Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD DI

MAKKAH DAN TANTANGANNYA


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah

Sejarah Kebudayaan Islam di


Madrasah
Dosen Pengampu:
Dr. Najahah, M.Ag

Disusun oleh:
1. Arum Dwi Hapsari ( 22201052 )
2. Mohammad Bahrul Ulum ( 22201053 )
3. Zakiya Iftitahul Maula ( 22201054 )
4. Moh. Abdul Aziz ( 22201055 )

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu, selaku pengampu
mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini
dengan judul Srategi Dakwah Nabi Muhammad di Makkah. Harapan kami bahwa makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang
Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Makkah dan Tantangannya.

Dan disini penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kediri, 2 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1

DAFTAR ISI.................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................3

A. Latar Belakang ................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...........................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................5

A. Pengertian dan Definisi Dakwah ....................................................5


B. Startegi Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah ..............................5
C. Klasifikasi Strategi Dakwah ...........................................................8
1. Berdasarkan Metode Pendeketan ........................................8
2. Metode Komunikasi ............................................................11
D. Tantangan Dakwah Nabi Muhammad di Makkah..........................17
E. Tujuan Dakwah Nabi Muhammad di Makkah................................19

BAB III PENUTUP ................................................................................ 20

A. Kesimpulan ............................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah yang diajarkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad
selama kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari atau selama 23 tahun dengan dua periodesasi,
yaitu periode Mekkah selama 13 tahun dan periode Madinah selama 10 tahun. Dakwah yang
diembannya adalah perintah dan syari’at dari Allah yang tertulis di dalam Kitab Al-Qur’an
al-Karim. Dakwah Nabi Muhammad merupakan dakwah yang paling sukses sepanjang
sejarah kehidupan dunia. Perjuangan yang dilakukannya telah mencapai puncak keberhasilan
yang sangat luar biasa dengan bukti telah berubahnya tatanan masyarakat Arab yang
sebelumnya dikenal jahiliyyah menjadi masyarakat yang berkeadaban berdasarkan nilai-nilai
ajaran Islam.

Tersebarnya Islam keseluruh penjuru dunia, dan sampai dengan saat ini nama Muhammad
selalu disebut oleh umat dan pengikutnya.Tidak hanya dalam aspek ibadah, Rasulullah SAW
juga didesain untuk menjadi teladan dalam aspek dakwah. Pada dasarnya, ia diutus untuk
membawa konsep tatanan kehidupan yang didasarkan atas aturan dan naungan Allah SWT.
Dalam rangka inilah maka ia menjalankan dakwahnya dengan beragam metode. Dalam
apliksinya, ia meperhatikan, menganalisa dan menentukan secara cermat tentang metode apa
yang sesuai bagi suatu kelompok masyarakat tertentu. Bukan sekedar itu, bahkan ia
melakukan proyeksi setiap kejadian yang akan terjadi dan melakukan pengamatan terhadap
situasi dan kondisi yang ada serta menentukan metode yang sesuai bagi situasi tersebut.

Dalam konteks dakwah inilah, Nabi SAW dinilai sebagai sosok teladan. Bahkan
kemampuamnya mengorganisir berbagai potensi dan menggunakan metode yang variatif
dinilai sebagai kunci kesuksesan dakwahnya. Secara teoritis memang ia tidak mengajarkan
dan menjelaskan tentang makna dan konsepnya secara ilmiah Namun dalam aplikasinya,
beliau telah menggunakan pelbagai metode dan uslub yang dinilai sejalan dengan prinsip-
prinsip dakwah dan manajemen modern. Jika ditelaah secara lebih mendalam terkait hal ini,
akan didapati tindakan strategis dan taknis dalam usaha penyebaran Islam yang sangat
efektif, efisein dan berdampak sangat tinggi. Berdasarkan beberapa paparan pernyataan
diatas, pembelajaran mengenai strategi atau pendekatan Rosululloh dalam pelaksanaan
dakwah khususnya di daerah Mekkah harus dipelajari dengan teliti dan mendetail. Sebab

3
banyak manfaat yang dapat diambil masyarakat masa kini dari pembelajaran strategi dakwah
Nabi, selain sebagai bentuk usaha kita untuk belajar berdakwah kepada sesama, kita
mengambil setiap hikmah atas sejarah yang telah dilalui oleh Rosululloh yang tentunya
dipenuhi dengan rintangan yang tidak mudah, dan berbagai manfaat lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya Rasulullah dalam menghadapi tantangan dakwah di Makkah ?
2. Apa strategi atau metode Rasulullah dalam melaksanakan dakwah di Makkah ?
3. Bagaimana tujuan Rasulullah dalam melaksanakan dakwahnya di Makkah ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memberikan informasi sekaligus pengetahuan kepada pembaca mengenai upaya
Rasulullah mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan dakwah di
Makkah.
2. Untuk memberikan informasi sekaligus pengetahuan kepada pembaca mengenai strategi
atau metode Rasulullah dalam pelaksanaan dakwah di Makkah.
3. Untuk memberikan informasi sekaligus pengetahuan kepada pembaca mengenai tujuan
Rasulullah dalam pelaksanaan dakwah di Makkah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab, dakwah merupakan bentuk masdar da‟a,
yad‟u, da‟wah, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata dakwah juga berarti doa (al-
du‟a‟) yakni harapan, permohonan kepada Allah atau seruan (al-nida) Kata dakwah dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti penyiaran atau propaganda. Penyiaran agama dan
pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan
1
mengamalkan ajaran agama . Definisi dakwah menurut Syaikh Muhammad Abduh
mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim 2 . Dengan demikian,
dakwah adalah suatu kegiatan baik secara lisan maupun tulisan yang bersifat mengajak,
menyeru dan merangkul manusia untuk melaksanakan kebaikan-kebaikan, perintah dalam
ajaran Islam dan ketaatan kepada Allah serta mencegah mengerjakan segala larangan-Nya.

B. Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah

Adapun dari berbagai strategi yang dilakukan Rasulullah dalam mengembangkan


dakwah pada periode Mekkah :

1.Melakukan dakwah personal secara selektif. Yaitu menyampaikan dakwah secara


perorangan. Orang-orang yang diajak nabi merupakan cikal-bakal kader dakwah yang turut
membantu nabi dalam menyebarkan Islam di Mekkah. Strategi ini, menghasilkan orang-
orang yang pertama masuk Islam, di antara mereka yaitu, Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin
Haritsah bin Syurahbil Al-Kalbi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dipilihnya
Abu Bakar, sebagai mad’u yang pantas menerima dakwah secara personal membuat
pergerakan dakwah semakin berkembang, karena semangatnya yang luar biasa dalam
berdakwah, dia juga disenangi oleh kaumnya karena berilmu dan kaya, maka orang-orang
yang memeluk Islam bertambah banyak, berkat seruannya itu, ada beberapa orang yang
masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan Al-Umawi, Az-Zubair bin AlAwwam Al-Asadi,

1
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum…, hal. 258.

2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), hal. 2.

5
Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah, dan Thalhah bin Ubaidillah At-
Taimi

2. Membentuk kader dakwah. Orang-orang yang telah beriman pada permulaan dakwah,
diberikan pengajaran oleh rasul tentang keislaman, dengan tujuan mereka menjadi
penyambung lidah dan turut membantu perjuangan menyebarkan dakwah.

3. Memilih tempat pengajaran yang strategis. Karena kondisi tidak memungkinkan


dilakukannya dakwah secara terbuka, rasul memilih sebuah tempat tertutup, yaitu dipilihnya
sebuah rumah salah satu sahabat yang bernama al-Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi.
Rumah tersebut dapat dikatakan sebagai Islamic Center yang menjadi pusat kajian Islam.
Lagi-lagi rasul menciptakan strategi yang tepat dengan membentuk kader dakwah dan
memilih tempat yang aman dalam mengajarkan dakwah. 3

4. Memproklamirkan Dakwah di Bukit Shafa. Perintah dakwah secara terangterangan


telah datang. Strategi rasul agar dakwah kepada keluarga terlaksana, tentu dengan
mengumpulkan para keluarga, kerabat baik dari kalangan ayahnya maupun ibunya. Dengan
jumlah keluarga yang tentu sangat banyak, maka kelihaian rasul dalam melihat kondisi dan
peluang tidak terbantahkan. Rasul dengan segera menetukan dan memilih bukit Shafa sebagai
tempat diserukannya dakwah dan berkumpulnya para keluarganya. Hal ini bukan hanya atas
dasar kalkulasi kuantitas agar tempatnya memadai, tetapi agar seruan dakwah ajaran Islam
terdengar kepada semua khalayak yang berhadir. Inilah strategi rasul agar dakwah sampai di
telinga orang-orang itu.

5. Menyembunyikan ibadah. Berbagai tekanan, ancaman dan siksaan yang dilakukan kaum
musyrik Mekkah terhadap nabi dan kaum muslimin setelah rasul mengumumkan dakwah
secara terbuka dan setelah usaha mereka untuk meredam dakwah tersebut gagal. Nabi
Muhammad menyuruh dan meminta kepada kaum muslimin agar menyembunyikan
keislaman, segala bentuk ibadah, dakwah dan pertemuan-pertemuan, semata demi
kemaslahatan dan kepentingan Islam. Pertimbangan untuk mengambil langkah ini nyaris
sempurna, agar tidak terjadi bentrok antara kaum muslimin dan musyrikin. Jika bentrokan
terus menerus terjadi, maka hal yang lebih berat akan menimpa kaum muslimin sendiri,
karena kekuatan belum besar.

3
M. Fathir Ma‟ruf Nurasykim, ‘Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada Periode Mekkah’,
AtTaujih : Bimbingan Dan Konseling Islam, 2.1 (2019), hal. 25

6
6. Mencari suaka politik (perlindungan) ke habasyah. Merupakan strategi yang dipilih
rasul, untuk para sahabat agar terhindar dari ancaman dan penyiksaan yang dilakukan oleh
kaum kafir Quraisy setelah rasul memproklamirkan dakwah secara terbuka. Dipilihnya
Habasyah, yang sekarang adalah sebuah negara yang disebut Ethiopia, bukan tanpa
pertimbangan dan pengetahuan yang mendalam. Rasul mengetahui bahwa di Habasyah,
mempunyai seorang raja yang sangat baik dan menjunjung tinggi kebebasan bagi siapa saja
yang datang dan ingin menetap di wilayahnya tersebut.

7. Meminta perlindungan kepada keluarga. Dilakukanlah oleh rasul suatu pendekatan


kepada keluarga, meminta perlindungan kepada mereka, karena hanya tinggal keluarga dari
pihak ibu dan ayahnya lah yang dapat diandalkan dalam melindungi dirinya. Dalam upaya
meminta perlindungan ini, tentu keahlian dan kecerdasan dalam melakukan lobby dan
merangkai kata-kata ditunjukkan nabi. Akan sulit jika tidak demikian mendapatkan
perlindungan, di saat keluarganya masih memeluk agama nenek moyang, ninik mamak
mereka.

8. Menawarkan Islam kepada Kabilah dan Individu. Pada bulan Dzulqa’dah tahun 10 dari
kenabian bertepatan dengan akhir bulan Juni atau awal bulan Juli 619 M, Rasulullah kembali
ke Mekkah untuk mulai menawarkan Islam kepada kabilah-kabilah dan perorangan. Semakin
dekat datangnya musim haji, maka orang-orang yang datang ke Mekkah semakin banyak,
baik dengan berjalan kaki ataupun menaiki unta. Rasul menggunakan kesempatan ini untuk
berdakwah mengajak kabilah-kabilah untuk memeluk Islam seperti yang pernah
dilakukannya sejak tahun keempat kenabian.

9. Melakukan bai’at aqabah. Perjanjian ini dilakukan sebanyak dua kali, peristiwa ini
merupakan strategi yang strategis dilakukan rasul dalam upaya mengikat persahabatan, relasi,
dan amanah dalam menyampikan dakwah. Perjanjian pertama disebut Bai‟at al-Aqabah al-
Ula. Isi perjanjian bai‟at aqabah pertama tersebut antara lain, mereka menyatakan tidak akan
menyekutukan Allah, mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad, tidak akan
melakukan perbuatan zina, tidak akan membunuh anakanak, mereka menyatakan untuk tidak
berbuat kebohongan dan kecurangan,tidak akan mencuri, rela berkurban harta dan jiwa, serta
bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.

Adapun perjanjian aqabah kedua dikenal dengan nama Bai'at al-Aqabah al-Kubra, isi
perjanjiannya yaitu, taat kepada Allah dalam keadaan sibuk maupun senggang, berinfak pada
waktu kaya maupun miskin, selalu menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, berjuang di jalan

7
Allah dengan tegar dan siap menghadapi celaan dari siapa pun, menolongku bila aku datang
kepada kalian dan melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri sendiri, istri dan anak-
anak kalian, jika itu kalian tepati, surgalah balasannya untuk kalian.

C. Klasifikasi Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah

1. Strategi Berdasarkan Metode Pendekatan

a. Pendekatan Personal(Manhaj Dakwah Fardhiyyah)

Yang dimaksud dengan pendekatan personal dalam dakwah nabi adalah pendekataan dakwah
yang digunakan oleh Nabi sesaat setelah ia mendapatkan wahyu dari gua hiro’. Pendekatan
ini digunakan dengan menyampaikan pesan dakwah kepada orang-orang yang terdekatnya
secara sembunyi-sembunyi, mulai dari keluarga dekat dan karib sahabatnya. Melalui
pendekatan ini, terdapat para tokoh dan orang terpandang yang bersedia memeluk agama
Islam, antara lain: Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar alShiddiq, Zubair bin Awwam,
Abdulrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Ali bin Thalib dan lainnya (al-Nadawi, 1977).
Pendekatan ini diambil untuk mendapatkan dukungan dari pihak yang telah diproyeksi
sebelumnya, selain itu juga untuk menghindari penolakan dan kontroversi yang dapat
menimbulkan kegaduhan sosial; khususnya di kalangan pemuka dan pembesar Quraisy.

b. Pendekatan Majalis Ta’miliyah(Manhaj Barnamij Tarbawiyah)

Pendekatan ini adalah lanjutan dari pendekatan yang sebelumnya, dimana terdapat perubahan
dari pendekatan sembunyi-sembunyi atau personal menajadi pendekatan kolosal denga
pembelajaran bersama-sama dalam satu event namun belum sampai pada tahap terbuka. Hal
ini memiliki tujuan untuk mempererat rasa kebersamaan antara sesame pemeluk. Lokasi dari
pendekatan ini adalah di rumah Arqam bin Abi Al-Arqam. Selain itu, kediaman Rosululloh
juga dijadikan sebagai tempat istimewa untuk menyampaikan dakwah. Di dalam kediaman
Rosululloh dilakukan pembinaan secara integral dan komprehensif, yang dimulai dari pribadi
muslim(Syakhsiyah Muslimah), lalu figure pendakwah hebat(Syakhsiyah Da’iyah) hingga
menjadi tokoh yang handal(Syakhsiyah Qiyadiyah). Dari pendekatan inilah cahaya Islam
mulai berakar di daerah Mekkah dikarenkan banyak faktor pendukung yang membuat
pendekatan ini mampu berjalan dengan baik. Selain itu dari pendekatan lahir tokoh-tokoh
yang kelak menjadi calon pemimpin setelah kewafatan Rosululloh SAW.

c. Pendekatan Delegasi(Manhaj Bi’tsiyyah)

8
Pendelegasian pertama dilaksanakan saat diutusnya Ja’far bin Abi Thalib ke Euthopia untuk
meminta perlindungan dari Raja Najasyi. Dari pendelegasian ini Ja’far berhasil menjadi
seorang diplomat sekaligus Da’i yang menerangkan tentang sosok nabi terkahir, eksistensi Isa
bin Maryam dan kemukjizatan Al-Qur’an. Kecerdasan logika Ja’far bin Abi Tholib mampu
menarik perhatian Raja Najasyi sehingga memberikan dukungan dakwah dan jaminan
keselamatan.

d. Pendekatan Promosi (Manhaj Irdhiyyah)

Dalam sejarahnya, Mekkah marupakan wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan
dari seluruh wilayah sekitar. Selain karena letak geografisnya yang strategis, Mekkah
menjadi destinasi masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji di Ka’bah. Wilayah Ukadz,
Mijanah dan Dzul Majaz adalah 3 pasar yang menjadi tempat utama para pedagang dari
seluruh kawasan pada kala itu. Selain komoditas barang dagangan, setiap kafilah membawa
pemikir dan penyairnya untuk dipertandikan di pasar-pasar tersebut. Kedatangan kafilah
dagang dan para peziarah yang datang ke Mekkah ini dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW
untuk menyampaikan pesan hidayah Islam. Dengan penuh keyakinan, Rasulullah SAW
mendatangi masing-masing kabilah untuk menyampaikan informasi tentang Islam dan
pandangan hidup yang baru. Ibnu Saad menyampaikan bahwa diantara pesan yang
dipresentasikan kepada para peniaga dan peziarah yang datang ke Mekkah tersebut adalah:
“Wahai manusia, katakanlah tidak ada Tuhan kecuali Allah. Jika kalian bersedia bersyahadat,
maka kalian akan mencapai kebahagian, dapat menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing
akan berada di bawah kekuasaan kalian. Jika kalian mau menerima ini, maka kelak akan
menjadi raja di surga.” Pendekatan yang digunakan oleh Rasulullah SAW ini sangat efektif.
Meski tidak dapat diketahui jumlah yang memeluk Islam, namun pengaruh dari pendekatan
ini sangat besar. Pendakatan ini memungkinkan tersebarnya Islam dan dikenal secara meluas.
Para pedagang dan peziarah yang datang dari kawasan jaziarah Arabia akan kembali ke
wilayah masing-masing dengan membawa informasi tentang kerasulan Muhammad dan
agama baru. Usaha Nabi mendapatkan rintangan dan gangguan, terutama dari pemuka
Quraisy. Meski melalui beberapa kali kegalalan, Nabi tetap melaksanakan pendekatan ini
secara lebih terencana dan teratur, khususnya pada saat musim haji tiba. Hasil dari
pendekatan ini, Rasulullah mendapat dukungan dari 2 (dua) kabilah berpengaruh di Madinah;

9
kabilah Aus dan Khazraj. Bahkan karena jaminan dan keselamatan yang mereka berikan
inilah yang menjadi satu faktor dipilihnya Madinah sebagai tempat hijrah di kemudian hari. 4

e. Pendekatan Filantropi/Kepedulian Terhadap Sesama (Manhaj Ighatsi)

Rahasia kesuksesan Islam terletak pada nilai universalitasnya dalam kontribusi dan
komitmennya dalam menghadirkan solusi persoalan ekonomi, khususnya pada golongan faqir
dan kaum marhaen. Demikian juga dengan Rasulullah. Ia dikenal sebagai sosok yang ringan
tangan, belas asih, amanah, jujur dan komitmen dalam membantu. Setelah itu Nabi pulang ke
rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata: Selimuti aku! Selimuti aku!. Lantas diselimuti
oleh Khadijah, hingga hilang rasa takutnya. Setelah menceritakan kejaian, maka Nabi berkata
kepada Khadijah: Sesungguhnya aku cemas atas diriku. Khadijah menjawab: Jangan takut!
Demi Allah! Tuhan sekalikali tidak akan membinasakanmu. Engkau adalah sosok yang selalu
menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang
keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan
(HR.Bukhari). Dalam konteks dakwah, pendekatan kemanusiaan menjadi model yang efektif
dalam penerimaan dakwah. Jauh sebelum diangkat menjadi Nabi, kedermawanan dan
kemanusiaan Nabi telah menjadi magnet yang sangat kuat dalam penerimaan dakwah. Selain
karakteristik tersebut, Nabi telah menunjukkan sebagai sosok pejuang keadilan dan
pemberantas kedhaliman. Keterlibatan Nabi dalam peristiwa ini merupakan bukti reputasi
Nabi dalam hal ini. Dalam hal kesetiawakanan dan kepedulian, Beliau membantu
meringankan beban kehidupan Abu Talib. Abu Talib merupakan paman Nabi yang memiliki
anak yang banyak. Beliau menemui pamannya dan menawarkan kepadanya untuk
menanggung kehidupan Ali bin Abi Talib. Penanggungan beliau terhadap Ali ini
menunjukkan kelembutan hati dan kedermawanan beliau ketika melihat kesusahan yang
dihadapi oleh orangorang disekelilingnya. Atas perhatian ini, tidak salah jika di kemudian
hari beliau mendapat dukungan dan penjagaan dari Abu Talib, meski secara pribadi ia tidak
dapat mempercayai risalah Islam yang dibawa. Adapun setelah kenabian, Rasulullah SAW
memiliki perhatian dan komitmen untuk membantu kesusahan pengikut-pengikutnya. Semua
kehidupannya, jiwa dan raganya, waktu dan tenaganya, harta dan kekayaanya dipergunakan
untuk membantu para pengikutnya. Bahkan disaat semuanya sudah habis, maka dukungan

4
Muhammad Choirin, ‘Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW Di Era Mekkah Dan Relevansinya Di Era Modern’,

Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat, 4.2 (2021), 104

10
dan perhatiaanya diwujudkan dalam bentuk doa dan kebar gembira. Rasulullah saat itu
bukanlah seorang yang kaya raya sehingga dapat membeli dan membebaskannya sebagai
bukti kesetiakawanan. Apa yang dapat beliau lakukan dipuncak ketidakberdayaan adalah
memberikan motivasi dan semangat akan keampunan dan surga. Atas kesabaran dan
keteguhan memegang prinsip keimanan, keluarga yang diberkahi ini menjadi keluarga
teladan bagi generasi-generasi setelahnya. Demikian ketika Khabbab bin alIrst mengadu
kepada Rasulullah akan beratnya cobaan dan permusuhan yang didapatkan dari pemuka
Quraisy, Rasulullah SAW memberikan motivasi mental dan spiritual serta mengabarkan
gambar gembira akan kemenangan. Perasaan sepenanggungan yang dipraktikkan oleh Nabi
ini menjadi faktor terbesar dalam membangun kekuatan mental para sahabat dan menjadi
faktor terpenting dalam pembinaan generasi yang dapat memperjuangkan beban dakwah
Islam hingga ke berbagai wilayah di kemudan harinya.

2. Strategi Berdasarkan Metode Komunikasi

a. Turunnya al-Qur’an secara bertahap (Komunikasi Media)

Ketika Nabi Muhammad saw memulai kegiatan dakwahnya secara bertahap diturunkan ayat-
ayat al-Qur’an kepada beliau. Sebut saja misalnya QS. Al-Alaq 1-5 yang menandai status
beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul utusan Allah swt. Menyusul QS. Asy-Syuara ayat
214 yang memerintahkan untuk menyeru dan memberi peringatan kepada kerabatkerabat
dekatnya. Setelah itu turun pula QS. Al-Muddatsir yang memerintahkan beliau untuk bangkit
dan menyerukan dakwah Islam kepada masyarakat Makkah yang musyrik dan jahiliyah
kepada tauhid dan Islamiyah. Dalam pandangan ahli-ahli tafsir bahwa fungsi Asbab Anuzul
(sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an) kepada Nabi adalah dalam rangka menjawab
pertanyaan orang-orang musyrik Makkah tentang ke-Esaan Allah swt. Fungsi lainnya adalah
sebagai peneguh hati Nabi ketika menghadapi audience atau Mad’u yang tidak merespon
ajakan beliau kepada Islam. Proses turunnya alQur’an secara berangsut-angsur itu memberi
kesan yang kuat bahwa beberapa ayat yang turun kepada Nabi beliau pahami terlebih dahulu
dengan baik baru kemudian disampaikan kepada para sahabat untuk dilaksanakan. Ini yang
disebut sebagai metode Tanzil. Biasanya jika beberapa ayat yang sudah diturunkan kepada
beliau belum dilaksanakan, maka beberapa waktu berselang ayat berikutnya tidak turun.
Dengan demikian, Nabi dalam penerapan al-Qur’an dalam kegiatan dakwahnya selalu
mengamalkan terlebih dahulu perintah al-Qur’an yang turun setelah itu barulah turun ayat

11
selanjutnya. 5 Komunikasi yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw adalah komunikasi
yang menggunakan media. Media disini ialah Al-quran, sebagai media baik lisan ataupun
tulisan telah membentuk karakter bagi pendengarnya atau yang membacanya. Guna
diturunkannya Al-quran secara berangsur-angsur adalah agar mereka yang mendengarkan
atau yang membaca memahami sesuai dengan kondisi, baik secara sosial, budaya, psikologi,
ataupun keilmuan. Dalam hal ini media alquran berfungsi sebagai alat persuasif bagi sahabat
Nabi.

b. Menyeru Kerabat Dekat

Secara Sunnatullah, ketika seseorang memiliki suatu keadaan yang baik dan mampu
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik maka yang pertama terfikir olehnya adalah
bagaimana mengajak orang yang dikenal, orang yang dekat, dan orang-orang yang dicintai
lebih dulu untuk disampaikan berita kebaikan tersebut. Begitu pula halnya Nabi Muhammad
pada saat dipilih oleh Allah swt menjadi Nabi dan Rasulnya yang diberi tugas untuk
menyampaikan risalah dakwah Islam al-Qur’an membimbingnya dengan ungkapan “Ya
Muhammad, seru dan beri peringatanlah kepada kaum kerabatmu yang terdekat.” Perintah ini
kemudian direalisasikan Nabi dengan mengajak istri beliau Khadijah ke dalam Islam.
Selanjutnya Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib yaitu saudara sepupunya, Ummu Aiman,
pengasuh beliau masa kecil serta sahabat karib sejak masa kecil yaitu Abu Bakar Shiddiq.
Metode mengajak kerabat ini sangat efektif dengan beberapa pertimbangan yaitu kedekatan
kekeluargaan, kedekatan emosional, dan kedekatan nasab serta hubungan darah. Biasanya
lebih mendekatkan seseorang kepada suatu ajakan terhadap nilai atau ajaran Islam.
Rasulullah dalam hal ini menerapkan komunikasi interpersonal dan dibentuk dalam satu
kelompok. Pendekatan Rasulullah kepada kelompok kerabatnya membuktikan efektifitas
dakwahnya. Dimulai dari istri serta saudara-saudaranya, maka dakwah ini menjadi kekuatan
kedepannya. Rumah Arqam bin abi Arqam menjadi ruang tempat Rasulullah dan sahabat
melakukan diskusi dan mempelajari Islam, dan Rasulullah orang yang langsung memberikan
pendidikan kepada mereka yang telah memeluk Islam. Komunikasi kelompok yang awalnya
hanya diminati oleh kaum kerabat serta budak-budak yang teraniaya ini lambat laun dikenal
diseluruh Mekkah, hingga banyak para tokoh Mekkah memeluk Islam dikarenakan ajarannya

5
M Yakub, ‘Komunikasi Dakwah Nabi Muhammad Saw Pada Periode Mekah’, Jurnal Komunikasi Islam Dan
Kehumasan (JKPI), 5.1 (2021), hal. 5-6

12
yang egaliter(menjunjung tinggi persamaan) serta lebih dapat diterima dalam kehidupan
mereka.

c. Pengaruh profesi

Profesi seseorang dapat dijadikan pendekatan dan metode dakwah yang efektif. Ada banyak
jenis profesi yang disandang oleh sahabat-sahabat Nabi ketika itu. Profesi sebagai pedagang
tentu yang paling banyak dilakoni orangorang Arab, karena bangsa Arab identik dengan
profesi perdagangan, bisnis, dan pengusaha dari dahulu hingga sekarang. Kedudukan
seseorang akan menjadi mulia dan memiliki posisi tawar yang tinggi mengikuti profesinya
karena itulah yang menjadi penegas identitasnya. Apa yang tidak bisa dilakukan orang maka
seorang yang ahli di bidangnya akan dapat melakukannya. Dengan demikian aktifitas dakwah
dalam perspektif profesi sungguh banyak yang dapat dilakukan dan biasanya menuai hasil
yang baik. Dalam sejarah dapat dibaca bahwa seorang sahabat Nabi Abu Bakar Shiddiq yang
dikenal profesinya sebagai seorang pedagang yang sukses, berhati mulia, santun, dan sangat
dermawan. Ketika Abu Bakar telah mendapatkan pengajaran Islam dari Nabi Muhammad
saw maka mulailah ia mengajak kawan-kawan seprofesinya untuk masuk Islam. Hasilnya
telah bergabung ke dalam Islam beberapa nama penting atas ajakan Abu Bakar Shiddiq.
Mereka itu antara lain Utsman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah, Zubair Ibn Awwam, Sa’ad
bin Abi Waqas, Abdurrahman bi Auf dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa dakwah
melalui profesi atau memanfaatkan profesi dan keahlian seseorang sangat efektif dan
membuahkan hasil yang maksimal. Metode dakwah melalui profesi ini juga masih relevan
bahkan sangat diperlukan sepanjang perjalanan dakwah dimana saja aktifitas dakwah tersebut
dilaksanakan. Strategi ini berhasil dengan munculnya sosok yang berpengaruh dari kalangan
sahabat Nabi, strategi ini membuahkan hasil dengan masuk Islamnya sahabat-sahabat lainnya
yang memiliki pengaruh di Mekkah. Sahabat-sahabat utama Nabi Muhammad Saw terbukti
berhasil menggunakan pengaruhnya untuk membuat pesan mereka diterima, lalu
meneruskannya dengan membina mereka yang telah memeluk Islam, dan memberi motivasi
kepada mereka yang mengalami penganiayaan.

d. Ide Revolusioner sebagai Pembaharu

Selain sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad saw adalah juga seorang pembaharu (Reformer)
bagi suatu tatanan kehidupan sosial ketika itu. Bangsa Arab sedang melewati suatu masa
kebodohan, terjerumus ke dalam kenistaan dan pelanggaran-pelanggaran sosial. Sebagai
seorang Nabi dan Rasul yang menerima amanah dari Allah swt untuk menyampaikan risalah

13
dakwah bertekad bahwa masyarakat Arab jahiliyah harus mengakhiri ketidak adilan
menghapuskan kelas-kelas yang mempunyai hak-hak istimewa dalam masyarakat. Bagi Nabi
tidak dapat menerima perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya karena suku,
bangsa, dan marga tertentu. Nabi Muhammad saw sebagai seorang pembaharu sosial
menegaskan ajaran Islam tentang persamaan (Egaliter) diantara sesama manusia. Nabi
menegaskan betapa pentingnya persamaan, keadilan dan kejujuran. Beliau sendiri
memproklamirkan bahwa dirinya sama status kedudukannya dengan manusia lainnya. Nabi
bersabda “Sesungguhnya aku adalah manusia sebagaimana kamu semua. Laki-laki,
perempuan, majikan dan hamba sahaya, raja dan rakyat jelata mempunyai hak dan kedudukan
yang sama dihadapan Allah swt dan juga dihadapan hukum.” Dengan demikian, dalam
pandangan Nabi Muhammad semua manusia memiliki hak sosial yang sama. Atas dasar
kemuliaan dan keagungan akhlak Nabi yang sangat memperhatikan keadilan dan persamaan
inilah yang memiliki daya tarik yang sangat kuat dari kalangan orang-orang lemah dengan
tanpa ragu mengikuti ajakan dakwah Nabi Muhammad saw. Seorang yang memiliki ide,
pikiran dan gagasan yang baik biasanya selalu berfikir bagaimana untuk melakukan suatu
perubahan, sikap dan tindakan oposisi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw terhadap
segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan menjadikannya sebagai sosok pembaharu sosial
yang berhasil mengubah masyarakat Arab yang jahiliyah kepada cahaya Islam.15 Nabi
Muhammad Saw dengan dibimbing oleh Allah serta pemikirannya yang begitu cerdas
sehingga mampu memunculkan kalimat-kalimat ataupun pesan yang menjadi ide gerakan
untuk kemajuan masyarakat Islam. Dalam komunikasi, ide yang dilontarkan adalah sebuah
pesan yang tentunya selalu diaplikasikan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam tindakan beliau
selalu memerintahkan hal-hal yang sudah dilakukannya terlebih dahulu. Komunikator
memegang peranan penting dalam sebuah komunikasi, dimana ia merupakan awal dari
komunikasi. Nabi Muhammad sudah membuktikan dirinya sangat mumpuni menyampaikan
pesan-pesan, ide dan gagasan pembaharuan yang bertahan hingga akhir dunia kelak.

e. Pembentukan Kaderisasi

Kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuah organisasi
atau perkumpulan suatu pergerakan. Dalam pengertian yang senada kaderisasi dapat pula
diartikan sebagai usaha pembentukan karakter tertentu pada seseorang secara terstruktur
dalam sebuah organisasi yang biasanya mengikuti suatu silabus tertentu. Perspektif kaderisasi
yang disebutkan diatas merupakan kaderisasi dalam arti modern. Berbeda kondisinya jika
kaderisasi yang diterapkan pada masyarakat yang masih sederhana. Tetapi yang pasti bahwa

14
setiap lapisan dan jenjang kumpulan masyarakat melakukan kaderisasi dengan keadaan dan
tingkat-tingkat pelaksanaan yang berbeda-beda namun bermuara kepada satu tujuan yaitu
menyiapkan kader-kader terbaik untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dalam
perkumpulan masyarakat tersebut pada masa yang akan datang. Sepanjang karir dakwah Nabi
Muhammad saw pada periode Mekah, aktifitas kaderisasi merupakan hal yang paling aktif
dilakukan pada masa-masa awal. Rumah sahabat yang bernama Arqam bin Abi Arqam
setelah ia memeluk Islam dijadikan tempat pengkaderan sahabat-sahabat Nabi. Kader-kader
awal inilah yang kemudian hari melanjutkan dakwah setelah Nabi wafat. Sejarah tidak
banyak mengungkap kehidupan pribadi Arqam bin Abi Arqam. Seorang tokoh yang sangat
berjasa dan dermawan telah menyerahkan rumahnya sebagai kegiatan kaderisasi ketika itu.
Buah dari keikhlasan dan perhatian Arqam bin Abi Arqam yang demikian besar kepada Islam
dan kegiatan dakwah Nabi Muhammad saw maka tercatat dalam sejarah sejumlah kader-
kader militant dilahirkan dari pusat kaderisasi “Darul Arqam.” Begitu pula perhatian dan
intensitas dakwah Nabi kepada para sahabat melahirkan generasi tangguh pelanjut cita-cita
dakwah Islam di masa yang akan datang. Tercatat nama-nama keluarga dekat, sahabat dekat,
hingga hamba sahaya berhasil di kader sebagai pendukung utama kegiatan dakwah Nabi
Muhammad saw di Makkah. Khadijah istri tercinta, Ali bin Abi Thalib saudara sepupu, Zaid
bin Haritsah, Abu Bakar Shiddiq, putri-putri nabi juga masuk Islam diawal kenabian
Menyusul pula masuk Islam atas ajakan dan pengaruh Abu Bakar Shiddiq seperti Utsamn bin
Affan, Zubair Ibn Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Talhah bin
Abdillah, JA’far bin Abi Thalib dilanjutkan pula dengan Islamnya Abu Ubaidah bin Jarrah,
Abu Salamah, Abu Dzar Al-ghiffary bersama saudara laki-laki dan ibunya. Perjalanan
dakwah Nabi Muhammad saw pada periode Mekah dilanjutkan pada periode Madinah yang
total keseluruhannya selama dua puluh tiga tahun. Kader-kader yang dibentuk Nabi
Muhammad saw kemudian melanjutkan estafet kepemimpinan selama tiga puluh tahun
berikutnya di zaman Khulafaurrasyidin, mereka itu semua adalah kader terbaik yang lahir
dari pendidikan langsung Nabi Muhammad saw yang mendapatkan penggemblengan ajaran
akidah/tauhid dan akhlakul karimah sebagaimana penekanan ayat-ayat al-Qur’an pada
periode Mekah. Nabi Muhammad saw telah berhasil menjadi top leader bagi organisasi
masyarakat yang dibangunnya. Dengan komunikasi organisasi dan kaderisasi terhadap
anggota masyarakatnya, Nabi Muhammad berhasil menciptakan regenerasi-regenerasiIslami

15
yang mumpuni, dengan panduan Al-quran dan Hadist beliau berhasil melakukan kaderisasi
6
yang sangat luar biasa hingga saat ini.

6
M Yakub, ‘Komunikasi Dakwah Nabi Muhammad Saw Pada Periode Mekah’, Jurnal Komunikasi Islam Dan
Kehumasan (JKPI), 5.1 (2021), hal. 20-23

16
D. Tantangan Dakwah Rasulullah Periode Mekkah
Orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di tengah-tengah
kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai menyebarkan isu yang tidak benar
mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad sebagai salah satu cara untuk menghambat
gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang
menimbulkan fitnah tersebut. Salah seorang tokoh masyarakat Quraisy yang selalu
menghalangi gerakan dakwah Nabi Muhammad adalah Abu Lahab. Dia mulai menghasut
masyarakat Arab Quraisy supaya membenci nabi Muhammad dan Islam, bahkan Abu Thalib,
paman nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarangnya
agar tidak menyebarkan ajaran Islam. Abu Thalib sering kali mendapat ancaman dan dipaksa
untuk memenuhi keinginan tersebut.7
Penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik pada mulanya berlangsung
secara lemah, pada pertengahan atau akhir tahun keempat dari kenabian, kemudian, semakin
hari bertambah hebat dan memuncak, pada pertengahan tahun kelima dari kenabian. Segala
macam cara dilakukan mulai dari melakukan pendekatan jalur kekeluargaan melalui Abu
Thalib, membujuknya agar dapat menghentikan dakwah nabi, bukan dengan ancaman seperti
sebelumnya melainkan dengan penawaran. Seorang pemuda tampan bernama Amrah Ibn al
Walid al-Mughirah yang seusia dengan nabi ditawar untuk ditukar-asuhkan dengan nabi
kepada Abu Thalib. Setelah gagal, pemimpin Quraisy mengutus Uthbah bin Rabi’ah untuk
membujuk agar menghentikan dakwahnya. 8
Mereka terus berusaha mengganggu dengan menyiksa dan membunuh. Rasulullah
telah mengumumkan dakwahnya secara terang-terangan, sekaligus mengemban dakwah
secara terbuka (safirah) dan menantang (muttahadiyah). Aktivitas dakwah semacam ini tentu
akan memancing terjadinya perlawanan kaum Quraisy dan masyarakat Mekkah. Padahal,
aktivitas dakwah Rasul ketika itu hanyalah mengajak masyarakat untuk meng-Esa-kan Allah,
menyembah-Nya, dan melepaskan diri dari selain-Nya sekaligus mencabut sistem yang rusak
di tengah-tengah realitas kehidupan mereka.9
Karena bujukan secara lunak tidak berhasil dilakukan oleh kaum kafir Quraisy,
akhirnya mereka mulai melakukan tindakan kekerasan. Tantangan yang bersifat keras setelah
dengan berbagai cara dilakukan kaum kafir Quraisy untuk Rasulullah agar menghentikan
dakwahnya namun tidak juga berhasil, akhirnya dilakukan upaya kekerasan terhadap Nabi
dan umat muslim. Adapun tantangan yang dihadapi adalah Nabi Muhammad SAW
menghadapi penghinaan, ancaman dan penyiksaan. Nabi Muhammad dihina dengan
panggilan orang gila bahkan disebut sebagai tukang sihir. Bahkan bukan hanya itu saja, tetapi
beliau pernah dilempari dengan kotoran. Mereka juga berusaha mencelakai Muhammad
dengan cara meletakkan benda-benda yang berbahaya di depan rumah. Nabi Muhammad
SAW tetap sabar dan tidak membalas perbuatan mereka. Ditambah lagi dengan kematian
pamannya Abu Thalib yang senantiasa menjadi tameng dalam menjamin keselamatan nabi
dan kelancaran aktivitas dakwah Islamiyah.118 Setelah dua bulan atau tiga bulan dari
wafatnya Abu Thalib, Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra pun wafat, tepatnya, pada bulan

7
Diajukan Oleh, ‘Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada Periode Mekkah’, 2019.
8
Ibid., hal. 61
9
Ibid., hal. 63

17
Ramadhan tahun 10 H dari kenabian dalam usia 65 tahun, sedangkan rasul ketika itu berusia
50 tahun.
Bentuk tantangan lainnya yaitu penyiksaan terhadap umat muslim, seperti yang
dilakukan terhadap Bilal, ia dijemur sambil dilempari batu di bawah terik matahari. Bahkan
Bilal juga mendapat penyiksaan dengan dicambuk dan ditimpakan batu yang sangat besar
pada tubuh Bilal. 10
Kemudian oleh Abu Bakar diselamatkan Bilal dengan membeli Bilal pada tuannya
dengan harga sangat tinggi. Penyiksaan juga dirasakan oleh ayah serta ibu Ammar bin Yasir.
Bahkan mereka dibunuh dengan cara jantungnya ditusuk oleh Abu Jahal. Sementara sahabat
yang lain, Zamirah matanya dicungkil hingga buta, Hibah tubuhnya terbelah karena tubuhnya
ditarik oleh dua ekor unta yang berlawanan arah. Masih banyak penyiksaan yang dilakukan
oleh kaum Quraiysy terhadap umat muslim, namun semua dihadapi dengan mengharap ridho
Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersama umat muslim lainnya menghadapi
puncak kesengsaraan yang luar biasa dari kafir Quraisy pada saat melakukan pemboikotan
terhadap umat muslim. Mereka melarang siapapun untuk melakukan interaksi, baik
melakukan jual beli, menikahi atau dinikahi, melihat orang sakit, ataupun memberi
pertolongan terhadap umat muslim. Pengumuman pemboikotan tersebut dipajang pada pintu
gerbang Ka’bah. Sehingga bagi yang melanggar akan mendapatkan ancaman berat. Peristiwa
pemboikotan ini berlansung selama tiga tahun sehingga amat melemahkan umat muslim. 11
Penyebab tantangan Nabi Muhammad SAW di Mekah mengapa dakwah yang
dilakukan tidak mudah dan selalu mendapatkan tantangan dari kaum Quraisy? Hal tersebut
timbul karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : Mereka kaum kafir Quraisy tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan. mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan
Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Nabi
Muhammad mengajak dan menyeru akan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima
ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Taklid kepada nenek moyang
adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka
untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama Islam. 12

10
Dosen Iain Bukittinggi, Kori Lilie, and Tomi Hendra, ‘Ave at : Khazanah : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam
Kori Lilie Muslim Tomi Hendra’, 3798, 104–12.
11
Ibid., hal. 110
12
Ibid., hal. 11

18
E. Tujuan Dakwah Nabi Muhammad :
1. Berjuang untuk menegakkan risalah (perintah) Allah di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Arab yang tidak bersahabat itu.
2. Pada ayat 5 surat al-muddasir, yang artinya "tinggalkanlah perbuatan keji" sama dengan
Rasulullah yang mengajak masyarakat untuk meninggalkan kebebasan penyembahan berhala
dan perbuatan syirik lainnya.
3. Meyakinkan masyarakat Arab bahwa Islam merupakan agama yang paling benar yang
mengajak umatnya menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.
4. Dan pada ayat ketujuh surat Al Mudassir, Nabi Muhammad mendapat gangguan, siksaan
dan ejekan atau olok-olok yang dilancarkan oleh orang yang menentang. Ayat ini, Allah
memerintahkan kepada beliau untuk bersabar dalam menghadapi itu semua dengan modal
kekuatan dan ketabahan hati.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Rosululloh berdakwah di Mekkah selama bertahun-tahun dan dimulai sejak awal


beliau mendapatkan wahyu dari Alloh SWT melalui malaikat Jibrl. Tentunya dalam kurun
waktu yang panjang tersebut beliau selalu mendapatkan kendala dari berbagai faktor yang
ada, baik berat maupun ringan. Sehingga Rosululloh dengan segala ketabahan yang
dimilikinya mencurahkan segala pemikiran dan kecerdasannyauntuk membentuk sebuah
metode dan strategi untuk menyukseskan dakwahnya di Mekkah.

Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan dakwah di Mekkah dengan berbagai


strategi yang telah dipertimbangkan dan tentunya atas naungan dari perintah Alloh SWT.
Berikut beberapa strategi yang telah diteliti dan di klasifikasikan oleh beberapa ahli.
Berdasarkan metode pendekatannya terdapat 5 metde strategi yang telah dijalankan
Rosululloh dalam berdakwah di Mekkah. Yaitu pendekatan personal, majlis ta’miliyyah,
delegasi, promosi dan filantropi. Sedang berdasarkan metode komunikasinya, terdapat 5
metode yakni, media berupa Al-Qur’an, menyeru kerabat dekat, pengaruh profesi, ide
revolusioner dan pembentukan kaderisasi.

Rosululloh membentuk setiap strategi ini bukan karena tanpa alsan tentunya, belaiu
selalu memperhatikan kemaslahatan umatnya. Dan juga beliau selalu ingin mengsahakan
semaksimal mungkin setiap perintah Alloh yang diberikan pada Rosululloh. Sehingga
terdapat berbagai manfaat dari terbentuknya strategi Rosululloh ini. Hal tersebut meliputi,
selamatnya para sahabat dari kekejaman, ancaman dan teror kaum kafir Quraisy. Terjalinnya
persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Terjalinnya persatuan dan kesatuan
antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain meski berbeda. Bersatunya umat islam.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Strategi Dakwah Nabi Muhammad di
Mekkah, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui dengan baik mengenai berbagai
sejarah keluarbiasaan dakwah Rosululloh dalam mengibarkan cahaya Islam di 21 dunia ini. Selain
itu diharapkan pula setiap membaca mampu mengambil pengajaran dari kisah-kisah terdahulu
sperti ini, yakni menjadikan setiap perilaku Rosululloh sebagai contoh. Seperti halnya dalam
kisah dakwahnya ini, beliau selalu memeprhatikan setiap proses dalam melaksanakan perintah
Alloh, dan beliau juga selalu memperhatikan setiap kemaslahatan bagi umatnya, sungguh mulia
sifat Rosululloh. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menuliskan makalah. Saya berharap apa yang saya tuliskan
dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat saya perlukan
berhubung saya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
Bukittinggi, Dosen Iain, Kori Lilie, and Tomi Hendra, ‘Ave at : Khazanah : Jurnal Sejarah
Dan Kebudayaan Islam Kori Lilie Muslim Tomi Hendra’, 3798, 104–12
Oleh, Diajukan, ‘Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada Periode Mekkah’,
2019
Mekkah’, At-Taujih : Bimbingan Dan Konseling Islam, 2.1 (2019), 108–25
[Muhammad Choirin, ‘Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW Di Era Mekkah Dan Relevansinya
Di Era Modern’, Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat, 4.2 (2021), 97
Murodi. Dakwah Islam dan Tantangan Masyarakat Quraisy. Jakarta. Kencana
Prenadamedia group. 2013.
Nurasykim, M. Fathir Ma‟ruf, ‘Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada
Periode

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya. Al ikhlas. 1983.

21

Anda mungkin juga menyukai