperoleh melalui beberapa sumber, seperti data yang didapatkan dari keluarga atau
guru.
b. Triangulasi Teknik
yang berbeda, tapi data tersebut diperoleh dari sumber yang sama. Untuk dapat
memperoleh sumber data yang sama serta serempak, maka peneliti menggunakan
39
c. Triangulasi Waktu
biasanya data yang didapatkan peneliti ketika di pagi hari bisa jadi berbeda dengan
data yang didapatkan peneliti di siang hari ataupun di sore hari. Karena di pagi hari
biasanya narasumber masih dalam keadaan segar dan semangat, sehingga data yang
2. Reliabilitas (Dependability)
dalam proses penelitian sering terjadi peneliti tidak melaksanakan proses penelitian
ke lapangan, tapi dapat memberikan data. Apabila proses penelitian tidak dilakukan
tapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel. Oleh karena itu,
pembimbing harus ikut serta dalam proses pengecekan keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti pada saat proses penelitian, agar hasil penelitian menjadi
reliabel.
digeneralisasikan atau diterapkan pada subjek penelitian. Nilai transfer ini berkenaan
dengan pertanyaan sejauh mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi lain.
40
Dengan demikian, pembaca menjadi jelas dalam memahami hasil penelitian tersebut,
4. Objektifitas (Neutrality)
karena suatu penelitian dapat dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah
“upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
Dari pengertian itu, tersirat beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu (a) upaya
mencari data adalah proses lapangan dengan berbagai persiapan pralapangan tentunya,
(b) menata secara sistematis hasil temuan di lapangan, (c) menyajikan temuan
lapangan, (d) mencari makna, pencarian makna secara terus menerus sampai tidak
ada lagi makna lain yang memalingkannya, di sini perlunya peningkatan pemahaman
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Kemenkes. (2018, Mei Selasa, 15). Menkes: Remaja Indonesia Harus Sehat.
Retrieved from kemkes.go.id:
https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600001/menkes-remaja-
indonesia-harus-sehat.html
Missasi, V., & Izzati, I. D. C. (2019, November). Faktor–faktor yang mempengaruhi
resiliensi. In Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan (pp. 433-441).
Moleong. (2010). In Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Pengertian Bullying Menurut Para Ahli. (2022). Retrieved from silabus.web.id:
https://www.silabus.web.id/pengertian-bullying-menurut-para-ahli/
Riadi, M. (2018, Januari 11). Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri-Ciri dan Skenario
Bullying. Retrieved from Kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-
skenario-bullying.html
Ross. (2003). The fear factor: bullying and students with disabilities. International
Journal Of Special Education. Vol. 21 No. 1
Sakdiyah, F., Febriana, B., & Setyowati, W. E. (2020). Resiliensi dan Kejadian
bullying pada remaja SMP Di Demak. Bima Nursing Journal, 1(2), 119-125.
Sitasari, N. W. (2017). Persepsi tentang perilaku bullying ditinjau dari jenis
kelamin. Jurnal Psikologi: Media Ilmiah Psikologi, 15(2).
Smith dan Salsabiela. (2010). Perilaku bullying dikalangan gamers online pada
remaja sekolah menengah pertama. Jurnal Simbolika: Research and Learning
in Comunication Study. Vol. 4 (2). Hal 86- 94.
Sugiyono. (2018). Metode penelitian & pengembangan: research and development. Alfabeta
Bandung.
Sujadi, E., Yandri, H., & Juliawati, D. (2021). Perbedaan Resiliensi Siswa Laki-laki
dan Perempuan yang Menjadi Korban Bullying. Psychocentrum Review, 3(2),
174-186.
Suryandari, S. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan
Remaja. JIPD (Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar), 4(1), 23-29.
43
Yuliani, S., Widianti, E., & Sari, S. P. (2018). Resiliensi remaja dalam menghadapi
perilaku bullying. Jurnal keperawatan BSI, 6(1).
Wahidin, U. (2017). Pendidikan karakter bagi remaja. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(03).
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang mempengaruhi
remaja dalam melakukan bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4(2).
44