Anda di halaman 1dari 89

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SELF-ESTEEM

PADA PENYALAHGUNA NARKOBA DI POLI NAPZA


BLUD RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM
PROVINSI KALSEL
TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi Diploma III Keperawatan
Akper Intan Martapura

Oleh :

Siswi Wijayanti
NIM. 201614401110085

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah yang berjudul ” Hubungan Dukungan


Sosial Keluarga Dengan Self Esteem Pada Penyalahguna
Narkoba Di Poli Napza Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Banjarmasin Tahun 2019”. oleh yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Siswi Wijayanti
Nim : 201614401110085
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim
penguji ujian siding komprehensif Akademi Keperawatan
Intan Martapura.

Martapura, Desember 2019


Tim Penguji

1. Penguji 1 : Annalia Wardani,S.Kep,.Ns,M.Kep (……………)


NIK.19860719 201109 2 033

2. Penguji 2 : Raziansyah,SKp,MPH (………………)


NIP.19661129 198703 1 005

Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan
Intan Martapura

Hj.Zubaidah,SST.,S.Kep.,MPH
NIP.19641103 198603 2 01
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

ii
Karya Tulis Ilmiah berjudul “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL
KELUARGA DENGAN SELF ESTEEM PADA PENYALAHGUNA NARKOBA
DI POLI NAPZA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM
BANJARMASIN TAHUN 2019 ” oleh Siswi Wijayanti
NIM 201614401110085 telah di setujui untuk
dipertahankan dihadapan Tim Penguji Seminar Proposal
Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperwatan Intan Martapura.

Martapura, 26 Desember 2018


Pembimbing

Raziansyah,SKp,MPH
NIK.19661129 198703 1 005

iii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SELF ESTEEM
PADA PENYALAHGUNA NARKOBA DI POLI NAPZA
RSJD SAMBANG LIHUM
TAHUN 2019
Siswi Wijayanti1, Raziansyah2, Annalia Wardhani3
ABSTRAK
Penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkotika)
dikalangan remaja maupun dewasa dapat dikatakan mengkhawatirkan.
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah,
mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah
mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan self esteem pada penyalahguna narkoba di poli
napza RSJD Sambang Lihum Banjarmasin. Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah
populasi sebanyak 68 orang dengan jumlah sampel sebanyak 60
respoden menggunakan purposive sampling, dianalisa dengan
menggunakan uji Spearman Rank. Hasil dari penelitian ini
menyatakan adanya hubungan dukungan keluarga dengan self esteem
pada penyalahguna narkoba dimana nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 yang
berarti Ha diterima. Diperoleh sebagian besar (61,7%) memiliki
tingkat sel esteem yang rendah. Untuk dapat meningkatkan tingkat
self esteem yang rendah maka diperlukan dukungan keluaga agar
dapat memberikan motivasi untuk penyalahguna narkoba meninggalkan
napza serta mendukung kesembuhan.

Kata kunci : dukungan keluarga, self esteem

1. Mahasiswa Akademi Keperawatan Intan Martapura,


Wijayantisiswi@gmail.com
2. Dosen Akademi Keperawatan Intan Martapura
Razie.2014akper@gmail.com
3. Dosen Akademi Keperawatan Intan Martapura
annaliawardhani@gmail.com

iv
RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH SELF ESTEEM
IN DRUG ABUSE IN DRUG POLY
RSJD SAMBANG LIHUM
2019
Siswi Wijayanti1, Raziansyah2, Annalia Wardhani3
ABSTRACT
It can be said that the use of narcotics and illegal drugs
(narcotics) between adolescents and adults is alarming. Until now
the spread of drugs has been almost inevitable, considering that
almost all the world population can easily get drugs from
irresponsible individuals. The purpose of this study was to
determine the family support relationship with the self-esteem
This type of research is analytical using transversal design. The
total population is 68 people with sampling techniques using
intentional sampling, analyzed using the chi-square test. Of drug
addicts at the Banjarmasin RSJD Sambang Lihum drug poly. The
results of this study indicate that there is a relationship
between family support and self-esteem in drug addicts in which
the value of ρ = 0,000 <α = 0,05 means that Ho is rejected and Ha
is accepted. Most (61.7%) have a low cell estimation level. Per
essere in grado di aumentare il livello di bassa autostima, è
necessario un sostegno familiare per fornire motivazione ai
tossicodipendenti che abbandonano le droghe e sostengono il
recupero.

Keywords: family support, self esteem

1. Student of Nursing Academy


wijayantisiswi@gmail.com
2. Nursing Academy Lecturer
Razie.2014akper@gmail.com
3. Nursing Academy Lecturer
Annaliawardhani@gmmail.com

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat
mengikuti pendidkan di Akademi Keperwatan Intan
Martapura sampai terlaksananya penulisan karya tulis
ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini yang berjudul ”Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Self Esteem pada Penyalah guna
Narkoba di Poli Napza Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Banjarmasin 2018”.
Dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah ini
tidak lepas dari rintangan dan hambatan. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-sebesarnya atas
bimbingan, bantuan saran dan doanya, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj.Zubaidah, SST., S.Kep., MPH selaku Direktur
Akper Intan Martapura.
2. Ibu Annalia Wardhani, S.Kep, NS., M.Kep selaku
penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan
demi kesempurnaan karya tulis ini.
3. Bapa Raziansyah, S.Kp., MPH, selaku pembimbing
akademik, dosen pembimbing materi dan teknis yang
dengan kesungguhan hati memberikan petunjuk dan
pengarahan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
4. Kepada ayah dan ibu tercinta serta seluruh keluarga
yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi
diiringi dengan doa dan dukungan selama menempuh
pendidikan sampai selesainya karya tulis ilmiah ini.

vi
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Keperawatan Intan
Martapura yang telah memberikan ilmu dan didikan
serta fasilitas selama perkuliahan.
6. Rekan rekan mahasiswa mahasiswi Akper Intan
Martapura serta teman-teman tercinta.
Semoga Allah SWT membalas budi baik bagi semua
pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan
penyelesaian proposal karya tulis ilmiah .
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusuna karya tulis ilmiah ini, oleh sebab itu
segala bentuk arahan saran maupun kritik yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi kesempurnaanya.

Martapura, Desember 2018


Penulis

SISWI WIJAYANTI
NIM. 201614401110085

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.........................................i
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH.................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH......iii
KATA PENGANTAR.......................................iv
DAFTAR ISI...........................................vi
DAFTAR TABEL.......................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................ix
DAFTAR SINGKATAN......................................x
BAB I PENDAHULUAN.....................................1
A. Latar Belakang................................1
B. Rumusan Masalah...............................4
C. Tujuan Penelitian.............................5
D. Ruang Lingkup.................................5
E. Manfaat Penelitian............................6
F. Sistematika Penulisan.........................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................8
A. Konsep Dasar Self Esteem......................8
B. Konsep Narkoba...............................18
C. Konsep Dukungan Keluarga.....................28
D. Konsep keluarga..............................33
BAB III METODE PENELITIAN............................37
A. Rancangan Penelitian.........................37
B. Tempat Dan Waktu Penelitian..................38
C. Populasi Dan Sampel Penelitian...............39
D. Kerangka Konsep Dan Hipotesis Penelitian.....41
E. Variabel Penelitian..........................41
F. Definisi Opresional..........................42
G. Instrumen Penelitian.........................43
H. Metode pengumpulan Data......................45

viii
I. Pengolaha Data Dan Analisis Data.............46
J. Etika penelitian.............................49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................51
A. Hasil Penelitian.............................51
B. Pembahasan...................................57
C. Keterbatasan penelitian......................62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................64
A. Simpulan.....................................64
B. Saran........................................64
DAFTAR PUSTAKA.......................................66

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian........................ 39

Tabel 3.2 Definisi Operasional..................... 43

Tabel 3.3 Nilai-nilai Dukungan keluarga............ 44

Tabel 3.4 Nilai-nilai Self Esteem pada


penyalahguna narkoba..................... 44

Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Dukungan Sosial


Keluar................................... 48

Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Self esteem


Pengguna Narkoba......................... 48

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur


responden Poli Napza RSJ Sambang Lihum
tahun 2019............................... 53

Tabel 4.2 Ditribusi frekuensi berdasarkan pendidian


responden Poli Napza RSJ Sambang Lihum
tahun 2019............................... 53

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan


pekerjaanresponden Poli Napza RSJ
Sambang Lihum tahun 2019................. 54

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan


dukungan keluarga responden Poli Napza
RSJ Sambang Lihum tahun 2019............. 55

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan


self esteem responden Poli Napza
RSJ Sambang Lihum tahun 2019............. 55

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang


dukungan keluarga dan self esteem pada
penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum tahun 2019................. 56

Tabel 4.7 Analisis Uji Statistik Chi-Square


hubungan dukungan keluarga dengan self
esteem pada penyalahguna narkoba di poli
Napza RSJ Sambang Lihum tahun 2019....... 57

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................... 36

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Kerja Penelitian......... 38

Gambar 3.2 Kerangka Konsep......................... 41

xi
DAFTAR SINGKATAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropik
dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan
atau zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia,
baik secara oral atau diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat merubah pikiran, suasana hati atau
perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan
psikologis (Amriel,2008).
Saat ini penggunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang (narkotika) dikalangan remaja maupun
dewasa dapat dikatakan mengkhawatirkan. Hingga kini
penyebaran narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah,
mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan
mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba
yang senang mencari mangsa didaerah sekolah,
diskotik, tempat pelacuran dan tempat-tempat
perkumpulan para remaja, tentu saja hal ini bisa
membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir
akan penyebaran narkoba yang begitu merajalela
(Amriel, 2008).
Pelajar dan mahasiswa menjadi target utama para
Bandar narkoba karena tingkat emosi dan mental masih
sangat labil sehingga mudah terpengaruh kedalam
perilaku menyimpang. Remaja memiliki kecenderungan
ingin tahu sehingga akan mencari informasi mengenai

1
2

NAPZA dan memiliki potensi memakai narkoba misalnya


dimulai dari coba-coba. Rasa ingin tahu terhadap
narkotika dan psikotropika merupakan salah satu
pendorong bagi seseorang untuk melakukan perbuatan
yang menyimpang termasuk keingintahuan terhadap
NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA pada remaja bukan suatu
peristiwa yang timbul karena suatu pemicu melainkan
akibat dari beberapa sebab yang merupakan faktor
pendorong remaja tersebut menyalahgunakan NAPZA
(Amriel, 2008).
Definisi dukungan keluarga yaitu mengacu pada
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang
diberikan orang lain atau kelompok kepada individu
(Sarafino, 2006).
Menurut hasil survey pada tahun 2017 BNN
Indonesia berdasarkan kelompok usia didapatkan
jumlah peyalahguna narkoba di Indonesia 3.376.115
orang pada usia 10-59 tahun. Pada kelompok pekerja
sebanyak 1.991.909 (59%) orang, pada kelompok
pelajar sebanyak 810.267 (24%) orang dan pada
kelompok populasi umum sebanyak 573.939 (17%) orang.
Menurut BNN Provinsi Kalimantan Selatan tahun
2017 didapatkan penyalahguna NAPZA berjumlah 3.059.
Berdasarkan kelompok usia didapatkan usia <15 tahun
sebanyak 10 orang,pada kelompok usia 16-19 tahun
sebanyak 84 orang,pada kelompok usia 20-45 tahun
sebanyak 2.833 dan kelompok usia >45 tahun sebanyak
132 orang.
Berdasarkan dari data studi pendahuluan di
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin bulan
3

Oktober di dapatkan 62 orang laki—laki dan 1 orang


perempuan yang ke poli NAPZA.
Penyalahguna Napza pada pelajar dan mahasiswa
dapat disebabkan karena tekanan yang dirasakan
remaja tersebut sehingga mereka yang tidak mampu
menghadapinya melarikan diri dan mencari ketenangan
dengan menyalahgunakan NAPZA. Lingkungan juga
memberikan efek yang besar pada diri seorang remaja
terutama lingkungan yang diluar rumah. Selain itu,
adanya suasana rumah tidak mendukung karena orang
tua yang terlalu sibuk sehingga anak sehingga anak
merasa kurang diperhatikan.Selain itu, remaja yang
memiliki masalah jika tidak memiliki orang terdekat
yang bisa untuk diajak berkomunikasi dalam
penyelesaian masalahnya maka remaja tersebut merasa
tenang dan masalahnya teratasi ketika mengkonsumsi
narkotika.
Self esteem merupakan harga diri yang menjadi
penilaian tiap individu terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa sejauh mana perilaku tersebut
sesuai dengan yang di idealkan. Self esteem yang
rendah pada diri remaja membuat remaja tidak bisa
memecahkan masalahnya yaitu dengan menghindari
masalah tersebut dimana salah satu caranya dengan
mengkonsumsi narotika dan obat-obatan berbahaya.
Permasalahan yang muncul pada penyalahguna
narkoba diawali oleh perasaan terlena penyalahguna
oleh manfaat-manfaat jangka pendek narkoba atau
persepsi positif awal penyalahgunaan narkoba.
Akibatnya, mereka terus menerus mengkonsumsi narkoba
dengan berspekulasi bahwa mereka cukup kuat untuk
4

bisa menghindari efek kontraproduktif dari narkoba.


Meskipun dalam bidang kesehatan, penyalahgunan
narkoba yang berlebihan dari dosis yang seharusnya
dapat memberikan dampak yang negatif bagi
penyalahgunanya (Amriel,2008).
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan harga
diri remaja penyalahguna narkoba adalah adanya
dukungan keluarga, apabila dukungan berkurang maka
harga diri akan menurun. Sumber dukungan yang paling
penting adalah dari orang tua dan keluarga. Dengan
demikian penyalahguna narkoba akan tahu kepada siapa
dirinya akan mendapatkan dukungan sosial sesuai
dengan situasi keinginan yang spesifik sehingga
dukungan mempunyai makna berarti bagi kedua belah
pihak, karena dukungan dari orang yang terdekat
dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan,
terutama kesembuhan dari kecanduan narkoba.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah
Pada penyalahguna narkoba self esteem masih
bisa dikataan rendah karena penyalahguna narkoba
kurang mampu mengontrol perilaku sendiri dan
orang lain serta tidak adanya rasa hormat yang
diterimanya dari orang lain, merasa tidak berarti
yang ditunjukkan dengan tidak adanya penerimaan
diri.
Dukunga keluarga dapat meningkatkan perasaan
self esteem, identitas diri dan kontrol dari
lingkungan seseorang yang akan menghasilkan
kondisi kesehatan yang lebih baik.
5

2. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut,
maka dapat diturunkan pertanyaan sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan self esteem pada penyalahguna narkoba
dalam masa pemulihan di poli NAPZA di RSJ Sambang
Lihum.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan antara dukungan sosial
keluarga dengan self esteem pada penyalahguna
narkoba di poli NAPZA RSJD Sambang Lihum.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada
penyalahguna narkoba di poli NAPZA RSJD
Sambang Lihum.
b. Mengidentifikasi self esteem pada penyalahguna
narkoba di poli NAPZA RSJD Sambang Lihum.
c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan
self esteem pada penyalahguna narkoba di poli
NAPZA RSJD Sambang Lihum.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup keilmuan
Lingkup penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu
keperawatan kesehatan jiwa.
6

2. Lingkup masalah
Lingkup masalah dalam penelitian ini untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap
self esteem pada penyalahguna narkoba di poli
NAPZA RSJ Sambang Lihum Banjarmasin.

3. Lingkup sasaran
Sasaran yang akan diteliti adalah pasien
penyalahguna narkoba di poli NAPZA RSJ Sambang
Lihum Banjarmasin.

4. Lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018
sampai dengan bulan Februari tahun 2019.

5. Lingkup metode
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan
desain korelasi yaitu untuk mengkaji hubungan
variabel independen dan variabel dependen, dalam
hal ini Hubungan Dukungan keluarga dengan Self
Esteem Pada Penyalahguna Narkoba

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penyalahguna Narkoba


Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang dukungan keluarga
dengan self esteem pada penyalahguna narkoba.

2. Bagi Instansi Tempat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan dukungan sosial keluarga bagi
penyalahguna di poli NAPZA RSJ Sambang Lihum.
7

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
untuk menambah wawasan dalam penanganan
penyalahguna narkoba dan bagi semua mahasiswa
keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.

4. Bagi Peneliti
Untuk peneliti dapat memberikan pengalaman
berharga bagi peneliti dan sebagai sarana
menambah khazanah keilmuan peneliti.

F. Sistematika Penulisan
Pembahasan yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Konsep self esteem,konsep dukungan
keluarga, konsep narkoba dan kerangka
konsep.

BAB III : METODE PENELITIAN


Desain penelitian, kerangka kerja
penelitian, tempat dan waktu penelitian,
populasi sampel, dan teknik sampling,
variabel penelitian,instrumen penelitian,
metode pengumpulan data, pengolahan dan
analisa data.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Self Esteem

1. Pengertian self esteem


Istilah self esteem yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan harga diri, harga diri
adalah sebagai evaluasi positif yang menyeluruh
tentang dirinya, berdasarkan uraian diatas harga
diri merupakan penilaian individu terhadap
dirinya sendiri secara positif dan negatif yang
dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan orang-
orang yang penting dilingkungannya serta dari
sikap, penerimaan, penghargaan, dan perlakuan
orang lain terhadap dirinya.
Self esteem adalah penilaian yang dilakukan
oleh seorang individu terhadap dirinya sendri
karena berkaitan dengan dirinya sendiri,
penilaian tersebut biasanya mencerminkan
penerimaan atau penolakan erhadap dirinya dan
menunjukan seberapa jauh individu itu percaya
bahwa diinya mampu akan berhasil serta merasa
penting. (Noordjanah, 2013)
Self esteem merupakan kebutuhan manusia yang
memerlukan pemenuhan atau pemuasan untuk
dilanjutkan ke tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi.
Proses perkembangan self esteem dimulai
dengan hubungan interpersonal dalam keluarga yang
secara bertahap terpengaruh dan pengaruh dari

8
9

masyarakat yang lebih luas dimana individu


memilih untuk tinggal dan bekerja yang berakhir
pada potensi mereka untuk sejauh mana individu
menjadi penentuan nasib sendiri (Nikmrijal 2014).
Perasaan-perasaan pada kenyataanya terbentuk
oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain
memperlakukan kita. Self esteem ditinjau dari
kondisinya dibedakan dalam dua kondisiyaitu kuat
(strong) dan lemah (weak). Orang yang mempunyai
self esteem yang kuat akan mampu membina relasi
yang lebih baik dan sehat dengan orang lain,
bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi
orang yang berhasil. Sebaliknya individu yang
memiliki self esteem yang lemah memiliki citra
diri negatif dan konsep diri yang buruk. Semuanya
akan menjadi penghalang kemauannya sendiri dalam
membentuk satu hubungan antar individu agar
nyaman dan baik untuk dirinya. Bahkan seringkali
menghukum dirinya sendiri atas ketidakmampuannya
dan terlarut dalam penyesalan. Penghargaan diri
yang rendah juga akan memcu sesorang untuk
melakukan dua sikap ekstrim yang merugikan yaitu
sikap pasif dan sikap agresif. Sikap pasif yaitu
sikap yang tdak tegas dalam melakukan berbagai
tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang
lain tersinggung, merasa diperintah atau digurui
yang membuat diri menjadi benci dan merasa
dikucilkan. Sikap agresif dalam hal ini yaitu
memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan
dari orang lain dan tidak bisa menyelesaikan
masalah padahal sikap menantang dan mengabaikan
10

ide-ide orang lain berarti menghambat tercapainya


keputusan yang tepat dan akurat.
Perkembangan self esteem remaja menurut
Kreitner dan Kinicki (2003) dalam Cecilia Engko
(2006) terdapat enam faktor yang dapat mendukung
untuk membangun self esteem yang biasanya
disingkat dengan G-R-O-W-T-H, yaitu :
a. Goal setting (merencanakan tujuan)
Pada masa remaja dalam menentukan tujuan
hidup yang ingin dicapai dibutuhkan usaha dan
keinginan yang kuat (ambisi) untuk mencapainya
khusunya dalam belajar dan merai prestasi.
b. Risk taking (mengambil resiko)
Berani untuk mengambil resiko untuk
memenuhi dan mencapai tujuannya karena remaja
tidak akan pernah mengetahui kemauan diri
sendiri jika tidak mau mengambil resiko.
c. Opening up (membuka diri)
Jika remaja mau membuka diri dan berbagi
rasa dengan orang lain maka akan mudah baginya
untuk mengenali dirinya sendiri.
d. Wisechoice making (membuat keputusan yang
bijaksana)
Jika remaja biasa membuat keputusan yang
benar maka akan meningkatkan self confidence
dan self esteem.
e. Time sharing (berjalan sesuai waktu)
Jangan terlalu memberi tekanan dan
paksaan pada diri sendiri untuk mendapatkan
perubahan karena tidak mungkin perubahan bisa
didapat secara langsung.
11

f. Healing (penyembuhan)
Penyembuhan dalam arti fisik dan mental
dan hal itu bisa dilakukan dengan cara membuat
komitmen dan bersyukur. Dalam hal ini remaja
bersyukur dan memahami potensi yang dimiliki
untuk menunjang prestasinya meskipun dalam
merih cita-citanya tida mudah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem


Menurut Mcloed and owens, Powell (2004)
faktor-fakor yang mempengaruhi harga diri adalah
usia, ras, etnis, pubertas, berat badan,
keterlibatan dalam kegiatan fisik dan gender
(jenis kelamin). Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga diri seeorang antara lain :
a. Usia
Perkembangan self esteem ketika seseorang
memasuki masa anak-anak dan remaja seseorang
akan memperoleh harga diri mereka dari teman,
orang tua dan guru pada saat mereka
bersekolah.
b. Ras
Keanekaragaman budaya dan ras tertentu
dapat mempengaruhi self esteem untuk
menjunjung tinggi rasnya.
c. Etnis
Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat
terdapat etnis tertentu yang menilai bahwa
sukunya lebih tinggi derajatnya sehingga dapat
mempengaruhi self esteemnya.
12

d. Pubertas
Merupakan periode transisi antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa ditandai dengan
munculnya karakterisitik seks sekunder dan
kemampuan reproduksi seksual yang dapat
menimbulkan perasaan menarik sehingga
mempengaruhi self esteem nya.
e. Berat badan
Rangkaian perubahan berat badan yang
paling jelas yang tampak pada masa remaja
adalah perubahan fisik. Hormon-hormon baru
diproduksi oleh kelenjar endokrin dan membawa
perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan
memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Seorang
indvidu lalu mulai terlihat berbeda dan
sebagai konsekuensi dari hormone yang baru
dalam penambahan atau penurunan berat badan,
dia sendiri mulai merasa adanya perbedaan.
f. Jenis kelamin
Menunjukan bahwa remaja pria akan
menjaga harga dirinya untuk bersaing dan
berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari
remaja putri khususnya dalam mencapai sesuatu
yang diinginkan. Beberapa penelitian
menunujukan bahwa remaja putri mudah mengalami
gangguan citra diri dibandingkan remaja putra.
Secara khusus harga diri remaja putri rendah,
tingkat kesadaran mereka tinggi dan citra diri
mereka mudah tergangu.
13

3. Aspek-aspek self esteem


a. Perasan Berharga
Perasaan brharga merupakan perasaan yang
dimiliki individu ketika individu tersebut
merasa dirinya berharga dan dapat menghargai
orang lain. Individu yang merasa dirinya
berharga cenderung dapat mengontrol tindakan-
tindakannya terhadap dunia diluar dirinya.
Selain itu individu tersebut juga dapat
mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat
menerima kritik dengan baik.
b. Perasan Mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang
dimiliki oleh individu pada saat dia merasa
mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Individu yang memiliki rasa mampu umumnya
memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis
serta orientasi yang realistis. Individu ini
menyukai tugas baru yang menantang, aktif dan
tidak cepat bingung bila segala segala sesuatu
berjalan diluar rencana. Mereka tidak
menganggap dirinya sempurna tetapi sadar akan
keterbatasan diri dan berusaha agar ada
perubahan dalam dirinya. Bila individu merasa
telah mencapai tujuannya secara efisien maka
individu akan menilai dirinya secara tinggi.
c. Perasaan di Terima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang
dimiliki indvidu ketika ia dapat diterima
sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok.
Ketika seseorang berada pada suatu kelompok
14

dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok


tersebut, maka ia akan merasa dirinya diterima
serta dihargai oleh anggota kelompok itu.

4. Pembentukan self esteem


Pembentukan harga diri terjadi sejak usia
pertengahan kanak-kanak dan terus berkembang
sampai remaja akhir. Harga diri tumbuh dan
interaksi sosial dan pengalaman seseorang baik
yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang
akan membentuk harga diri positif atau negatif.
Harga diri cenderung stabil seiring bertambahnya
usia, secara bertahap akan terbentuk seiring
bertambahnya waktu sehingga menjadi lebih baik
fluktuatif dalam menghadapi berbagai pengalaman
yang berbeda.

5. Karakteristik Individu dengan self esteem Tinggi


dan Rendah
Menurut Rosenberg (dalam Murk, 2006)
menjelaskan bahwa individu dengan self esteem
tinggi:
a. Merasa dirinya berharga, menghormati dirinya
tapi tidak mengagumi diri sendiri atau
mengharapkan orang lain untuk mengaguminya.
b. Tidak menganggap dirinya lebih superior
dibandingkan orang lain
c. Cenderung akan mengembangkan diri dan
memperbaiki diri.
Sedangkan indvidu dengan self esteem rendah
memiliki ciri-ciri :
a. Fokus untuk melindungi diri dan tidak
melakukan kesalahan.
15

b. Kecewa berlebihan saat mengalami kegagalan,


mengalami kecemasan sosial.
c. Melebih-lebihkan pristiwa negatif yang pernah
dialaminya.
d. Merasa canggung, malu dan tidak mampu
mengekspresikan diri saat berinteraksi dengan
orang lain, cenderung pesimis, sinis dan
memiliki pikiran tidak fleksibel.
Tingkat harga diri individu dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
a. Individu dengan harga diri yang tinggi :
1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan
baik
2) Berhasil dalam bidang akademik dan menjalin
hubungan sosial
3) Dapat menerima kritik dengan baik
4) Percaya pada persepsi dan reaksinya sendiri
5) Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau
hanya memikirkan kesulitan sendiri.
6) Memiliki keyakinan diri, tidak didasarkan
atas fantasi karena mempunyai kemampuan,
kecakapan dan kualitasdiri yang tinggi.
7) Tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain
tentang kepribadian.
8) Secara pasif mengikuti lingkungan.
9) Menggunakan banyak taktik memperhatikan
diri.
b. Individu dengan harga diri yang rendah :
1) Memiliki perasaan yang inferior
2) Takut gagal dalam membina hubungan sosial
16

3) Terlibat sebagai orang yang putus asa dan


depresi
4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan
5) Kurang dapat mengekskresikan diri
6) Sangat tergantung pada lingkungan
7) Tidak konsisten
8) Secara pasif mengikuti lingkungan
9) Mudah mengakui kesalahan

6. Perkembangan self esteem remaja


Perkembangan self esteem bukan merupakan
penilaian diri yang dibawa sejak lahir melainkan
penilaian yang dipelajari dan terbentuk dari
interaksi dengan orang-orang dilingkungan
sekitar. Ketika masih kecil orang yang pertama
kali dikenal oleh anak adalah orang tua dan
anggota keluarga lain, dari reaksi dan perilaku
keluarga tersebut anak membentuk self concept.
Beranjak ke masa middle childhood, anak mengalami
periode industry is inferiority, yang mana pada
tahap ini anak perlu mempelajari keterampilan
yang berharga dalam lingkunganya. Peran utama
untuk mengembangkan self esteem anak adalah
dukungan sosial dari orang tua, teman, guru namun
demikian dukungan sosial tidak memberikan
kompensasi pada penilaian diri seorang anak. Pada
masa ini, anak mulai dapat membandingkan
keterampilannya dengan anak seumurnya.
Memasuki usia remaja, isu yang paling
penting dan kritis pada masa remaja adalah
pencarian identitas diri. Menurut Erikson,
identitas merupakan konsepsi Koheren tentang
17

“self” yang dibentuk berdasarkan tujuan, nilai


dan kepercayaan yang diyakini oleh diri sendiri.
Remaja memiliki lingkungan sosial yang lebih luas
sehingga penilaian dari orang-orang yang berarti
selain orang tua, seperti peer group, memiliki
pengaruh yang besar terhadap rasa keberhargaan
diri dan kompetensinya.

7. Pengukuran self esteem


a. The self esteemscale oleh Rosenberg (1965).
Alat ukur ini mengukur keberhargaan diri dan
penerimaan diri individu secara global dengan
menggunakan skala likert. Skala Likert adalah
suatu skala psikometrik yang umum digunakan
dalam angket dan merupakan skala yang paling
banyak digunakan dalam riset berupa survei.
Nama skala ini diambil dari nama Rensis
Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang
menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi
pertanyaan dalam skala Likert, responden
menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap
suatu pernyataan dengan memilih salah satu
dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format
seperti ini:
1) Sangat tidak setuju
2) Tidak setuju
3) kurang setuju
4) Setuju
5) Sangat setuju
18

b. Self esteeminventory oleh Coopersmith (1967)


Alat ukur ini mengukur harga diri secara
global dari empat domain yaitu :
1) Domain harga diri akdemis
2) Domain harga diri keluarga
3) Domain harga diri sosial
4) Domain harga diri teman sebaya

B. Konsep Narkoba

1. Pengertian Narkoba
Istilah narkoba adalah singkatan dari
narkotika dan obat/bahan berbahaya. Lama kelamaan
disadari bahwa kepanjangan narkoba tersebut
keliru sebab istilah obat berbahaya dalam ilmu
kedokteran adalah obat-obatan yang tidak boleh
dijual bebas, karena pemberiannya dapat
membahayakan bila tidak melalui pertimbangan
medis. Banyak jenis narkotika dan psikotropika
memberi manfaat yang besar bila digunakan dengan
baik dan benar dalam kedokteran.
Banyak jenis narkoba yang sangat bermanfaat
dalam bidang kedokteran. Karenanya sifat
antinarkoba sangat keliru, yang benar adalah anti
penyalahgunaan narkoba (parodiharjo, 2003).
Selain itu narkoba, istilah lain yang
diperkenalkan adalah “NAPZA” atau NAZA yang
merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika
dan zat adiktif. Narkoba merupakan bahan atau zat
yang bila masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi
tubuh terutama Sembilan syaraf pusat/otak
sehingga bila mana di salahgunakan menyebabkan
19

gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.


Semua zat yang termasuk NAZA menimbulkan adiksi
(ketagihan) yang pada gilirannyaberakibat pada
depedensic (ketergantungan) zat yang mengandung
NAZA memiliki sifat berikut :
a. Keinginan yang tak tertahankan terhadap zat
yag dimaksud dan kalau perlu dengan jalan
apapun untuk memperolehnya.
b. Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis)
sesuai dengan toleransi tubuh.
c. Ketergantungan psikologis yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan
gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan,
kecemasan, depresi dan lainnya.
d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian
zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik
yang dinamakan gejala putus zat. (Hawari,2009)

2. Narkotika
Dalam Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2009,
pengertian narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan rasa
ketergantungan.
Jenis narkotika dibagi atas tiga golongan
menurut Undang-Undang RI tahun 2009 yaitu :
a. Narkotika golongan I : dilarang digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Dilarang di produksi atau digunakan dalam
20

proses produksi, kecuali dalam jumlah yang


sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh :
ganja, morphine, putaw adalah heroine tidak
murni berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang
memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian, contoh :
petidin dan turunannya, benzeditin dan
betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang
memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian,
contoh : codein

3. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1997)
Jenis psikotropika dibagi menjadi empat
jenis yaitu:
a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya
adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya
untuk pengobatan.
b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya
aktif yang kuat untuk menyebabkan sindroma
21

ketergantungan serta berguna untuk pengobatan


dan penelitian, contoh : ampetamin dan
metapetamin.
c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya
adiktif yang sedang dan berguna untuk
pengobatan dan penelitian, contoh : lumubal,
fleenitrazepam
d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya
adiktif ringan dan berguna untuk pengobatan
dan penelitian.

4. Ciri-ciri ketergantungan narkoba (BNN 2004)


a. Keinginan yang tak tertahankan untuk
mengkonsumsi narkoba salah satu atau lebih zat
yang tergolong napza.
b. Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan
dengan batas toleransi tubuh yang meningkat.
c. Ketergantungan psikis yaitu apabila pengguna
napza dihentikan akan menimbulkan kecemasan,
depresi dan gangguan psikis.
d. Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakai
dihentikan akan menimbulkan gejala fisik.

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba


Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas
mengapa seseorang menyalahgunakan narkoba dan
ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang
akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan
sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan
begitu saja dengan kasus lainnya. Namun
berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa
faktor yang berperan pada penyalahgunaan
narkoba, yaitu: (BNN,2004:79)
22

a. Faktor keluarga
terdapat beberapa tipe keluarga yang
beresiko tinggi anggota keluarganya terlibat
penyalahgunaan narkoba:
1) keluarga yang memiliki sejarah (termasuk
orang tua) mengalami ketergantungan
narkoba.
2) keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten
dijalankan oleh ayah danibu (misalnya,
ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) keluarga dengan konflik yang tinggi dan
tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar
saudara.
4) keluarga dengan orang tua yang otoriter.
Di sini peran orang tua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekedar harus
menuruti apa kata orang tua dengan alasan
sopan santun, adat istiadat, atau demi
kemajuan dan masa depan anak itu sendiri
tanpa diberi kesempatan untuk berdialog
dan menyatakan ketidaksetujuannya.
5) keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga
yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang
harus dicapai dalam banyak hal.
6) keluarga yang neurosis, yaitu keluarga
yang diliputi kecemasan dengan alasan yang
23

kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan


sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
b. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna narkoba juga
turut berperan dalam perilaku ini. Pada
remaja biasanya penyalahgunaan narkoba
memiliki konsep diri yang negatif dan harga
diri yang rendah. Perkembangan emosi yang
terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengakspresikan emosinya secara wajar, mudah
cemas, pasif, agresif dan cenderung depresi
juga turut mempengaruhi. Selain itu,
kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya
secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana
ia mudah mencari pemecahan masalah dengan
melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan
mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih
melihat faktor-faktor di luar dirinya yang
menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini,
kepribadian yang dependen (terkekang) dan
tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang narkoba sebagai satu-satunya
pemecahan masalah yang dihadapi.
c. Faktor kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan
tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau
orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok
itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua
orang bukan hanya remaja, karena pada
24

kenyataannya semua orang ingin disukai dan


tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan
untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman
sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok
teman yang lebih populer, mencapai prestasi
dalam bidang olahraga, sosial dan akademik,
dapat menyebabkan frustasi dan mencari
kelompok lain yang dapat menerimanya.
Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman
sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang
mendukung penyalahgunaan narkoba dapat
muncul.
d. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan
memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai
pemicu. Indonesia yang sudah menjadi pasar
narkoba internasional, menyebabkan zat-zat
ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa
media masa melansir bahwa para penjual
narkoba menjual barang dagangannya di
sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD.
Berdasarkan beberapa faktor yang sudah
diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satu
berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan
narkoba. Ada faktor yang memberikan kesempatan,
dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor
ini berperan. Karena itu, penanganannya pun
harus melibatkan berbagai pihak, termasuk
keterlibatan aktif orang tua. Akibat
Penyalahgunaan Narkoba
25

Paling tidak terdapat 3 aspek akibat


langsung penyalahgunaan narkoba yang berujung
pada menguatnya ketergantungan, yaitu :
(BNN,2004:76)
a. Secara Fisik
Penggunaan narkoba akan mengubah
metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat
dari peningkatan dosis yang semakin lama
semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya
menyebabkan seseorang untuk berusaha terus
menerus mengkonsumsi narkoba.
b. Secara Psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa
fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu
dan perasaan nyaman yang timbul dari
mengkonsumsi narkoba. Cara yang kemudian
ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan
fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi
lagi narkoba.
c. Secara Sosial
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian
narkoba. Proses ini biasanya diawali dengan
perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat
seperti keluarga, sehingga muncul konflik
dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah
atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-
pihak ini kemudian menyebabkan si
penyalahguna bergabung dengan dengan kelompok
orang-orang serupa yaitu para penyalahguna
narkoba juga. Semua akibat ini berujung pada
meningkatnya perilaku penyalahgunaan narkoba.
26

Beberapa dampak yang sering terjadi dari


peningkatan ini adalah sebagai berikut:
(Waspadji, 1997:46)
1) Dari kebutuhan untuk memperoleh narkoba
terus menerus menyebabkan penyalahguna
sering melakukanpelanggaran hukum seperti
mencuri dan menipu orang lain untuk
mendapatkan uang membeli Napza.
2) Menurun bahkan menghilangnya produktivitas
pemakai, apakah itu di sekolah maupun di
tempat kerja. Penyalahguna akan kehilangan
daya untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
3) Penggunaan jarum suntik secara bersama
meningkatkan resiko tertularnya berbagai
macam penyakit seperti HIV. Peningkatan
jumlah orang dengan HIV positif di
indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat
dengan meningkatnya penyalahgunaan
narkoba.
4) Pemakaian narkoba secara berlebihan
menyebabkan kematian. Gejala over dosis
pada penyalahguna narkoba menjadi lebih
besar karena batas toleransi seseorang
sering tidak disadari oleh yang
bersangkutan.

6. Ciri-ciri Pengguna Narkoba


Secara medis dan hukum, penyalahguna narkoba
harus melewati satu atau serangkaian tes darah
orang yang diduga menyalahgunakannya. Tetapi,
sebagai orang tua dan guru, penyalahguna narkoba
dapat dikenali dari beberapa ciri fisik,
27

psikologis maupun perilakunya. Beberapa ciri


tersebut adalah sebagai berikut (BNN, 2004:82)
a. Fisik
1) Berat badan turun drastis.
2) Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir
kehitaman.
3) Buang air besar dan air kecil kurang
lancar.
4) Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang
jelas.
5) Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan
nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
6) Terdapat perubahan warna kulit di tempat
bekas suntikan.
7) Sering batuk-pilek berkepanjangan.
8) Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
9) Mengeluarkan keringat yang berlebihan
10) Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
b. Emosi
1) Sangat sensitif dan cepat bosan.
2) Jika ditegur atau dimarahi malah
membangkang.
3) Mudah curiga dan cemas.
4) Emosi naik turun dan tidak ragu untuk
memukul atau berbicara kasar kepada orang
disekitarnya, termasuk kepada anggota
keluarganya.
c. Perilaku
1) Malas dan sering melupakan tanggung jawab
atau tugas rutin.
28

2) Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari


keluarga.
3) Di rumah waktunya dihabiskan untuk
menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar
mandi, ruang-ruang yang gelap.
4) Nafsu makan tidak menentu.
5) Takut air, jarang mandi.
6) Sering menguap.
7) Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan
tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya,
misalnya untuk membeli obat.
8) Sering bertemu dengan orang-orangyang tidak
dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan
pulang lewat tengah malam.
9) Selalu kehabisan uang, barang-barang
pribadinya pun hilang dijual.
10) Suka berbohong dan ingkar janji.
11) Sering mencuri baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun pekerjaan.

C. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian
Definisi dukungan keluarga yaitu mengacu
pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau
bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok
kepada individu (Sarafino, 2006).
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota
keluargannya, berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional (Friedman, 2010).
29

Menurut Fadly (2009), Keluarga adalah


unit/satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam
masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari suami,
istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga
rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi
segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan
luhur hidup bersama.

2. Manfaat Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga dapat diperoleh individu
melalui ikatan yang positif yaitu kepedulian
orang-orang yang dapat diandalkan, percaya,
menghargai serta mencintai seseorang ketika orang
tersebut sedang menghadapi masalah. Setiadi
(2008) Manfaat dari dukungan keluarga terhadap
kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan.
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial
yang adekuat terbukti berhubungan dengan
mortalitias, lebih mudah sembuh dari sakit,
fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.
Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan
sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap
kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan
stress.
Dukungan keluarga merupakan suatu strategi
intervensi preventif yang paling baik dalam
membantu anggota keluarga mengakses dukungan
sosial yang belum digali untuk suatu strategi
bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan
dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga
mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota
30

keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk


keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak
digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 2010).
Dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
dukungan sebagai koping keluarga, baik dukungan
keluarga yang eksternal maupun internal. Dukungan
dari keluarga bertujuan untuk membagi beban, juga
memberi dukungan informasional (Friedman, 2010).

3. Aspek-aspek Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga merupakan transaksi
interpersonal dapat melibatkan satu atau lebih
aspek-aspek berikut ini (friedman 2010):
a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang
melibat empati, ekspresi rasa, kehangatan,
kepedulian dan perhatian terhadap individu
sehingga individu tersebut merasa ada yang
memberikan perhatian dan mendengarkan keluh
kesah orang lain
b. Dukungan penghargaan, merupakan dukungan yang
terjadi lewat hormat (penghargaan) positif
untuk orang tersebut, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu dan perbandingan positif orang itu
dengan orang-orang lain yang melibatkan
pernyataan setuju dan penilaian positif
terhadap ide-ide, perasaan, penguatan dan
perbandingan sosial yang digunakan untuk
dorongan agar maju.
31

c. Dukungan instrumental, merupakan bentuk


dukungan yang melibatkan bantuan langsung
sesuai dengan kebutuhan individu, misalnya
berupa bantuan finansial atau bantuan, yang
dapat berwujud barang, pelayanan, dukungan
keluarga.
d. Dukungan informatif, merupakan bentuk dukungan
berupa nasehat. Petunjuk-petunjuk, saran atau
umpan balik, pemberian informasi bagaimana
cara memecahkan persoalan sehingga individu
mendapat jalan keluar.
Berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial di atas
dapat disimpulkan bahwa aspek dukungan sosial
meliputi dukungan emosi yaitu kehangatan,
kepedulian dan perhatan terhadap individu sehingga
individu merasa ada yang memberikan perhatian dan
mendengarkan keluh kesah, dukungan penghargaan
untuk individu sehingga ada dorongan maju,
penguatan ide-ide yang positif dan perbandingan
sosial yang digunakan untuk dorongan maju,
dukungan instrumental melibatkan bantuan langsung
sesuai dengan kebutuhan individu, dan dukungan
informatif berupa nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran sehingga individu mendapat jalan keluar.

4. Sumber-sumber Dukungan Keluarga


a. Suami/istri
Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab
yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan
yang sama, saling membagi perasaan, saling
mendukung, dan menyelesaikan permasalahan
bersama.
32

b. Keluarga
Keluarga merupakan sumber dukungan sosial
karena dalam hubungan keluarga tercipta
hubungan yang saling mempercayai. Individu
sebagai anggota keluarga akan menjadikan
keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat
bercerita, tempat bertanya, dan tempat
mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu
sedang mengalami permasalahan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
orang tua sebagai sumber dukungan yang dapat
memberikan bantuan, dorongan, sokongan,
penerimaan dan perhatian terhadap remaja yang
terdiri dari dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi/nasehat dan
dukungan instrumental yang dapat berbentuk verbal
atau non verbal yang menyebabkan efek tindakan
atau keuntungan emosional bagi penerimanya

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga


Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi apakah
seseorang akan menerima dukungan sosial atau
tidak.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)
Seseorang tidak akan menerima dukungan
sosial dari orang lain jika ia tidak suka
bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan
tidak ingin orang lain tahu bahwa ia
membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang
tidak cukup asertif untuk memahami bahwa ia
33

sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang


lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri
dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa
tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau
tidak tahu kepada siapa dia harus meminta
pertolongan.
b. Faktor dari pemberi dukungan (providers)
Seseorang terkadang tidak memberikan
dukungan sosial kepada orang lain ketika ia
sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk
menolong orang lain, atau tengah menghadapi
stres, harus menolong dirinya sendiri, atau
kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga
tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan
dukungan darinya

D. Konsep keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,
2004).
Menurut Perry dan Potter (2005), keluarga
adalah sebagai unit yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja
menurut jenis kelamin.
34

1. Macam-macam Keluarga
Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004)
menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas :
a. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orang tua, atau pemberi
nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri
dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak
adopsi.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit
keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman
dan bibi.

2. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi
pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga
yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu
35

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang


terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan kesehatan. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang di lingkungan tinggal keluarga
agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui
keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk
menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
disekitarnya bagi keluarga.
36

E. Kerangka Teori

faktor yang
mempengaruhi self
esteem :
1. Usia
2. Ras
3. Etnis
4. Pubertas
5. Berat badan
6. Jenis kelamin

Dukungan Keluarga : Self Esteem : Narkoba :


1. Emosional 1. Tinggi 1. Narkotika
2. Penghargaan 2. Rendah 2. Psikotropika
3. Instrumental
4. Informatif

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian keperawatan merupakan urutan


langkah dalam melakukan penelitian keperawatan. Hal-
hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain
penelitian yang digunakan, kerangka kerja penelitian,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel akan
diteliti, teknik sampling yang digunakan, cara
mengidentifikasi variabel dengan definisi data yang
digunakan, keterbatasan penelitian dan nilai etika
penelitian (Alimul, 2010).

A. Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian adalah sesuatu
yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil
(Nursalam, 2015). Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
dengan desain korelasi yaitu untuk mengkaji hubungan
variabel independen dan variabel dependen, dalam hal
ini Hubungan Dukungan keluarga Dengan Self Esteem
pada Penyalahguna Narkoba. Menurut waktunya peneliti
ini menggunakan studi cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran/
observasi data variabel indenpenden dan variabel
dependen hanya satu kali. (Nursalam, 2015).

37
38

Kerangka Kerja

Studi Pendahuluan

Studi Kepustakaan

Data dari internet dan


referensi dari buku

Variabel Independen Variabel Dependen


Dukungan Sosial Self Esteem
kKeluarga

Populasi = 60

Sampel = 60

Proses pengumpulan data dengan lembar kuesioner pada responden yang


didampingi oleh peneliti

Data terkumpul dan diolah tabulasi data

Analisis data dan distribusi frekuensi uji univariat


dan uji bivariat

Penyajian hasil dan pembuatan laporan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Kerja Penelitian

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini secara keseluruhan mulai
dari pengajuan judul sampai penyerahan laporan
39

Karya Tulis Ilmiah yaitu bulan Oktober 2018


sampai April 2019.

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Okt Nov Des Jan Febr Maret April

Kontrak
bimbingan
Proposal
Ujian Proposal

Pengumpulan
Data Bimbingan
Hasil Serta
Penyuluhan
Hasil
Penrlitian
Ujian KTI

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Napza
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Selatan.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek
misalnya manusia/klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
keluarga keluarga dan pasien penyalahgunaan
narkoba yang berobat di poli Napza RSJ Sambang
Lihum pada bulan Oktober 2018, sebanyak 60 orang.
40
41

2. Sampel dan Teknik Sampling


Sampel adalah begitu populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian
melalui sampling, (Nursalam, 2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
keluarga dan pasien penyalahguna narkoba di poli
Napza RSJ Sambang Lihum.
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 60 orang pasien dan keluarga pasien
Napza.
Teknik sampling atau cara mengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
non probabilitas dengan metode total sampling.
42

D. Kerangka Konsep Dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka konsep

Dukungan Keluarga Self Esteem


penyalahguna
1. Emosional
narkoba
2. Penghargaan
1. Tinggi
3. Instrumental
2. Rendah
4. Informatif

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara
penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku
umum, walaupun pada tahap tertentu hal tersebut
mempunyai perbedaan tingkat sesuai dengan
kemaknaan dari analisis statistik.
Ha: Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self
Esteem pada Penyalahguna Narkoba di RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin Tahun 2019.

E. Variabel Penelitian
“Variabel adalah segala sesuatu yang akan
terjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan diteliti” (Suryabrata, 2010).
43

c
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
ada 2 yaitu :
1. Variabel Indenpenden (Bebas)
Variabel indenpenden adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel lain atau langsung
mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2015).
Faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel dependen dalam penelitian
ini. Variabel independen dalam penelitian adalah
“Dukungan Keluarga”.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain
variabel dependen adalah faktor yang diamati atau
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan
dari variabel bebas, (Nursalam, 2015). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah “Self
Esteem”.

F. Definisi Opresional
Definisi operasianal adalah unsur penelitian
yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan
variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga,
definisi operasional ini merupakan suatu informasi
ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin
menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional
merupakan penjelasan sama variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional
sehingga bisa mempermudah membaca dalam mengartikan
makna penelitian (Setiadi, 2010).
44

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Definisi Hasil
No Variabel Parameter Alat Ukur Skala
Operasianal Ukur

1. Independen Mengacu pada a. dukungan Kuesioner Ordinal Didukung


Dukungan kenyamanan, emosional =
Keluarga penghargaan b. dukungan 38 - 60
atau bantuan penghargaan
yang c. dukungan Tidak
diberikan intrumental didukung
keluarga d. dukungan =
kepada informative 15 – 37
penderita
Napza.
2. Dependen Kepercayaan a. perasaan Kuesioner ordinal Rendah =
Self diri berharga berdasarkan < 25
Esteem penderita b. perasaan Rosenberg
Napza, mampu Self Rsteem Sedang =
mengetahui c. perasaan di Scale 25-35
apa yang terima
terbaik bagi Tinggi =
dirinya dan >35
bagaimana
melakukannya.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen
pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan metode
45

pengumpulan data merupakan sarana yang dapat


diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat
tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan
sebaginya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang dibagikan kepada keluarga dan
pasien penyalahguna narkoba yang datang ke poli
Napza di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Kuesioner
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner terbuka.

Tabel 3.3
Nilai-nilai Dukungan keluarga

Pertanyan
No. Kategori Nomor Soal Jumlah Soal
Positif Negatif

1. Dukungan emosional 1,2,3,4 3 1 4

2 Dukungan penghargaan 5,6,7,8 4 1 4

3 Dukungan instrumental 9,10,11 2 1 3

4 Dukungan informative 12,13,14,15 3 1 4

Tabel 3.4
Nilai-nilai Self Esteem pada penyalahguna narkoba
Nomor Pertanyan Jumlah
No. Kategori
Soal Positif Negatif soal

1. Perasaan berharga 1,2,3,4 3 1 4

2. Perasaan mampu 5,6,7 2 1 3

3. Perasaan di terima 8,9,10 2 1 3


46

H. Metode pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu prosespendekatan
kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik
subjek yang diperlukan dalam penelitian.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya dan diperoeh dari jawaban atas
pertanyaan yang disediakan melalaui pengisian
kuesioner yang telah dirancang. Dalam penelitian
ini data primer dikumpulkan dengan menggunakan
instrument pengumpulan data berupa kuesioner.
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu
peneliti datang ke RSJ Sambang Lihum Banjarmasinn
meminta izin untuk dapat melaksanakan penelitian.
Kemudian peneliti memberikan surat permohonan
izin peneliti dari Akper Intan Martapura kepada
RSJD Sambang Lihum Banjarmasin bahwa benar
peneliti ingin melakasakan penelitian di RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin tersebut. Setelah
peneliti mendapat izin surat balasan dari RSJ
Sambang Lihum peneliti diizinkan melakukan
penelitian. Peneliti membagikan kuesioner kepada
responden atas kesedianya mengisi pertanyaan yang
dibuat dalam penelitian tentang Hubungan Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Self Esteem Pada
penyalahguna Narkoba Di Poli Napza RSJ Sambang
Lihum Banjarmasin. Kemudian peneliti akan
mentabulasi data sesuai dengan hasil Kuesioner
yang dijawab responden dan menganalisisnya.
47

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan
sebagai data pelengkap yang mendukung dalam
peneliti ini data didapatkan dari data RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin, pengambilan angka
kejadian, teori dan data pendukung lainya diambil
dari buku, internet, jurnal maupun Karya Tulis
Ilmiah yang terlebih dulu.

I. Pengolaha Data Dan Analisis Data


Menurut Setiadi (2007) ada beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data
dibagi menjadi 6 tahap, yaitu :
1. Pengelolahan Data
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner.
Apakah semua pertanyaan sudah terisi, apakah
jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan
cukup jelas atau terbaca, apakah jawaban
releven dengan pertanyaanya, dan apakah
jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan
jawaban pertanyaan lainya.
b. Koding (Pengkodean)
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
respoden kedalam kategori sebagai berikut :
1) Dukungan social keluarga, untuk jawaban ;
a) Sangat Setuju, diberi kode 4
b) Setuju, diberi kode 3
c) Tidak Setuju, diberi kode 2
d) Sangat Tidak Setuju, diberi kode 1
48

2) Self esteem
a) Sangat Setuju, diberi kode 4
b) Setuju, diberi kode 3
c) Tidak Setuju, diberi kode 2
d) Sangat Tidak Setuju, diberi kode 1
3) Gambaran umum responden
a) Pendidikan, diberi kode
SD = 1, SMP = 2, SMA = 3, DLL = 4
b) Pekerjaan, diberi kode
PNS = 1, Wiraswasta = 2, Wirausaha = 3,
DLL = 4
c. Scoring
“Memberi skor pada tiap itemnya yang
dikerjakan berdasarkan sifat dari pertanyaan“
dan berdasarkan Rosenberg scale self esteem
(Hidayat, 2009).
1) Klasifikasi nilai dan kategori dukungan
keluarga.
a) Menetapkan nilai tertinggi dan nilai
terendah.
b) Jumlah pertanyaan X nilai jawaban
tertinggi, nilai tertinggi adalah : 15
X 4 = 60
c) Jumlah pertanyaan X nilai jawaban
terendah, nilai terendah adalah : 15
x X 1 = 15.
d) Menentukan nilai range, Nilai
tertinggi – nilai terendah = range 60-
15 = 45.
49

e) Interval dibagi 2 kategori untuk


menentukan klasifikasi nilai yang
dibuat yaitu : 45 : 2 = 22,5
Berdasarkan perhitungan tersebut diatas,
klasifikasi nilai dukungan keluarga adalah
sebagai berikut:
50

Tabel 3.5
Klasifikasi Nilai Dukungan Sosial Keluar
Kategori Klasifikasi

Didukung 38 -60

Tidak Didukung 15-37

2) Klasifikasi nilai dan kategori self esteem


berdasarkan perhitungan Rosenberg Self
Esteem Scale (RSES) tersebut diatas, dengan
klasifikasi nilai sebagai berikut:

Tabel 3.6
Klasifikasi Nilai Self esteem
Pengguna Narkoba
Kategori Klasifikasi

Self Esteem Tinggi > 35

Self Esteem Sedang 25 – 35

Self Esteem Rendah < 25

d. Tabulasi Data
Adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data
yang telah diberi kode sesuai dengan analisis
yang dibutuhkan . Data yang akan ditabulasikan
merupakan data dari dukungan keluarga dan self
esteem pengguna narkoba dengan menyusun data
dalam bentuk tabel distribusi-frekuensi (Hasa,
2009).
51

2. Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang akan
dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
Analisis univariate adalah analisis untuk
suatu variabel penelitian, pada penelitian ini
analisis yang digunakan dengan pengumpulan
data Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self
Esteem. Data diolah dalam bentuk distribusi
frekuensi dan dianalisis dalam bentuk data
presentase.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
antar variabel bebas dengan variabel terikat
menggunakann uji sperman rank. Dalam melakukan
analisis, khususnya ilmu statistik terapan
yang disesuikan dengan tujuan yang terapan
yang disesauikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis menggunakan program komputer. Dalam
penelitian inti data disajikan dalam bentuk
deskritif untuk menggambarkan keadaan subjek
penelitian, kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji sperman rank dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05, bila nilai ρ < 0,05 maka
hipotesis diterima dan apabila ρ > 0,05 maka
hipotesis gagal diterima.
52

Tabel nilai korelasi


Kekuatan korelasi Kriteria
0,00 – 0,149 Sangat lemah
0,200 – 0,399 Lemah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat

J. Etika penelitian
Pada penelitian ini menjunjung tinggi prinsip
etika penelitian yang merupakan standar etika dalam
melakukan penelitian. Masalah etika yang harus
diperhatikann dalam pssenelitian menurut Setiadi,
(2007) yaitu :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan
kepada responden yang akan diteliti yang akan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul
penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan
responden dapat ,mengerti maksud dan tujuan
peneliti. Bila subjek menolak maka peneliti tidak
memaksa tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa Nama (Anonymity)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek,
peneliti tidak mencantumkan nama subjek dalam
lembar pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi
lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasian (confidentiality)
53

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti,


hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan tentang hasil


penelitian yang mencakup gambaran lokasi penelitian
maupun data khusus peneltian serta pembahasan hasil
dari penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian


a. Profil
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum terletak
di wilayah Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar
dengan luas areal ± 10 hektar, berdiri di atas
lahan gambut dan jauh dari pemukiman penduduk.
Rumah Sakit ini berada 600 m dari Jl. Gubernur
Syarkawi Km 3,9. Jalan Gubernur Syarkawi
merupakan jalan lintas Kalimantan Selatan –
Kalimantan Tengah. Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum sebelumnya bernama Rumah Sakit Jiwa
Tamban, berlokasi di wilayah Kecamatan Tamban,
Kabupaten Barito Kuala. Tahun 2007, Rumah
Sakit direlokasi ke tempat baru dan namanya
diganti Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
b. Visi
Selangkah di depan
c. Misi

54
55

Menjadikan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum


sebagai pusat pendidikan dan pusat penelitian
dalam bidang kesehatan jiwa
d. Nilai organisasi RSJ Sambang Lihum
TaPeKeJu yaitu :
Tanggung jawab, Peduli, Kebersamaan dan Jujur
e. Slogan
Melayani dengan kepedulian
f. Tria Sambang Lihum
1) Citra : melalui promosi tepat guna
2) Kreasi dan Inovasi : melalui pelayanan
gangguan belajar, dan pusat pelayanan
kesehatan terintegrasi, galeri bina jiwa,
pusat pengobata mandiri.
3) Unggul : melalui layanan yang unggul dalam
hal medik, pelayanan dan administrasi.
g. Poliklinik NAPZA
 Poliklinik Napza dimana dalam pelayanannya
mencakup pelaksanaan asesmen wajib lapor,
pemeriksaan fisik dan mental pengguna
Napza/Surat Keterangan Bebas Narkoba
(SKBN), pemberian terapi medik/klinis,
konseling individu dan keluarga.
 Kepala Poliklinik Jiwa, Napza & Spesialis
Nor Hikmah, S.Kep., Ns
 Jam pelayanan :
Senin – Kamis, mulai jam 08.00-13.00 WITA
Jumat, mulai jam 08.00 – 11.00 WITA
Sabtu, mulai jam 08.00- 12.00 WITA
56

2. Gambaran umum responden


a. Karakteristik umum
1) Umur

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi berdasarkan umur
responden Poli Napza RSJ Sambang Lihum
tahun 2019
No. Umur Frekuensi Persen (%)
1. <20 6 20
2. 21-30 27 45
3. 31-40 11 18,4
4. 41-50 9 15,2
5. 51-60 1 1,7
Total 60 100,3
Sumber : data primer yang sudah di olah (2019)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas


mayoritas responden berumur 21-30 tahun
sebanyak 27 orang (45%), dan paling sedikit
responden berumur 51-60 tahun yaitu
sebanyak 1 orang (1,7%).
2) Pendidikan

Tabel 4.2
Ditribusi frekuensi berdasarkan pendidian
responden Poli Napza RSJ Sambang Lihum
tahun 2019

No. Pendidikan Frekuensi Persen (%)

1. SD 3 3,3
2. SMP 12 20,0
3. SMA 44 73,3
4. S1 1 3,3
Total 60 100
Sumber : data primer yang sudah di olah (2019)
57

Berdasarkan tabel 4.2 di atas


mayoritas responden yaitu berpendidikan SMA
sebanyak 44 orang (73,3%), dan responden
yang minoritas berpendidikan S1 sebanyak 1
orang (3,3%).
3) Pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan
responden Poli Napza RSJ Sambang Lihum
tahun 2019

No. Pekerjaan Frekuensi Persen (%)

1. PNS 2 3,3

2. Wirausaha 8 13,3

3. Wiraswasta 49 81,7

4. Lain-lain 1 1,7

Total 60 100
Sumber : data yang sudah di olah (2019)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas sebagian


besar responden bekerja sebagai wiraswasta
yaitu sebanyak 49 orang (81,7%), dan
minoritas responden bekerja sebagai lain-
lain yaitu 1 orang (1,7%).
58

3. Gambaran khusus responden


a. Analisa Univariat
1) Dukungan keluarga

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi berdasarkan
dukungan keluarga responden Poli Napza
RSJ Sambang Lihum tahun 2019

No. Dukungan keluarga Frekuensi Persen (%)

1. Mendukung 47 78,3

2. Tidak mendukung 13 21,7

Total 60 100,0
Sumber : data primer yang sudah di olah (2019)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas sebagian


besar rsponden memberikan dukungan keluarga
yaitu sebanyak 47 orang (78,3%), dan
minoritas responden tidak memberikan
dukungan keluarga yaitu sebanyak 13 orang
(21,7%).
2) Self Esteem
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi berdasarkan self
esteem responden Poli Napza RSJ Sambang
Lihum tahun 2019
No. Self esteem Frekuensi Persen (%)

1. Rendah 37 61,7

2. Sedang 23 38,3

Total 60 100,0
Sumber : data primer yang sudah di olah (2019)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas


mayoritas responden memiliki tingkat self
59

esteem yang rendah yaitu sebanyak 37 orang


(61%) dan minoritas responden memiliki
tingkat self esteem yang sedang sebanyak 23
orang (38,3%).

Tabel 4.7
Analisis Uji Statistik Spearman Rank hubungan
dukungan keluarga dengan self esteem pada
penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum tahun 2019
No. Dukungan self esteem Total Nilai Rho
keluarga p
Rendah Sedang
1. Mendukung 35 12 47
(58,3%) (20,0%) (78,3%) 0,001 0,47
2. Tidak 2 11 13
mendukung (3,3%) (18,3%) (21,7%)
Total 37 23 60
(61,6%) (38,3%) (100%)
P = 0,001 ρ < α (5%), correlation coefficient
(0,47)

Sumber : data primer yang sudah di olah (2019)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh


significancy 0,001 yang menunjukan bahwa
korelasi antara dukungan keluarga dengan self
esteem adalah ada hubungan. Nilai korelasi
spearman sebesar 0,47 menunjukan bahwa arah
korelasi positif dengan kekuatan korelasi
sangat lemah.

B. Pembahasan
Pada bagian pembahasan akan diulas mengenai
hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu untuk
60

mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan self


esteem pada penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin.
61

1. Identifkasi dukungan keluarga yang diberikan


responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
keluarga yang mendukung sebanyak 47 orang (78,3%)
dan yang tidak mendukung sebanyak 13 orang
(21,7%).
Rata rata responden memberikan dukungan
untuk keluarganya yang sebagai penyalahguna
narkoba dapat dilihat dari jawaban mereka saat
mereka menjawab kuesioner. Mereka memilih sangat
setuju bahwa keluarga mengajarkan kebaikan sejak
kecil dan keluarga selalu memahami apa yang
dirasakan setiap anggota keluarganya serta
keluarga selalu menerima pendapat dari salah satu
anggota keluarga.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,
berupa dukungan informasi, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional
(friedman 2010).
Seperti kita ketahui para penyalahguna
narkoba masing-masing memiliki penyebab mengapa
mereka bisa terjerumus salah satu penyebab yang
paling utama adalah dari masalah keluarga, pada
saat penyalahguna tersebut mencoba narkoba mereka
seperti mengalami kehilangan kehidupan itu karena
mereka kurang mendapatkan dukungan dari
keluarganya. Sumber dukungan yang paling penting
adalah dari orang tua dan keluarga, penyalahguna
narkoba akan tahu kepada siapa dirinya akan
mendapatkan dukungan keluarga sesuai dengan
62

situasi keinginan yang spesifik sehingga dukungan


mempunyai makna berarti bagi kedua belah pihak,
karena dukungan dari orang yang terdekat dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan,
terutama kesembuhan dari kecanduan narkoba.

2. Self esteem pada penyalahguna narkoba di poli


Napza RS Sambang Lihum Banjarmasin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari
60 responden 37 orang (61,7%) memiliki tingkat
self esteem yang rendah dan 23 (38,3%)orang
memiliki tingkat self esteem sedang.
Self esteem merupakan harga diri yang
menjadi penilaian tiap individu terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa sejauh mana
perilaku tersebut sesuai dengan yang diidealkan.
Harga diri adalah sebagai evaluasi positif yang
menyeluruh tentang dirinya, berdasarkan uraian di
atas harga diri merupakan penilaian individu
terhadap dirinya sendiri secara positif dan
negatif yang dipengaruhi oleh hasil interaksinya
dengan orang-orang yang penting di lingkungannya
serta dari sikap, penerimaan, penghargaan, dan
perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Banyaknya responden yang memiliki tingkat
self esteem yang rendah dapat menggambarkan bahwa
mereka tidak menerima dukungan dari keluarganya
dan mereka merasa hidup mereka tidak berguna dan
pada saat rehabilitasi mereka bisa mendapatkan
dan merasakan dukungan keluarga tersebut. Tingkat
self esteem responden yang rendah dapat dilihat
dari jawaban kuesioner yang telah diberikan oleh
63

peneliti rata-rata mereka merasa sebagai orang


yang gagal.
untuk dapat meningkatkan self esteem pada
responden tersebut adalah dengan adanya dukungan
keluarga, apabila dukungan keluarga berkurang
maka tingkat self esteem pun akan menurun (siswi
wijayanti 2019).

3. Hubungan dukungan keluarga dengan self esteem


pada penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa responden yang memberikan dukungan keluarga
47 orang (78,3%) dan reponden yang tidak
mendukung 13 orang (21,7%). Dapat dilihat juga
responden yang memiliki tingat self esteem yang
rendah sebanyak 37 orang (61,7%) sedangkan
responden yang memiliki tingkat self esteem yang
sedang sebanyak 23 orang (38,3%) responden.
Dari hasil uji statisik Chi-Square antara
hubungan dukungan keluarga dengan self esteem
pada penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum tahun 2019 diperoleh ρ = 0,000 <
0,05 maka dengan demikian dapat disimpulkan ada
hubungan dukungan keluarga dengan self esteem
pada penyalahguna narkoba di poli Napza RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin.
Dukungan keluarga yang kurang akan
menjadikan seseorang merasa dirinya tidak berguna
bagi keluarga maupun orang lain, dan mereka pun
tidak memiliki pendengar di saat mereka mempunyai
masalah ataupun keluh kesah sehingga mereka
64

memilih narkoba adalah sasaran yang tepat saat


mereka memiliki masalah. Karena mereka menganggap
narkoba dapat menyelesaikan masalahnya. Namun
pada saat dilakukan penelitian keluarga responden
rata-rata memberikan dukungan, dapat dilihat dari
jawaban kuesioner yang telah diberikan oleh
peneliti mereka memilih sangat setuju bahwa
keluarga mengajarkan kebaikan sejak kecil dan
keluarga selalu memahami apa yang dirasakan
setiap anggota keluarganya serta keluarga selalu
menerima pendapat dari salah satu anggota
keluarga.
Kenapa banyak responden memiliki tingkat
self esteem yang rendah karena sebelum mereka
mengkonsumsi narkoba mereka tidak menerima
dukungan keluarga dan setelah mereka terjerumus
hingga kehilangan self esteem mereka barulah
mereka mendapatkan dukungan keluarga untuk dapat
membangun tingkat self esteem mereka kembali.
Responden juga banyak menjawab setuju jika mereka
merasa dirinya cenderung gagal.
Untuk dapat meningkatkan tingkat self
esteem yang rendah pada responden diperlukan
dukungan keluaga agar dapat memberikan motivasi
responden untuk meninggalkan napza serta
mendukung kesembuhan responden.
Menurut jurnal psikologi dan kepribadian
Nuni Nurhidayati (2014), pentingnya dukungan
keluarga terhadap proses dan hasil setelah
rehabilitasi dapat meningkakan soberity. Soberity
adalah perasaan ketenangan jiwa pada saat tidak
65

mabuk atau menggunakan narkoba. Penyalahguna yang


dalam keadaan sober adalah seorang yang sudah
tidak menggunakan narkoba lagi walaupun satu
kali, seorang yang menghindari tempat yang
mencuriga-kan, seorang yang menghargai abstinen
(keadaan dimana ia tidak menggunakan narkoba),
seorang yang menguatkan keadaan sober tersebut
dengan menolong orang lain yang menggunakan
narkoba, dan seorang yang berpikiran untuk ikut
masuk dalam komunitas yang mendukung. Dari semua
aspek dukungan keluarga yang dibutuhkan, setiap
aspek memiliki peran tersendiri dalam
mempengaruhi self esteem penyalahguna narkoba.
Dukungan keluarga yang paling banyak diterima
oleh penyalahguna narkoba yang menjadi subjek
penelitian adalah dukungan emosional. Sedangkan,
dukungan penilaian menunjukkan angka paling
rendah. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
dukungan keluarga yang diterima oleh penyalahguna
narkoba dalam kategori sedang, dan tingkat self
esteem penyalahguna narkoba dalam kategori
sedang. Dengan ini penulis menjelaskan, bahwa
hasil koefisien korelasi yang rendah bisa
disebabkan karena hal tersebut.

C. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa
keterbatasan yaitu :
1. Proses pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Pengisian kuesioner harus dipandu oleh
peneliti agar hasil penelitian diharapkan sesuai
66

dengan jawaban responden, dan tidak melakukan


pengambilan data dengan metode yang lain seperti
observasi dan lain-lain.
2. Peneliti harus membacakan kuesioner pada
respondden yang tidak dapat melihat kuesioner
dengan jelas.
67

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari penelitian tentang hubungan dukungan
kelurga dengan self esteem pada penyalahguna narkoba
di poli Napza RSJ Sambang Lihum terhadap 60
responden dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan hasil peneltian diketahui sebagian


besar responden memberikan dukungan sebanyak
78,3% dan responden yang tidak mendukung
sebanyak 21,7%.

2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat


self esteem responden yang rendah sebanyak 61,7%
dan responden yang memiliki tingkat self esteem
sedang sebanyak 38,3%.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan self


esteem pada penyalahguna narkoba di poli Napza
RSJ Sambang Lihum dengan nilai ρ = 0,000 < 0,05.

B. Saran

1. Bagi penyalahguna narkoba


Hindari lagi pemakaian narkoba setelah masa
rehabilitasi dan perbanyak kegiatan yang berguna
dan positif dan jangan mudah terpengaruh oleh
obat-obatan terlarang serta selesaikan
permasalahan dengan cara bercerita kepada
keluarga dan meminta solusi.
68

2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum


Perlu dioptimalkan lagi untuk pengenalan serta
pencegahan narkoba dikalangan masyarakat
seperti penkes erta memberikan edukasi-edukasi
tentang narkoba.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian


Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Heath Books

Amriel, R.I. (2008). Psikologi kaum muda penyalahguna


narkoba. Jakarta: Salemba Humanika.

Azwar, S. (2012). Sikap manusia, teori dan


pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kalimantan Selatan.


(2018).

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-


esteem.San Francisco : Freeman and Company.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga :


Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang., 2009, Peran Keluarga Dalam Gangguan


Jiwa. Edisi 21, Jurnal Psikologi, Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat, Bandung.

John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1


Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo 2003. Perilaku


Organisasi, Terjemahan: Erly Suandy, Edisi Pertama,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

69
70

Natoadmojo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta Rineka Cipta.

Nikmarijal, & ifdil. (2014). Urgensi Peranan Keluarga


Bagi Perkembangan Self-Esteem Remaja. Jurnal Konseling
dan Pendidikan Volume 2 Nomor 2,1924.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian: pendekatan


praktis (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

Nurhidayati Nuni (2014). Jurnal psikologi dan


keprbadian dan sosial di akses tanggal 20 November 2018
file:///H:/ /jurnal/jurnal%203.pdf
L A M P I R A N

71
72

Lampiran 1.
73

Lampiran 2.
74

Lampiran 3.
Kuesioner
75

Lampiran 4.
Data Statistik (SPSS)
76

Lampiran 5.
Dokumentasi
77

Anda mungkin juga menyukai