Makalah Kelompok 09 - Teori Psikologi Dan Psikologi Perkembangan
Makalah Kelompok 09 - Teori Psikologi Dan Psikologi Perkembangan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذْي َاْنَعَم َع َلْيَنا ِبِنْع َم ِة اِاْل ْيَم اِن َو اِاْل ْس اَل ِم َو َه َدىَنا َع َلى ال"ِّدْيِن اِاْل ْس اَل ِم َص اَل ُة ِهللا َو َس اَل ُم ُه َع َلى َخ ْي ِر اَأْلَن اِم
أَّم ا َبْعُد، َو َء اِلِه َو َصْح ِبَه َاْج َم ِع ْيَن
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam berjudul “Perkembangan Madrasah Di Indonesia” dan
bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Penyusun Makalah
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 4
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Madrasah yang merupakan telah menjadi bagian dari system pendidikan nasional
yang juga berperan strategis dalam pembangunan bangsa, saat ini menempati posisi
1
https://www.researchgate.net/publication/
328634116_Madrasah_Sebagai_Lembaga_Pendidikan_Islam
1
sebagai sekolah umum berdasarkan UU sisdiknas No. 20 tahun 2003, berarti madrasah
sebagai sub sistem pendidikan nasioanal. Meskipun madrasah berada di bawah
Departemen Agama/Kementerian Agama, namun karena merupakan sub sistem
pendidikan nasional dan sekaligus merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan
nasional, maka madrasah sebenarnya masuk dalam bidang pendidikan dengan
manajemen pemerintahan daerah baik pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota.
Karena posisinya tersebut, pemerintah daerah seharusnya memberikan perlakuan yang
sama tanpa ada dikotomi pemberdayaan baik dalam memberikan fasilitas, sarana
prasarana, pendanaan maupun perkembangan ketenangan, dengan tidak membedakan
antara sekolah umum maupun madrasah dan antara sekolah negeri maupun swasta.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah madrasah telah dikenal oleh masyarakat muslim sejak masa kejayaan Islam
klasik. Dilihat dari segi bahasa, madrasah merupakan isim makãn (nama tempat) berasal
dari kata darasa yang berarti tempat orang belajar. Dengan demikian madrasah dipahami
sebagai tempat atau lembaga pendidikan Islam.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia madrasah adalah sekolah atau perguruan
yang biasanya berdasarkan agama Islam. Madrasah di Indonesia merupakan istilah bagi
sekolah agama Islam terutama sekolah dasar dan menengah, sedangkan di negara-
negara Timur Tengah madrasah merupakan sekolah secara umum atau lembaga
pendidikan pada umumnya.
Madrasah juga dinilai berasal dari istilah al-Madãris, suatu istilah yang digunakan
oleh para Fuqãha (Ulama ahli Fiqih), sehingga pada masa kekhalifahan Abbasiyyah,
madrasah dianggap sebagai tradisi sistem pendidikan bercorak fiqh dan Hadits. Di
Indonesia, peraturan Menteri Agama RI No. 1/1946 dan No.7/1950 memformulasikan
madrasah sebagai tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan ilmu pengetahuan
agama Islam menjadi pokok pengajaran. Sedangkan menurut SKB (Surat Keputusan
Bersama) Tiga Menteri 1975, Madrasah diartikan sebagai lembaga pendidikan yang
menjadikan mata pelajaran pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang
diberikan sekurang-kurangnya 30%, di samping mata pelajaran umum. Kemudian
dalam UU No. 2 tahun 1989 atau Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN), kedudukan madrasah posisinya sama dengan sekolah. Hal itu dapat dilihat
dalam peraturan perundangan yang membahas mengenai madrasah yang diterbitkan
sebagai pelengkap UU tersebut. Di antaranya adalah: PP No. 28 tahun 1990, SK
Mendikbud No. 0487/U/1992 dan SK No. 054/U/1993 dalam perundangan tersebut
disebutkan bahwa MI sama dengan SD dan MTS sama dengan SLTP yang bercirikhas
agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. MI dan MTs wajib
memberi bahan kajian sekurang-kurangnya sama dengan SD dan SLTP selain ciri Khas
agama Islam. Sedangkan dalam SK Mendikbud No. 0489/U/1992 disebutkan bahwa
4
MA sama dengan SMU bercirikhas agama Islam yang diselenggarakan oleh
Departemen Agama.
Lebih lanjut dalam UU SISDIKNAS atau UU NO. 20 tahun 2003, di sana sama
sekali tidak membedakan antara madrasah dan sekolah, dengan kata lain madrasah
adalah sekolah tanpa ada embel-embel berciri khas agama Islam. Dari penjelasan di atas
madrasah dapat diartikan sebagai tempat belajar.2
Madrasah dari kata darasa yang berarti tempat duduk untuk belajar, dan dapat
berubah menjadi mudarrisun isim fail dari kata darrasa (mazid tasdid) yang berarti
pengajar. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka ada saja beranggapan bahwa
sejak awal pelaksanaan dakwah islam di mulai, sejak itu pula sudah ada madrasah-
madrasah yang merupakan tempat menerima dan memberikan pelajaran dalam bentuk
khalaqah baik itu di laksanakan di Kuttabkuttab maupun di Masjid-masjid dan bahkan
di tempat lain.
5
di Makkah dan Madinah dengan tujuan belajar agama selama dua, empat sampai enam
tahun. Mereka membangkitkan gerakan pembaruan di bidang pendidikan Islam. Di
Sumatera muncul antara lain Madrasah Adabiyah yang didirikan di Padang oleh Syaikh
Abdullah Ahmad pada tahun 1908. Pada tahun 1915 madrasah ini berubah menjadi HIS
Adabiyah. Sementara itu pada tahun 1910 Syaikh M. Taib Umar juga mendirikan
Madrasah Shcoel di Batusangkar, sedangkah H. Mahmud Yunus pada tahun 1918
mendirikan Diniyah Schoel sebagai lanjutan pada Madrasah Schoel.
Di Aceh didirikan madrasah yang pertama pada tahun 1930 bernama Saadah
Adabiyah oleh Tengku Daud Beureuh. Madrasah Al-Muslim oleh Tengku Abdul
Rahman Munasah Mencap, Madrasah Sarul Huda dan banyak madrasah lainnya. Hal
serupa terjadi juga di Sumatera Timur, Tapanuli, Sumetera Selatan, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa dan lain-lain.
Ada dua faktor yang melatar belakangi lahir dan tumbuhnya madrasah di
Indonesia, yakni faktor adanya respon terhadap politik kolonial Belanda dan faktor
munculnya pembaharuan pemikiran keagamaan, yakni dengan munculnya gerakan
4
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1995. Jakarta
6
pembaruan yang dimotori oleh tokoh intelektual muslim diberbagai daerah dan
organisasi sosial keagamaan. Berkat dukungan politik pemerintah Indonesia dan dengan
dikeluarkannya keputusan bersama menteri serta UU Sistem Pendidikan Nasional, maka
semakin memperkuat posisi madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional5.
5
https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/sejarah-dan-perkembangan.html( diakses Selasa,21 feb
2023)
6
Maksum, Madrasah, hlm. 106 ; Azra, Pendidikan Islam, hlm. 36-38.
7
Kedua, pendirian sekolah umum model Belanda ditambah mata Pelajaran agama
(sekolah plus), seperti yang ditawarkan Sekolah Adabiyah Padang (1915).
Ketiga, pendirian madrasah dengan bidang Kajian sepenuhnya agama (madrasah
diniyah) yang dikelola secara Modern, sebagaimana ditawarkan Madrasah
Sumatera Thawalib (1919). Dalam perkembangan berikutnya, pendirian
llembaga-lembaga Pendidikan Islam modern dilakukan secara massif oleh umat
Islam di berbagai penjuru tanah air.
8
Menetapkan bahan pengajaran dengan mempertimbangkan Keperluan yang
praktis dan jangan terlalu berat
Menyiapkan rencana pelajaran untuk tiap jenis sekolah termasuk fakultas9.
Dalam laporan yang disusun tanggal 2 Juli 1946, Panitia Penyelidik berhasil
merumuskan sejumlah hal penting. Rumusan tujuan pendidikan nasional diarahkan
kepada upaya menanamkan semangat dan jiwa Patriotisme 10. Tentang pendidikan
agama, Panitia Penyelidik merekomendasikan Hal-hal berikut;
a) Pelajaran agama dalam semua sekolah diberikan pada jam pelajaran sekolah,
b) Para guru dibayar oleh pemerintah,
c) Pada Sekolah Dasar, pendidikan agama diberikan mulai kelas IV,
d) Pendidikan tersebut diselenggarakan seminggu sekali pada jam tertentu,
e) Para guru agama diangkat oleh Departemen Agama,
f) Para guru agama diharuskan juga cakap dalam pendidikan umum,
g) Pemerintah menyediakan buku untuk pendidikan agama,
h) Diadakan Latihan bagi para guru agama,
i) Kualitas pesantren dan madrasah harus diperbaiki, dan
j) Pengajaran bahasa Arab tidak dibutuhkan.11
Dari sekian rekomendasi di atas, perhatian khusus terhadap madrasah hanya pada
bagian (i), selebihnya diarahkan pada pendidikan agama di Sekolah umum.
9
Ditambah dengan ilmu bumi, Sejarah, kesehatan tumbuh-tumbuhan dan alam (untuk
tingkat lanjutan). Ketentuan tersebut juga mengatur penjenjangan madrasah yang
meliputi:
Madrasah Tingkat Rendah, dengan lama belajar sekurang- kurangnya 4 tahun,
dan siswa dibatasi pada usia 6 sampai 15 tahun; Dan
Madrasah Lanjutan, dengan masa belajar sekurang-kurangnya 3 Tahun setelah
tamat Madrasah Tingkat Rendah, siswa berumur 11 tahun Ke atas12.
Tahun 1952, ketentuan di atas disempurnakan melalui Peraturan Menteri Agama Nomor
7/1952. Dalam peraturan ini jenjang pendidikan Madrasah meliputi,:
Madrasah Rendah, dengan masa belajar 6 Tahun
Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama, dengan lama belajar 3 Tahun setelah tamat
Madrasah Rendah
Madrasah Lanjutan Tingkat Atas, dengan lama belajar 3 tahun setelah tamat
Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama13.
10
(MWB) dengan lama belajar 8 Tahun. MWB diarahkan pada pembangunan jiwa bangsa
untuk kemajuan di lapangan ekonomi, industrialisasi, dan transmigrasi.
Materi pelajaran meliputi : pendidikan agama, umum, dan keterampilan untuk
mendukung kesiapan anak untuk berproduksi atau bertransmigrasi dengan swadaya.
Kurikulum MWB merupakan gabungan dari tiga perkembangan; akal, hati nurani, dan
keterampilan. Dengan Komposisi mata pelajaran; 25% mata pelajaran agama dan 75%
mata Pelajaran umum dan keterampilan15.
Lama belajar MWB 8 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia 6 tahun anak
sudah wajib sekolah dan setelah umur 15 tahun diizinkan mencari nafkah. Sayang,
rintisan gemilang ini hanya bertahan sampai Tahun 1970 karena tak didukung dana
memadai.
Madrasah Negeri
Diantara upaya Departemen Agama dalam menata dan membina Madrasah adalah
melalui penataan organisasi dan membuat “pilot Proyek” madrasah percontohan dengan
cara penegerian sejumlah Madrasah swasta. Melalui cara ini, keberadaan madrasah yang
beranekaragam diharapkan bisa memiliki model yang sama dalam Pengembangannya.
Penegerian pertama dilakukan pada madrasah tingkat pemula (ibtidaiyah) melalui
sejumlah keputusan/ketetapan Menteri Agama Berikut ;
ketetapan Menteri Agama Nomor 1/1959; sebanyak 205 Sekolah Rendah Islam
(SRI) di Aceh yang sejak 1946 dikelola Pemerintah daerah setempat diserahkan
pemeliharaannya kepada Kementerian Agama, dan namanya diganti menjadi
Sekolah Rakyat Islam (SRI).
Keputusan Menteri Agama Nomor 2/1959; Sebanyak 19 SRI di Lampung yang
semula dikelola Pemerintah Daerah setempat diserahkan pemeliharaannya
kepada Kementerian Agama, dan namanya diganti menjadi Sekolah Rakyat
Islam (SRI).
Keputusan Menteri Agama Nomor 12/1959; sebanyak 19 SRI di Karesidenan
Surakarta yang semula dikelola Pemerintah Daerah Setempat diserahkan
pemeliharaannya kepada Kementerian Agama, dan namanya diganti menjadi
Sekolah Rakyat Islam (SRI).
15
Daulay, Historisitas dan Eksistensi, hlm. 76
11
Keputusan Menteri Agama Nomor 104/1962; nama Sekolah Rakyat Islam (SRI)
diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Yang berlaku hingga
sekarang.
Keputusan Menteri Agama Nomor 813/1970; penegerian MI dihentikan, ketika
jumlah MIN telah mencapai 358 buah.
16
akiyah Daradjat, “Pengantar”, dalam Maksum, Madrasah, hlm. Vii-xiii.
12
Dibentuk tim kerjasama tiga departemen yang akhirnya menghasilkan SKB Tiga
Menteri Tentang Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah. Bunyi SKB tersebut
antara lain, :
Madrasah meliputi tiga tingkatan : Madrasah Ibtidaiyah, setingkat Dengan
Sekolah Dasar; Madrasah Tsanawiyah, setingkat dengan sekolah Menengah
Pertama; dan Madrasah Aliyah, setingkat dengan Sekolah Menengah Atas (Bab I
pasal 1 ayat 2).
Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah Sekolah umum
yang setingkat; Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang
setingkat lebih atas; Siswa madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang
setingkat (Bab II pasal 2).
Pengelolaan madrasah dilakukan oleh Menteri Agama; Pembinaan Mata
pelajaran agama pada madrasah dilakukan oleh Menteri Agama; Pembinaan dan
pengawasan mutu mata pelajaran umum Pada madrasah dilakukan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Bersamasama dengan Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri (Bab IV pasal 4)17.
17
Ibid., hlm. 150-151.
18
Kurikulum madrasah 1976 secara bertahap dilaksanakan mulai tahun 1978. Dalam Perkembangan
selanjutnya, kurikulum 1976 disempunakan menjadi Kurikulum 1984. Kurikulum terakhir ini, untuk
tingkat MI dan MTs, disempurnakan melalui SK Menteri Agama Nomor 45/1987. Penyempurnaan ini
sejalan dengan perubahan kurikulum sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca lebih Lanjut dalam; Daulay, Historisitas dan Eksistensi, hlm. 84
19
Ibid., hlm. 88-89.
13
Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK)
Berdasar Keputusan Menteri Agama Nomor 73/1987,20 pemerintah membuka
program khusus keagamaan di Madrasah Aliyah, yang dikenal dengan Madrasah Aliyah
Program Khusus (MAPK). Program ini sebagai upaya untuk “menyempurnakan”
kurikulum hasil SKB tiga Menteri 1975, utamanya pada Madrasah Aliyah Program
Pilihan Ilmu Ilmu Agama. Muatan kurikulum program MAPK didominasi materi Agama
dengan perimbangan ; 70% agama dan 30% umum, berbanding terbalik dengan muatan
kurikulum MA. Program MAPK dimaksudkan, antara lain, untuk “memberi bekal
Pengetahuan dasar dalam ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab kepada Siswa yang akan
melanjutkan pendidikan ke IAIN atau perguruan tinggi Islam lainnya. Serta memberi
bekal kemampuan kepada siswa yang akan bekerja di masyarakat dalam bidang
pelayanan keagamaan”21. Untuk mencapai tujuan dimaksud, seleksi penerimaan siswa
baru cukup ketat,22 penyelenggaraan pendidikan bersifat boarding school, semua Siswa
diasramakan selama mengikuti program, dengan titik tekan pada penguasaan literatur
Arab.
20
Ketika Menteri Agama dijabat Munawir Syadzali
21
Ibid ., hlm. 99.
22
Calon siswa yang bisa diterima pada program MAPK adalah; lulusan MTsN, menduduki peringkat 1-10
Danem MTs pada tingkat panitia penyelenggara Ebtanas dengan nilai Bahasa Arab sekurang-kurangnya
7, berumur maksimal 18 tahun, Bersedia tinggal di asrama, berbadan sehat, mendapat persetujuan
orang tua, berkelaukan baik. Baca dalam ; Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati, sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia (Bandung ; Pustaka Setia, 2006), hlm.126.
14
K Mendikbud Nomor 489/U/1992 tentang Sekolah Menengah Umum23,
menyatakan bahwa Madrasah Aliyah adalah Sekolah Menengah Umum yang
berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama (pasal
1 ayat 6)24.
23
SK Mendikbud ini dikeluarkan sebagai tindak lanjut dari PP Nomor 29/1990 tentang Pendidikan
Menengah
24
sK Mendikbud Nomor 489/U/1992 selanjutnya ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama
Nomor 370/1993 tentang Madrasah Aliyah
25
A. Malik Fadjar, Madarsah dan Tantangan Modernitas (Bandung : Mizan, 1999), Hlm. 15
26
Azyumardi Azra,Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi (Jakarta :
Kompas, 2002), hlm. 71
27
Maksum, Madrasah, hlm. 159-160.
15
(melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 371, 372, 373/1993) Menetapkan
kurikulum madrasah MI, MTs, dan MA.
Isinya, muatan kurikulum madrasah cukup berat yaitu minimal sama dengan
kurikulum sekolah (SD, SLTP, dan SMU sesuai jenjangnya), ditambah materi
keagamaan yang meliputi; Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan
Islam, dan Bahasa Arab. Dengan demikian, pengakuan madrasah sebagai sekolah umum
berciri khas Islam membawa implikasi tidak ringan bagi keberadaan madrasah ke
depan.
16
Sistem pengajaran yang ada di Indonesia terbagi menjadi beberapa kategori.
Salah satunya yang banyak diterapkan yaitu sistem yang berorientasi pada nilai. Para
pelajar akan ditekankan bagaimana bersikap jujur, disiplin terhadap waktu, tanggung
jawab, dan juga diberikan motivasi yang tinggi untuk mencapai cita-cita. Untuk itu,
siswa akan diajarkan PkN pada tingkat Pendidikan Menengah sampai ke Pendidikan
Tinggi. Begitupun dengan Sistem pendidikan dan pengajaran yang digunakan pada
madrasah merupakan perpaduan antara sistem pondok pesantren denagn sistem yang
berlaku pada sekolah-sekolah modern. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara
berangsur-angsur, mulai dari mengikuti sistem klasikal. 28
Selain itu, ada juga sistem yang menganut konsep pendidikan terbuka. Peserta
didik pada sistem yang satu ini dituntut untuk bersaing dengan teman agar berpikiran
inovatif serta kreatif. Tak berhenti sampai disitu saja, ada juga sistem pendidikan di
Indonesia yang cukup beragam yang diterapkan di tanah air. Sistem pendidikan di
tanah air juga digolongkan menjadi beberapa bagian, mulai dari non formal, informal,
dan juga formal. Biasanya, waktu belajar yang ada sudah ditetapkan agar bisa
memaksimalkan proses belajar anak sekolah. Terlebih pada materi pelajaran yang
disampaikan karena waktunya kurang sesuai, terlalu singkat maupun lama. Maka dari
itu, sistem pendidikan ini didesain secara khusus agar KBM lebih efektif. Dalam
sistem pendidikan, maka perlu adanya penyesuaian kurikulum sesuai perubahan
zaman.29Sistem pendidikan di Indonesia, menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003,
Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di Indonesia saat ini menerapkan
sistem pendidikan nasional. Semua jenjang dan jenis pendidikan harus
mengimplementasikan sistem tersebut. Salah satunya yakni program pendidikan “Wajib
Belajar 12 Tahun”, yakni 6 tahun Sekolah Dasar (SD), 3 tahun Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ada tiga instansi pemerintah yang
membawahi sekolah-sekolah. Pertama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
28
https://www.mtsmahaduttholabah.sch.id/blog/10-sistem-pendidikan-dan-pembelajaran-di-madrasah
29
https://www.gardaoto.com/blog/mengenal-lebih-dalam-sistem-pendidikan-di-indonesia/ (akses pada
tanggal 21/02/2023, 21:09)
17
(Kemendikbud) untuk pendidikan menengah dan dasar. Kedua, terdapat Kementerian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk jenjang pendidikan tinggi. Ketiga adalah
Kementerian Agama untuk semua jenjang yang berbasis agama. Melalui proses
pembelajaran tersebut, banyak manfaat dapat diperoleh oleh peserta didik. Manfaat-
manfaat tersebut meliputi pengembangan kemampuan dan potensi, serta pembentukan
watak peserta didik. Pembentukan watak yang dimaksud adalah kreatif, cakap, mandiri
dan bertanggung jawab.
18
efisien karena waktu yang diberikan tak terlalu singkat ataupun terlalu lama.
Peserta didik pun akan lebih bersemangat dalam menuntut ilmu.
e. Sistem pendidikan Fleksibel
Indonesia selalu dinamis alias berubah dari masa ke masa. Butuh
kurikulum yang tepat untuk menyesuaikan setiap situasi dan kondisi. Salah satu
kurikulum yang merupakan hasil dari perubahan zaman adalah kurikulum 2013.
Kurikulum ini menyempurnakan dan merevisi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Selain menyeimbangkan pendidikan dengan zaman,
perubahan kurikulum juga bertujuan untuk mengevaluasi tenaga pengajar dan
memperbaiki sarana prasarana30.
30
https://wartaguru.id/sistem-pendidikan-di-indonesia/ (akses pada tanggal 22/02/2023, 01:36)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
yang semakin baik terhadap penyelenggaraan pendidikan madrasah, serta dukungan
masyarakat yang semakin luas. Sementara tantangan pendidikan madrasah adalah:
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, birokrasi, teknologi, kemitraan,
tuntutan kurikulum, serta pendanaan. Walau bagaimanapun madrasah telah memiliki
peran dan kedudukan penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mencetak
generasi bangsa di masa yang akan datang
3.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya para
mahasiswa berikutnya dapat mengembangkan makalah ini supaya lebih sederhana dan
lebih mudah dimengerti.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun,
agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/2009
22