Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PERCOBAAN III LEMAK (LIPID)

KELAS E
RUANGAN 18

Elvira Jecklin Febryana Purba 230111010171


Felicia Pangerapan 230111010172
Felix Gabriel Homenta Rampengan 230111010173
Florean Tabita Bovenia Supit 230111010174
Gabriella Christy Madoli 230111010175
Hikaru Faith Lordy Wullur 230111010176
Jesica Gabriela Sondakh 230111010177
Joseph Adiputra Pati 230111010178
Jovanka Giselle Aline Bajak 230111010179
Keysi Permata Monangin 230111010180
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui sifat-sifat lemak dan mempelajari reaksi penyabunan.
Dasar teori
Lipid (dari kata yunani Lipos). Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan
yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut
dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol, dan larut sempurna dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, aseton, serta pelarut nonpolar lainnya. Lipid adalah senyawa
organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar atau semi polar
seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan salah satu bagian dari lipid
disamping jenis yang lain, seperti prostaglandin, fosfolipid, terpenoid, steroid, dan lain-
lain (Keenan, 1991). Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triester gliserol.
Lemak dan minyak mempunyai struktur dasar yang sama, biasanya dibedakan
berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh tersebut bergantung pada panjangnya rantai
hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara atom karbon asam lemak penyusunnya.
Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair sedangkan lemak
berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak umumnya berasal dari hewan sedangkan
minyak umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak
wijen, dan lain-lain.
Asam-asam lemak dapat diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal
ini, asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai-panjang.
Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran-artinya, ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama (Riawan,
1990).
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karna jika dibiarkan kedua
larutan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan
membentuk emulsi yang stabil karna aasam lemak yang bebas dalam larutan lemak
bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan
sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya. Lemak/minyak dapat
terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja
biasadilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, Melalui
pemanasan dan mengghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali
disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam
karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai
alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk
ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan
gliserol suku tinggi(Yulianto, 2011).
Begitu banyak fungsi dari lemak itu sendiri, diantaranya adalah sebagai pembangun sel.
Lemak adalah bagian penting dari membran yang membungkus setiap sel di tubuh kita.
Tanpa membran sel yang sehat, bagian lain dari sel tidak dapat berfungsi:
1. Sumber energi. Lemak adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram
lemak menyediakan 9 kalori energi, sedangkan karbohodrat dan protein memberi 4
kalori.
2. Melindungi organ. Banyak organ vital seperti ginjal, jantung, dan usus dilindungi oleh
lemak dengan memberinya bantalan agar terhindar dari luka dan menahan agar tetap
pada tempatnya.
3. Pembangun hormon. Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi
tubuh, termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi
tubuh. Lemak mengatur produksi hormon seks pembangun otak. Lemak menyediakan
komponen penyusun tidak hanya bagi membran sel otak, tapi juga myelin, 'jaket' lemak
yang menyelimuti tiap serat syaraf, yang membuatnya mampu menghantar pesan dengan
lebih cepat (Yulianto, 2011).

Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula
mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar paling merata dalam
alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan
lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati;
minyak-minyak ini disebut poliunsaturat (polyunsaturates). Hidrolisis lemak dan minyak
akan menghasilkan asam karboksilat yang disebut asam lemak. Umumnya asam lemak
mempunyai rantai hidrokaron panjang dan tidak bercabang. Penyabunan adalah proses
hidrolisis lemak dengan alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan
menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak. Asam lemak ini dapat berupa asam
lemak jenuh seperti asam butirat, asam palmitat, dan lainlain, asam lemak tak jenuh
seperti asam oleat, asam linoleat, dan lain-lain, ataupun gabungan keduanya. Molekul-
molekul sabun terdiri dari rantai seperti hidrokarbon panjang dengan satu gugus yang
sangat polar pada satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik dan ujungnya yang
polar bersifat hidrofilik (Riawan, 1990).
Pencampuran air dengan sabun akan membentuk dispersi koloid. Larutan sabun ini
mengandung agregat dari molekul sabun yang disebut micelle. Ujung polar atau
hidrofilik membentuk permukaan micelle yang berhubungan dengan air. Sabun
mempunyai sifat sebagai berikut:
• Sabun dalam air akan terhidrolisis dan akan membentuk basa yang menyebabkan
sabun dalam air bersifat basa.
• Larutan sabun mempunyai daya merendahkan atau menurunkan tegangan muka
cairan sehingga menyebabkan terjadinya busa bila sabun dikocok.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari katasurface
active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul
surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau
lebih) dan suatu ujung hidrofilik (biasanya, namun tidak harus, ionik). Porsi hidrokarbon
dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif
(Linggih, 1986).
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau
unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh.
Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat.
Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga. Lemak dan minyak atau secara
kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara
umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk
cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan
lemak ini. Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak
memebentuk: Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak,
trigliserida dengan 3 asam lemak. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan
hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak
yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air (Nizam, 2012).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak
(asam karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan
lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter. Lemak
dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat
yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya
dalam pelarut organik (misalnya eter dan kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya
dalam pelarut air. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga
jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati
merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.
Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk
mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda
sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai (Nizam, 2012).
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil
yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat
melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat
padat yang tidak diinginkan. Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara
metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (distilasi uap),
tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan
ini adalah sokletasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa
senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga
pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau
padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut
yang diinginkan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut –
pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut
heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa
trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini
seringkali tidakmenghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang
diekstraksi. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini
lebih efisien, karena Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali. Waktu yang digunakan lebih efisien. Pelarut lebih sedikit
dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi. Pelarut tidak mengalami
perubahan yang spesifik.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan
dinyatakan dengan mg basa per 1gram minyak. Bilangan asam juga merupakan
parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis
pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka
dasar untuk kebanyakan bahan lipid. Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat sifatsifatnya, mereka mudah larut
dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air (Nizam, 2012). Lemak dan
minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan
minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentukcairpadasuhukamar.
Lemaktersusunoleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak
jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan-bahanyangtidaklarutdalamair (Panagan dkk,
2011).

Alat dan bahan

Alat
Alat yang digunakan: tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, penjepit, arloji dan
botol semprot.

Bahan
Bahan yang digunakan adalah minyak, busa sabun, NaCl 2M, NaOH 2M, akuadest,
H2SO4 encer, larutan Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%, indikator
penolptalein, KMnO4 encer, gliserol dan kristal KHSO4.
Prosedur Kerja
1. Uji Kelarutan
- Siapkan 7 tabung reaksi dan diisi masing-masing dengan aquades, H2SO4encer,
Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%.
- Tambahkan beberapa tetes minyak pada masing-masing tabung reaksi.
- Kocok dan diamati kelarutan minyak dalam masing-masing pelarut tersebut
2. Sifat Jenuh (ikatan rangkap) dari Minyak
- Larutkan 2 ml minyak dalam eter, dibagi menjadi 2 bagian.
- Bagian pertama, direaksikan dengan air brom, dikocok
- Bagian kedua, direaksikan dengan KMnO4 dan NaOH, dikocok
- Amati perubahan yang terjadi
3. Pembentukan acrolein
- Siapkan 2 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan gliserol dan minyak
- Tambahkan dengan kristal KHSO4, dipanaskan dengan hati-hati
- Amati bau yang muncul, manakah yang berbau merangsang
4. Penyabunan
- Masukkan 1 ml minyak kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 4 ml NaOH 2M
- Panaskan dalam penangas air bersuhu 80-1000C selama 30 menit
- Tambahkan 2 ml NaCl 2M, didinginkan sampai terbentuk gumpalan atau endapan,
dipisahkan lapisan airnya
- Ambil endapannya dan ditambahkan air sampai setengah tabung reaksi
- Tutup dan dikocok perlahan-lahan, diamati perubahan yang terjadi
5. Pembentukan Emulsi
- Siapkan 2 tabung reaksi, diisi dengan masing-masing 1 ml air dan larutan sabun
- Tambahkan beberapa tetes minyak, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit
- Amati apa yang terjadi
6. Hidrolisis sabun
- Masukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 1 ml sabun pekat dan sabun encer
- Tambahkan 5 tetes indikator pp, ditambahkan air sampai larutan tidak berwarna lagi
- Bandingkan jumlah air yang dipakai

Hasil

1. Uji Kelarutan

No Sampel Pelarut Kelarutan


.
1. Mentega Blue Aquadest Tidak terlarut
Band H2SO4 Tidak terlarut
Encer
Na2SO3 Tidak terlarut
1%
Alkohol Tidak terlarut
Kloroform Terlarut
Aseton Tidak terlarut
2. Minyak Aquadest Tidak terlarut
H2SO4 Tidak terlarut
Encer
Na2SO3 Tidak terlarut
1%
Alkohol Tidak terlarut
Kloroform Terlarut
Aseton Tidak larut

2. Pembentukan Emulsi

a. Pada Minyak

No. Sampel Awal Akhir


1. Minyak + Air tidak teremulsi
teremulsi
2. Minyak + Sabun teremulsi tidak
teremulsi
b. Pada Mentega Blue Band

No. Sampel Awal Akhir


1. Mentega Blue Band + tidak larut tidak larut
Air
2. Mentega Blue Band + larut larut
Sabun

3. Penyambunan
a. Minyak + 4 mL NaOH 2M (Panaskan 80°-100° selama 15 menit) Terbentuk 2 Fase + 2
mL NaCL 2M (dinginkan) Terbentuk endapan diatas (dipisahkan, endapan diambil) + Air
setengah tabung (tutup dan kocok) Terbentuk sabun dan ada buih.
b. Mentega Blue band + 4 mL NaOH 2M (Panaskan 80°-100° selama 15 menit)
Terbentuk 2 Fase + 2 mL NaCl 2M (dinginkan) Terbentuk endapan diatas (dipisahkan,
endapan diambil) + Air setengah tabung (tutup dan kocok) Terbentuk sabun dan ada
buih.

4. Hidrolisis Sabun

No. Sampel Sebelum (+) Air Sesudah


1. Sabun Pekat Warna 17. Tidak
Wings Hijau 5 ml ada
agak warna
pekat
2. Sabun Encer hijau 6 ml Tidak
Mama Lemon tidak ada
pekat warna

B. PEMBAHASAN
1. Uji Kelarutan
Dalam uji kelarutan yang dilakukan menentukan sejauh mana suatu zat dapat larut dalam
pelarut tertentu di berbagai sample. Dalam eksperimen ini, pengamatan terhadap
kelarutan minyak dalam berbagai pelarut memberikan wawasan mendalam tentang
bagaimana interaksi molekuler, sifat kimia minyak, dan sifat-sifat pelarut memengaruhi
kemampuan minyak untuk larut.

1. Aquades: Minyak biasanya tidak akan larut dalam air (aquades) karena minyak bersifat
hidrofobik (tidak suka air). Minyak akan membentuk lapisan terpisah di atas air.Air
(aquades) adalah pelarut polar, sementara minyak bersifat nonpolar. Oleh karena itu,
minyak tidak akan larut dalam air dan akan membentuk lapisan terpisah di atasnya.
Interaksi antara molekul air dan minyak yang tidak sejalan dengan sifat polaritas air
menyebabkan pemisahan ini.
2. H2SO4 Encer: Asam sulfat encer biasanya tidak akan melarutkan minyak dengan baik
karena sifat minyak yang tidak bersifat asam. Interaksi asam sulfat dan minyak tidak
memungkinkan minyak larut dalam pelarut.
3. Na2SO3 1%: Natrium sulfit 1% merupakan zat pelarut yang kurang polar dan tidak
umum digunakan untuk melarutkan minyak. Minyak cenderung tidak larut dalam
natrium sulfit 1% dan akan membentuk lapisan terpisah.
4. Alkohol 70%: Minyak cenderung lebih larut dalam alkohol daripada dalam air. Dalam
alkohol 70%, minyak mungkin akan sedikit larut dan membentuk campuran yang lebih
homogen. Ini terlihat dari adanya campuran yang lebih homogen dibandingkan dengan
air atau natrium sulfit. Ini terlihat dari adanya campuran yang lebih homogen
dibandingkan dengan air atau natrium sulfit.
5. Kloroform: Kloroform adalah pelarut yang sangat nonpolar dan sering digunakan untuk
melarutkan minyak. Minyak biasanya akan larut dengan baik dalam kloroform dan
membentuk larutan homogen.
6. Etanol 90%: Etanol adalah pelarut polar sedang. Etanol adalah pelarut polar sedang, jadi
larutan mungkin sedikit lebih homogen dibandingkan dengan air atau natrium sulfit.
Minyak mungkin akan sedikit larut dalam etanol 90%, tetapi kemungkinan akan
membentuk lapisan terpisah.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelarutan minyak sangat dipengaruhi oleh
polaritas minyak dan pelarut yang digunakan. Minyak lebih cenderung larut dalam
pelarut yang kurang polar atau nonpolar seperti kloroform, sementara tidak larut dalam
pelarut yang sangat polar seperti air atau asam sulfat encer.

2. Pembentukan Emulsi
Pembentukan emulsi adalah suatu proses di mana dua zat yang biasanya tidak
bercampur, seperti minyak dan air, dapat dicampur menjadi satu fase yang homogen.
Sabun sering digunakan untuk memfasilitasi pembentukan emulsi, dan eksperimen ini
bertujuan untuk mengamati dan menjelaskan bagaimana campuran air, sabun, dan
minyak menghasilkan emulsi.
1. Hanya Air dan Minyak Minyak akan tetap berada dalam bentuk tetesan-tetesan kecil
yang terpisah dari air. Ini disebabkan oleh sifat nonpolar minyak yang tidak bersifat polar
seperti air. Kedua zat ini biasanya tidak akan bercampur dan minyak akan cenderung
mengapung di atas air.
2. Air, Sabun, dan Minyak Setelah pengocokan, campuran air, sabun, dan minyak akan
membentuk emulsi. Emulsi adalah campuran stabil dari minyak dalam air (atau
sebaliknya) yang memungkinkan partikel minyak tersebar merata dalam larutan air.
Sabun berperan sebagai agen emulsifikasi yang mengurangi tegangan permukaan antara
minyak dan air. Ini memungkinkan minyak untuk bercampur dengan air dalam bentuk
tetesan yang sangat kecil. Karena sabun dapat membentuk lapisan di sekitar tetesan
minyak, itu juga mencegah tetesan minyak untuk berkumpul dan bergabung kembali
menjadi satu fase besar minyak. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa campuran air,
sabun, dan minyak dapat membentuk emulsi, di mana minyak tersebar merata dalam air.
Hal ini memungkinkan untuk menciptakan campuran homogen antara dua fase yang
biasanya tidak bercampur, seperti minyak dan air. Penggunaan sabun dalam eksperimen
ini adalah kunci untuk menciptakan emulsi dan menjadikannya stabil.

3. Penyabunan
Penyabunan atau saponifikasi adalah reaksi kimia yang melibatkan minyak atau lemak
dengan natrium hidroksida (NaOH) untuk menghasilkan senyawa yang disebut sabun
dan gliserol. Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati dan menjelaskan bagaimana
reaksi ini terjadi dan apa yang terjadi selama prosesnya

Reaksi Awal dengan NaOH (Saponifikasi):


Pada langkah pertama, minyak (atau mentega Blue band) bereaksi dengan larutan NaOH
2M dalam proses yang disebut saponifikasi atau penyabunan. Dalam reaksi ini, ikatan
ester dalam minyak (atau lemak) terpotong oleh NaOH, menghasilkan senyawa sabun
(natrium oleat) dan gliserol.

Terbentuknya Dua Fase:


Setelah penyabunan, campuran akan terbagi menjadi dua fase yang berbeda. Fase atas
biasanya berisi sabun yang terbentuk, sementara fase bawah berisi air dan gliserol yang
tersisa.

Penambahan NaCl (Pelepasan Sabun):


NaCl 2M ditambahkan ke dalam campuran untuk membantu memisahkan sabun dari fase
air. Reaksi ini menghasilkan presipitat atau endapan sabun yang terbentuk di atas fase air.

Pemisahan Endapan:
Endapan sabun yang terbentuk di atas fase air dipisahkan dan diambil. Pemisahan
Endapan: Endapan sabun yang terbentuk di atas fase air dipisahkan dan diambil.

Pengembunan Sabun dengan Air:


Endapan sabun kemudian dicampur dengan air setengah tabung reaksi. Dengan
mengocok campuran ini, sabun akan membentuk larutan sabun dalam air, yang ditandai
dengan munculnya buih.

4. Hidrolisis Sabun
Hidrolisis adalah reaksi kimia di mana molekul suatu zat dipisahkan menjadi dua atau
lebih zat baru melalui reaksi dengan air. Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati dan
membandingkan reaksi hidrolisis pada sabun pekat dan sabun encer serta pengaruhnya
terhadap jumlah air yang digunakan.

Sabun Pekat:
Sabun pekat mungkin akan mengalami hidrolisis lebih sedikit dibandingkan dengan
sabun encer.Ini karena sabun pekat mengandung lebih banyak senyawa sabun dalam
konsentrasi tinggi. Jadi, jumlah air yang diperlukan untuk menghasilkan larutan tidak
berwarna mungkin lebih sedikit.

Sabun Encer:
Sabun encer mungkin akan mengalami hidrolisis lebih banyak. Karena sabun encer
memiliki konsentrasi senyawa sabun yang lebih rendah, ia mungkin memerlukan lebih
banyak air untuk menghasilkan larutan tidak berwarna. Ini karena hidrolisis akan
memecah senyawa sabun menjadi asam lemak dan garamnya, yang kemungkinan akan
membutuhkan air lebih banyak untuk mengencerkan produk-produk hidrolisis.

KESIMPULAN

Uji Kelarutan Minyak: Kelarutan minyak dalam berbagai pelarut memberikan wawasan
tentang sifat kimia minyak dan pelarut. Ini terkait dengan polaritas molekul-molekul
dalam minyak dan pelarut. Minyak, yang nonpolar, cenderung larut dalam pelarut
nonpolar seperti kloroform, sementara tidak larut dalam pelarut polar seperti air. Hal ini
mungkin berkaitan dengan interaksi antara interaksi antara gaya London dan polaritas
molekul. Pembentukan Emulsi: Emulsi adalah hasil dari campuran antara air, sabun, dan
minyak. Sabun berperan sebagai agen emulsifikasi yang mengurangi tegangan
permukaan antara air dan minyak. Ini memungkinkan minyak yang sebelumnya tidak
larut dalam air untuk membentuk tetesan yang sangat kecil, yang mendistribusikan
minyak merata dalam larutan air. Pembentukan emulsi merupakan contoh penting dari
bagaimana sabun memfasilitasi campuran dua fase yang biasanya tidak bercampur,
seperti minyak dan air. Penyabunan (Saponifikasi): Proses penyabunan melibatkan reaksi
minyak dengan natrium hidroksida (NaOH) yang menghasilkan sabun dan gliserol. Ini
adalah reaksi kimia yang penting dalam pembuatan sabun. Selama reaksi ini, ikatan ester
dalam minyak terpotong, menghasilkan senyawa sabun (natrium oleat) dan gliserol. Ini
mengubah minyak yang semula tidak larut dalam air menjadi senyawa yang larut dalam
air. Hidrolisis Sabun: Hidrolisis sabun adalah reaksi yang mengembalikan sabun ke
bentuk aslinya, yaitu asam lemak dan garamnya, melalui reaksi dengan air. Ini adalah
contoh reaksi hidrolisis, di mana molekul-molekul sabun dipisahkan menjadi
komponenkomponen yang lebih sederhana. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa
sabun pekat mungkin memerlukan lebih sedikit air daripada sabun encer untuk
mengembalikannya ke bentuk aslinya. Kesimpulannya, eksperimen-eksperimen ini
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sifat, reaksi kimia, dan interaksi
molekuler yang terkait dengan lemak (lipid), khususnya minyak dan sabun. Ini memiliki
implikasi penting dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari, termasuk produksi sabun
dan pemahaman akan campuran dan larutan yang melibatkan minyak dan air.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P., & Jones, L. (2009). Chemical Principles: The Quest for Insight (5th ed.). W.
H. Freeman.
Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry (5th ed.). W. H.
Freeman. Fessenden, RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai