Anda di halaman 1dari 22

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
yang tak terhingga kepada kita semua serta dengan izinnya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan keperawatan SLE (System Lupus Erythematosus)”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk proses pembelajaran
kedepannya.

Palembang,13 Maret 2018

Penulis

1
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 2
C. TUJUAN ........................................................................................... 2
D. MANFAAT ....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. KONSEP DASAR ............................................................................ 4
B. DEFINISI ......................................................................................... 4
C. ETIOLOGI ....................................................................................... 5
D. GEJALA ........................................................................................... 6
E. KLASIFIKASI ................................................................................. 6
F. PATOFISIOLOGI ............................................................................ 10
G. MANIFESTASI ................................................................................ 11
H. PENATALAKSANAAN ................................................................. 13
BAB III ASKEP SLE (SYSTEMIS LUPUS ERITHEMATOSIS)
A. PENGKAJIAN ................................................................................. 14
B. DIAGNOSA ..................................................................................... 18
C. PERENCANAAN ............................................................................ 19
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 21
B. SARAN ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

2
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Imunohematologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari system ilmu pada darah. Penyakit pada
system imun yang sering kita kenal antara lain: Hipersensitivitas, Autoimun, HIV/AIDS, dll. Autoimun,
seperti dengan namanya adalah keadaan abnormal dimana sistem imun tubuh menyerang bagian ubuh
itu sendiri seperti jaringan atau organ dalam karena dianggap oleh system imun sebagai benda asing.
Salah satu penyakit autoimun adalah systemic lupus erythematosus atau yang sering dikenal sebagai
penyakit lupus.
Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau “Serigala,” memiliki
ciri yaitu munculnya bercak atau kelainan pada kulit, dimana di sekitar pipi dan hidung akan terlihat
kemerah-merahan seperti kupu-kupu. Lupus juga menyerang organ dalam lainnya seperti ginjal,
jantung, dan paru-paru.Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena mengenai hampir
seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan organ lain tidak terkena,
maka disebut Lupus Kulit (lupus kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya di bandingkan lupus yang
sistemik (Sistemik Lupus /SLE) .
Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang di tandai dengan peningkatan sistem
kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus
yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah
merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu
dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi
bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah (Sukmana, 2004).
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut hasil penelitian Lembaga
Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang
yang terkena SLE ( sistemiclupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang
seringterl ambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi
yanginadekuat,penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapioleh penderita SL
E. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan keluarganya
tentang informasi, pendidikan, dan dukunganyang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE
bermacam-macam meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit, hematologik, neurologik, kardio pulmonal,
ginjal,saluran cerna, mata, trombosis, dan kematian janin (Hahn, 2005).

B. RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memiliki kasus dan memunculkan beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengertian, etiologi, klasifikasi, gejala pada klien dengan SLE?
2. Bagaimana membuat anamnesa dan pemeriksaan fisik pada klien SLE ?
3. Apa itu pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada klien SLE ?
4. Bagaimana cara memberikan analisa data (pathway sampai muncul masalah) pada klien
dengan SLE ?

3
4

5. Bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien SLE ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian,etiologi,gejala dan klasifikasi SLE.
2. Mahasiswa mampu membuat Anamnesa dan Pemeriksaan fisik pada klien dengan SLE
3. Mahasiswa mampu untuk memahami Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik pada klien
SLE
4. Mahasiswa mampu memberikan analisa data (pathway sampai muncul masalah) pada klien
dengan SLE
5. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien SLE.

D. MANFAAT
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan SLE denagan jelas.

BAB II
PEMBAHASAN

4
5

A. KONSEP DASAR
System Lupus Erythematosus (SLE) atau yang biasa disebut dengan penyakit lupus
adalah penyakit autoimmune inflamasi kronik yang dapat
menyerang banyak organ sistem kulit, sendi sendi dan organ dalam. Penyakit ini dapat di
golongkan dalam skala ringan,berat, bahkan mengancam jiwa. (ADAM Medical Education.
Penyakit autoimun sendiri adalah suatu keadaan dimana tubuh dalam keadaan normal
menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan Antigen atau benda asing yang
ada di tubuh, tetapi dalam keadaan ini, antibodi tersebut malah merusak sel, jaringan, atau organ
tubuh sendiri. Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak,
dan sistem pembuluh darah.Pada sistem pembuluh darah lupus dapat menyebabkan inflamasi
yang disebut vasculitis karena itu para dokter memperkirakan pasien lupus mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menderita penyakit arteri koroner. Lupus juga dapat menyerang darah dengan
menurunkan jumlah sel darah putih dan jumlah platelet. Beberapa pasien lupus juga mengidap
anemia,suatu kondisi dimana sel-sel darah merah jumlahnya sangat rendah sehingga oksigen
yang seharusnya dibawa dan disebarkan keseluruh jaringan tubuh menjadi sangat berkurang .

B. DEFINISI
System Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit rematik autoimun yang di
tandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap orang atau sistem dalam tubuh.
Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibody dan kompleks imun, sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan (sudoyoaru,dkk 2009).

C. ETIOLOGI
Penyebab dari SLE belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi yang
kompleks dan multifaktorial antara berfariasi genetic dan faktor lingkungan:
1. Faktor genetic
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%) di bandingkan dengan
kembar dizigotik (3%),peningkatan frekuensi SLE pada keluarga penderita di bandingkan
dengan control sehat dan peningkatan revalensi SLE pada kelompok etnik tertentu,menguatkan
dugaan bahwa faktor genetic berperan dalam patogenetik SLE.
2. Faktor hormonal

5
6

SLE merupakan penyakit yg lebih banyak menyerang perempuan.serangan pertama kali


jarang terjadi pada usia pre pubertas dan setelah menopause
3. Auto antibody
Auto anti body ini di tunjukan kepada self molekul yang terdapat pada
nucleus,sitoplasma,permukaan sel,dan juga terdapat molekul terlarut seperti igG dan faktor
koagulasi
4. faktor lingkungan
a. faktor fisik atau kimia
 Hydrazine
 Aminaromatic
 Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid, fenitoin, fenisilamin
b. Faktor makanan
 Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
 L-canafanine (kuncup dari elfalfa)
c. agen infeksi
 Retrifirus
 DNA bakteri
d. Hormone dan estrogen lingkungan
 Terapi sulih (HRT) pil kontrasepsi oral
 Paparan estrogen prenatal

D. GEJALA
Gejala penyakit lupus sistemik amat beragam. Demam merupakan gejala yang sering
timbul. Di samping itu mungkin juga terdapat nyeri sendi,
kelainan pada kulit, anemia, gangguan fungsi ginjal, nyeri kepala sampai kejang. Pada jantung at
au paru, bisa terdapat cairan sehingga timbul sesak napas. Gejala ini tidak semuanya timbul pada
seorang penderita lupus. Penderita lupus mungkin hanya mengalami beberapa gejala saja.Gejala
lainnya adalah perempuan merasa lebih gampang lelah, rambut rontok,sering demam, sering
sariawan, kencing mengandung protein, serta mengalami fotosensitif. Ini dikemukakan oleh Prof.
Handono Kalim selaku Ketua Indonesian Rheumatology Association (IRA) (Antar
News, 2012).Seperti yang diungkapkan dalam buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha),Lupus
6
7

adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus Dalam
istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat
tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri.
Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu
ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu
imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kankeratau HIV/AIDS. Pada
Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan darisesuatu yang asing dan membuat
terlalu banyak antibodi atau semacam proteinyang malah ditujukan untuk melawan jaringan
tubuh sendiri. Dengan demikian,Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan
kekebalan tubuh berlebihan).

E. KLASIFIKASI
Penyakit ini dikelompokkan dalam tiga jenis (kelompok), yaitu :
1. Penyakit Lupus Diskoid
Cutaneus Lupus atau sering disebut dengan discoid, adalah penyakit lupus yang terbatas
pada kulit. Klien dengan lupus diskoid memiliki versi penyakit yang terbatas pada kulit, ditandai
dengan ruam yang muncul pada wajah, leher,dan kulit kepala, tetapi tidak memengaruhi organ
internal. Penyakit ini biasanya lebih ringan biasanya sekitar 10%-15% yang berkembang menjadi
lupus sistemik.
2. Penyakit Lupus Sistemik
Pada sekitar 10% pasien lupus diskoid, penyakitnya berevolusi
dan berkembang menjadi lupus sistemik yang memengaruhi organ internal tubuh seperti sendi,
paru-paru, ginjal, darah, dan jantung. Lupus jenis ini sering ditandai dengan periode suar (ketika
penyakit ini aktif) dan periode remisi(ketika penyakit ini tidak aktif). Tidak ada cara untuk
memperkirakan berapalama suar akan berlangsung. Setelah suar awal, beberapa pasien lupus
sembuh dan tidak pernah mengalami suar lain, tetapi pada beberapa pasien lain suar datang dan
pergi berulang kali selama bertahun-tahun.

3. Drug Induced Lupus (DIL)


DIL atau dikenal dengan nama Lupus karena pengaruh obat. Jenis lupus ini disebabkan
oleh reaksi terhadap obat resep tertentu dan menyebabkan gejala sangat mirip lupus sistemik.

7
8

Obat yang paling sering menimbulkan reaksi lupus adalah obat hipertensi hydralazine dan obat
aritmia jantung procainamide, obat TBC Isoniazid, obat jerawat Minocycline dan sekitar 400-an
obat lain. Gejala penyakit lupus mereda setelah pasien berhenti mengkonsumsi obat pemicunya.
Ada juga “Lupus neonatal” yang jarang terjadi. Kondisi ini terjadi pada bayi yang belum lahir
dan bayi baru lahir dapat memiliki ruam kulit dan komplikasi lain pada hati dan darahnya karena
serangan antibodi dari ibunya. Ruam yangmuncul akan memudar dalam enam bulan pertama
kehidupan anak.
Penyakit lupus ini bermacam-macam. Jika menyerang kulit, kulit kepala akanngelotok
sehingga rambutpun akan rontok. Jika menyerang tulang, seluruhnyasakit, berbaring posisi apa
pun sakit. Biasanya untuk menghilangkan sakit menggunakan morfin, tapi jika menggunakan
morfin efeknya tidak baik, jadisering kali penderita berteriak kesakitan, mengerikan memang.
Jika menyerang darah, darahnya akan mengental dan tidak mencapai otak, stroke dan koma.
Lupusitu mirip AIDS bahkan mungkin lebih parah, daya tahan tubuh penderita menurundrastis,
sehingga penyakit-penyakit mudah menyerang tubuh penderita.Penyakit lupus ini dapat
menyerang siapa saja dan para peneliti masih menindak lanjuti penyebab penyakit ini. Penyakit
lupus justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga
pria yang mengalaminya.
Menurut perkiraan para ilmuwan bahwa hormon wanita (hormonestrogen) mungkin ada
hubungannya dengan penyebab penyakit lupus karena darifakta yang ada diketahui bahwa 9 dari
10 orang penderita penyakit lupus adalah wanita. Yang memicu penyakit lupus adalah
lingkungan, stress, obat-obatan tertentu, infeksi, dan paparan sinar matahari.Pada kehamilan dari
perempuan yang menderita penyakit lupus, seringdiduga berkaitan dengan kehamilan yang
menyebabkan abortus,
gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan j
uga mungkin atau bahkan memperburuk gejala penyakit lupus.Sering dijumpai gejala penyakit
lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.Kebanyakan kasus memiliki latar belakang
dari riwayat keluarga yang pernah terkena sebelumnya, namun dalam beberapa kasus tidak ada
penyebab yang jelasuntuk penyakit ini.
Penyakit lupus telah banyak diteliti dan telah dikaitkan dengan gangguan lain, tetapi
hanya dalam teori, tidak ada yang jelas dinyatakan sebagaifakta.Sampai saat ini, Lupus masih
merupakan penyakit misterius di kalanganmedis. Kecuali lupus yang disebabkan reaksi obat,

8
9

penyebab pasti penyakit initidak diketahui. Perdebatan bahkan masih berlangsung mengenai
apakah lupu sadalah satu penyakit atau kombinasi dari beberapa penyakit yang
berhubungan.Sekitar 90% penderita lupus adalah perempuan, yang mengindikasikan
bahwa penyakit ini mungkin terkait hormon-hormon perempuan. Menstruasi, menopause dan
melahirkan dapat memicu timbulnya lupus. Sekitar 80% pasien lupus menderita penyakit ini di
usia antara 15 sampai dengan 45 tahun atau 50 tahun.
Biasanya odipus (orang hidup dengan lupus) akan menghindari hal-hal yangdapat
membuat penyakitnya kambuh dengan :
1. Menghindari stress
2. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari.
3. Mengurangi beban kerja yang berlebihan.
4. Menghindari pemakaian obat tertentu. ( sumber wikipedia indonesia)

Pada tahun 1982 American College of Rheumatology atau


American Rheumatism Association (ARA) menetapkan “Sebelas Kriteria Lupus” untuk
membantu dokter mendiagnosis lupus dan yang diperbaharui tahun 1997. Kriteria SLE ini
mempunyai selektivitas 96%.
Diagnosa SLE dapat ditegakkan jika pada suatu periode pengamatan ditemukan 4 atau
lebih kriteria dari 11 kriteria yaitu :
1. Artritis, arthritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer disertai rasanyeri, bengkak, atau
efusi dimana tulang di sekitar persendian tidak mengalami kerusakan.
2. Tes ANA diatas titer normal = Jumlah ANA yang abnormal ditemukan dengan
immunofluoroscence atau pemeriksaan serupajika diketahui tidak ada pemberian obat yang dapat
memicu ANA sebelumnya.
3. Bercak Malar / Malar Rash (Butterfly rash) = Adanya eritema berbatas tegas,datar, atau
berelevasi pada wilayah pipi sekitarhidung (wilayah malar).
4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari = peka terhadap sinar UV /matahari,menyebabkan
pembentukan atau semakin memburuknya ruam kulit5.
5. Bercak diskoid = Ruam pada kulit.
6. Salah satu Kelainan darah :
a. anemia hemolitik,

9
10

b. Leukosit < 4000/mm³,


c. Limfosit <1500/mm³, dan
d. Trombosit <100.000/mm³
7. Salah satu Kelainan Ginjal :
a. Proteinuria > 0,5 g / 24 jam,
b. Sedimen seluler = adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasaldari sel darah
merah/putih maupun sel tubulus ginjal
8. Salah satu Serositis :
a. Pleuritis,
b. Perikarditisa
c. Salah satu kelainan Neurologis antara lain Konvulsi / kejang dan Psikosis.
9. Ulser Mulut, Termasuk ulkus oral dan nasofaring yang dapat ditemukan.
10. Salah satu Kelainan Imunologi :.
a. Sel LE+
b. Anti ds DNA diatas titer normalc.
c. Anti Sm (Smith) diatas titer normald.
d. Tes serologi sifilis positif palsu

F. PATOFISIOLOGI
Antibody ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuklear antibodi). Dengan
antigennya yang sepesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dari sirkulaasi
kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya
piksasi komplemen pada organ tersebut
Peristiwa ini menyebabkan aktivitas komplemen yang menghasilkan substensi penyebab
timbulnya reaksi radang. Bagian yang penting dalam patogenisis ini iyalah terganggunya
mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas patologis pada individu
yang resisten. Gangguan imunologis : pengujian imun yang abnormal termasuk anti-bodi anti-
DNA atau anti-Sm (Smith), positif semu pada pengujian darah untuk sifilis, anti-bodi anti-
kordiolipin, uji LE positif.
Anti-bodi anti nuclear : pengujian antibody ANA (+). Sebagai tambahan dari 11 kriteria
tersebut, penguji lainnya dapat membantu mengevaluasi pasien dengan lupus eritematosus

10
11

sistemik untuk menentukan keparahan organ-organ yang terlibat. Termasuk diantaranya darah
rutin dengan laju endap darah, pengujian kimia darah, analisa langsung cairan tubuh lainnya
serta biopsy jaringan . kelainan cairan tubuh dan sempel jaringan dapat membantu diagnose
lanjut lupus eritematosus sistemik.

G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan awal tidak di
kenali sebagai SLE
Menurut American college ada 11 kriteria SLE dan jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis SLE
dapat di tegakan
1. Ruam malara
2. Ruam discoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi dimulut atau nasofaring
5. Arthritis
6. Serositis: yaitu leuritis atau trikarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten >0,5 gr/hari, atau adalah silinder sel
8. Kelainan neurologic, yaitu kejang-kejang atau pisikosis
9. Kelainan hematologic, yaitu anemia hemolytic atau lekopenia atau limfopenia atau
trombositopenia.
10. Kelainan imunologik yaitu sel SLE positif atau anti DNA positif, atau anti Sm positif atau tes
serologic untuk sifilis yang positif palsu
11. Antibody antinuclear (+)
Kecurigaan akan penyakit SLE bila di jumpai dua atau lebih keterlibatan organ seperti :
a. Jender wanita pada tentang usia reproduksi
b. Gejala konstitusional : kelelahan, demam, atau tanpa bukti infeksi dan penurunan berat
badan
c. Muskuloskiletal : nyeri otot (mialgia), nyeri sendi atau atralgia, miositis
d. Kulit : ruam kupu-kupu (butterflay atau malar rsh ) fotosensifitas, SLE’membran mukosa,
alpesia, phenomena reynound,pur-pura,urtikaria,paskulitis.
e. Paru-paru : pleurisy, hipertensi pulmonal,SLE parenkim paru

11
12

f. Jantung : pericarditis,niokarditis,endokarditis
g. Ginjal : hematuria, protenuria, cetakan, sindrom nefrotik
h. Gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abnomen
i. Retikulo-endoorganomegali(limfadenopati,splenomegali,hepatomegali).
j. Hematogali : anemia, leucopenia, dan trombositopenia
k. Neuropskiatri : psikosis, kejang, sindroma otak organic, mielitis transpersa, neuropati cranial
dan perifer.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang ,melibatkan banyak
ahli ,alat pemantauan pengobatan pasien SLE adalah evaluasi klinis dan laboratories yang sering
untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta menangani aktivitas penyakit.Lupus adalah
penyakit seumur hidup, karena pemantauan harus dilakukan selamanya.
Tujuan pengobatan SLE adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat
memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ
serius yang dapat menyebabkan kematian.adapun obat-obatan yang di butuhkan antara lain :
1. Antinflamasi non-steroid. Untuk pengobatan simpomatik artalagia nyeri sendi.
2. Antimalaria , diberikan untuk lupus discoid. Pemakaian jangka panjang memerlukan
evaluasi retina setiap 6 bulan.
3. Kortikosteroid dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti demam, dermatitis, efusi
pleura. Diberikan selama 4 mingu minimal sebelum dilakukan penyepihan. Dosis tinggi untuk
mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemia hemolitik
4. Obat imunosupresan/sitostatika. Imunosupresan diberikan pada SLE dengan keterlibatan
SSP, Nefritis dipus dan memberantosa anemia hemolitik akut, dan kasus yang resisten terhadap
pemberian kortikosteroid
5. Obat anti hipertensi . atasi hipertensi pada nefritislupus denagn agresif
6. Diet. Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan
kortiosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adlah yang mengandung cukup kalsium,
rendah lemak, dan rendah garam. Pasien di sarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan
obat tradisional

12
13

7. Aktivitas. Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal, olahraga diperlukan untuk
mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tiddak boleh berlebihan karena
lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan pasien disarankan untuk menghindari
sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung
matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam
8. Kalsium . semua pasien SLE yang mengalami arteritis seperti mendapat terapi prednisone
beresiko untuk mengalami osteopalmia, karena memerlukan suplementasi kalsium.
9. Penatalaksanaan infeksi . pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri. Setiap
klainan urin harus dipikirkan kemungkinan pielonefritis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SLE (SYSTEMIS LUPUS ERYTHEMATOSIS)

13
14

KASUS
Ny. P umur 28 tahun dirawat dengan keluhan BAK sedikit ,nyeri pinggang (+) , konjungtiva
anemis, terdapat ruam merah yang membentang di kedua pipi. Dokter menganjurkan untuk
dilakukan hemodialisa namuin klien menolak dengan alasan biaya. Hasil Lab : Hb 7 gr/dl,
trombositopenia, leukositosis, antibodi antinukleus (+).

Kalimat yang tidak dimengerti :


1. Trombositopenia : bagian sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan
darah dan menjaga integritaas vaskuler. Nilai normal trombosit berkisar antara 150000-400000
sel darah.
2. Leukositosis : adalah peningkatan jumalh sel darah putih dalam sirkualasi
3. Antibody antinukleus : antibody yang timbul lebih tinggi ketika terjadi penyakit autoimun
uji ANA mengukur pola dari autoantibody yang dapat merusak jaringan tubuh bila jarinagn
tersebut di dapat dari benda asing.

A. PENGKAJIAN :
IDENTITAS
Nama : Ny P
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Status Marietal :-
Alamat :
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang
dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas,
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
a. Keluhan utama : Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Kaji apakah klien mengeluh badannya kaku dan nyeri sendi dikaki maupun
tangan disertai demam dan muntah?
b. Riwayat kesehatan sekarang : Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja sebelum
atau sesudah bergerak maupun beraktivitas, setelah terkena sinar UV terlalu lama, atau setelah

14
15

mengkonsumsi obat-obat tertentu? Kaji apakah klien mengeluh badannya kaku, nyeri sendi
dikaki dan tangan, merasa lemah, demam, muntah, terdapat lesi akut pada kulit yang terdiri atas
ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi atau tidak, nafsu makan
menurun dan rambut rontok atau tidak.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress,
alergi, makan atau minum, atau karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu? Kaji adakah riwayat
penyakit tersebut sebelumnya?
d. Riwayat kesehatan keluarga : Kaji riwayat kesehatan keluarga klien apakah ada anggota
keluarga yang ernah menderita penyakit tersebut sebelumnya

PEMERIKSAAN FISIK
1. Kulit, Ruam eritematou, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
2. Kardiovaskuler
a. Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
b. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tanga.
3. Sistem integumen
a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi.
b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
4. Sistem vaskuler
inflamasi pada arteorle terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan pupura
diujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan
dan berlanjut nekrosis.
5. Sistem urinaria
Intake autput sedikit, di sertai darah atau tidak BAKnya, nyeri di daerah ginjal baik kanan dan
kiri, edema di ureter.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah

15
16

Leukopeni/lipopeni, anemia, trombositopenia, LED meningkat


2. Imunologi
a. ANA (antibody antinuklear)
b. Antibody DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
c. Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
d. Tes CRP (C-rective protein) positif
3. Fungsi ginjal
a. Kreatinin serum meningkat
b. Penurunan GFR
c. Protein uri (> 0,5 gr/24 jam)
d. Ditemukan sel darah dan atau sedimen granular
4. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikuagulan lupus
APTT memanjang yang tidak baik poda pemberian plasma normal
5. Serologi VDRL (sifilis)
Memberikan hasil positif palsu
6. Tes vital lupus
Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit Ig M pada persambungan dermo-epidermis pada
kulit yang terlibat dan yang tidak.

NO DATA ETOIOLOGI MASALAH


1. DS : klien mengeluh Hormonal (wainita Resiko retensi
BAK sedikit dan nyeri usia produktif) urine
pinggang ↓
Sel T helper
meningkat >< sel T
sitotoksik menurun

Autoimun

16
17

Inflamasi

Perkemihan

Distruksi nefron

Filtrasi menurun

Urine autput menurun

Resiko retensi urine
2. DO : Hb menurun, Hormonal (wainita Kelebihan
edema. usia produktif) volume cairan

Sel T helper
meningkat >< sel T
sitotoksik menurun

Autoimun

Inflamasi

Perkemihan

Distruksi nefron

Filtrasi menurun

Reaksi absorbs
menurun

17
18

Cairan vaskuler
meningkat

Edema

Kelebihan volume
cairan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

C. PERENCANAAN

Perencanaan
NO DX
Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)
1 I Setelah dilakukan tindakan Urinary retention care
keperawatan selama 2x24 Monitor intake dan output
jam di harapkan urinary Monitor kegunaan obat
elimination dan urinary antikolionnerik
continence Monitor derajat distensi bladder
Kriteria hasil : Intruksikan pada pasien dan
Kandung kemih kosong keluarga untuk mencatat output urin
secara penuh Sediakan privasi untuk eliminasi
Tidak ada residu urin > 100- Stimulasi reflek bladder dengan
200 cc kompres dingin pada abdomen
Bebas dari ISK Katerisasi jika perlu
Tidak ada spasme bladder Monitor tanda dan gejala ISK
Balace cairan seimbang (panas, hematuria, perubahan baud
an konsistensi urin )
Urinary elimation management
2 II Setelah dilakukan tindakan Fluid managemen

18
19

keperawatan selama 2x24


jam di harapkan electrolit Pertahankan catatan intek dan autput
and acid base balance, fluid yang adekuat
balance, hydration Pasang urin kateter jika diperlukan
Kriteria hasil : Monitor hasil hb yang sesuai dengan
Terbebas dari anemia retensi cairan (BUM, Hmt,
Terbebas dari kelelahan, osmolaritas urine)
kecemasan atau kebingungan Monitor status hemodinamik
Menjelaskan indicator Monitor indikasi retensi atau
kelebihan cairan kelebihan cairan
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan atau
cairan dan hitung intake kalori
Monitor status niutrisi
Kolaborasi pemberian diuretic
sesuai intriksi
Batasi masukan cairan kepada
keadaan hi[ponatermi dilusi dengan
serum Na <130 mEg-l kolaborasi
dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor resiko
dari ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi diuretic kelainan
renal, gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi hati dll )
Monitor serum dan elektoril urine
Catat secara akutar intake dan

19
20

aoutput monitor tanda dan gejala dari


onema

BAB IV
PENUTUP

20
21

A. KESIMPULAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien SLE adalah :
1. Retensi urine b/d sumbatan
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi

Berdasarkan retensie urine b/d sumbatan dan kelebihan volume cairan b/d gangguan
mekanisme regulasi. Di harapkan klien mampu mendemonstrasikan intake output yang normal
dan terbebas dari edem dan menjelaskan indicator kelebihan volume cairan kembali secara
normal.

B. SARAN
1. Perawat atau tenaga medis lain yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
SLE yang di derita pasien setiap petugas medis di harapkan saling berkolaborasi.
2. Rumah sakit di harapkan memiliki dan memberikan fasilitas yang memadai untuk
menangani klien dengan keluhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000.Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran

21
22

D jaunzi, Samsuridjal. an.Raih Kembali Kesehatan : Mencegah Berbagai Penyakit Hidup Sehat
untuk Keluarga. Jakarta : Kompas
Doenges,MarilynE.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaandan Pend
okumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Gibson J.M, MD. 1996.Mikrologi dan Patologi Modern untuk Perawat . Buku Kedokteran.
Lumenta,Nico A. dkk. 2006.Manajemen Hidup Sehat : Kenali Jenis Penyakitdan Cara
Penyembuhannya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Robins. Kumar. 1995.Buku Ajar Patologi (edisi 4). Buku Kedokteran
Robins., dkk. 1996.Buku Saku Robins : Dasar Patologi Penyakit (edisi 5). Buku Kedokteran
Smeltzer, Suzanne C. 2007.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner danSuddart edisi 8
volume 3. Jakarta : EGC
Amin Huda Nurarif , Hardhi Kusuma. 2015.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis.
Yogyakarta: Medication Jogja.

22

Anda mungkin juga menyukai