Pengertian Ketidakadilan Sosial, Prinsip, Faktor, Bentuk, Dan Contohnya
Pengertian Ketidakadilan Sosial, Prinsip, Faktor, Bentuk, Dan Contohnya
PEMBAHASAN
Apabila mengacu pada ketentuan UU no. 39 tahun 1999, maka dapat dirumuskan
kesimpulan pertama, negara dan jajarannya harus berlaku adil. Kedua, warga negara berhak
atas perlakuan adil. Ketiga, perlakuan adil dipraktikkan dengan memberi jaminan kepastian
hukum, kesamaan dalam perlindungan dan perlindungan hukum, kesempatan membela diri,
dan kebebasan memilih pekerjaan sesuai martabat kemanusiaan dengan syarat
ketenagakerjaan yang adil.
B. Prinsip Ketidakadilan
1. Elitisme Efisien, merupakan paham yang menempatkan suatu individu atau
kelompok yang memiliki predikat atau status sosial yang lebih tinggi dari
individu atau kelompok yang lainnya.
2. Pengecualian Diperlukan, adanya pengeculian di berbagai lapisan masyarakat
3. Prasangka adalah Wajar, berprasangka baik atau buruk, benar atau salah, adalah hal
yang wajar. Hal tersebut dapat menimbulkan fitnah.
4. Keserakahan adalah Baik, hal ini dilakukan oleh individu maupun kelompok
tanpa memikirkan orang lain.
5. Putus Asa Tidak Bisa Dihindari, kita tidak diberikan hak untuk berputus asa,
atau berhenti melakukan suatu pekerjaan. “mereka” akan selalu menuntut
kita untuk terus bekerja.
D. Bentuk Ketidakadilan
Ada beberapa bentuk ketidakadilan. Diantaranya adalah streotip, marginalisasi,
subordinasi, dan dominasi.
1. Stereotip
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseprang
berdasarkan kategori kelompoknya. Stereotip merupakan salah satu bentuk
prasangka antar ras berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan
tampilan komunikasi verbal maupun nonverbal. Stereotip menunjukkan perbedaan
kategori “kami” dengan “mereka”. Kami selalu dikaitkan dengan superioritas
kelompok in group dan mereka sebagai kelompok yang inferior atau kelompok
outgroup. Anggota in group biasanya cenderung menyenangkan kelompok sendiri,
dan sebaliknya cenderung mengevaluasi orang lain berdasarkan cara pandang
kelompok “kami”. Menurut WG. Summer istilah in group mengacu pada kelompok-
kelompok sosial yang dengannya individu mengidentifikasi dirinya, sedangkan out
group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in group.
Sikap-sikap in group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Peningkatan harga
diri dinikmati oleh anggota in group bisa datang dengan mengorbankan orang luar.
Sementara itu sikap-sikap terhadap out group terkadang ditandai dengan
antagonisme atau antipati. Stereotip dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.
2. Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu
dengan lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga
sosial ekonomi lainnya. perbedaan antara populasi dan kelompok, seperti etnis, ras,
agama, budaya, bahasa, adat istiadat, penampilan, dan afiliasi, memungkinkan
populasi dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Bisanya semakin
besar perbedaan antara kelompok-kelompok itu, semakin mudah bagi penduduk
yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Marginalisasi orang
selalu melinatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk melaksanakan
beberapa tingkat kontrol dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang
terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marginal sering dikecualikan dari
layanan, program, dan kebijakan.
3. Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan adalah pembedaan perlakukan terhadap identitas
sosial tertentu. Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok
minoritas. Menurut Louis Wirth, kelompok minoritas secara eksplisit dibedakan
dengan kelompok mayoritas. Anggota kelompok mayoritas dan anggota kelompok
minoritas diperlakukan secara tidak seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan.
Mereka menguasai sumber daya sehingga selalu merasa dapat bertindak secara tidak
adil, menguasai, dan mempunyai martabat lebih tinggi daripada yang lain.
Sementara itu, kelompok minoritas adalah kelompok yang kurang beruntung karena
mereka secara fisik maupun kultural merupakan subjek yang diperlakukan tidak
seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada mereka.
4. Dominasi
Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau
kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial di mana
beberapa orang atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas
mereka. Ada berbagai bentuk dominasi. Di antaranya adalah perbudakan, rezim
diskriminasi sistematis terhadap kelompok minoritas, rezim politik kolonial,
despotisme, totalitarianisme, kapitalisme, dan feodalisme. Semuanya ini sangat
potensial merugikan segmen yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif. Hal ini terlibat dari berlangsungnya eksploitasi, kekerasan, dan
diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif secara struktural dan sistemik dalam berbagai bidang.