Anda di halaman 1dari 6

BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketidakadilan Sosial


Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata
adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang .
Sedangkan menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam
tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :
1) Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan
tidak sama yang tidak sama
2) Keadilan komutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya
digunakan dalam hal hukum bisnis
3) Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya
digunakan dalam perkara gugatan ganti kerugian.
Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di
pengadilan dimana fokusnya adalah pelaku
2) Keadilan restoratif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses penyelesaian
sengketa non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada
kepentingan
“victims” (korban).
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia.
Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan
perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali (Syaharuddin et al., 2021).
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan
bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan
atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan
tuntutan hukum. Ini jelas merupakan sebuah ketidak adilan (Abbas, Rusmania, Rival,
et al., 2021).
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka
pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa
seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan
tindakanpencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan
seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat
berkeliaran dengan bebasnya (Aslamiah et al., 2021; Syaharuddin et al., 2022).
Sebagai salah satu contoh lagi ketidak adilan di negara ini adalah budaya
hakim sendiri. Budaya tersebut dilakukan bila terjadi tindakan kejahatan dan
menangkap basah pelaku kejahatan tersebut. Pelaku kejahatan biasanya akan babak-
belur atau bahkan meninggal jika polisi tidak langsung menanganinya langsung.
Budaya tersebut sebaiknya tidak dilakukan oleh masyarakat, seharusnya masyarakat
menyerahkan pelaku kejahatan kepada aparat hukum dan membiarkan aparat hukum
yang menindak langsung terhadap tindak kejahatan.

Ketidakadilan adalah perlakuan yang tidak sama terhadap seseorang di dalam


kehidupan masyarakat. ketidakadilan sosial tampak pada pembedaan perlakukan
terhadap berbagai lapisan sosial dalam masyarakat. Ketidakadilan umumnya
menyangkut masalah pembagian sesuatu terhadap hak seseorang atau kelompok yang
dilakukan secara tidak proporsional.
Ketidakadilan merupakan tindakan yang sewenang‐wenang. Ketidakadilan
merupakan tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang telah dikaruniakan
oleh Tuhan. Biasanya ketidakadilan ini muncul dikarenakan adanya hal yang tidak
sesuai dengan kenyataannya, misalnya tidak samanya dari hukum yang berlaku dengan
peraturan yang berlaku di masyarakat.
Terkadang hukuman yang sudah ditetapkan berbeda dengan peraturan yang ada
di masyarakat, tentu saja hal ini bisa menimbulkan sebuah ketidakadilan sosial.
Realitas ketidakadilan tentunya bertentangan dengan UU no. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia:
1. Pasal 2 NKRI mengakui dan menjunjung tinggi HAM dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak dapat dipisahkan dari
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.
2. Pasal 3 ayat (2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
pengakuan hukum yang adil, serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang
sama di depan hukum.
3. Pasal 5 ayat (2) Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan
yang adil dari pengadilan yang objektif & tidak sepihak

Apabila mengacu pada ketentuan UU no. 39 tahun 1999, maka dapat dirumuskan
kesimpulan pertama, negara dan jajarannya harus berlaku adil. Kedua, warga negara berhak
atas perlakuan adil. Ketiga, perlakuan adil dipraktikkan dengan memberi jaminan kepastian
hukum, kesamaan dalam perlindungan dan perlindungan hukum, kesempatan membela diri,
dan kebebasan memilih pekerjaan sesuai martabat kemanusiaan dengan syarat
ketenagakerjaan yang adil.

B. Prinsip Ketidakadilan
1. Elitisme Efisien, merupakan paham yang menempatkan suatu individu atau
kelompok yang memiliki predikat atau status sosial yang lebih tinggi dari
individu atau kelompok yang lainnya.
2. Pengecualian Diperlukan, adanya pengeculian di berbagai lapisan masyarakat
3. Prasangka adalah Wajar, berprasangka baik atau buruk, benar atau salah, adalah hal
yang wajar. Hal tersebut dapat menimbulkan fitnah.
4. Keserakahan adalah Baik, hal ini dilakukan oleh individu maupun kelompok
tanpa memikirkan orang lain.
5. Putus Asa Tidak Bisa Dihindari, kita tidak diberikan hak untuk berputus asa,
atau berhenti melakukan suatu pekerjaan. “mereka” akan selalu menuntut
kita untuk terus bekerja.

C. Faktor Penyebab Ketidakadilan


1. Faktor Internal
a. Keadaan psikologis para pelaku
b. Sifat egois
c. Sifat Individualisme
d. Tidak memiliki empati dan kemanusiaan
e. Adanya diskriminasi dari orang yang ada dalam kehidupan kesehariannya
2. Faktor Eksternal
a. Kesenjangan ekonomi
b. Struktur sosial dan politik
c. Kurang berfungsinya lembaga‐lembaga penegak hukum
d. Adanya pihak yang membantu ketidakadilan
e. Penggunaan teknologi yang salah

D. Bentuk Ketidakadilan
Ada beberapa bentuk ketidakadilan. Diantaranya adalah streotip, marginalisasi,
subordinasi, dan dominasi.
1. Stereotip
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseprang
berdasarkan kategori kelompoknya. Stereotip merupakan salah satu bentuk
prasangka antar ras berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan
tampilan komunikasi verbal maupun nonverbal. Stereotip menunjukkan perbedaan
kategori “kami” dengan “mereka”. Kami selalu dikaitkan dengan superioritas
kelompok in group dan mereka sebagai kelompok yang inferior atau kelompok
outgroup. Anggota in group biasanya cenderung menyenangkan kelompok sendiri,
dan sebaliknya cenderung mengevaluasi orang lain berdasarkan cara pandang
kelompok “kami”. Menurut WG. Summer istilah in group mengacu pada kelompok-
kelompok sosial yang dengannya individu mengidentifikasi dirinya, sedangkan out
group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in group.
Sikap-sikap in group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Peningkatan harga
diri dinikmati oleh anggota in group bisa datang dengan mengorbankan orang luar.
Sementara itu sikap-sikap terhadap out group terkadang ditandai dengan
antagonisme atau antipati. Stereotip dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.

2. Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu
dengan lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga
sosial ekonomi lainnya. perbedaan antara populasi dan kelompok, seperti etnis, ras,
agama, budaya, bahasa, adat istiadat, penampilan, dan afiliasi, memungkinkan
populasi dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Bisanya semakin
besar perbedaan antara kelompok-kelompok itu, semakin mudah bagi penduduk
yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Marginalisasi orang
selalu melinatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk melaksanakan
beberapa tingkat kontrol dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang
terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marginal sering dikecualikan dari
layanan, program, dan kebijakan.

3. Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan adalah pembedaan perlakukan terhadap identitas
sosial tertentu. Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok
minoritas. Menurut Louis Wirth, kelompok minoritas secara eksplisit dibedakan
dengan kelompok mayoritas. Anggota kelompok mayoritas dan anggota kelompok
minoritas diperlakukan secara tidak seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan.
Mereka menguasai sumber daya sehingga selalu merasa dapat bertindak secara tidak
adil, menguasai, dan mempunyai martabat lebih tinggi daripada yang lain.
Sementara itu, kelompok minoritas adalah kelompok yang kurang beruntung karena
mereka secara fisik maupun kultural merupakan subjek yang diperlakukan tidak
seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada mereka.

4. Dominasi
Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau
kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial di mana
beberapa orang atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas
mereka. Ada berbagai bentuk dominasi. Di antaranya adalah perbudakan, rezim
diskriminasi sistematis terhadap kelompok minoritas, rezim politik kolonial,
despotisme, totalitarianisme, kapitalisme, dan feodalisme. Semuanya ini sangat
potensial merugikan segmen yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif. Hal ini terlibat dari berlangsungnya eksploitasi, kekerasan, dan
diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif secara struktural dan sistemik dalam berbagai bidang.

E. Contoh dari Ketidakadilan Sosial


Ketidakadilan muncul kapan saja ketika ada konflik yang muncul, biasanya
bentuk dari ketidakadilan ini lebih memberikan hal yang rugi kepada orang yang
sedang mengalami masalah tersebut. Seperti halnya seorang pencuri sandal yang
melakukan sebuah tindakan mencuri, lalu pencuri tersebut ketahuan sehingga
dijatuhkan hukuman yang sangat besar semisal dihukum dengan hukuman 5 tahun
penjara.
Namun berbeda dengan seseorang yang melakukan sebuah korupsi, dirinya
melakukan korupsi namun ketika ketahuan dirinya hanya mendapat hukuman 2
tahun ketidakadilan yang cukup jelas, bagaimana hukuman mencuri sandal lebih
berat dari hukuman melakukan korupsi. Dengan adanya ketidakadilan ini
menimbulkan konflik yang cukup besar di dalam masyarakat yang mengetahuinya.

Beberapa Ketidakadilan di Indonesia


1. Masih banyak warga masyarakat yang belum memeroleh hak untuk sejahtera
2. Sebagian buruh harus bekerja dalam kondisi yang tidak layak dan menerima
upah tidak sesuai ketentuan.
3. Kesamaan perlakuan hukum yang belum menjadi kenyataan
4. Oknum pejabat yang melakukan tindak kejahatan dapat menghindari hukuman
5. Adanya kesewenang‐wenangan oknum pejabat

Anda mungkin juga menyukai