Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GARUDA
Jalan Dadali Nomor 81 Bandung 40184
Telp. (022) 6013885 Fax (022) 6013885
Email: uptgaruda@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS GARUDA


NOMOR : /014-PKM GRD/SK/I/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KOMPLAIN DI UPTD


PUSKESMAS GARUDA

KEPALA UPTD PUSKESMAS GARUDA,

Menimbang : a. bahwa Puskesmas sebagai salah satu sarana


pelayanan kesehatan tingkat pertama kepada
masyarakat harus memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai kebutuhan pelanggan;
b. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di Puskesmas perlu dibentuk
pelayanan Manajemen Komplain, berupa menerima,
memproses, merespon dan melaporkan keluhan yang
dapat dijadikan sebagai informasi untuk memperbaiki
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
puskesmas;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan Kebijakan
Pelaksanaan Manajemen Komplain di UPTD
Puskesmas Garuda;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun
2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
4. Keputusan Menteri Negara Pandayagunaan Apartatur
Negara RI Nomor PER/25/M.PAN/05/2006 Tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik
5. Peraturan Walikota Bandung Nomor 160 Tahun 2017
tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan
Fungsi, Susunan Organisasi serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas dan Badan di
Lingkungan Pemerintah Kota Bandung ;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEBIJAKAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KOMPLAIN


DI UPTD PUSKESMAS GARUDA.
KESATU : Mencabut Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Garuda Nomor
KEDUA : Membentuk Tim Manajemen Komplain UPTD Puskesmas
Garuda.
KETIGA : Kebijakan Pelaksanaan Manajemen Komplain di UPTD
Puskesmas Garuda sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
KELIMA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapannya, maka akan dilakukan perubahan
dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 18 Januari 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS GARUDA,

dr. Nitta Kurniati S


Pembina, IV/a
NIP. 19720428 200604 2 009
LAMPIRAN I : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Garuda
Nomor :
Tanggal : 18 Januari 2022
Tentang : Kebijakan Pelaksanaan Manajemen Komplain
di UPTD Puskesmas Garuda

KEBIJAKAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KOMPLAIN DI UPTD PUSKESMAS


GARUDA

A. KEBIJAKAN ORGANISASI MANAJEMEN KOMPLAIN DI PUSKESMAS


1. Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Komplain Puskesmas
sesuai dengan SK Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi
dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajemen
Komplain Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim Manajemen Komplain merupakan unit kerja non struktural di bawah
Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari ketua, dan anggota.
3. Anggota Tim Manajemen Komplain terdiri dari .
4. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN dalam menyusun regulasi, wajib mengacu
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan
Manajemen Komplain
6. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN mengadakan rapat tiap bulan untuk
mengevaluasi hasil surveillance, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN harus melaporkan hasil rapat
bulanan kepada PJ Mutu, Kepala Puskesmas, managemen, staf medis,
staf penunjang medis dan umum.
8. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN harus mengevaluasi kembali tindak lanjut
yang telah dilakukan pada bulan berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran
MANAJEMEN KOMPLAIN.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


PUSKESMAS GARUDA
1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
3. Pencegahan Infeksi Pada Pemasangan Alat Kesehatan
4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik
5. Surveilans
C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, setiap
petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua
lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam pelayanan di
Puskesmas yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), pemrosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah,
perlindungan kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi
(etika batuk), dan praktek menyuntik yang aman. Pelaksanaan
kewaspadaan standar ditujukan kepada semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko
penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle
(makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas Garuda selengkapnya
diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala Puskesmas
Garuda.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a) Semua karyawan Puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga
kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air
bersih dan sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol.
b) Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah
melakukan tindakan invasif yang berhubungan cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien.
c) Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan
handrub cairan antiseptic berbasis alcohol.
d) Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-
60 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e) Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan
dengan benar 6 langkah selama 20-30 detik, dengan prosedur yang
sesuai dengan rekomendasi WHO.
f) Tim MANAJEMEN KOMPLAIN melakukan evaluasi kepatuhan cuci
tangan melalui survey terhadap seluruh petugas Puskesmas setiap
bulan.
g) Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum
memenuhi standard dilakukan sosialisasi/training ulang
kebersihan tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a) Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai
pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan
petugas kesehatan.
b) Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan
prosedur yang benar.
c) Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus
memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d) Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata
(goggles plastic bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan
visor), topi, gaun pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet
atau sepatu kulit tertutup).
e) Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f) Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat limbah
infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang
akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah
a) Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya
dengan cara pengelolaan limbah yang tepat.
b) Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai
jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan
a) Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di Puskesmas Garuda
b) Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi
permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi
udara yang baik.

5. Perlindungan Kesehatan karyawan


a) Staf Puskesmas Garuda diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
MANAJEMEN KOMPLAIN yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b) Staf yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska
pajanan, kemudian Tim MANAJEMEN KOMPLAIN menindaklanjuti dan
mengevaluasi.
c) Staf Puskesmas yang merawat pasien menular melalui udara harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran,
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai
prosedur bila terpajan. Staf yang tidak terlibat langsung dengan
pasien harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

6. Praktek menyuntik yang aman


a) Semua petugas tenaga kesehatan Puskesmas Garuda wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b) Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai,
pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan
injeksi dan terapi.
c) Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali
pakai karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil
obat dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba
yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)


a) Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
b) Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin :
Tutup hidung dan mulut menggunakan lengan atas bagian dalam/
gunkan masker, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan
kebersihan tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien


a) Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk
mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung
tangan bedah, dan barang- barang habis pakai lainnya adalah
(precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b) Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (sebagai
contoh menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi,
tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan perendaman
dengan memakai detergen atau larutan enzymatic sampai seluruh
permukaan alat terendam.
c) Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses
ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.
d) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek,
dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
e) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati
dengan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan
kimiawi, atau radiasi.
f) Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai
prosedur.

9. Penatalaksanaan linen
a) Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang
benar.
b) Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada
pakaian atau lingkungan.
c) Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong/wadah yang tidak rusak saat dingkut.
d) Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan

10. Penempatan pasien


a) Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk
melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit menular
dan melindungi pasien yang immunosuppressed dari infeksi.
b) Pasien immunosupresi ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan
pasien infeksius.
c) Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun
melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan)
untuk mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.
d) Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan secara
berdekatan).
e) Penunggu Puskesmas wajib menggunakan masker.
f) Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non
infeksius.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin
kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan
epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan dengan
jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan
pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal
transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat
masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak
dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang
pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan diare
pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
1) Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1
pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama.
Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar
TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak
perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi
dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Petugas menggunakan masker. Masker melindungi hidung dan
mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi
saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh.

3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ;
tekanan negative, pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara
mengalir ke ruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu
ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang
sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan
jarak >1 meter. Konsultasikan dengan Tim MANAJEMEN KOMPLAIN
Puskesmas sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi
dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila
perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk
cegah menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%)
saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Bila terpaksa
harus masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk
pencegahan.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka
APD yang digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan sarung
tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
”Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA


MANAJEMEN KOMPLAIN
1. Semua anggota Tim MANAJEMEN KOMPLAIN Puskesmas Garuda
wajib memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tingkat Dasar.
2. Semua pegawai baru Puskesmas Garuda baik tenaga medis maupun
non medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi
umum maupun khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh
Tim MANAJEMEN KOMPLAIN.
3. Semua pegawai Puskesmas Garuda wajib mengikuti pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah
pelatihan) secara bertahap yang diselenggarakan oleh Tim MANAJEMEN
KOMPLAIN.
4. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN harus mengembangkan program
MANAJEMEN KOMPLAIN yang mengikutsertakan seluruh karyawan
Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN harus memberikan pendidikan tentang
MANAJEMEN KOMPLAIN kepada karyawan Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjung lainnya.

G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN


ALAT KESEHATAN
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait
pemasangan kateter (CAUTI / Catheter Assosiated Urinary Tract Infection).
a. Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami dan
trampil dalam tehnik pemasangan secara aseptic dan perawatan kateter
sesuai prosedur.
b. Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan
tertentu.
c. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.

2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus


a. Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami dan
terampil dalam teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan infuse
sesuai prosedur.
b. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan
infeksi.
c. Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

H. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK


PROFILAKSIS DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang
dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten
terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian
obat-obatan lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

I. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN menyusun dan menerapkan program
komprehensif untuk mengurangi resiko dari infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan pengunjung
termasuk mengembangkan program surveillance infeksi yang
relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,
terintegrasi dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yaitu indikator mutu yang berhubungan dengan masalah infeksi.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang
sistematis, analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs
yang penting untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi di Puskesmas yang didesiminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi
surveillance proses dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim MANAJEMEN KOMPLAIN.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat
oleh Tim MANAJEMEN KOMPLAIN yang diserahkan kepada PJ Mutu dan
Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui
rapat bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi
dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan
berikutnya.

J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT MANAJEMEN


KOMPLAIN
1. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN memberikan masukan kepada
Kepala Puskesmas yang menyangkut konstruksi bangunan, renovasi
ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai
dengan prinsip MANAJEMEN KOMPLAIN.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penanggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana Puskesmas.
3. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN Puskesmas harus melakukan
pemeriksaan kualitas udara secara berkala untuk mengurangi resiko
infeksi selama pembangunan / renovasi.

K.KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Staf Puskesmas Garuda diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
MANAJEMEN KOMPLAIN yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Staf yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan.
3. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN menindaklanjuti dan mengevaluasi.
4. Staf Puskesmas Garuda yang tidak memiliki kartu BPJS atau asuransi
kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
di Puskesmas Garuda, sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

L. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN segera melakukan investigasi masalah
atau KLB nosokomial.
2. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN segera melaporkan adanya KLB kepada
Kepala Puskesmas
3. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN melakukan upaya mencari sumber infeksi
dengan pemeriksaan mikrobiologik.
4. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN mengusulkan kepada Kepala Puskesmas
untuk menutup ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial
dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD
sesuai dengan kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus,
gempa bumi dan sebagainya Tim MANAJEMEN KOMPLAIN harus
sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya membagikan
masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dll.

M. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan harus memperhatikan standar hygiene dan
prosedur yang aman sesuai rekomendasi Tim MANAJEMEN KOMPLAIN guna
mencegah penularan infeksi.

N. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK MANAJEMEN


KOMPLAIN
1. Tim MANAJEMEN KOMPLAIN mengusulkan kepada Kepala Puskesmas
tentang pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip
MANAJEMEN KOMPLAIN dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dikoordinasikan dengan Unit Farmasi
untuk dilanjutkan ke bagian pengadaan.

Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 18 Januari 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS GARUDA,
dr. Nitta Kurniati S
Pembina, IV/a
NIP. 19720428 200604 2 009

Anda mungkin juga menyukai