Kak TB 2023
Kak TB 2023
I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan menimbulkan
masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun sosial, ekonomi, dan budaya.
Berdasarkan Global TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC
baru setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan
11 kematian/jam. Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena
dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang
aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol .
TBC adalah tantangan untuk pembangunan Indonesia karena 75 persen pasien TBC
adalah kelompok usia produktif, 15-54 tahun (Riskedas, 2018). Lebih dari 25 persen
pasien TBC dan 50 persen pasien TBC resistan obat beresiko kehilangan pekerjaan
mereka karena penyakit ini (Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan RI,
2019). Menurunnya produktivitas atau kehilangan pekerjaan akibat kecacatan,
pengeluaran biaya medis, dan biaya langsung non-medis seperti biaya transportasi dan
nutrisi berkontribusi pada beban ekonomi rumah tangga orang dengan TBC.
Kesulitan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh TBC
menimbulkan halangan akses terhadap diagnosis dan pengobatan, yang dapat
memperburuk hasil pengobatan serta meningkatkan risiko penularan infeksi di
masyarakat. Situasi ini tentu menghambat sejumlah tujuan pembangunan di bidang
kesehatan pada tingkat global, nasional, dan regional sesuai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs).
III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Program Penanggulangan tuberculosis adalah untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tubekulosis
B. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus program penanggulangan Tuberkulosis meliputi :
1. Tercapainya indikator dan target kinerja penanggulangn Tuberkulosis disertai
capaian dan analisinya
2. Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif dalam rangka penanggulngan
program TB sesuai dengan pedoman
3. Terciptanya koordinasi dan komunikasi program penanggulangan TB melalui
strategi DOTS (Directly Observed treatment, short course)
4. pemberian kekebalan; dan pemberian obat pencegahan. TB
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan penganggulangan TB baik manal maupun
elektronik.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Pelayanan pengguna layanan TB dilaksanakan melaui :
A. Pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari ;
1. Penemuan kasus TB secara aktif maupun pasif
2. Diagnosa dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes cepat molekuler,
microskopis.
3. Pengobatan TB sesuai standar
4. Perbaikan pengguna layanan TB dilakukan melalui pemeriksaan microskopis di
ahir bulan 2 (dua), ahir bulan 5 (lima) dan ahir pengobatan.
B. Pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan cara :
1. Penemuan kasus Tb secara aktif dan pasif
2. Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan merujuk terduga
untuk melakukan diagnosis jika diperlukan
3. Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium, follow up
bagi pengguna layanan TB RO
C. Pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
D. Pemberian edukasi tentang penularan , pencegahan penyakit TB dan etika batuk
kepada pengguna layanan dan keluarga.
E. Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO) bagi pengguna
layanan TB SO dan TB RO
F. Kewajiban melaporkan kasus TBC kepada program nasional Penanggulangan TBC
G. Mengikuti pemantapan mutu laboratorium miscroskopis TBC sesuai ketentuan
program TBC
H. Dilakukan upaya-upaya promotive dan preventif dalam rangka penenggulangan TB
sesuai dengan pedoman
I. Program pengendalian TB melalui staregi DOTS (Directly observed treatment, short
course)
J. Pengukuran terhadap indikator indikator kinerja yang telah ditetapkan