Kelompok 1 (Atraumatic Care)
Kelompok 1 (Atraumatic Care)
ATRAUMATIC CARE
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan anak yang berjudul
“Atraumatic Care”. Makalah ini dibuat dengan tujuan mempelajari penerapan dan
dampak dari diterapkannya atraumatic care pada anak yang harus menjalani
hospitalisasi.
Harapan kamia apabila ada kurang lebihnya saya mohon saran dan kritiknya
karena masih dalam taraf belajar.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat
Penulisan .............................................................................................. 2
.....................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................. 3
2.1 Pengertian Atraumatic Care........................................................... 3
2.2 Jenis Atraumatic Care .................................................................... 4
BAB 3 ANALISIS JURNAL TERKAIT ......................................................... 6
3.1 Analisa Jurnal ................................................................................ 6
BAB 4 PENUTUP............................................................................................ 22
4.1 Kesimpulan
22
4.2 Saran ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak memiliki karakter yang unik dan kebutuhan berbeda setiap tahap
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada fase tumbuh kembang perlu di
perhatikan kebutuhan anak agar terhindar dari penyakit. Kondisi sakit dapat
menyebabkan stres disebut sebagai masa hospitalisasi.
Hospitalisasi anak memiliki persepsi yang berbeda tergantung dari
pengalaman anak, usia perkembangan, serta mekanisme koping. Reaksi yang
timbul pada anak yaitu kurang mampu memahami situasi, keadaan lingkungan
asing serta perubahan rutinitas di rumah sakit menjadikan hal yang menakutkan
pada anak.
Berdasarkan survey kesehatan nasional (Susenas) tahun 2014
didapatkan angka kesakitan anak sebanyak 15,26 % data per usia di di indonesia
usia 0-4 tahun sebesar 29,8 %, usia 5-12 tahun sebesar 10,91 %. Menurut Faozi
(2010) sebanyak 69,2 % anak mengalami hospitalisasi berulang sering dan 30,8
% hospitalisasi berulang sedang. Dampak yang ditimbulkan menyebabkan
penanganan dalam perawatan anak sering kali terhambat. Sering mendapat
perlakuan yang tidak menyenangkan saat dirawat sewaktu kecil membuat anak
menjadi trauma pada jangka waktu lama. Berdasarkan hal tersebut, perawat
diharapkan dapat menciptakan asuhan keperawatan dengan pendekatan
atraumatic care.
Atraumatic care adalah tindakan perawat yang bisa membuat anak
yang dirawat tidak menyebabkan trauma dan dapat mengurangi stress baik fisik
dan psikologis. Pada penelitian lain yang dilakukan DaMotta (2014) didapatkan
hasil pencegahan trauma hospitalisasi dapat dilakukan dengan menerapkan
atraumatic care. Penerapan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
cedera dan nyeri pada anak. Berbagai upaya telah dilakukan perawat untuk
mengurangi distress fisik maupun psikologis pada anak akibat prosedur.
Penerapan penelitian dalam penurunan intensitas nyeri dan rasa takut pada anak
selama prosedur telah diupayakan perawat namun di Indonesia penerapan
1
atraumatic care perlu ditingkatkan, terutama rumah sakit daerah yang belum
memahami pentingnya atraumatic care. Beberapa wawancara kepada perawat
penerapan atraumatic care belum dirasakan optimal hingga anak cenderung
ketakutan saat di rumah sakit.
Dari uraian latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk mengulas
jurnal-jurnal ilmiah terkait atraumatic care yang dilakukan pada anak yang
mengalami hospitalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah atraumatic care itu?
2. Apa saja jenis atraumatic care pada anak?
3. Bagaimana efektivitas atraumatic care yang diberikan pada anak yang
mengalami hospitalisasi?
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pembaca mengenai atraumatic care pada anak yang
mengalami hospitalisasi.
2. Sebagai sarana pendamping belajar selain buku induk dan literatur lain yang
telah ada.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Prinsip Atraumatic Care
Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa
yang menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain.
Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada
anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian
atraumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan pada anak
dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologi dari tindakan keperawatan
yang diberikan seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan
melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak
terjadinya trauma, untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang
dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga maka anak mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurang kasih sayang sehingga
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak, diharapkan anak
mandiri dalam kehidupannya, anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal,
serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak.
c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering kali tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik
misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak
dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
4
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan
terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak
dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
e. Modifikasi lingkungan.
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
5
BAB 3
ANALISIS JURNAL TERKAIT
6
d. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui efektivitas penerapan atraumatic care dengan
medical play terhadap respon kecemasan anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi.
e. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
Metode sampling yang digunakan adalah dengan metode
consecutive sampling dimana metode tersebut memudahkan
peneliti dalam pengambilan data dalam kurun waktu Mei hingga
Juni 2018.
2) Kekurangan
Pada penelitian ini tidak ada kelompok kontrol. Kemudian
untuk penghitungan sampel penelitian juga tidak dijelaskan
secara rinci bagaimana sehingga mendapat sampel sebanyak 26
orang.
2. Analisis jurnal dengan metode PICO
a. Population/Problem/Patient
Perawatan anak di rumah sakit akan menimbulkan kecemasan
bahkan stres baik pada anak maupun orang tua. Apabila kecemasan
ini tidak segera ditangani pada anak yang mengalami hospitalisasi,
maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi proses
penyembuhan anak. Pentingnya atraumatic care bermanfaat untuk
mencegah masalah psikologis (kecemasan) dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang di hospitalisasi.
Terapi bermain adalah salah satu bentuk atraumatic care yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kecemasan selama hospitalisasi pada
anak. Medical play merupakan salah satu terapi bermain yang dapat
diberikan pada anak dengan diberi kesempatan untuk bermain dan
mengekplorasi peralatan medis seperti stetoskop, penlight,
termometer, dan lain-lainnya terhadap tindakan yang mereka alami
selama dirumah sakit. Penelitian ini menggunakan pendekatan pre-
experimental design dengan skema desain penelitian pre and posttest
7
without control. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien
anak dengan hospitalisasi di ruang rawat anak RSU Adhyaksa.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 26 pasien, waktu penelitian
mulai Mei sampai dengan Juli 2018. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan tehnik consecutive sampling.
b. Intervention
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan skala Skala ZSAS
(Zung Self Rating Anxiety Scale) yang terdiri dari 20 item terdapat
15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke
arah penurunan kecemasan. Rentang penilaian 20-80, dengan
pengelompokan antara lain Skor 20-44 (kecemasan ringan), Skor 45-
59 (kecemasan sedang), Skor 60-80 (kecemasan berat). Dalam
penelitian ini kuesioner skala ZSAS langsung diberikan kepada
pasien untuk langsung di isi, dan langsung di serahkan kepada
peneliti. Jenis skala yang digunakan merupakan skala tertutup
dimana jawaban dari tiap pernyataan sudah disediakan.
Analisis Univariat untuk menganalisis menggunakan distribusi
frekuensi dan presentase meliputi, Jenis kelamin, pengalaman di
rawat, juga menganalisis gambaran rerata pengukuran skor
kecemasan anak pra sekolah sebelum dan setelah dilakukan
intervensi (medical play)
c. Comparation
Judul : Pengaruh Terapi Medical Play terhadap Penurunan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Menjalani Hospitalisasi di
Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Tahun
2020.
Peneliti : Sri Jayanti, Dadang Kusbiantoro, Sylvi Harmiardillah
Hasil : Sebelum adanya terapi medical play anak mengalami
ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dimana anak
sering menangis saat didatangi oleh orang yang tidak
dikenalnya, sering memegang ibunya saat didekati orang
lain, tidak mau berbicara dan terlihat malu-malu saat ditanya.
8
Anak juga mengalami kesulitan tidur dan tidak nafsu makan.
Sesudah adanya terapi medical play menunjukkan penurunan
kecemasan anak yang ditandai dengan anak tidak lagi takut
berbicara, tidak malu-malu atau pendiam saat ditanya,
berselera makan, bisa tidur dengan nyenyak, tidak takut saat
petugas kesehatan datang, tidak menangis ataupun marah-
marah. Dimana anak lebih tenang dan kooperatif saat
dilakukan tindakan keperawatan. Hal ini menunjukkan
bahwa berarti adanya pengaruh terapi medical play terhadap
penurunan kecemasan anak prasekolah yang menjalani
hospitalisasi.
d. Outcome
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata selisih skor sebelum dan
sesudah tindakan medical play. rata-rata selisih skor sebelum dan
sesudah diberikan atraumatic care 2,96154 dengan standar deviasi
4,54736. Sehingga dari hasil penelitian didapatkan adanya
efektivitas penerapan atraumatic care dengan medical play terhadap
respon kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami
hospitalisasi.
3.1.2 Jurnal 2
1. Ringkasan Jurnal
a. Judul
Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Stres Hospitalisasi
Pada Anak Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015
b. Peneliti
Siti Rahmah dan Ns Fitriani Agustina
c. Publikasi/Tahun
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.I No.2 Pebruari 2016
d. Ringkasan Jurnal
9
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stres. Reaksi anak terhadap hospitalisasi sangat bervariasi dan
bersifat individual bergantung pada tumbuh kembang anak,
pengalaman perawatan rumah sakit sebelumnya, sistem pendukung
dan kemampuan koping anak. Intervensi yang dilakukan perawat
terhadap anak pada prinsipnya perawatan yang tidak menimbulkan
trauma (atraumatik) dengan tujuan meminimalkan stresor,
mencegah perasaan kehilangan, meminimal rasa takut, serta
memaksimalkan manfaat perawatan di rumah sakit. Perawatan
atraumatik atau atraumatic care adalah cara pemberian pelayanan
terapeutik oleh petugas kesehatan dengan menggunakan intervensi
yang menghilangkan atau meminimalkan distres fisik dan psikologis
yang dialami oleh anak dan keluarga dalam system pelayanan
kesehatan Upaya untuk mengurangi trauma pada anak dibutukan
pengetauan tentang stressor yang melingkupi anak sakit dan
intervensi yang dilakukan, dengan harapan dapat menjadi efektif
untuk menghilangkan atau mengurangi stresor yang ada. Hal ini
dapat dicapai dengan cara penyediaan pelayanan yang atraumatik
(atraumatic care).
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan penerapan
keperawatan atraumatik terhadap stres hospitalisasi pada anak di
ruang anak Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
tahun 2015
f. Kelebihan/Kekurangan
Kelebihan : Desain pada penelitian ini adalah analitik dengan teknik
pengambilan sampel Acidental sampling
Kekurangan : Populasi yang digunakan adalah seluruh
keluarga/orang tua/ orang terdekat anak yang dirawat di ruang anak
2. Metode PICO
10
a. Problem
Populasi adalah seluruh keluarga/orang tua/ orang terdekat anak
yang dirawat di ruang anak yang dirawat dalam periode 2 minggu
yaitu antara Agustus dan September 2015 di ruang anak rumah sakit
umum Cut Meuti Kabupaten Aceh Utara berjumlah 73 orang.
Sampel penelitian yang diambil adalah Acidental sampling dengan
jumlah minimal 20 responden.
b. Intervention
Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan
berbentuk kuesioner. Sampel diarahkan untuk mengisi kuisioner
yang telah disediakan. Setelah semua kuisioner terisi, dilakukan
pengolahan/Analisa data melalui langkah pengolahan data, editing,
coding, Entry data, dan Cleaning Data
c. Comparation
Peneliti : Bolin, Novita. (2011)
Judul : Hubungan penerapan atraumatik care dalam pemasangan
infus terhadap respon kecemasan pada anak yang mengalami
hospitalisasi di Irna D Anak Rumah Sakit Dr. M. Djamil
Padang tahun 2010
Hasil : Penelitian dilakukan melalui observasi pada 4 orang anak
yang dilakukan pemasangan infus dengan prinsip atraumatik
care yaitu dengan membujuk anak sebelum dan sesudah
tindakan serta membelai anak, rata-rata anak menunjukkan
kecemasan yang ditandai dengan menangis dan menjerit.
Anak tidak bisa tenang dan cenderung manarik tangannya.
Seorang anak berhenti menangis ketika perawat pergi
darinya.
d. Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mengalami stress
hospitalisasi ringan dengan perawat yang menerapkan mencegah
atau mengurangi cedera dan nyeri yang sudah cukup baik. Selain itu,
11
anak mengalami stres hospitalisasi ringan yang tidak dilakukan
tindakan dengan cara kekerasan.
3.1.3 Jurnal 3
1. Ringkasan Jurnal
a. Judul
Pengaruh Atraumatic Care: Audiovisual Dengan Portable DVD
Terhadap Hospitalisasi Pada Anak
b. Peneliti
Rifka Putri Andayani
c. Ringkasan Jurnal
Faktor-faktor dapat menimbulkan trauma bagi anak yang dirawat
adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari segi
sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan, dan
lingkungan sosial antar sesama pasien. Atraumatic care merupakan
salah satu filosofi atau dasar dalam penerapan pelayanan asuhan
keperawatan pada anak. Tujuannya adalah untuk mengurangi
dampak trauma saat menjalani perawatan fisik pada anak maupun
keluarga. Mengalihkan perhatian pada anak sebelum dilakukan
tindakan keperawatan dan medis penting dilakukan karena dapat
mengurangi kecemasan dan ketakutan pada anak. Teknik distraksi
yang dapat digunakan sebagai atraumatic care adalah audio visual.
Teknik distraksi audio visual efektif karena memprovokasi
keingintahuan anak untuk menggunakan pendengaran, penglihatan,
taktil dan kinestetik dengan demikian distraksi efektif
meminimalkan distres terkait dengan tindakan yang menyakitkan.
Teknik distraksi audio visual dapat dilakukan dengan mengunakan
portable DVD player. Pada saat tindakan keperawatan dilakukan
anak dipersiapkan untuk menonton konten video yang berisi edukasi
kesehatan dan hiburan yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak yaitu dari infant, toodler, preschool, sekolah dan
remaja.
12
d. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh atraumatic care: audiovisual dengan
portable dvd terhadap hospitalisasi pada anak
e. Kelebihan Dan Kekurangan
1) Kelebihan
Menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan
teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling.
2) Kekurangan
responden pada penelitian ini adalah anak usia kurang dari 18
tahun dan telah mendapatkan tindakan keperawatan
sebelumnya.
2. Metode PICO
a. Problem
Faktor-faktor dapat menimbulkan trauma bagi anak yang dirawat
adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari segi
sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan, dan
lingkungan sosial antar sesama pasien. Atraumatic care sangat
berhubungan dengan kecemasan yang dialami anak selama
hospitalisasi. Salah satu hal yang menimbulkan kecemasan pada
anak adalah tindakan invasif yang dilakukan perawat. Berdasarkan
hasil observasi di ruang rawat didapatkan bahwa sebagian besar anak
selalu menangis saat akan dilakukan tindakan keperawatan. Hal
tersebut terjadi karena kurang optimalnya penerapan atraumatic care
pada anak dan anak fokus dengan tindakan invasif yang diberikan.
b. Intervention
Pelaksanaan teknik distraksi dengan audio visual ini melibatkan
perawat yang bertugas di ruang rawat inap Teratai selatan lantai 3.
Perawat yang akan melakukan tindakan invasif datang keruangan
anak kemudian memberikan edukasi dengan memperlihatkan video
pada folder video edukasi selama 5 menit. Untuk mengefisienkan
waktu perawat mempersiapkan alat-alat untuk prosedur tindakan
pada saat anak menonton video edukasi. Selanjutnya setelah 5 menit
13
perawat menukar video dengan video hiburan dan menanyakan
kepada anak video apa yang akan dilihat oleh anak. Biarkan anak
menonton selama 2 menit, ketika anak terlihat terdistraksi dengan
video yang diputar perawat mulai melakukan tindakan invasif.
Setelah tindakan selesai biarkan anak tetap menonton selama 2
menit. Selanjutnya lakukan evaluasi dengan menanyakan kepada
anak langsung atau kepada orang tua bagaimana perbedaan setelah
anak menonton video.
c. Comparation
Peneliti : Rezei et al Tahun 2017
Hasil : Bahwa teknik distraksi dengan menggunakan portabel
DVD player signifikan berhasil menurunkan kecemasan dan nyeri
pada saat dilakukan tindakan invasif. Begitupun penggunaan
kacamata audio visual juga mejadi alat pengalih perhatian yang
efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan dan kesulitan yang
timbul selama prosedur
d. Outcome
Salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan sebagai atraumatic
care adalah audio visual. Implementasi audio visual dengan portabel
DVD dapat mengurangi dan menghilangkan kecemasan pada anak.
Teknik distraksi audio visual efektif meminimalkan distres.
Berdasarkan hasil implementasi ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan atraumatic care dengan audio visual diperlukan dalam
perawatan anak yang mengalami hospitalisasi.
3.1.4 Jurnal 4
1. Ringkasan Jurnal
a. Judul
Pengaruh penerapan Atraumatic Care Terhadap Respon Kecemasan
Anak Yang Mengalami Hospitalisasi di RSU Pancaran Kasih GMIM
Manado dan RSUP Prof. DR.R.D.Kandou Manado
b. Peneliti
14
amadini Marniaty de Breving, Amatus Yudi Ismanto, Franly Onibala
c. Publikasi/Tahun
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
d. Ringkasan Jurnal
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama
yang harus dihadapi anak (Wong et al, 2009). Hospitalisasi akan
menyebabkan anak mengalami trauma baik jangka pendek ataupun
jangka panjang (Hockenberry dan Wilson, 2007 dalam Sulistiyani,
2009). Dampak negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya
jumlah pasien, berbagai prosedur invasif, serta kecemasan orangtua,
gejala yang timbul berupa respon regresi, cemas terhadap
perpisahan, apatis, ketakutan, gangguan tidur (Hockenberry, 2007
dalam Sulistiyani, 2009).
American Heart Association (AHA) tahun 2003, menyatakan
anak-anak sangat rentan terhadap stress yang berhubungan dengan
prosedur tindakan invasif. Pemasangan infus tentu saja akan
menimbulkan nyeri, rasa sakit pada anak, dan juga akan
menimbulkan trauma sehingga anak akan mengalami kecemasan
dan stres. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan
atau perasaan gugup. Beberapa kasus kecemasan (5- 42%),
merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan
ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak
oleh konflik emosional (Stuart dan Sunden, 2007 dalam Astuti,
2012). Anak-anak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan
mengalami kecemasan. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi
masalah anak apapun bentuknya harus berlandaskan pada prinsip
atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. Atraumatic care atau
asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya
merupakan asuhan terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi
anak (Supartini, 2004).
Hospitalisasi menyebabkan anak mengalami trauma dan
menimbulkan gejala berupa respon regresi, cemas terhadap perpisahan,
15
apatis, ketakutan, dan gangguan tidur. Dampak negatif iniberkaitan
dengan lamanya dan banyaknya jumlah pasien, berbagai prosedur
invasif, serta kecemasan orangtua. Tindakan yang dilakukan dalam
mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus berlandaskan pada
prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan
atraumatic care terhadap respon kecemasan anak yang mengalami
hospitalisasi.
f. Kelebihan Dan Kekurangan
Kelebihan : Penelitian ini menggunakan quasy experimental design
dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group.
Rancangan ini artinya, dilakukan pengelompokan anggota-anggota
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kekurangan : -
2. Metode Analisa PICO
a. Problem
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama
yang harus dihadapi anak (Wong et al, 2009). Hospitalisasi akan
menyebabkan anak mengalami trauma baik jangka pendek ataupun
jangka panjang (Hockenberry dan Wilson, 2007 dalam Sulistiyani,
2009). Dampak negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya
jumlah pasien, berbagai prosedur invasif, serta kecemasan orangtua,
gejala yang timbul berupa respon regresi, cemas terhadap perpisahan,
apatis, ketakutan, gangguan tidur (Hockenberry, 2007 dalam
Sulistiyani, 2009).
American Heart Association (AHA) tahun 2003, menyatakan
anak-anak sangat rentan terhadap stress yang berhubungan dengan
prosedur tindakan invasif. Pemasangan infus tentu saja akan
menimbulkan nyeri, rasa sakit pada anak, dan juga akan menimbulkan
trauma sehingga anak akan mengalami kecemasan dan stres.Kadang-
kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup.
16
Beberapa kasus kecemasan (5- 42%), merupakan suatu perhatian
terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh
penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional (Stuart
dan Sunden, 2007 dalam Astuti, 2012). Anak-anak yang mendapat
perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Tindakan yang
dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus
berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarganya merupakan asuhan terapeutik karena bertujuan
sebagai terapi bagi anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi menyebabkan
anak mengalami trauma dan menimbulkan gejala berupa respon regresi,
cemas terhadap perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur.
Dampak negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya jumlah
pasien, berbagai prosedur invasif, serta kecemasan orangtua. Tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus
berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
b. Intervention
Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun menjadi sampel penelitian
menggunakan pendekatan sampling non probabilitas dengan metode
consecutive sampling yang dilakukan pemasangan infus yang terdiri
dari 17 anak kelompok intervensi kompres es batu dan pemberian
mainan dan 17 anak kelompok kontrol atau tanpa intervensi.
c. Comparation
Hal ini ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Solikhah
(2011), pengaruh therapeutic peer-play terhadap kecemasan dan
kemandirian anak usia sekolah selama hospitalisasi di rumah sakit yang
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p-value = 0,000)
terhadap kecemasan dan berpengaruh signifikan (pvalue = 0,000)
terhadap kemandirian. Dan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyanti,
Hartiti, dan Samiasih (2007) yang menunjukkan ada pengaruh
pemberian terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah selama tindakan keperawatan.
17
d. Outcome
Hasil penelitian dari 34 responden dimana terbagi 17 responden
kelompok intervensi kompres es batu sebelum pemasangan infus dan
pemberian mainan sebelum sampai saat pemasangan infus berlangsung
dan 17 responden kelompok tanpa intervensi atau kelompok kontrol.
Diketahui skor rata-rata kecemasan sebelum penerapan atraumatic care
pada kelompok intervensi lebih tinggi 39,82 dari kelompok kontrol
37,24, sedangkan skor rata-rata kecemasan sesudah penerapan
atraumatic care pada kelompok intervensi lebih rendah 29,59 dari
kelompok kontrol 39,71. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
penerapan atraumatic care terhadap respon kecemasan anak, dan
menunjukkan ada perbedaan penerapan atraumatic care terhadap
respon kecemasan anak pada kelompok anak yang dilakukan
pemasangan infus diberi kompres es batu dan pemberian mainan
dengan kelompok yang tidak diberi kompres es batu dan pemberian
mainan atau kelompok kontrol.
3.1.5 Jurnal 5
1. Ringkasan Jurnal
a. Judul
Atraumatic Care Dengan Spalk Manakara pada Pemasangan
Infus Efektif Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra
Sekolah
b. Peneliti
Zulhaini Sartika A. Pulungan, Yusuf, Ni Komang Sudiartini,
Muh. Zen, Muhammad Irfan Ali, Widyatma Arya Sawitra, Edi
Purnomo
c. Ringkasan Jurnal
Anak adalah mahluk unik yang memiliki kebutuhan berbeda
disetiap tahap tumbuh kembangnya, oleh karena itu orang tua
perlu memahami pentingnya menyediakan fasilitas untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tersebut
(Cahyaningrum, 2012). Anak usia pra sekolah adalah usia
18
perkembangan yang dimulai pada usia 3 sampai 6 tahun
(Muscari, 2005). Pada masa ini anak memandang bahwa
penyakit sebagai suatu hukuman, sehingga ketika anak sakit dan
mengalami hospitalisasi dapat menimbulkan stres pada anak.
Stressor yang ditunjukkan dapat berupa cemas, kehilangan
kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Stres hospitalisasi dapat
memberikan efek pada perilaku anak saat pemulangan seperti
menuntut perhatian lebih dari orang tua, sangat menentang
perpisahan, ketakutan baru, terbangun di malam hari, menarik
diri, pemalu, rewel, dan tempertantrum (Wong et al., 2009).
Selama hospitalisasi pada umumnya asuhan keperawatan pada
anak memerlukan tindakan invasif berupa injeksi maupun
pemasangan infus. Injeksi merupakan tindakan medis yang
sering ditakuti oleh anak dan bisa terbawa sampai dewasa.
Respon anak tersebut dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang akan diberikan sehingga menghambat
proses penyembuhan dan mengakibatkan perawatan yang lebih
lama bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi-
komplikasi selama perawatan (Nursalam, Susilaningrum, &
Utami, 2005). Terpaparnya anak pada kejadian traumatik pada
masa kecil akan memberikan pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam waktu yang lama, tidak hanya pada anak
tetapi lingkungan terutama keluarga juga akan terpengaruh
(Fletcher, 2003).
Intervensi keperawatan dalam upaya mengatasi masalah yang
timbul pada anak maupun orang tua selama hospitalisasi adalah
meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi,
memberikan dukungan psikologi terhadap anggota keluarga dan
mempersiapkan anak sebelum hospialisasi (Supartini, 2004).
Atraumatic care merupakan suatu tindakan asuhan keperawatan
yang terapeutik dengan menyediakan lingkungan yang nyaman
oleh petugas kesehatan, dan menggunakan intervensi yang
19
menghilangkan atau mengurangi distress fisik maupun
psikologis pada anak-anak dan keluarga dalam sistem pelayanan
kesehatan. Prinsip yang mendasari atraumatic care adalah
bagaimana mencegah atau mengurangi pemisahan anak dan
keluarga; meningkatkan pengendalian diri pada anak; dan
mencegah atau mengurangi nyeri dan cedera pada tubuh (Wong
et al.,
d. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas atraumatic
care dengan “spalk manakarra” pada pemasangan infus terhadap
tingkat kecemasan anak pra sekolah.
e. Kelebihan dan Kekurangan
1.) Kelebihan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu atau
quasy experiment dengan rancangan pretest and posttest
with control group design.
2.) Kekurangan
Pada metode tidak dijelaskan dengan jelas sampel yang
digunakan untuk peneltian.
2. Metode Analisa PICO
a. Problem
Stres hospitalisasi dapat memberikan efek pada perilaku anak
saat pemulangan seperti menuntut perhatian lebih dari orang
tua, sangat menentang perpisahan, ketakutan baru, terbangun di
malam hari, menarik diri, pemalu, rewel, dan tempertantrum
pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas
atraumatic care dengan “spalk manakarra” pada pemasangan
infus terhadap tingkat kecemasan anak pra sekolah. Populasi
adalah semua anak yang dirawat di RSUD Kabupaten Mamuju.
Subjek penelitian diperoleh dengan purposive sampling yaitu
anak yang dirawat di RSUD Kabupaten Mamuju yang
memenuhi kriteria.
20
b. Intervention
Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi perlakuan maupun
ekspreimen. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi
lembar checklist tingkat kecemasan anak pra sekolah. Kuesioner
yang digunakan mengacu pada kuesioner tingkat kecemasan
Hamilton Rating Scala For Anxiety (HARS).
c. Comparation
Peneliti : Subandi, A. (2012)
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atraumatic care adalah tindakan untuk mengurangi pengalaman
stres yang dialami anak dan orang tua yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan di rumah sakit, perawat anak, spesialis anak, dan tenaga
kesehatan lainnya. Hospitalisasi pada anak dapt menimbulkan kecemasan
dikarenakan tindakan keperawatan maupun lingkungan disekitar yang aisng
bagi anak. Dalam pembahasan diatas yang telah diulas memberikan fakta
bahwa atraumatic care dapat mengurangi kecemasan anak, dengan
pengukuran skala cemas menggunakan skala HARS. Contoh metode yang
digunakan dalam atraumatic care yaitu medical play penggunaan spalk
manakara, DVD player portable dll.
4.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan meningkatkan kreativitas dalam
penanganan atraumatic care pada anak, sehingga anak tidak merasa bosan
ataupun takut di rumah sakit. Diharapkan bagi orang tua anak untuk
membantu proses penyembuhan anak dengan memberi dukungan dan
memotivasi anak agar tidak takut ketika dirumah sakit.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis, M.Nurs. 2016. Modul Bahan Ajar
Cetak Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Jakarta.
Purnama, Agus. 2018. Medical Play dalam Menurunkan Respon Kecemasan Anak
Usia Prasekolah yang mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Inap Anak.
https://www.academia.edu/39254473/Medical_Play_dalam_Menurunkan_
Respon_Kecemasan_Anak_Usia_Prasekolah_yang_mengalami_Hospitalis
asi_di_Ruang_Rawat_Inap_Anak
23
Ramadini Marniaty de Breving, Amatus Yudi Ismanto, Franly Onibala. Pengaruh
Penerapan Atraumatic Care Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang
Mengalami Hospitalisasi Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. 2015.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/7450
Zulhaini Sartika, Yusuf Yusuf, Ni Komang Sudiartini, Muh. Zen, Muhammad Irfan
Ali, Widyatma Arya Sawitra, Edi Purnomo. 2019. Atraumatic Care dengan
Spalk Manakara pada Pemasangan Infus Efektif Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Pra Sekolah. http://www.ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/832
24