Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang
Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang
manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu
atau sebagai advokasi pada individu yng tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak
dapat terpisahkan dan pada saat yang sama bahwa beberapa aktivitas praktik
dilakukan dalam sesuai dengan proses caring di lingkungan keperawatan
(Morrison & Burnad, 2009). Leiniger (1981) menekankan bahwa caring adalah
tema sentral dari asuhan keperawatan. Teori keperawatan berdasarkan
antropologi, adalah teori transcultural care theory yang menekankan bahwa
perilaku, nilai dan keyakinan individual dan kelompok berdasarkan kebutuhan
kulturalnya harus diperhatikan, supaya asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien efektif dan memuaskan (Kusnanto, 2004).
Berdasarkan penelitian Hafsyah (2012) didapatklan lebih dari separuh
klien RSUD Pariaman tidak puas terhadap perilaku caring perawat (57,1%).
Lebih dari separuh klien menilai perilaku caring perawat kurang (66%).
Penelitian uang dilakukan Yunita di RSUD Pasar Rebo tahun 2011 bila dilihat
dari distribusi responden yaitu per ruangan, diketahui bahwa untuk ruang
perawatan Cempaka sebanyak 70,6% responden memiliki persepsi kurang
caring dan sebanyak 29,4% responden memiliki persepsi bahwa perawat di
ruang tersebut caring.
Perilaku caring perawat di rumah sakit berdampak pada keadaan pasien,
sehingga dapat membantu pasien untuk bisa sembuh. Kategori faktor dari
kepedulian dan komunikasi merupakan hal yang paling signifikan berhubungan
kuat dengan keadaan pasien, tetapi jarang ditunjukkan selama melakukan
perawatan pada pasien (Lie et al, 2010). Caring sebagai elemen penting dari
keperawatan dan diterima scara luas di kalangan keperawatan. Penedektan ini
diyakini untuk mneingkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien dan untuk
memfasilitasi promosi kesehatan. Salah satunya adalah Watson’s theory of
caring. Teori ini tercermin dalam proposisi caring oleh watson sebagai ideal
moral keperawatan, dimana hasilnya adalah pengayaan dan perlindungan

1
martabat manusia. Teori ini melibatkan nilai-nilai, kehendak, komitmen,
pengetahuan, tindakan peduli, dan konsekuensi (Baldursdotie, 2002). Kekuatan
Caring dalam individu profesi, memiliki kesulitan untuk diukur dalam jumlah
dan kualitasnya, namun caring memiliki kekuatan untuk penyembuhan dan
pencegahan (Brenda & Gregoruy, 2000).
Dalam jurnal Perceptions Of “Caring” In Education by Pakistani Nursing
Students : An Exploratory konsep caring tersirat dalam pendidikan
keperawatan tetapi perlu secara jelas dalam kurikulum keperawatan dalam hal
makna konseptual. Beberapa pendidikan juga percaya bahwa caring adalah
fenomena yang sangat kompleks dan perlu dipraktekkan dalam pendidikan
keperawatan sebagai bagian dari kurikulum. Cara pada mahasiswa dalam
pendidikan keperawatan sangat penting karena ini adalah tempat pertama bagi
siswa untuk belajar tentang nilai-nilai yang paling penting dan esensi dari
profesi mereka. (Begum & Slavin, 2012).
Menurut Reilly (2002) pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua
disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional. Lingkungan akademik
memengaruhi hardskill dan softskill, baik secara langsung maupun yang
dimediasi melalui pendekatan siswa untuk belajar. Persepsi siswa terhadap
pembelajaran di lingkungan akademik dapat sebagai prediktor hasil belajar di
universitas dibandingkan prestasi sebelumnya di sekolah (Lizzio et al, 2002).
Iklim/suasana lingkungan pembelajaran di perguruan tinggi, dan parental care
berperan dalam mengembangkan kemampuan caring yang dimiliki mahasiswa
baik ketika mereka mulai untuk pertama kalinya memasuki perguruan tinggi
maupun ketika mereka menyelesaikan pendidikannya (Cavanaugh & Simons,
1999). Di dalam lingkungan pembelajaran mengajarkan bagaimana respect,
trust, morale, caring melalui interaksi dengan orang lain (Tableman, 2004).
Hawks (1992) menyatakan bahwa caring dan memelihara lingkungan
pendidikan keperawatan adalah salah satu faktor yang paling penting untuk
memberdayakan mahasiswa, yang dicapai melalui kepercayaan, komunikasi
terbuka, kejujuran dan ketulusan antara individu. Dukungan untuk mahasiswa

2
keperawatan selama pengalaman akademis mereka penting untuk membekali
mereka untuk caring (Murphy et al, 2009).
Program penelitian profesi disebut juga sebagai proses pembelajaran
klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan pendidikan profesi yang
sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta masyarakat atau komunis
(Relly, 2002). Lingkungan pembelajaran klinik adalah sebuah persepsi
mahasiswa terhadap lingkungan belajar klinik yang mencakup suasana ruang
keperawatan, gaya kepemimpinan kepala ruangan, nilai-nilai keperawatan di
ruangan, nilai-nilai pembelajaran di ruangan, dan hubungan dengan supervisi
(Sarioski et al, 2001). Pembelajaran merupakan salah satu proses yang
kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan wahana yang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan
pengetahuan teoritis ke dalam pembelajaran (Emilia, 2008). Pada saat
mahasiswa melaksanakan praktik klinik keperawatan di rumah sakit mahasiswa
akan berhubungan langsung dengan pasien untuk mengaplikasikan knowledge
dan skills yang dimiliki dalam situasi nyata. Pada level ini mahasiswa
diharapkan telah mampu melaksanakan keterampilan dalam komunikasi
perawat-pasien, mampu melaksanakan tindakan keperawatan dasar yang
keseluruhannya adalah merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki
oleh perawat yang telah melaksanakan praktik klinik di rumah sakit (Nursalam,
2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2012) bahwa persepsi terhadap
lingkungan belajar klinik berhubungan dengan kompetensi praktik klinik
keperawatan. Hal persepsi terhadap komponen lingkungan belajar klinik
dengan hasil 50% responden mempunyai persepsi yang baik terhadap
komponen lingkungan belajar klinik. Untuk hasil analisis pencapaian
kompetensi praktik klinik keperawatan secara keseluruhan diperoleh dari 143
responden terdapat 105 (78,36%) yang dikategorikan kompeten dan 29
(21,64%) dikategorikan tidak berkompeten.

3
Mahasiswa profesi ners adalah mahasiswa yang sedang mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama tahap Akademik (S1) salah satunya dalam
berperilaku caring, dituntun untuk bisa memiliki perhatian, tanggung jawab
dan dilakukan dengan ikhlas. Memberikan asuhan (caring) secara sederhana
tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena
caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik
(Feizal, 2012).
Penelitian tentang di lingkungan pembelajaran klinik masih sedikit
padahal lingkungan pembelajaran klinik merupakan tempat untuk mahasiswa
keperawatan untuk mengaplikasikan ilmunya. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan lingkungan pembelajaran klinik dengan perilaku
caring pada mahasiswa profesi ners PSIK FK UGM.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
ditegakkan peneliti adalah “Adakah hubungan antara persepsi lingkungan
pembelajaran klinik dengan perilaku caring pada mahasiswa profesi Ners PSIK
FK UGM?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
persepsi lingkungan pembelajaran klinik dengan perilaku caring pada
mahasiswa profesi Ners PSIK FK UGM.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui gambaran persepsi lingkungan pembelajaran klinik pada
mahasiswa profesi Ners PSIK FK UGM.
b. Mengetahui gambaran perilaku caring pada mahasiswa profesi Ners
PSIK FK UGM.

4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat :
1. Manfaat teoritis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah agar dapat
memberikan sumbangan dalam pengembangan terutama dalam bidang
keperawatan yang berkaitan dengan persepsi lingkungan pembelajaran
klinik dan perilaku caring pada mahasiswa profesi ners.
2. Manfaat praktis
a. Institusi Pendidikan
i. Sebagai kajian ilmiah tentang hubungan persepsi lingkungan
pemebelajaran klinik dengan perilaku caring pada mahasiswa profesi.
ii. Sebagai masukan kepada institusi pembelajaran untuk membina dan
mengembnagkan perilaku caig pada mahasiswa profesi ners.
b. Mahasiswa profesi
Hasil pnelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
mahasiswa profesi keperawatan mengenai perilaku caring bagi seorang
perawat nantinya, sehingga dapat mengembangkan perilaku caring
dimulai sejak dini, sejak dalam pendidikan profesi.
c. Profesi
Merupakan dasar penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
persepsi lingkungan pembelajaran klinik dengan perilaku caring.

E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai persepsi lingkungan pembelajaran klinik dengan perilaku caring
pada mahasiswa profesi Ners. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
yaitu :
1. Hasan (2012). Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap lingkungan
belajar klinik dengan pencapaian kompetensi praktik klinik keperwatan
di akademi keperwatan Luwuk. Penelitian ini adalah penelitian analitik

5
dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Hasil penelitian tersebut adalah persepsi responden terhadap
komponen lingkungan belajar klinik memerlihatkan hasil bahwa 50%
responden mempunyai persepsi yang baik terhdap komponen lingkungan
belajar klinik dan hasil deskripsi pencapaian kompetensi praktik klinik
keperawatan dengan jumlah responden 134 yang mampu mencapai
kompetensi keperawatan dengan kategori kompeten sebesar 205
(78,36%) responden. Sedangkan 29 (21,64%) responden berada pada
kategori tidak kompeten. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada
subyek dan variabel terikatnya. Penelitian tersebut subyeknya adalah
mahasiswa akademi keperawatan Luwuk dan Variabel terikatnya adalah
pencapaian kompetensi praktik klinik.
2. Munawwarah (2011). Hubungan Motivasi menjadi perawat dengan
perilaku caring pada mahasiswa PSIK FK UGM. Jenis Penelitian
deskriptif analitik korelasional. Rancangan yang digunakan adalah cross
sectional. Hasil penelitian tersebut adalah dari 146 orang (75,65%)
mahasiswa yang mempunyai motivasi menjadi perawat pada kategori
tinggi sejumlah 47 orang (24,35%) dan persentasi perilaku caring paling
tinggi ada pada kategori rendah 75 orang (38,9%). Perbedaan dengan
penelitian ini adalah pada subyek, variabel dan instrumen yang
digunakan. Penelitian tersebut subyeknya adalah mahasiswa PSIK FK
UGM 2007-2010, variabel bebasnya adalah motivasi dan menggunakan
instrumen Caring Ability Inventory(CAI), sedangkan pada penelitian ini
variabel bebasnya adalah lingkungan pendidikan dan menggunakan
instrumen Caring Behavior Inventory (CBI).
3. Yuniatun (2009). Hubungan Pola Asuh orang tua dengan kecenderungan
perilaku caring pada mahasiswa program angkatan 2008/2009 PSIK FK
UGM. Jenis penelitian adalah non-eksperimental. Metode tersebut
menggunakan metode-metode analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Hasil penelitian tersebut adalah 73 responden sebagian besar
ayah responden menerapkan pola asuh authoritative yaitu sejumlah 48

6
orang (80%), demikian juga ibu responden sebagian besar menerapkan
pola asuh authoritative yaitu sejumlah 55 orang (91,7%) dan sebagian
besar responden mempunyai kecenderungan perilaku caring tingkat
sedang yaitu sebanyak 22 orang (36,7%). Perbedaan dengan penelitian
ini adalah pada subyek, variabel dan intrumen yang digunakan. Penelitian
tersebut variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua dan menggunakan
instrumen Caring Ability Inventory (CAI) sedangkan pada penelitian ini
variabel bebasnya adalah lingkungan pendidikan dan menggunakan
instrumen Caring Behavior Inventoty (CBI).

F. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasilcpenelitian dan pembahsan pada penelitian ini,


maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Persepsi lingkungan pembelajaran klinik paling banyak pada persepsi


positif.
2. Variabel persepsi lingkungan pembelajaran klinik persepsi positif paling
banyak pada subskala gaya kemepimpinan kepala ruangan.
3. Perilaku caring pada mahasiswa Ners PSIK FK UGM paling banyak pada
kategori rendah.
4. Variabel persepsi pembelajaran klinik yang berhubungan signifikan dengan
perilaku caring pada mahasiswa profesi Ners PSIK FK UGM yaitu subskala
suasana ruang keperawatan dan subskala nilai-nilai keperawatan di ruangan.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
client=firefoxb&q=hubungan+antara+persepsi+lingkungan+pembelajaran+klinik
+dengan+perilaku+caring+pada+mahasiswa+profesi+Ners+PSIK+FK+UGM

Anda mungkin juga menyukai