Peranan Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Umat
Peranan Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Umat
A. Pendahuluan
Agama mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan strategis,
utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam hidup dan kehidupan umat manusia.
Agama sebagai system nilai seharusnya dipahami, dihayati dan diamalkan oleh seluruh
pemeluknya dalam tatanan kehidupan setiap individu, keluarga dan masyarakat serta menjiwai
kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyuluh agama Islam sebagai
pelaksana kegiatan penyiaran agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Karena berbicara
masalah dakwah atau kepenyuluhan agama berarti berbicara masalah ummat dengan semua
problematika. Sebab banyak kasus dan dari banyak fakta dakwah, kita melihat tanda-tanda
betapa kemalahatan ummat (jamaah) tidak merupakan sesuatu yang obyektif atau dengan kata
lain belum mampu diwujudkan oleh pelaksana dakwah (Penyuluh).
Hal ini merupakan salah satu problematika dakwah dari sisi pelaksana dakwah
(da’I, muballigh, Penyuluh), dimana sebagian aktivitas dakwah belum mampu menterjemahkan
persoalan yang dihadapi umat secara rinci, untuk kemudian dicarikan jalan keluarnya dalam
konteks dakwah islam. Ungkapan ini tidak memperkecil peran para pelaksana dakwah, Sebab,
betapapun rendahnya kualitas keilmuan dan kemampuan penyampaian seorang da’I , muballigh,
ataupun penyuluh agama, umumnya umat Islam (obyek dakwah) menyadari bahwa ia (Da’I,
Muballigh atau Penyuluh Agama Islam) tetap merupakan figure sentral dari gerakan dakwah.
Da’i/penyuluh Agama Islam merupakan agent of change, juga sebagai leader atau pemimpin
bahkan sayyidul qaum. Dai/Penyuluh Agama Islam merupakan ungsur yang dominan dalam
pelaksanaan dakwah/kepenyuluah agama, bahkan lebih dari itu ia merupakan pemegang kunci
yang terpenting terhadap sukses atau tidaknya pelaksanaan dakwah/penyuluhan agama.
Sehingga penyuluh agama sebagai figure central kepenyuluhan harus mampu
merealisasikan kegiatan penyuluhan dalam masyarakat, dimanapun ia berada. Sebab tanpa
realisasi penyuluh agama/amar makruf nahi mungkar yang dilakukan oleh orang/umat dengan
kualitas terbaik (khaira ummatin), maka ummatan wahidatan menjadi tidak mungkin. Maka
dakwah/penyuluhan agama menjadi bagian esensial yang tidak mungkin terpisahkan dengan
ihtiar mewujudkan tatanan masyarakat yang ummatan wahidatan yang adil dalam ridha Allah
“baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur”.
“Dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw. Bersabda :
Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, harus merubah dengan tangannya, bila
tidak dapat dengan lidahnya (tegurannya) jika (dengan ini) tak sanggup maka dengan hatinya
dan yang demikian ini adalah usaha orang yang lemah imannya”.
Melaksanakan penyuluhan, yang mencakup amar makruf nahi mungkar,
yaitu mengajak segala perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan nahi mungkar
yaitu melarang segala perbuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah, adalah merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat, menurut kadar kemampuan serta bidang masing-
masing, agar umat manusia (masyarakat) mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah dan
meninggalkan larangannya.
Sedang Penyuluh Agama Islam yang berasal dari PNS merupakan bagian
dari pelaksana dakwah yang ditugasi oleh Kementerian Agama, untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan agama, yang aktivitasnya telah diatur oleh pejabat yang berwenang, sehingga
pelaksanaannya menjadi terarah dan terorganisir dengan baik.
b. Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan agama merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Bagi proses penyuluhan agama tujuan merupakan salah satu
factor yang penting dan sentral, yang member arah atau pedoman bagi langkah aktivitas
penyuluah.
Tujuan penyuluhan juga dapat digunakan sebagai dasar bagi penentuan
sasaran dan strategi atau kebijaksanaan penyuluhan, langkah-langkah oprasional, mengandung
luasnya skup aktivitas, serta ikut menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan methode
dan media yang digunakan.
Sedang tujuan penyuluhan agama pada umumnya adalah :
1. Tujuan hakiki, ialah menyeru kepada Allah swt (meningkatkan keimanan dan ketaqwaan).
2. Tujuan umum, ialah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
3. Tujuan khusus, ialah mengisi segi kehidupanitu dan member bimbingan bagi seluruh masyarakat
menurut keadaan dan persoalannya , sehingga Islam berintegrasi dengan seluru kehidupan
manusia.
4. Tujuan urgen, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam
masyarakat, yakni masalah-masalah yang menghalangi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
lahir dan batin.
5. Tujuan incidental, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi
sewaktu-waktu dalam masyarakat, terutama mengenai penyakit dan kepincangan dalam
masyarakat, misalnya penyuapan, pemerasan dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapat ketahui bahwa titik tuju dari penyuluahn adalah pada suatu nilai
akhir atau tujuan utama (mayor obyektive) yang ingin dicapai atau diperoleh, yaitu terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan diakhirat, di dalam naungan
mardhatillah. Sedang tujuan khususnya (minor obyektive), ialah nilai-nilai atau hasil-hasil dalam
setiap segi bidang kehidupan dan pembangunan, yang berintikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Akan tetapi tujuan diatas belum dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan
kegiatan penyuluhan secara oprasional, sebab masih sangat umum. Karenanya perlu dirumuskan
tujuan penyuluhan oprasional kegiatan penyuluhan, yang antara lain :
1. Sikap yang anti pati berubah menjadi simpati,
2. Sikap yang ragu berubah menjadi yakin.
3. Sikap yang mulai yakin berubah menjadi lebih yakin.
4. Tingkah laku yang malas dan acuh tak acuh berubah menjadi rajin dan antusias baik dalam
pelaksanaan ibadah, maupun dalam kegiatan mu’amalah lainnya.
5. Dari rasa keterpaksaan berubah menjadi kesadaran dan keinsyafan pribadi serta timbul rasa
memiliki.
6. Tingkah laku yang sudah rajin teratur meningkat secara kwalitatif (dari kwantita ke kwalita).
7. Memelihara sikap dan tingkah laku yang sudah dihasilkan sebelumnya agar tidak mundur
kembali (memelihara continueitas).
8. Sikap dari semula menerima penyuluahn berubah secara kwalitatif menjadi pemberi penyuluhan.
9. Dari pemberi penyuluhan meningkat menjadi penanggung jawab penyuluhan dan kelangsungan
penyuluahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penyuluhan ialah menyeru manusia agar beriman
dan bertaqwa kepada Allah swt dan secara oprasional adanya perubahan dari yang negative atau
pasif menjadi positif atau aktif, sehingga manusia mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
melaksanakan ajaran-ajaran Islam, sehingga terwujudnya suatu kepribadian yang utuh, keluarga
yang harmonis dan masyarakat yang aman dan damai lahir batin, adil dan makmur yang diridhoi
oleh Allah swt, yang akhirnya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
1. Materi Kurikulum.
a. Materi Aqidah Islamiyah.
Penyuluhan agama perlu memahami bahwa iman tidak dapat dilihat oleh indra, tetapi bisa
dilihat dari indikatornya yaitu amal, ilmu dan sabar. Iman dapat menebal dan menipis, tergantung
dari pembinaannya. Untuk itu penyuluh agama harus mengetahui materi dasar yang berkenaan
dengan materi aqidah Islamiyah.
b. Materi Syariah.
Penyuluh harus menyadari bahwa kehidupan manusia di dunia ini merupakan anugerah dari
Allah swt. Maka umat harus mendapatkan bimbingan sehingga didalam kehidupannya dapat
berbuat sesuai dengan bimbingan Allah swt. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah swt. Untuk itu materi dasar yang
harus dikuasai oleh penyuluh agama antara lain :
- Ibadah sebagai bagian dari syariah,
- Pengertian ibadah.
- Klasifikasi ibadah (khusus dan umum).
- Sumber-sumber syariah.
c. Materi ahklak
Penyuluh agama Islam harus memahami bahwa ahklak atau system perilaku ini terjadi
melalui suatu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya ahklak
itu harus terwujud. Sebab ahklak sebagai penyempurna keimanan dan keislaman seseorang.
Untuk itu materi yang harus dikuasai antara lain :
- Berbagai pengertian mengenai ahklak, ihsan dan etika.
- Penetrapan ahklak.
- Nilai dan norma dan sumbernya.
- Pengaruhnya terhadap tingkah laku.
d. Materi Al-Qur’an.
Penyuluh agama perlu mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah swt,
pedoman hidup dan kehidupan manusia, untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Rasulullah
menjamin hidup tidak akan tersesat, apalagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Untuk itu penyuluh agama harus mampu mengajarkannya seluruh ajaran agama Islam yang
bersumber Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2. Materi Pembangunan Lintas Sektoral.
a. Materi penunjang, yaitu seperti Pancasila, UUD 1945. Sebab penyuluh agama sebagai warga
Negara yang sedang membangun disegala bidang harus memiliki kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila (sebagai dasar Negara) dan UUD 1945 (sebagai landasan konstitusional). Penyuluh
agama harus mampu menjabarkan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
b. Usaha perbaikan gizi keluarga menurut Islam (UPGK Islam).
c. Motivasi dan penyuluhan Imunisasi melalui jalur agama Islam.
G. Sasaran Penyuluh Agama.
Dalam prakteknya, kegiatan keagamaan (baik pengajian, majelis taklim dan
sejenisnya), merupakan kegiatan pengajaran atau pendidikan agama Islam yang paling fleksibel
dan tidak terikat oleh waktu. Ia terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial dan jenis
kelamin, mulai anak-anak, remaja sampai dewasa. Waktu penyelenggaraannyapun bisa
dilakukan pada pagi hari, siang, sore ataupun malam. Tempat pengajarannya bisa dilakukan di
rumah, masjid, gedung dll. Selain itu, kegiatan keagamaan itu memiliki dua fungsi sekaligus,
yakni sebagai lembaga dakwah dan sebagai lembaga pendidikan non formal.
Adapun kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan antara lain :
1. Masyarakat Transmigrasi. 2. Lembaga Kemasyarakatan. 3. Generasi Muda. 4. Pramuka. 5.
Kelompok anak, orang tua, wanita. 6. Kelompok masyarakat Industri, masyarakat kota atau desa.
7. Kelompok profesi, inrehabilitasi. Rumah sakit dll.
Didalam pembinaan keagamaan perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat menunjang
keberhasilan pembinaan tersebut. Adapun macam-macam pembinaan yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Kegiatan pengajian rutin dengan materi ke-islaman secara menyeluruh yang dibagi kedalam sub-
sub tema kajian, seperti masalah syariah, aqidah, ahklak, baca tulis Al-Qur’an dan Hadits dll.
2. Kegiatan pengajian gabungan antara majelis taklim, dengan mendengarkan ceramah agama.
3. Kegiatan yang bersifat incidental, seperti peringatan Isro’ Mi’roj, halal bihalal dll.