Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESUME BUKU

GROUP COUNSELING
Concepts and Procedures
Fourth Edition

Robert C. Berg Garry L. Landreth


Kevin A. Fall

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Masril, M.Pd. Kons

DISUSUN OLEH :

Jamiatul Ilmi, S.Psi

PROGRAM PASCASARJANA

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga

terselesaikanlah makalah ini untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Metode

Penelitian Kuantitatif. Kualitas, kemajuan dan masa depan sangat ditentukan oleh kondisi

keilmuan dan penelitian ilmiyah, Negara-negara maju, sangat ditopang oleh kondisi dan

pengolahan pendidikan dan penelitian yang baik dan berkualitas yang sangat menentukan

kondisi bangsa dan negara, karena melalui pendidikan dan penelitianlah segala hal yang

berharga bisa diperoleh, dikelola, dan dilakukan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada Dr. Rahmat Hidayat,M.Ag., M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah wawasan

bimbingan dan konseling yang banyak memberikan masukan atas terselesaikannya makalah

ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam makalah ini

masih mempunyai banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran

dan kritik yang membangun dari pembaca begitu kami harapkan.Kami tetap terbuka untuk

terus memperbaiki dan menyesuaikan dengan perkembangan terkini.

Batu Sangkar, September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keberadaan bimbingan konseling dalam dunia pendidikan merupakan bidang


dalam suatu proses pendidikan disamping bidang pendidikan kurikulum dan
pengajaran serta bidang administrasi dan supervisi pendidikan. Sebagai salah satu
bidang dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, bimbingan dan konseling
merupakan wujud dasar pemerintah untuk membantu tercapai tujuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling dalam membantu siswa memahami dan mengenali dirinya
baik itu kelemahan maupun kelebihan yang dimiliki, serta dapat menerimanya dengan
segala keikhlasan, sebagai suatu modal awal dalam pengembangan potensi diri dalam
hal mengenal situasi lingkungan secara objektif. Dalam merencanakan masa depan
peserta didik mampu mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri . Pada
umumnya pelaksanaan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan khususnya
sekolah belum menerapkan teori dan konsep bimbingan dan konselinng sesuai dengan
ketetapan yang ada, karena banyak sekolah yang belum memahami konsep dan teori
bimbingan dan konseling secara keseluruhan, oleh karena itu banyak masalah yang
timbul di sekolah yang tidak memahami benar bagaimana teori dan konsep bimbingan
konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu usaha dalam


membantu peserta didik mengembangkan berbagai aspek kehidupan seperti
kehidupan pribadi, kehidupan bersosial, kegiatan belajar, serta menentukan dan
merencanakan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling ini membantu
perkembangan pesert didik lebih optimal, dan juga dalam pelaksanaanya, bimbingan
konseling juga memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual,
kelompok dan klasikal, sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, permasalahan,
potensi, minat, bakat serta kondisi yang sedang di alami Peserta didik. Pelayanan
bimbingan dan konseling juga membantu dalam mengatasi kelemahan, hambatan
dengan cara memandirikan peserta didik.

Bimbingan dan konseling yang berperan dalam suatu proses pendidikan yang
membantu siswa dalam mengatasi permasalahan yang dianggap menghambat proses
studi maupun perkembangan siswa untuk mencapai perkembangan seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan siswa tersebut, segala upaya positif dapat di
lakukan untuk menjalin hubungan emosional yang baik antara guru pembimbing dan
juga siswa, terciptanya suatu hubungan yang baik antara guru BK dan juga siswa akan
mempermudah berjalannya suatu proses konseling. Guru BK sebagai petugas
bimbingan dan konseling di sekolah memiliki andil yang sangat besar dalam
membantu siswa untuk mengarahkan diri pada proses pencapaian masa depannya,
dalam hal ini guru pembimbing perlu memberikan berbagai layanan bantuan sesuai
dengan kebutuhan siswa agar siswa dapat bertindak serta bersikap sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
perkembangan yang optimal. Karena itu dalam melaksanakan tugas dan peranannya
disekolah, guru pembimbing dituntut untuk memiliki kemampuan dan bekerja secara
optimal. Guru BK dituntut untuk memberikan bimbingan yang optimal kepada siswa
agar siswa tersebut dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan siswa dan saran yang ada dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Dalam kenyataan yang ada dilapangan unjuk kerja guru
pembimbing belum secara optimal di laksanakan. Hal ini terbukti dari masih adanya
penafsiran terhadap guru BK yang dipandang sebelah mata, seperti guru yang selalu
mencari-cari kesalahan dan tidak mempunyai pekerjaan atau jam mengajar seperti
halnya guru-guru lainnya. Sebagian siswa masih menganggap guru pembimbing
sebagai polisi sekolah yang akan memberikan sanksi bila melanggar tata tertib.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keberadaan Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan
2. Alasan Keberadaan Bimbingan Konseling Pada Satuan Pendidikan
3. Bagaimana Keberadaan Profesi Bimbingan Konseling Pada Kurikulum Merdeka
B. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami keberadaan Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan
diantaranya:
1. Bagaimana Keberadaan Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan
2. Alasan Keberadaan Bimbingan Konseling Pada Satuan Pendidikan
3. Bagaimana Keberadaan Profesi Bimbingan Konseling Pada Kurikulum Merdeka
BAB II
PEMBAHASAN

1. Keberadaan Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan


masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya
dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan,
dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun
lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk
mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).

Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai individu


sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang
ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kemandirian tersebut, siswa
memerlukan bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupannya.

Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran


dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu
yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki
kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Kedudukan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan ada 3 ruang lingkup kegiatan, ketiga
bidang utama pendidikan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan


Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada
bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan
staf administrasi lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan
organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan,
penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan
evaluasi program.
b. Bidang intruksional dan kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak
yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para
guru.
c. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada
peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang
optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel
yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah
guru pembimbing atau konselor.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan,


layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting
dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada
siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara
efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses
belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:

1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun


kelompok,
2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai
dengan karakteristik pribadinya,
4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang
dihadapinya,
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di


atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:

Bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan
di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran
dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi
siswa. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi
memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH Swt, berguna bagi
manusia, dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan
umat manusia.

2. Alasan Keberadaan Bimbingan Konseling Pada Satuan Pendidikan

Alasan Pentingnya Bimbingan dan Konseling terhadap Pendidikan Program


bimbingan di sekolah merupakan penunjang dari program pendidikan di sekolah.
Dalam keadaan tertentu bimbingan dipergunakan sebagai metode atau alat untuk
mencapai tujuan program pendidikan di sekolah. Terdapat beberapa alasan pokok,
mengapa dalam rangka program pendidikan di sekolah perlu diselenggarakan
program bimbingan sebagai penunjangnya. Alasanalasan tersebut antara lain
dikemukakan oleh BP3K Depdikbud 1975 sebagai berikut:

1. Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah yang


tidak mungkin dapat diselesaikan oleh guru sebagai pengajar

2. Kadang-kadang guru sebagai pengajar terikat oleh tugas-tugas yang harus


diselesaikan dan tugas itu bertentangan kepentingan dan kehendak murid

3. Ada beberapa kegiatan dalam rangka mendidik murid yang harus dilakukan
oleh petugas sekolah yang bukan guru

4. Kadang terjadi konflik antara murid dengan guru yang pemecahannya


memerlukan pihak ketiga.

Berdasarkan pertimbanganpertimbangan di atas, maka program bimbingan di


sekolah dianggap perlu dalam rangka membantu kepada para siswa untuk
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi, yang tidak dapat diselesaikannya
bersama guru. Jadi posisi program bimbingan dalam kerangka program pendidikan di
sekolah dapat diidentifikasi dalam bidang pembinaan murid atau bidang “pupil
personal work”. Secara keseluruhan program pendidikan di sekolah terdiri dari
bidang-bidang kegiatan sebagai berikut:

1. bidang pengajaran kurikuler, yang merupakan kegiatan pokok/inti dalam


rangka membekali para siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan,
pengalaman dan ketrampilan.
2. bidang manajemen dan supervisi pendidikan yang berfungsi sebagai
pengelola dan pengendali, serta penanggung jawab dari semua bidang
kegiatan di sekolah; dan

3. bidang pemberi bantuan/pembinaan murid (pupil personnel work) yang


berfungsi memberikan bantuan/pelayanan kepada siswa.

Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik di sekolah semakin


beragam. Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan masalah diluar sekolah dan di
dalam sekolah. Suatu tindak layanan sekolah pada peserta didik dengan bimbingan
konseling yang mengarahkan para para peserta didik untuk mengetahui bakat dan
potensi dalam diri mereka. Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek
psikologis, ini akan sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta
didik yang biasanya tertekan masalah dan tidak mampu tidak mampu menangkap
pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat penting posisinya untuk
membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu pribadi yang
unik dan mampu bersaing.

Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-


masalah siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi.
Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman
temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan system pendidikan
khususnya disekolah . Guru merupakan salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di


Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan
hukum (perundangundangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut
konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moralspiritual). Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan
potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseli tidak lepas dari
pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada
lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.

Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan
kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli,
seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalahmasalah pribadi atau
penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya
hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah
penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi
masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga,
dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri (Umum, dkk., 1998). Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga;
dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya
hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari
kaidahkaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib
Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba
atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja,
narkotika, ectasy, putau, dan sabu- sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex)
(Dewa Ketut Sukardi, 2002).

Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena


tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu:

1. beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,


2. berakhlak mulia,

3. memiliki pengetahuan dan keterampilan,

4. memiliki kesehatan jasmani dan rohani,

5. memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta

6. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi


semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses
pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Upaya
menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan,
adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik
dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini
merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara
proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal
adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu
bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan
bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang
administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling,
hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik,
tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.

Beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasi oleh konselor untuk kepentingan
bimbingan dan konseling menurut Sutirna (2013), yaitu:

a. Motif dan motivasi Motif dan motivasi erat kaitannya dengan dorongan untuk
menggerakkan individu berperilaku. Ada dua motif yang memperngaruhi yaitu motif
primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif yang di dasarkan oleh
kebutuhan asli yang dimiliki seseorang semenjak lahir, seperti rasa lapar dan
bernapas. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang terbentuk dari hasil belajar
seperti hiburan dan memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu. Selanjtunya
motif tersebut bisa digerakkan oleh dorongan dari dalam maupun dari luar diri
individu tersebut agar terbentuk perilaku yang mengarah kepada tujuan yang telah
ditentukan. Untuk itulah konselor maupun guru BK wajib menguasai motif dan
motivasi individu.

b. Pembawaan dan lingkungan Pembawaan dan lingkungan adalah sesuatu yang


mempengaruhi pola tingkah laku anak didik. Pembawaan bersifat lahiriah dimana
pembawaan lebih kepada sifat dan karakter seseorang yang telah terbentuk sejak ia
lahir atau berdasar genetiknya. Sedangkan lingkungan tingkah laku peserta didik akan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal dan bersosialisasi. Pembawaan dan
lingkungan saling berhubungan untuk membentuk tingkah laku. Pembawaan pada
dasarnya bersifat potensial yang dimiliki dari lahir untuk dikembangkan, untuk
mengemabangkan potensi diri diperlukan lingkungan yang mendukung adanya
perkembangan potensi tersebut sehingga terbentuk pola tingkah laku anak yang
diharapkan. Para ahli juga mengemukakan pendapatnya terkait dengan pembawaan
dan lingkungan seperti Schopenhaver dengan aliran Nativismenya menyebutkan
bahawa manusia dipengaruhi oleh faktor bawaan lahir atau hereditas. Lalu John
Locke dengan aliran Empirisnya menyebutkan bahwa manusia dipengaruhi oleh
lingkungan. Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut muncullah pendapat dari William
Stern dari aliran Konvergensi yang menyatakan bahwa perkembangan manusia
ditentukan oleh faktor bawaan dan lingkungan. Faktor bawaan dan lingkungan setiap
orang ialah berbeda. Ada individu yang dibesarkan dan dianugerahi oleh tuhan akal
yang cerdas, sehat fisik, jasmani, dan rohani, namun ada juga individu yang memiliki
faktor bawaan itu kebalikannya. Adapula untuk lingkungan, setiap individu berbeda
tempat tinggal dan berbeda pula tingkah laku yang ditampilkan. Contoh ketika
seorang individu dibesarkan dalam lingkungan yang religius, baik dan menaati tata
krama yang baik maka perilaku yang ditimbulkan pun akan mencerminkan yang baik.
Namun apabila individu dibesarkan pada lingkungan yang kurang baik maka akan
membentuk perilaku yang buruk jika pengawasaan dan perhatian orang tua tidak
fokus kepada anak.

c. Perkembangan individu Perkembangan individu dimulai semenjak ia berada di


dalam kandungan ibunya. Dari janin tumbuh terus berkembang menjadi bayi yang
lahir kedunia tidak sampai disitu perkembangan akan lanjut setelah ia dilahirkan.
Perkembangan bayi akan nampak seiring pertumbuhannya. Pada masa inilah orang
tua harus selalu memperhatikan anak mereka karena masa perkembangan anak akan
mempenagruhi pola pikir serta perilaku nya dalam kehidupan sehari hari. Adapun
perkembangan individu itu ialah diliputi aspek fisik dan psikis, bahasa dan
kecerdasan, moral dan sosial. Guru BK harus mengetahui dan memahami
perkembangan anak didiknya dan bisa melihat perkembangan tersebut ke masa depan
dan melihat keterkaitan nya dengan faktor bawaan dan lingkungan sang anak. Oleh
karena itu pelayanan yang diberikan oleh guru BK tidak lah sama pada setiap
anaknya, karena perkembangan anak berbeda-beda.

d. Belajar Pada psikologi belajar merupakan sesuatu yang dasar. Setiap manusia harus
belajar untuk bertahan hidup. Melalui belajar manusia dapat berkreatifitas
membudayakan ilmunya untuk bertahan hidup misal seseorang yang mengetahui cara
membuat bakul akan mempraktekkannya dan hasilnya bisa dijual untuk membeli
kebutuhan hidup. Belajar bertujuan untuk untuk mencapai perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.

e. Kepribadiaan Kepribadian merupakan ciri atau karakter yang dimiliki setiap orang
dan kepribadian ini setiap orangnya berbeda seperti tingkah laku, minat dan bakatnya,
kepintarannya, dan potensi yang dimilikinya. Abin Syamsudin (dalam Sutirna, 2013)
mengemukakan aspek-aspek kepribadian yaitu karakter, tempramen, sikap, stabilitas
emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas.

3. Keberadaan Profesi Bimbingan Konseling Pada Kurikulum Merdeka

Dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Bimbingan


dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta
terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam mencapai kemandirian dalam
kehidupannya.

Bila dikaitkan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka, peran layanan


bimbingan dan konseling dalam Kurikulum Merdeka adalah sebagai koordinator
dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis peserta didik (student wellbeing) dan
memfasilitasi perkembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan potensi
dirinya dalam rangka mencapai perkembangan secara optimal. Selain itu, Bimbingan
dan Konseling juga menjadi bagian dalam penyusunan perencanaan Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan memiliki keunikan tersendiri
yang dapat mempengaruhi kondisi di sekolah tersebut. Satuan pendidikan dapat
menjalankan peran Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka sesuai
dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Layanan bimbingan
konseling dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas dan sarana yang ada.

Guru mata pelajaran dan tenaga pendidik dapat berkolaborasi menjalankan


peran Bimbingan dan Konseling dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis
peserta didik. Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, peran layanan bimbingan
dan konseling untuk memfasilitasi potensi peserta didik diharapkan tidak hanya
dilakukan oleh guru BK namun juga dapat dilakukan oleh Guru Mata pelajaran atau
Tenaga Pendidik. Layanan Bimbingan dan Konseling apa yang bisa diberikan dalam
Implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu:

a. Bimbingan dan Konseling Bidang Layanan Pribadi


Beberapa contoh Bimbingan dan Konseling bidang layanan pribadi yang dapat
dilakukan yaitu memberikan layanan pada peserta didik yang memiliki masalah dan
perlu ditangani secara khusus. Pendidik bertindak aktif mendengar dan memberi
tanggapan yang tepat saat peserta didik berkonsultasi baik di dalam maupun luar
kelas. Pendidik juga dapat mengajak peserta didik berdiskusi dan membantu
memahami potensi diri dengan menemukan kelebihan dan kelemahan serta
memberikan dukungan kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi
demi mencapai kesuksesan.
b. Bimbingan dan Konseling Bidang Layanan Belajar
Untuk mengenal potensi diri setiap peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar, guru mata pelajaran maupun guru BK dapat melakukan asesmen. Guru
mata pelajaran bisa melakukan asesmen kognitif sebelum memulai pelajaran dan
memanfaatkan hasil asesmen untuk membuat strategi pembelajaran berdiferensiasi
sesuai dengan kesiapan belajar dan profil peserta didik. Sedangkan bagi guru
BK/konselor, hasil asesmen non kognitif dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
program Bimbingan dan Konseling sehingga dapat memberikan layanan bimbingan
dan konseling sesuai karakteristik peserta didik.

c. Bimbingan dan Konseling Bidang Layanan Sosial


Bimbingan dan konseling bidang layanan sosial dilakukan untuk membantu
peserta didik memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara
positif, terampil, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara peserta didik dan
lingkungannya. Guna mewujudkan hal tersebut, pendidik dapat mengenalkan
keberagaman latar belakang sosial budaya serta nilai dan norma yang berlaku.
Pemahaman peserta didik mengenai kesetaraan juga dapat dipupuk dengan
memberikan kesempatan yang sama pada tiap siswa. Bila terjadi konflik antar peserta
didik, pendidik harus mampu menjadi penengah yang bijaksana. Rasa tanggung jawab
dan semangat kolaborasi juga dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan sosial atau
kegiatan kolaboratif di lingkungan sekolah.
d. Bimbingan dan Konseling Bidang Layanan Karir
Salah satu bimbingan dan konseling bidang layanan yang juga diberikan oleh
peserta didik di sekolah yaitu bidang layanan karir. Layanan dilakukan untuk
membantu mengidentifikasi minat dan bakat peserta didik dengan asesmen non
kognitif sebagai persiapan untuk merencanakan karir. Meski pun layanan ini lebih
banyak diberikan pada peserta didik jenjang SMA/K, namun pendidik jenjang SMP
juga dapat membantu peserta didik membuat rancangan karirnya sejak dini. Pada
jenjang awal SMP, Guru Bimbingan dan Konseling melakukan asesmen non kognitif
berupa Tes Kecerdasan potensi anak. Selanjutnya, pada jenjang kelas VIII, Guru BK
bisa mulai menggali ketertarikan peserta didik dengan menanyakan profesi yang
diminati beserta alasannya. Di stage akhir yaitu kelas IX, Guru BK bisa memandu
peserta didik merancang karir dengan menentukan pilihan sekolah lanjutan.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya Bimbingan dan Konseling di sekolah amat sangat membantu kinerja
sekola itu sendiri terlebih bimbingan dan konseling bertugas memberikan pelayanan
kepada peserta didik terkait dengan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan
seharihari. BK harus berada di tangan orang yang tepat orang yang profesional
terhadap pelayanan dan konseling serta memiliki kemampuan dan keahlian di bidang
pelayanan. Selain itu guru BK juga harus mengetahui landasan yuridis informal BK
yaitu psikologis, sosial budaya, iptek, dan globalisasi. Ketika seorang guru BK sudah
menguasai dan memahami landasan tersebut bisa membimbing guru memberikan
pelayanan maksimal. BK sangatlah penting diterapkan di sekolah mengingat siswa
yang sedang masa pertumbuhan dan perkembangan serta faktor lingkungan bisa
mempengaruhi tingkah laku siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Medan,


Citapustaka Media Printis, 2010

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling, Jakarta: Rineka Cipta. 2002

Berkat Persada Lase, Jurnal Warta Edisi : 58, POSISI DAN URGENSI
BIMBINGAN KONSELING DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Robiatur Rohmah. Urgensi Manajemen Bimbingan Konseling dalam


Melahirkan Peserta Didik Berkarakter Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. 2019

Sutirna, Bimbingan dan Konseling. Pendidikan Formal, Nonformal, dan


Informal. Yogyakarta: Andi Offset. 2013

http://abiazwaza.blogspot.co.id/2015/03/kedudukan-bimbingan-dan-
konseling-dalam.html

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/pentingnya-bimbingan-dan-konseling-dalam-
implementasi-kurikulum-merdeka/

1.

Anda mungkin juga menyukai