Anda di halaman 1dari 2

Nama : Farida Setia Putri

Kelas : XII MIPA 7

NO. Absen : 13

Pawai Budaya Hari Jadi Tulungagung

Ribuan orang tumpah ruah di Pawai Budaya Hari Jadi Tulungagung yang ke-817 tahun yang
digelar di pusat kota tulungagung. Mulai tua, muda, sampai anak-anak larut berkumpul di sepanjang
jalan dalam kemeriahan acara pawai Hari Jadi Tulungagung yang ke-817 tersebut. Disana terdapat
cukup banyak pedagang keliling yang berjualan di sepanjang jalan yang dilalui pawai tersebut.
Suasana pawai tersebut sangatlah ramai sehingga para pedagang keliling tersebut kelahiran serta
cepat kembali kerumah. Disini ada banyak pedagang keliling mulai dari minuman dingin, minuman
biasa, makanan ringan, permen, serta mainan anak-anak. Tidak hanya penjual keliling disini juga
banyak sales-sales rokok dan juga motor yang ikut mempromosikan produknya dari berbagai
perusahaan.

Kemeriahan acara tersebut semakin terasa meriah disaat Bapak Bupati kita yaitu Bapak
Maryoto Birowo beserta istrinya yaitu Ibu Siyuk Maryoto Birowo dan para pejabat tinggi pemerintah
pusat kota Tulungagung hadir di panggung kehormatan yaitu Pendopo Kongas Arum Kusumaning
Bongso atau Pendopo Alon-Alon kota Tulungagung pada Sabtu kemarin hingga Selasa 6-8 November
2022. Bapak Bupati kita tidak hanya hadir dengan istrinya namun juga para menteri-menteri atau
para bawahanya. Disini banyak dihadiri orang-orang penting pemerintahan yang ada di kota
Tulungagung.

Terik matahari tidak menyurutkan langkah Bapak Bupati beserta istri dan juga menteri-
menteri nya yang tiba di panggung penghormatan tepat pada pukul 09.00 WIB. Senyum lebar pun
tak henti-hentinya dilepaskan oleh Bapak Bupati Maryoto Birowo yang saat itu mengenakan Beskap
warna merah putih, yang menggambarkan semangat baru untuk hari jadi kota tercinta kita yaitu
kota Tulungagung. Sementara sang istri tampak elegan dengan balutan kebaya merah dan alas kaki
khas dari Jawa Timur. Ibu siyuk terlihat sangat cantik nan anggun menggunakan kebaya ala Jawa
Timur itu beserta alas kaki atau sendal yang dikenakanya.

Suara gong yang ditabuh Bapak Maryoto Birowo langsung disambut bunyi gong dan kendang
tangan khas kabupaten Tulungagung yang menandai di bukanya pawai budaya tersebut. Bapak
Maryoto Birowo juga tampak sumringah menyaksikan satu persatu peserta pawai budaya yang
melintasi panggung penghormatan tempat beliau duduki. Mulai dari tarian reog kendang khas
tulungagung, jaranan, barongan, tari-tarian, serta kostum ratu dan juga beberapa pakaian khas
daerah-daerah yang ada di Indonesia melintas didepan panggung penghormatan. Tidak ada satu
kostum pun yang jelek ataupun tidak bagus semua kostum-kostum yang digunakan para peserta
pawai sangatlah bagus nan indah. Di tengah-tengah
Nama : Farida Setia Putri

Kelas : XII MIPA 7

No. Absen : 13

kemeriahan pawai tersebut, ada hal yang istimewa. Yaitu sebuah kendaraan hias yang dirancang
khusu seniman dan budayawan Sunda melaju pelan mendekati panggung penghormatan. Itulah
kendaraan hias yang dibuat khusus untuk ditimpangi oleh Bapak Maryoto Birowo beserta istrinya Ibu
Siyuk Maryoto Birowo untuk berkeliling sebentar memutari Taman Kusuma Wicitra atau biasa
disebut dengan Alon-Alon. Wajah sumringah begitu terpampang diwajah Bapak Maryoto Birowo
beserta istrinya setelah menumpangi kendaraan hias tersebut.

Bapak Maryoto Birowo dan sang istri yang didampingi oleh wakilnya beserta istrinya juga
menaiki kendaraan hias yang bagus tersebut. Dari atas kendaraan hias yang tampak gagah, tetapi
sederhana itu, senyum ramah Bapak Maryoto Birowo tak henti-hentinya diumbar kepada
masyarakat yang memadati lintasan arak-arakan pawai budaya yang berjalan mulai dari kantor
Bupati Tulungagung Jalan Ahmad Yani Timur 37, Pasar Sore Lama Jalan Pangeran Antasari, Jalan
Basuki Rachmat, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso ( Panggung
Penghormatan) serta di perempatan 55 finisnya pawai budaya ini.

Kendaraan hias istimewa itu adalah hasil rancangan seniman dan budayawan sekaligus
pengajar di Institut Teknologi Bandung Trisna Sanjaya bersama rekan sesama budayawan Aat Suratin
dan sejumlah budayawan lainya. Menurut beliau mobil hias tersebut menyimbolkan kerja keras
pemimpin untuk membawa kesejahteraan rakyatnya. Konsep yang diusung adalah "Mobil Bajasan"
yang bermakna sederhana, akan tetapi lahir dari kerja keras". Pawai tersebut berakhir pada pukul
13.00 WIB. Begitu meriah pawai tersebut berlangsungberlangsung sehingga membuat penonton
yang melihatnya begitu menyukainya karena pawai ini mengusung tema budaya sehingga
menambah wawasan pendidikan budaya untuk siapa saja yang melihatnya terutama bagi anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai