Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban
manusia. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi,
imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai
konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi (Semi, 1993:1). Dan salah satu bentuk karya
sastra yang terdapat tanda-tanda di dalamnya yaitu syair yang dikenal sebagai muallaqat, dan salah satu
pengarang yang terkenal di dalamnya adalah Umrul Qais, tepatnya penulis ingin meneliti makna semiotik
dari syair Umru Al Qais kepada istrinya Unaizah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pembacaan heuristik dan hermeneutik
(2) matriks, model dan varian (3) hipogram dalam syair Umruul Qais kepada istrinya Unaizah.
Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini adalah penelitian
pustaka karena data primer maupun data sekundernya berupa buku-buku atau dokumen-dokumen
terkait. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan melalui pendekatan
semiotik. Teknik pengumpulan data adalah dengan pembacaan berulang-ulang, pencatatan data.
Teori semiotik Riffaterre didasari premis bahwa ‘puisi mengekspresikan konsep dan sesuatu
secara tidak langsung’. Pengekspresian konsep secara tidak langsung itu dicirikan oleh beberapa
penyimpangan leksikal (kosa kata) dan gramatikal (tata bahasa), yang juga menentukan produksi
tanda dan produksi teks sebuah puisi. Karena penyimpangan itulah unsur-unsur tanda dalam
puisi sering tidak sesuai dengan tata bahasa normal, yang diistilahkan Riffaterre sebagai
‘ketidakgramatikalan’. (Sulista, 2091 : 122-123)
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Hasil pembacaan heuristik pada bait
pertama ialah “pada hari dimana aku telah berada di haudat/tempat duduk di atas punggung unta
khusus bagi wanita, tak lain tempat duduk itu milik Unaizah # Unaizah pun berkata kepadaku
“celaka kamu, janganlah kamu membebani unta milikku dengan duduk diatasnya”. (2) Hasil dari
pembacaan hermenetik menunjukkan bahwa “pada masa jahiliyah khususnya daerah jazirah
Arab semua warga yang berpergian menggunakan unta sebagai kendaraannya, karena pada
zaman itu belum adanya transportasi. Di suatu hari, Umruul Qais sengaja menunggangi unta
milik Unaizah dengan duduk di haudatnya. Akan tetapi Unaizah tidak senang dengan keberadaan
Umruul Qais di unta miliknya yang membuatnya gelisah” (3) matriks dalam syair ini adalah
wanita dan keindahannya. Matriks dittransformasikan menjadi model syair Umruul Qais.
Kemudian menjadi varian-varian berupa masalah-masalah pada bait syair Umruul Qais kepada
istrinya Unaizah. (4) hipogram dalam syair ini berupa hipogram potensial dan hipogram akual.
Hipogram potensial berupa wanita dan keindahan yang dimilikinya. dan aktualnya adalah latar
penciptaan syair, yaitu pada masa jahiliyah.
Keyword: Teori Riffaterre, Analisis Semiotik,Syair Umruul Qais Kepada Istrinya
Unaizah
PENDAHULUAN
Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban

manusia. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki

budi, imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang

dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi (Semi, 1993:1).

Ibrahīm ‘Īsā merupakan salah satu penyair yang menuangkan pengalaman pribadi dan

emosinya melalui karya sastra berupa puisi yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang

bersifat komunikatif yang kemudian menjadi konsumsi intelektual dan konsumsi emosi bagi

pembaca. Seperti yang diungkapkan oleh Semi (1993:4), bahwa “manusia selalu mengalami

pertumbuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Manusia mempunyai kemampuan

bernalar dan menggunakan simbol-simbol untuk mengekspresikan pikirannnya”.

Salah satu bentuk karya sastra yang terdapat tanda-tanda di dalamnya yaitu syair yang

dikenal sebagai muallaqat, dan salah satu pengarang yang terkenal di dalamnya adalah

Umrul Qais, tepatnya penulis ingin meneliti makna semiotik dari syair Umru Al Qais kepada

istrinya Unaizah. Syair Umrul Qais banyak yang hilang, hanya tersisa sebagian kecil yang

terselamatkkan, yaitu kuang lebih ada 25 syair. Kasidah pertamanya di cetak di Paris pada

tahun 1838, cetakan kedua lengkap dengan penjelasannya di Mesir pada tahun 1865, cetakan

ketiga di Mesir juga pada tahun 1890 dan yang terakhir diterjemahkan ke dalam bahasa latin

dan bahasa Jerman.

Biasanya penikmat puisi merasa kesulitan dalam memahami maksud penyair. Salah satu

penyebab dalam kesulitan tersebut adalah karena bahasa yang digunakan pengarang

seringkali menyimpang dari arti sebenarnya atau semantik. Penyimpangan semantik berarti

bahwa bahasa yang digunakan seringkali tidak menunjuk pada suatu makna, melainkan
memiliki makna ganda atau kias (Waluyo, 1991: 68). Hal itu dipertegas oleh Riffaterre

(1978: 1), bahwa sejalan perkembangannya, puisi selalu berubah dikarenakan perbedaan

konsep estetik dan perubahan selera. Akan tetapi ada satu ciri yang tetap, bahwa puisi

menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, atau bisa disebut sebagai ekspresi tidak

langsung.

Bahasa puisi berbeda dengan bahasa umum. Puisi menggunakan bahasa sehari-hari, tetapi

memiliki makna lain. Artinya suatu karya puisi mengatakan satu hal dan memaksudkan hal

lain. Puisi mengekspresikan konsep dan pikiran melalui ketidaklangsungan. Karena

ketidaklangsungan ekspresi itu, pembaca atau penikmat puisi sulit untuk memahami makna

yang diinginkan pengarang.

Dalam puisi terdapat tanda-tanda yang secara tidak langsung memiliki makna, yang jika

digali akan mendapatkan tema puisi yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini, pemaknaan

pada syair Umruul Qais kepada istrinya Unaizah dengan cara mencari tanda-tanda penting

yang terdapat dalam syair kemudian memaknainya. Untuk mencari tanda-tanda tersebut

tentu saja tidak bisa dilakukan dengan satu, dua atau tiga kali baca saja, tetapi membutuhkan

pembacaan secara berkesinambungan, dengan kata lain, peneliti harus menelusuri kata-kata

pada puisi untuk mencari tanda-tanda yang terdapat pada syair Umruul Qais dan tanda-tanda

tersebut diberi makna. Dengan demikian, dapat ditelusuri tenunan-tenunan benang

maknanya.

Oleh karena itu, teori yang cocok digunakan sebagai landasan analisis puisi syair Umrrul

Qais kepada istrinya Unaizah adalah teori yang mempelajari tentang tanda atau semiotik.

Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis menggunakan analisis semiotika Riffaterre.

Menurut Pradopo (2001: 4), dalam menganalisis puuisi, Riffaterre menggunakan metode
pemaknaan khusus. Namun pemaknaannya tidak terlepas dari pemaknaan semiotik pada

umumnya, bahwa bagaimanapun juga, karya sastra merupakan dialektika antara teks dan

pembaca. Dengan kata lain, pembaca memegang peran penting dalam pemaknaan karya

sastra.

Menurut Riffaterre (1978: 2), hal yang perlu diperhatikan untuk mengartikan makna yang

terkandung dalam puisi, yaitu (1) pembacaan heuristik dan hermenetik, (2) matriks, model

dan varian, dan (3) hipogram (hubungan intertekstual).

Penelitian mengenai analisis semiotika Riffaterre pada syair Umrrul Qais kepada istrinya

Unaizah belum pernah dilakukan di Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurdjati Cirebon,

sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menambah referensi penelitian karya sastra.

Landasan Teori

1. Syair

Dalam bahasa arab syi'ir adalah kata-kata yang disusun dengan irama tertentu

sehingga dapat menjadi ungkapan indah berdasarkan hasil imajinasi seseorang (penyair).

Syair itu menyatakan sesuatu secara tidak langsung, yaitu mengatakan suatu hal akan

tetapi memiliki arti lain. Ketidaklangsungan ucapan tersebut disebabkan oleh tiga hal di

antaranya: displacing (penggantian arti), distorting (penyimpangan arti), dan creating of

meaning (penciptaan arti). Penggantian arti terjadi pada metafira dan metonim;

penyimpangan arti terjadi pada ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense; dan penciptaan

arti terjadi pada epngorganisasian ruang teks, persejajaran tempat, enjambement, dan

tipografi. (Choironi, 2013,14-15)

Puisi/syair adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan

disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, baik dalam struktur fisik,
maupun struktur luarnya. (Kamil, 2009, 12). Ahmad al-Syaib dalam bukunya

menjelaskan bahwa puisi/syair tersusun atas empat hal, yaitu lafal, wazan, makna, dan

qafiyah. Inilah batasan syair. Syair juga mengandung subject matter untuk dikemukakan,

hal ini umumnya dipengaruhi beberapa faktor, seperti falsafah hidup, lingkungan, agama,

pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. (Minatur, 2009, 243)

2. Semiotika

Semiotik berasal dari bahasa Yunani, seme yang berarti penafsir tanda. Literatur lian

menyebut dari kata semeion, yang berarti tanda. Semiotik didefinisika Aart Van Zoest

sebagai ilmu tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya,

hubungannya dengan tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang

menggunakannya. (Kamil, 2009, 194)

Teori semiotik diterapkan untuk menganalisis gejala-gejala budaya dan menjadi acuan

bagi beberapa pendekatan untuk menganalisis tanda-tanda arsitektur. Semiotik dapat

diterapkan untuk semua bidang kehidupan selama tidak ada prasyarat terpenuhi, yaitu ada

artinya diberikan, ada makna dan interpretasi. Dalam semiotik tanda sebagai tindak

komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang

mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala

susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat manapun. (Lantowa,

2017,3)

Dalam lapangan semiotik, ada dua sistem semiotik. Pertama, sistem semiotik tingkat

pertama; kedua, sistem semiotik tingkat kedua. Sebelum menjadi karya sastra, bahasa

sudah merupakan tanda yang mempunyai arti. Oleh karena itu, bahasa disebut sistem

semiotik tingkat pertama yang kemudian menjadi tanda sastra, ditingkatkan menjadi
sistem semiotik tingkat kedua. Arti bahasa menjadi arti sastra, maka arti sastra ini disebut

makna. Makna ini arti dari arti atau significance makna. (Rachmat, 1999, 77)

2. Teori Semiotik Michael Riffaterre

Teori semiotik Riffaterre didasari premis bahwa ‘puisi mengekspresikan konsep dan

sesuatu secara tidak langsung’. Pengekspresian konsep secara tidak langsung itu dicirikan

oleh beberapa penyimpangan leksikal (kosa kata) dan gramatikal (tata bahasa), yang juga

menentukan produksi tanda dan produksi teks sebuah puisi. Karena penyimpangan itulah

unsur-unsur tanda dalam puisi sering tidak sesuai dengan tata bahasa normal, yang

diistilahkan Riffaterre sebagai ‘ketidakgramatikalan’. (Sulista, 2091 : 122-123)

a) Pembacaan Heuristik

Adapun kerja teori semiotik Riffaterre pembaca pertama disebut “pembaca

heuristik” yang terdiri atas mengidentifikasi kiasan, makna kata, relasi antarkata,

retorika dan unsur-unsur tidak gramatikal. Pembaca ini yakni sekedar memeriksa

konvensi bahasa dalam puisi. Akan tetapi, makna yang dibawa puisi sendiri tidak

cukup dilihat dengan cara ini, karna pada tahap ini baru diperoleh maknamakna yang

sering terpecah dan belum menyatu. (Sulista, 2019 : 123)

Pembacaan heuristik merupakan tahap pembacaan pertama yang harus dilewati

oleh setiap pembaca puisi. Tahap pembacaan yang bergerak dari awal ke akhir teks,

dari atas ke bawah halaman, dan mengikuti pembentangan sintagmatik. Pembacaan

pada tahap ini adalah kompetensi linguistik pembaca yang meliputi asumsi bahwa

bahasa bersifat regerensial; meliputi juga kemampuan pembaca untuk menangkap

ketidaksesuaian antar kata yang berupa deviasi gramatikal, kemampuan menangkap


bahwa sebuah kata atau frasa tidak dapat dipahami hanya secara literal dan hanya bisa

dipahami jika dilakukan sebuah transformasi semantik.(Lantowa, 2017 : 9-10)

Pembacaan heuristik menghasilkan arti sajak secara keseluruhan menurut tata

bahasa normatif sesuai dengan sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan heuristik

ini belum memberikan makna sajak atau makna sastra, oleh karena itu, karya sastra

harus di baca ulang dengan memberikan tafsiran. (Rachmat, 1999:77)

b) Pembacaan Retroaktif

Pada tahap pembacaan ini, pembaca melibatkan kompetensi kesusastraan yakni

familiaritas pembaca dengan sistem deskriptif, tema-tema, mitodologi-mitodologi

masyarakat, dan terutama sekali dengan teks-teks lain. Dimanapun ada gap-gap yang

kosong seperti deskripsi- deskripsi tak komplit, atau alusi-alusi, atau kutipan-kutipan,

kompetensi kesusastraan pembaca inilah yang akan merespon secara tepat dan

melengkapi atau mengisinya secara model hipogram. Pada tahap ini, pembaca

menyimak teks, mengingat apa yang telah dibacanya melalui tahap pertama dan

memodifikasi pemahaman tersebut berdasarkan apa yang dipahami dalam tahap

pembacaan kedua. Pembaca melangkah dari awal ke akhir teks, melakukan

peninjauan, revisi, dan komparasi sampai menemukan invariant atau matriks yang

juga mengarahkan kepada signifikansi puisi. (Lantawa, 2017, 10-11)

Pembaca menerapkan dekoding struktural karena teks sebenarnya merupakan

variasi dari sebuah struktur dan relasi varian-variannya kemudian membentuk

kesatuan makna. Efek maksimal pembacaan retroaktif sebagai generator sistem

pemaknaan hadir pada bagian akhir teks. (Lantawa,2017, 11)

c) Hipogram Potensial dan Hipogram Aktual


Hipogram potensial merupakan segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan

yang berupa prasuposisi, sistem deskriptif, seme, konotasi, yang sudah dianggap

umum. Implikasi tersebut telah ada dalam pikiran penutur bahasa pada umumnya.

(Lantawa, 2017, 15)

Hipogram aktual merupakan teks aktual yang dapat dilihat dalam teks

sebelumnya. Agar puisitas aktif di dalam teks, tanda yang dihubungkan ke sebuah

hipogram haruslah juga varian dari matrik teks (Lantawa, 2017,15)

Hipogram dapat dihasilkan dari ungkapan-ungkapan klise, kutipan dari teks-teks

lain, atau sebuah sistem deskriptif. Hipogram merupakan dead landscape yang

mengacu kepada realitas yang lain dan keberadaannya harus disimpulkan sendiri oleh

pembaca (Lantawa, 2017,15)

d) Matriks, Model, dan Varian varian

Karya sastra merupakan hasil tranformasi matriks, yaitu sebuah kalimat minimal

yang harfiah, menjadi bentuk yang lebih panjang, kompleks dan tidak harfiah.

Matriks selalu diaktualisasikan dalam varian-varian. Bentuk varian-varian tersebut

diatur oleh aktualisasi primer atau pertama, yang disebut sebagai model. Matriks,

model, dan teks merupakan varian-varian dari struktur yang sama. Kompleksitas teks

pada dasarnya tidak lebih sabagai pengembangan matriks. Dengan demikian, matriks

merupakan motor atau generator sebuah teks, sedangkan model menentukan tata cara

pemerolehannya atau pengembangannya. (Lantawa, 2017, 17-18)

Matriks harus diabtraksikan dari sajak atau karya sastra yang dibahas. Matriks itu

tidak dieksplisitkan dalam sajak, dan matriks itu bukan kiasan. Tetapi matriks adalah

kata kunci yang dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat
sederhana. Matriks sebagai hipogram intern yang di transformasikan menjadi varian-

varian. Varian ini merupakan tranformasi model pada setiap satuan tanda; baris atau

bait, bahkan juga bagian-bagian fiksi. Varian-varian itu berupa masalahnya, dari

matriks model dan varian-varian ini dapat disimpulkan atau di abstraksikan tema

sajak. (Rachmat, 1999,77)

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pustaka karena data primer maupun data sekundernya

berupa buku-buku ataupun dokumen-dokumen terkait. Penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif kualitatif dengan melalui pendekatan semiotik. Menurut Wiyatmi (2008: 92),

pendekatan semiotik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sistem

tanda. Dalam hal ini peneliti akan menginterpretasikan sistem tanda yang terdapat dalam

syair karya Umruul Qais kepada istrinya dengan analisis semiotik riffaterre untuk

mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam puisi tersebut.

Teknik pengumpulan data adalah dengan metode pembacaan berulang-ulang,

pencatatan data dan baca markah. Pembacaan berulang-ulang dilakukan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam dari data. Pencatatan data dilakukan untuk

mempermudah peneliti melakukan analisis. Menurut Aminudin (2009: 161), melalui

kegiatan pembacaan berulang-ulang, juga mampu dijalin semacam hubungan batin

antara peneliti dan puisi yang di analisis. Dengan demikian, tumbuh emacam interferensi

dinamis atau semacam pertemuan yang begitu akrab antara peneliti dengan puisi yang

dibaca.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan analisis

semiotika. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat interpretatif, dimana

dilakukan kajian deskriptif pada suatu data unttuk dijelaskan atau

diinterpretasikan/dimaknai (Denzin dan Lincoln dalam K. Sentana, 2015:5). Deskritif

kualitatif meruakan metode penelitian yang memaparkan hasil analisisnya dengan

menggunakan kata-kata sesuai dengan aspek yang dikaji (Moleong, 2008:11)

Hasil Penelitian

Pembacaan heuristik Syair Umrul Qais

Pembacaan heuristik ini adalah pembacaan tahap pertama dalam penelitian ini.

Pembacaan heuristik artinya bahwa bahasa puisi diubah kedalam bahasa biasa untuk

mempermudah pemahaman isi puisi sebelum menganalisis ke tahap selanjutnya.

Teks dan Arti Syair Pembacaan Heuristik

# ‫ويوم دخلت اخلدر خدر عنيزة‬ ‫ر مجل‬## # ‫د على ظه‬## # ‫ه يف مقع‬## # ‫ذي كنت في‬## # ‫وم ال‬## # ‫يف الي‬
‫فقالت لك الويالت إنك‬
‫يزة‬#‫د ينتمي إىل عن‬##‫وى املقع‬#‫يء س‬#‫ ال ش‬،‫خمصص للنساء‬
‫مرجلى‬
‫ل مجلي‬#‫ل كاه‬#‫ ال تثق‬،‫ك‬#‫ل ل‬#‫ عنيزة قال يل أيضا "وي‬#
“Suatu hari ketika aku sedang
"‫باجللوس عليه‬
masuk dalam Haudatnya, maka

unaizah berkata: celaka kamu, Pada saat hari dimana aku telah berada di

janganlah kamu payahkan haudat/ tempat duduk di atas punggung unta

untaku.” khusus bagi wanita, tak lain tempat duduk

itu milik unaizah # Unaizah pun berkata

kepadaku " Celaka kamu, janganlah kamu


membebani unta milikku dengan duduk

diatasnya

# ‫تقول وقد مال الغبيط بنا معا‬ ‫ل قليال إىل‬## #‫يزة ميي‬## #‫ل من عن‬## #‫ر اجلم‬## #‫ان ظه‬## #‫دما ك‬## #‫عن‬
‫عقرت بعري يا امرأ القيس‬ ‫ ال‬# ‫يزة يل‬## #‫ال عن‬## #‫ وق‬،‫ات‬## #‫بب االعرتاض‬## #‫فل بس‬## #‫أس‬
‫فانزل‬ ‫ف‬#‫يت تعص‬#‫ل ال‬#‫دي من قب‬#‫تزعج سرعة مسار اجلمل بل‬
“Ketika punggung untanya agak ‫ ينزل يا امرأ القيس‬،‫هبا لك‬
condong ke bawah maka ia “Ketika punggung unta milik unaizah agak

berkata kepadaku : Turunlah condong kebawah karena keberatan,

hai Qais, jangan kamu ganggu unaizah pun berkata kepada ku # Janganlah

jalan untaku ini. kamu mengganggu kecepatan jalan untaku

dengan ditunggangi olehmu, turunlah wahai

umrul kais"

Pembacaan Hermeneutik Syair Umrul Qais

Hermeneutik merupakan pembacaan puisi berdasarkan konvensi sastra,

dilakukan pembacaan ulang secara mendalam untuk menafsirkan karya sastra (puisi)

sehingga dapat memperjelas makna yang terdapat dalam karya sastra. Dalam hal ini,

pembacaan dilakukan secara berulang dan dideskripsikan makna-maknanya agar teks

menjadi lengkap dan pemahaman maknanya lebih mudah.(Hasanah, 2018: 128)

Teks dan Arti Syair Pembacaan Hermeneutik


# ‫ويوم دخلت اخلدر خدر عنيزة‬ ‫رة‬## ‫به اجلزي‬## ‫ة ش‬## ‫ة يف منطق‬## ‫ وخاص‬،‫ة‬## ‫يف زمن اجلاهلي‬
‫فقالت لك الويالت إنك مرجلى‬
‫افرون‬## # #‫ذين يس‬## # #‫نني ال‬## # #‫ع املواط‬## # ‫ان مجي‬## # #‫ ك‬،‫ة‬## # #‫العربي‬
Suatu hari ketika aku sedang

masuk dalam Haudatnya, maka


‫اك‬##‫ ألنه مل يكن هن‬،‫مستخدمني اجلمال كمركباهتم‬

unaizah berkata: celaka kamu, ،‫ام‬## ‫د األي‬## ‫ يف أح‬.‫ل‬## ‫يلة نق‬## ‫وقت أي وس‬## ‫ك ال‬## ‫يف ذل‬
janganlah kamu payahkan
‫اجللوس يف‬#‫ايزة ب‬#‫وب مجل أون‬#‫تعمد عمر القيس رك‬
untaku.
،‫ك‬##‫ع ذل‬##‫ وم‬.)‫ثى‬##‫ر مجل أن‬##‫وس على ظه‬##‫ودة (اجلل‬##‫ح‬

‫ر القيس‬## #‫ود عم‬## #‫ي عن وج‬## #‫ري راض‬## #‫ايزة غ‬## #‫إن أون‬## #‫ف‬

‫اح‬##‫ري مرت‬##‫ايزة غ‬##‫ل أون‬##‫ايزة جيع‬##‫ا على مجل أون‬##‫جالس‬

‫ه‬##‫عر مجل‬##‫ى أن يش‬##‫ه وخيش‬##‫ه حيب مجل‬##‫ه ألن‬##‫ة مجل‬##‫حلال‬

‫رون‬## #‫ايزة وأوم‬## #‫ل أون‬## #‫ه من قب‬## #‫اق من ركوب‬## #‫باإلره‬

.‫قيس‬

Pada masa jahiliyah khususnya didaerah

jazirah Arab semua warga yang bepergian

menggunakan unta sebagai kendaraannya,

karena pada zaman itu belum adanya

transportasi. Di suatu hari, Umruul Qais

sengaja menunggangi unta milik Unaizah

dengan duduk di Haudatnya (tempat duduk

di atas punggung unta khusus wanita). Akan

tetapi Unaizah tidak senang dengan


keberadaan Umruul Qais yang duduk di

unta milik Unaizah membuat Unaizah

gelisah akan kondisi untanya karena ia

sangat menyayangi Untanya dan takut

Untanya merasakan kelelahan karena

ditunggangi oleh Unaizah dan Umruul Qais

‫ عقرت‬# ‫تقول وقد مال الغبيط بنا معا‬ ‫وقت يف‬## # ‫ايزا) لبعض ال‬## # ‫ى مجل (أون‬## # ‫د أن مش‬## # ‫بع‬
‫بعري يا امرأ القيس فانزل‬
،‫ه‬##‫ة مجل‬##‫الفرق يف حال‬##‫عر ب‬##‫ايزا يش‬##‫دأ أون‬##‫ارع ب‬##‫الش‬
Ketika punggung untanya agak

condong ke bawah maka ia ‫ه‬## ‫فل ألن‬## ‫ل إىل األس‬## ‫دأ ميي‬## ‫ه ب‬## ‫ر مجل‬## ‫بني أن ظه‬## ‫وت‬

berkata kepadaku : Turunlah hai ‫ان‬##‫ذي ك‬##‫ره ال‬##‫رتض على محل العبء على ظه‬##‫اع‬
Qais, jangan kamu ganggu jalan
‫ايزا‬## #‫رب أون‬## #‫ور أخ‬## # ‫ وعلى الف‬،‫ر القيس‬## #‫ه عم‬## #‫ميتطي‬
untaku ini.
‫ه‬## ‫ه ألن‬## ‫ور من مجل‬## ‫نزل على الف‬## ‫ه ي‬## ‫ر القيس أن‬## ‫عم‬

‫أ‬##‫ميكن أن يتعارض مع مسار مجله الذي بدأ يتباط‬

.‫ألنه كان مثقال بالعبء الذي كان عليه‬

Setelah Unta milik Unaizah berjalan

beberapa lama menyusuri jalanan,

Unaizah mulai merasakan adanya

perbedaan kondisi Unta miliknya, dan

ternyata punggung untanya mulai condong


ke bawah karena keberatan memikul

beban dipunggungnya yang dinaiki oleh

Umrul Qais dan Unaizah, dan Unaizah

pun segera berkata kepada Umrul Qais

agar ia segera turun dari Unta miliknya

karena dapat menggangu jalan untanya

yang mulai melambat karena terbebani

oleh beban dipunggungnya

Matriks dan Model dalam Syair Umrul Qais tentang istrinya Unaizah

Kesatuan tekstual puisi, yang diturunkan dari matriks dan dikembangkan dari

model di atas, menurut Riffaterre, merupakan sebuah struktur yang seringkali terdiri atas

satu-satuan yang beroposisi secara berpasangan. Di samping matriks, model dan varian,

yang harus diperhatikan dalam memahami makna puisi adalah hipogram.

Matriks dan Model dalam Syair Umrul Qais tentang istrinya Unaizah. Matriks

tidak tertulis dalam puisi, yang tertulis dalam puisi hanyalah varian-varian yang

mengkonkretkan puisi. Matriks dalam syair ini adalah wanita dan keindahan yang

dimilikinya. Matriks ditransformasikan menjadi model syair Umrul Qais. Model tersebut

kemudian ditransformasikan menjadi varian-varian berupa masalah pada bait syair.


Hipogram dalam syair Umrul Qais

Hipogram terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipogram potensial dan hipogram

aktual.

1) Hipogram potensial adalah segala bentuk implikasi dari makna kebahasaan,

implikasi itu tidak dapat ditemukan dalam kamus, baik kamus ekabahasa maupun

kamus dwibahasa, karena implikasi bukan berdasarkan pada arti denotatif

kebahasaan. Hipogram potensial pada syair Umrul Qais tentang istrinya Unaizah

adalah wanita dan keindahan yang dimilikinya. Umruul Qais dalam syairnya

menggambarkan sesosok wanita yang cantik rupawan dengan bentuk tubuh yang

indah, dengan kulit yang berwarna putih bersih dan rambut yang menjuntai panjang

dan hitam membuat kekasihnya tidak ingin jauh darinya dan hanya ingin selalu

bersama dengan wanita tersebut.

2) Hipogram aktual adalah segala bentuk implikasi yang mengacu kepada karya atau

teks sebelumnya, yang berisi tanggapan-tanggapan baik berupa pro maupun kontra

atas karya atau teks sebelumnya. Dalam hal ini, hipogram aktual syair Umrul Qais

tentang istrinya Unaizah ini adalah latar penciptaan syair, yaitu pada masa

Jahiliyyah

Syair ini ditulis berdasarkan pengalaman dari Umrul Qais sendiri yang hanya

ingin selalu berada disamping Unaizah akan tetapi keadaan, tempat dan kondisi yang

tidak mendukung akan keinginan Umrul Qais. Maka d ari itu Umrul Qais hanya bisa

mengungkapkan keinginan dan bayang-bayang akan keindahan wanita dengan

mengungkapkannya melalui syair. Penyair ini menggambarkan wanita dengan


gayanya yang khas, dan gambaran yang seindah ini tidak dapat terlukiskan kecuali

bagi orang yang mempunyai daya khayal yang tinggi ditambah dengan pengalaman

luas, sehingga dapat melukiskan sesuatu itu walaupun dengan berbagai macam

perumpamaan, namun perumpaman itu seolah-olah hidup saja layaknya.

Pembahasan

Pembacaan hermeneutik merupakan tahap pembacaan pertama yang harus

dilewati oleh setiap pembaca puisi. Tahap pembacaan yang bergerak dari awal ke

akhir teks, dari atas ke bawah halaman, dan mengikuti pembentangan sintagmatik.

Pembacaan hermeneutik menghasilkan arti sajak secara keseluruhan menurut tata

bahasa normatif sesuai dengan sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan heuristik

ini belum memberikan makna sajak atau makna sastra, oleh karena itu, karya sastra

harus di baca ulang dengan memberikan tafsiran. (Rachmat, 1999:77)

Pada tahap pembacaan ini, pembaca melibatkan kompetensi kesusastraan

yakni familiaritas pembaca dengan sistem deskriptif, tema-tema, mitodologi-

mitodologi masyarakat, dan terutama sekali dengan teks-teks lain. Pada tahap ini,

pembaca menyimak teks, mengingat apa yang telah dibacanya melalui tahap pertama

dan memodifikasi pemahaman tersebut berdasarkan apa yang dipahami dalam tahap

pembacaan kedua. Pembaca melangkah dari awal ke akhir teks, melakukan

peninjauan, revisi, dan komparasi sampai menemukan invariant atau matriks yang

juga mengarahkan kepada signifikansi puisi. (Lantawa, 2017, 10-11)

Hipogram potensial merupakan segala bentuk implikasi dari makna

kebahasaan yang berupa prasuposisi, sistem deskriptif, seme, konotasi, yang sudah

dianggap umum. Implikasi tersebut telah ada dalam pikiran penutur bahasa pada
umumnya. (Lantawa, 2017, 15). Adapun Hipogram aktual merupakan teks aktual

yang dapat dilihat dalam teks sebelumnya. Agar puisitas aktif di dalam teks, tanda

yang dihubungkan ke sebuah hipogram haruslah juga varian dari matrik teks

(Lantawa, 2017,15)

Simpulan dan Saran

1) Pembacaan hermeneutik pada syair Umruul Qais dalam kalimat

menjadi‫مرجل‬ ‫ فقالت لك الويالت إنك‬# ‫ويوم دخلت اخلدر خدر عنيزة‬

‫د ينتمي إىل‬## ‫وى املقع‬##‫يء س‬##‫ ال ش‬،‫اء‬##‫ص للنس‬## ‫ر مجل خمص‬## ‫د على ظه‬## ‫ه يف مقع‬##‫ذي كنت في‬##‫وم ال‬##‫يف الي‬
"‫ ال تثقل كاهل مجلي باجللوس عليه‬،‫ عنيزة قال يل أيضا "ويل لك‬# ‫عنيزة‬
2) Pembacaan retroaktif/hermeneutik pada Syair Umrul Qais, pada kalimat

‫ فقالت لك الويالت إنك مرجلى‬# ‫ويوم دخلت اخلدر خدر عنيزة‬


maknanya menjadi

‫بني‬#‫ وت‬،‫ه‬#‫بعد أن مشى مجل (عنيزة) لبعض الوقت يف الشارع بدأ أونايزا يشعر بالفرق يف حالة مجل‬
‫ر‬##‫أن ظهر مجله بدأ مييل إىل األسفل ألنه اعرتض على محل العبء على ظهره الذي كان ميتطيه عم‬
‫ارض‬#‫ه ميكن أن يتع‬#‫ه ألن‬#‫ور من مجل‬#‫نزل على الف‬#‫ه ي‬#‫ر القيس أن‬#‫ايزا عم‬#‫ وعلى الفور أخرب أون‬،‫القيس‬
‫مع مسار مجله الذي بدأ يتباطأ ألنه كان مثقال بالعبء الذي كان عليه‬
3) Matriks dan Model dalam Syair Umrul Qais tentang istrinya Unaizah. Matriks

tidak tertulis dalam puisi, yang tertulis dalam puisi hanyalah varian-varian yang

mengkonkretkan puisi. Matriks dalam syair ini adalah wanita dan keindahan yang

dimilikinya. Matriks ditransformasikan menjadi model syair Umrul Qais. Model

tersebut kemudian ditransformasikan menjadi varian-varian berupa masalah pada

bait syair.
4) Hipogram potensial pada syair ini adalah wanita dan keindahan yang dimilikinya.

Hipogram aktual syair Umruul Qais tentang istrinya Unaizah ini adalah latar

penciptaan syair, yaitu pada masa Jahiliyyah. Syair ini ditulis berdasarkan

pengalaman dari Umrul Qais sendiri yang hanya ingin selalu berada disamping

Unaizah akan tetapi keadaan, tempat dan kondisi yang tidak mendukung akan

keinginan Umrul Qais.

Adapun saran dalam penelitian ini adalah Penelitian ini tampaknya masih terbuka

untuk diteliti dan dikaji dengan pendekatan lainnya, misalnya dengan pendekatan

linguistik fungsional. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya bisa mengambil celah

tersebut.

Referensi

‫ جامعة لوندون‬.۲٠١٩ ‫ البالغة والرمزية‬:‫ حتليل معلقة امرؤ القيس يف العصر اجلاهلي‬.‫أم عارفة كودورث‬
‫ جامعة الدكتور الطاهر موالي‬.‫ هجرية‬.‫ التصوير الفين يف الشعر اجلاهلي معلقة امرؤالقيس أمنوذجا‬.‫إشراف‬
‫سعيدة‬
‫ دار املدىن‬.‫ جدة‬.‫ هجرية‬٢۳١-١۳٩ .‫ طبقات فحول الشععراء‬.‫حممد بن سالم اجلمحى‬
Hasanah, Aan. 2018. “semiotika Riffaterre puisi “bunda padi karya al Iman” dan
relevansisnya dalam pembelajaran sasra”, Semantik, volume 7 no.2
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar Baru.
Albi, angito & Setiawan, johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV
Jejak.
Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi PPLPTK.
Choironi, Merry. Al-Naqd al-Adabi al-'Arabi. Banten: Pusat Penelitian dan Penerbitan
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2013.
Sulista, Cici. “Analisis puisi” lau antara lam naftariq” karya farouk Juwaidah (semiotika
Riffaterre)”, Al-Fathin, vol 2 edisi 1 januari-juni 2019.
Endraswara, Suwardi.2008. Sanggar Sastra. Ramadhan Press: Yogyakarta>
Harsiati, Titik. 2017. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Kamil, Sukron. 2009 Teori Kritik Sastra Arab; Klasik dan Modern. Jakarta: Rajawali
Press.
Lantowa, Jafar. 2017. Semiotika; Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Deepublish.
Meleong, Lexy J. 2008.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Pradopo, Rachmat Djoko. 1999 Semiotika; Teori, Metode, dan Penerapannya dalam
Pemaknaan Sastra. Humaniora, No. 10.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. London: Indiana of University Press.
Santosa, Puji. 2004. Tuhan, Kita Begitu Dekat: Semiotika Riffaterre. T. Christomy dan
Untung Yuwono (Penyunting). Semiotika Budaya. Jakarta: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Sayuti, A. Suminto. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Yogyakarta: FBS IKIP Yogyakarta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. hal. 334
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA. Cet ke-23
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, hal.38
Sulista, Cici. Analisis Puisi "Lau Annana Lam Naftariq" Karya Farouk Juwaidah
(Semiotik Rifatterre). Al-Fathin, Vol. 2, Edisi 1 Januari - Juni, 2019.
Trabaut, Jurgen. 1996. Dasar-Dasar Semiotik. (Terj. Sally Pattinasarany). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Aspresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wargadinata, Wildana. 2018. Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam. Malang:UIN-Maliki
Press.
Wiyatmi. 2008. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Yunus, Moch. 2015. Sastra (Puisi) Sebagai Kebudayaan Bangsa Arab. HUMANISTIKA :
Jurnal Keislaman, hal. 35-52.

Anda mungkin juga menyukai