Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran merupakan proses yang sangat

penting bagi kehidupan manusia, sejak dilahirkan sampai kelak meninggal.

Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu system. Pendekatan sistem

pendidikan dan pembelajaran merupakan upaya memahami sebuah aspek

keilmuan yang dibutuhkan seseorang dalam mengarungi sebuah

kehidupan.

Menurut Daryanto (2005: 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan


yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal

dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan

pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki

Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk

memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak

yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

1
Tujuan pendidikan disebut juga dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 dalam pasal 3 adalah sebagai berikut “pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Adapun tujuan pendidikan dalm segi pendidikan islam yaitu

menjadikan siswa menjadi Insan yang kamil dan berwawasan luas serta

islami, berakhlak mulia serta mampu membawa perubahan di masyarakat.

Perubahan tersebut bisa dilakukan dalam hal social, ekonomi ataupun hal

lainnya.

Miarso (2004 : 545) mengemukakan bahwa pembelajaran


merupakan suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar
orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada
diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu
tim yang memiliki suatu kemampuan atau kompetensi dalam
merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang
diperlukan.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan transfer ilmu

pengetahuan dari pendidik kepada siswa dengan melalui proses

pembelajaran. Prosespembelajaran ini dilakukan dengan melibatkan model

pembelajaran, media pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat

yang diambil oleh pendidik agar peserta didiik mampu mendapatkan hasil

yang maksimal dari pembelajaran tersebut.

Dari penjelasan tersebut, baik pendidikan maupun pembelajaran

tentunya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Persamaan

pendidikan dan perbedaan yaitu sama-sama berjenjang Long Life atau

disebut juga pendidikan sepanjang hayat. Baik anak-anak ataupun orang

tua tetap diharuskan untuk melakukan kegiatan pembelajaran ataupun

2
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarakat, hal ini agar

senantiasa mampu mengikuti perkembangan zaman yang selalu berkaitan

dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan perbedaan diantara keduanya yaitu,

pembelajaran lebih mengarah pada merubah atau menanamkan pada sisi

kognitif siswa, berbeda dengan pendidikan yang mengarah pada

perubahan/penanaman keilmuan dari segi kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah agar seseorang dapat

mendapatkan ilmu yang mampu merubah pola pikirnya dalam menjalani

kehidupan dalam hal ini adalah akhlak. Seperti hadis Nabi Muhammad

Saw :

‫ِإَّن َم ا ُبِع ْث ُت ُألَت ِّم َم َم َك اِر َم اَألْخ الق‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan

kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah

Radhiyallahu‘Anhu).

Dari hadis tersebutdapat kita ambil sebuah pemahaman bahwa

Rasulullah Saw diutus di Dunia untuk membentuk akhlak yang sempurna,

sempurna dalam hal ini adalah akhlak yang baik dalam bermasyarakat

bernegara maupun beragama. Bahkan ulama sepakatmnegenai kedudukan

akhlak yaitu lebih tinggi dari pada ilmu. Dari penjabaran tersebut dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa tujuan pendidikan islam adalah upaya

3
untuk menjadikan umat islam berwawasan luas dan memiliki akhlak yang

baik dan terpuji.

Dikutip dari Huda (2019: 271) menurut Barrow penjabaran model


pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah kegiatan
belajar yang didalamnya terdapat sebuah proses pemahaman dalam
menyelesaikan suatu masalah pembelajaran.
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang

sangat penting bagi keberhasilan siswa dalam melewati proses

pembelajaran yang didalamnya berisi tahapan pemahaman menganalisis

suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dengan

demikian kemampuan siswa dalam memahami materi akan lebih cepat

karena dirangsang aktif terlibat dalam penyelesaian sebuah permasalahan.

Hasil belajar pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku.

Tingkah laku tersebut dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif,

afektrif dan psikomotorik. ( Sudjana, 2019:3)

Hasil belajar tentunya sangat penting karena menjadi suatu hal

yang dapat menjadi acuan keberhasilan siswa dalam memahami sebuah

materi. Pencapaian siswa dalam ranah kognitif, afektif maupun

psikomotorik akan dinyatakan tercapai atau tidak bisa dilihat dari hasil

belajar yang siswa tersebut dapat.

Selain itu Hasil belajar juga menjadi sebuah bukti bahwa seorang

pendidik menyelesaikan tahapan pembelajaran terhadap siswa. Bahkan

dalam akreditasi sebuah lembaga pendidikan, pencapaian hasil belajar

siswa menjadi salah satu poin penting dalam penilaian akreditasi.

4
Suharta (2013 : 55) menyatakan bahwa penggunaan Model
Pembelajaran Problem Based Learning selama kegiatan
pembelajaran membuat siswa lebih berpikir dari pada menghafal,
memahami pelajaran yang lebih baik melalui diskusi dan bisa
menerima model pembelajaran, juga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Dengan adanya kegiatan berfikir secara mandiri, siswa menjadi

aktif dan terus mengekplorasi pemahamannya sehingga sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain itu bukti evaluasi siswa berupa

hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran problem based

learning akan lebih unggul karena tingkat pemahamannya bisa melebihi

dari apa yang teman-temannya pelajari, karena sifat dari model

pembelajaran problem based learning yang menganalisis persoalan secara

mandiri. Hal ini selaras dengan program pendidikan pemeritah Indonesia

yang tertuang dalam Kurtilas yang mana siswa diharapkan mampu

mengekplorasi hasil pembelajarannya didepan umum, kegiatan seperti ini

dilakukan agar siswa mampu memiliki mentalitas yang kuat untuk tampil

dan mengemukakan pendapat.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan Kabupaten Subang, bahwa penggunaan model pembelajaran

problem based learning telah digunakan dengan baik dalam pembelajaran

di kelas. Dengan diterapkannya tiap langkah model pembelajaran problem

based learning dengan baik, maka siswa akan secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu siswa juga akan mendapati suasana pembelajaran

yang aktif dan tidak akan merasa jenuh selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Akan tetapi hasil belajar siswa MTs Darul Maarif

5
Pamanukan masih rendah, seperti tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan

dalam KKM (criteria Ketuntasan Minimal).

Berdasarkan ini, maka peneliti terdorong untuk mengadakan suatu

penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa MTs Darul

Ma’arif Pamanukan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan ?

3. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning di MTs Darul Ma’arif Pamanukan

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan

6
D. Kerangka Pemikiran

Huda (2019:272) menyatakan bahawa langkah-langkah Problem

Based Learning antara lain sebagai berikut :

1. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah


2. Siswa mendiskusikan masalah tersebut dalam konsep PBL
3. Siswa terlibat dalam study independen untuk menyelesaikan masalah
diluar bimbigan guru
4. Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling Sharing informasi.
5. Siswa menyajikan solusi atas masalah
6. Siswa meriview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan
pembelajaran PBL tersebut.
Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa Problem Based

Learning sebagai model pembelajaran apabila diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar akan membawa perubahan pada hasil belajar siswa

dengan lebih baik karena mampu memahami pelajaran yang lebih baik

melalui diskusi.

Adapun hasil belajar menurut Sudjana (2019:22) mengemukakan


bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dariBenyamin Bloom yangsecara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
Lebih spesifik menurut Bloom dalam Sudjana (2019:22)

menjelaskan bahwa Indikator hasil belajar dibagi menjadi 3 domain, yaitu

sebagai berikut :

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), didalamnya terdapat


kemampuan siswa dalam mengolah pengetahuan intelektualnya
berupa keterampilan berfikir penjabaran dan sebagainya
2. Affective Domain (Ranah Afektif), pada aspek ini adalah kemampuan
yang lebih menekankan padaperasaan dan emosi siswa dalam
pengendalian diri.

7
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilak - perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoprasikan mesin.
KERANGKA PEMIKIRAN

MODEL PROBLEM BASED


LEARNIN
SISWA

(1) Pertama-tama siswa


disajikan suatu Hasil Belajar Siswa
masalah
(2) Siswa mendiskusikan (1) ranah kognitif, yaitu
masalah tersebut dalam yang berkenaan dengan
konsep PBL hasil belajar intelektual,
(3) Siswa terlibat dalam
study independen untuk (2) ranah afektif, yang
menyelesaikan masalah berkaitan dengan sikap,
diluar bimbigan guru
(4) Siswa kembali pada (3) ranah psikomotorik,
tutorial PBL, lalu yang berkenaan hasil
saling Sharing belajar keterampilan dan
informasi.
kemampuan bertindak.
(5) Siswa menyajikan
solusi atas masalah Bloom (Sudjana,
(6) Siswa meriview apa
2005:22-23)
yang mereka pelajari
selama proses
pengerjaan
pembelajaran PBL
tersebut.
Huda (2019)

SISWA

8
E. Hipotesis

Hipotesis diperlukan dalam suatu penelitian, dari adanya

hipotesisis tersendiri adalah agar penelitian menjadi lebih terarah tidak

acak-acakan. Melalui penelitian ilmiah hipotesis diuji kebenarannya dan

diperoleh hasil, apakah hipotesis ditolak atau diterima.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2013:96), bahwa


“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Berdasarkan teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini,

maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) yang diajukan penul

is sebagai berikut :

Ha (Alternatif) = Terdapat pengaruh yang signifikan tentang

pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan.

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan tentang pengaruh

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil

belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan.

Prinsip pengajuannya bertolak dari taraf 10% dengan

membandingkan dengan t hitung dengan t table dengan catatan:

1. Jika t hitung lebih besar dari t table, maka Ho ditolak artinya signifikan.

2. Jika t hitung lebih kecil dari t , maka Ho diterima artinya tidak


table

signifikan

F. Metode Penelitian

9
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono,

2017:2).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data

kualitatif yang diangkakan (skoring). Peneliti menggunakan metode

lapangan untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal, dan dapat

didesain sejak awal sehingga dapat dijadikan pegangan untuk penelitian

serta dapat menguji hipotesis dengan jelas dan terperinci.

Sumber data yang ditentukan dengan menggunakan data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data ststistik yang diperoleh atau

bersumber dari tangan pertama, sedangkan data sekunder yaitu data

ststistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua.

Untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian, penulis

menggunakan teknik alat sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan pengumpulan data penulis

menggunakan teknik sebagai berikut:

a.Observasi

Observasi merupakan teknik penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek

yang menjadi bahan penelitian. Dalam hal ini penulis mengadakan

pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Antara lain observasi yang

10
berkenaan dengan keadaan belajar siswa di dalam kelas, kondisi guru, dan

siswa-siswi di MTs Darul Ma’arif Pamanukan pada saat istirahat belajar.

b. Wawancara

Wawancara artinya berkomunikasi langsung dengan responden

tentang topik-topik yang sedang diteliti. Penulis kuantitatif karena perlu

pembuktian antara teoritis dengan fakta yang ada di mengadakan

wawancara langsung dengan kepala sekolah, guru, dan pihak yang

dianggap berkepentingan dalam pendidikan di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan guna memperoleh data yang lengkap dan konkrit.

c. Angket atau kuisioner

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono,2013:142). Dalam
hal ini penulis tujukan pada siswa-siswi MTs Darul Ma’arif
Pamanukan.
d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen. Penulis

menyimpulkan data atau catatan penting dari sumber informasi berupa :

absensi siwa, absensi data siswa.

2. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dilanjutkan menganalisa data secara

perhitungan berupa statistik. Adapun sistematika penganalisisan data akan

bertumpu pada dua pendekatan, yaitu analisis parsial dan analisis

korelasioner yang ditujukan untuk mengetahui korelasi antara variabel X

(pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ) dan

11
variabel Y (hasil belajar siswa).

a. Analisis Parsial

Analisis ini peneliti menghitung variabel X dan variabel Y


dari hasil penyebaran angket secara terpisah, dengan mencari nilai
rata-rata setiap variabel dengan menggunakan rumus prosentase
menurut Riduwan (2015:41) dengan rumus sebagai berikut :
P = X 100%

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka persentase

S = Skor tertinggi

I = item soal

100% = Konstanta

Selanjutnya hasil perhitungan tersebut dapat dikualifikasikan

berdasarkan pendapat Riduwan dan Akdon (2015:18).

Kriteria Interpretasi Skor :

Angka 0% - 20% = sangat lemah

Angka 21% - 40% = lemah

Angka 41% - 60% = cukup

Angka 61% - 80% = kuat

Angka 81% - 100% = sangat kuat Uji normalitas data

b. Uji Normalitas Data

12
Uji normalitas data adalahsebuah analisis data yang

bertujuan untuk mendapatkan sebuah data yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan

yaitu uji linieritas, dari Riduwan dan Akdon (2015:36) dengan

langkah sebagai berikut :

1) Menentukan Range (R) dengan rumus dari sudjiono (2015:144)

sebagai berikut:

R=H-L

R = Range yang kita cari

H = Skor atau nilai yang tertinggi (Highest Score)

L = Skor atau nilai yang terendah (Lowest Score)

R = H – L.

2) Menentukan jumlah kelas (K) berdasarkan pendapat Riduwan dan

Akdon (2015:36) dengan rumus sebagai berikut :

K = 1+3.3 Log

3) Menentukan panjang kelas interval (P) berdasarkan pendapat

Riduwan dan Akdon (2015:36) dengan rumus sebagai berikut:

Rentangan (R)
P=
JumlahKelas (K )

4) Membuat daftar distribusi frekuensi variabel X dan variabel Y

5) Menentukan mean (X) berdasarkan pendapat Ridwan dan Akdon

(2015:29) dengan rumus sebagai berikut :

13
Σ (ti . fi)
X=
Σfi

Keterangan :

X = Mean

ti = Titik Tengah

fi = Frekuensi

Ʃ (ti.fi) = Jumlah frekuensi

6) Menentukan Standar Devisi (SD) dari Riduwan dan Akdon

(2015:41) dengan rumus sebagai berikut :

SD =
√ Σfx ²−(fixi)²
n (n−1)

7) Membuat data frekuensi Observasi dan ekspektasi variabel X dan

variabel Y

8) Menguji normalitas distribusi dengan Chi kuadrat dari subana et al

(2015:124) dengan rumus sebagai berikut :

X2 = ( Oi – Ei )2

Ei

9) Mencari derajat kebebasan (DK) dengan rumus dari subana et al

(2015:126) sebagai berikut :

DK = Banyak Kelas – 3

10) Mencari nilai X² tabel tertaraf signifikan (a) = 0,05 dengan rumus

dari subana et al (2015:126) sebagai berikut :

X² tabel = X² X² (1 – a) (dk)

11) Menarik kesimpulan

14
Jika harga X² hitung > dari harga kritik X² tabel, maka data tidak

berdistribusi normal. Jika harga X² hitung < dari harga kritik X² tabel,

maka data berdistribusi normal.

c. Uji Linearitas Data

Apabila data distribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji

linieritas data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membuat tabel penolong untuk menghitung data statistik.

a) Menghitung rumus b

b = n.∑XY − .∑X.∑Y

n.∑X2 ─ (∑X)2

b) menghitung rumus a

a = ∑Y – b.∑X

b. Menguji signifikansi berdasarkan pendapat dari Riduwan dan Akdon

(2015:134) dengan langkah sebagai berikut :

1) Mencari jumlah kuadrat regresi (Jkreg[a]) dengan rumus :

( Σy)²
JKreg(a) =
n

2) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKreg[ba]) dengan rumus :

−( ΣX ) .(ΣY )
Jkreg (ba) = b. ∑ XY }
n

3) Mencari jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus :

Jkres ¿ ∑ Y 2 – Jkreg [ba] - JKreg[a]

15
4) Mencari rata–rata jumlah kuadrat regresi (RJKreg[a]) dengan rumus:

RJKreg[a] = JKreg[a]

5) Mencari rata–rata jumlah kuadrat residu (RJKreg[ba]) dengan rumus

RJKreg[bja] = JKreg[bja]

6) Mencari rata–rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

JKres
RJKres =
n−2

7) Menguji signifikansi dengan rumus :

RJKreg b a }
Fhitung =
RJKres

8) Membuat kesimpulan

c. Menguji Linearitas

Berdasarkan pendapat dari Riduwan dan Akdon subana et al

(2015:138) dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Mencari jumlah kuadrat eror (Jke) dengan rumus :

ΣY ²
Jke = ∑ ∑ Y² _ }
n

2) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKtc) dengan rumus :

JKtc = JKres + Jke

3) Mencari rata – rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKtc) dengan

rumus :

JKtc
RJKtc =
k −2

4) Mencari rata – rata jumlah kuadrat error (RJKe) dengan rumus :

16
JKe
RJKe =
n−k

5) Mencari nilai Fhitung dengan rumus :

RJKtc
Fhitug =
RJKe

6) Mencari nilai Ftabel menggunakan taraf signifikan (a) = 0,5

dengan rumus :

Ftabel = F(1-a) (dk TC dk E).

7) Menentukan keputusan pengujian linieritas.

a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka tolak Ho artinya data berpola

linier

b) Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka terima Ho artinya data berpola

tidak linear

a. Uji Korelasi Data

Apabila data tersebut berdistribusi normal dan berpola linier, maka

pengolahan datanya dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan dan

persamaan korelasi product moment dari Riduwan dan Akdon (2015:124)

dengan rumus :

rxy = n ¿ ¿

Keterangan :

Rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment

N = Number of cases

ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

ΣX = Jumlah seluruh skor

17
Apabila data normal dan tidak linier, maka analisa yang di gunakan

adalah range order dari Sudijono (2015:232) dengan rumus sebagai

berikut :

6 ΣD ²
P=1 2
N ( N −1)

Keterangan :

P = Angka indek korelasi tata jenjang

6&1 = bilangan konstan tidak boleh diubah – ubah

D = difference

N = number of class (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Setelah mengetahui koefisien korelasi, selanjutnya memberikan

interpretasi terhadap analisa data tersebut :

1) Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokan hasil

perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment dari Riduwan

dan Akdon (2015:124) seperti di bawah ini:

Indeks Korelasi “r”

Interval Tingkat

koefisien Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat

18
Rendah

2) untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y

dapat ditemukan dengan rumus koefisien determinan dari Riduwan dan

Akdon (2015:125) sebagai berikut :

KP = r2 X 100 %

b. Uji signifikansi korelasi dengan rumus sebagai berikut :

1) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat kebebasan n - 2 .

2) Membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel pada taraf

signifikan 5% dan 1% dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

t=
√r n−2
√1−r ²
a. Jika nilai Thitung ≥ dari Ttabel, maka Ho ditolak artinya signifikan.

b. Jika nilai Thitung ≤ dari Ttabel, maka Ho diterima artinya tidak

signifikan (Ridwan dan Akdon, 2015:127)

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukan pada

pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya

unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat di observasi.

19
Lokasi yang penulis teliti adalah di MTs Darul Ma’arif. Alasannya

karena peneliti merasa bahwa lokasi tersebut adalah lokasi yang sesuai

dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

2. Populasi

Berdasarkan sumber yang penulis peroleh bahwa yang akan

dijadikan populasi adalah seluruh siswa MTs. Darul Ma’arif Pamanukan,

dengan jumlah 310 siswanya dan guru yang berjumlah 31 guru.

Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas


objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (sugiyono, 2017:119).

3. Sampel Penelitian

Sugiyono (2017:81) Menyatakan bahwa sampel adalah sebagian

dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun

menurut sukmadinata (2012:251) penentuan sampel dari populasi adalah

penarikan sampel atau “sampling”. Penelitian dengan menggunakan

sampel ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian terhadap

populasi, kecuali kalau jumlah populasinya sedikit atau lingkungannya

sangat sempit.

Penentuan sampel pada variabel X dan Y dalam penelitian ini

berdasarkan pendapat Riduwan dan Akdon (2013: 253) bahwa berkaitan

dengan penentuan sampel sebagai acer-acer maka apabila subjeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat

20
diambil antara 10% -15% atau 20% -25% atau lebih, dari jumlah populasi

yang diteliti. Berdasarkan populasi guru yang berjumlah 31 orang, maka

sampel penelitian variabel X diambil semuanya, karena jumlah populasi

guru kurang dari 100 orang.

Tabel 1.1

Daftar Guru MTs Darul Ma’arif Kabupaten Subang

LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH


15 16 31

Dan beranjak untuk pengambilan sampel siswa, penulis masih


menggunakan teori dari Arikunto. Berdasarkan jumlah populasi siswa
yang jumlahnya 310 siswa, maka sampel variabel y diambil 10% 310 ini
adalah 10% x 310 = 31 siswa.

Kemudian dalam menentukan sampel, penentuan sampel dilakukan


dengan tehnik random sampling. Menurut sudjana (1989; 173 ) sratifead
proposional random sampling dengan ukuran tiap kelas seperti yang
tertera tabel di bawah ini :

rumus yang digunakan yaitu :

N1
n1 = xn
N

NO KELAS JUMLAH SISWA UKURAN SAMPEL


100
1 VII 100 x 31= 10
310
90
2 VIII 90 x 31= 9
310
120
3 IX 120 x 31= 12
310

21
BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING DAN HASIL BELAJAR SISWA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali

oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran

ilmu medis di McMaster University Canada. Problem based learning

(PBL) adalah metode pembelajaran yang dipicu oleh permasalahan, yang

mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok

untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan

serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai.

Menurut Huda (2019:271) Barrow mendefinisikan model

pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran

yang didapatkan dengan memecahkan sebuah persoalan pembelajaran.

Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.

Menurut Arends, Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu


pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah
autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat
tinggi dan inkuiri,memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan
dirinya, (Trianto 2007:68).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran

Problem Based Learning, yaitu suatu model pembelajaran yang mengacu

pada keaktifan siswa, model pembelajaran pada umumnya menekankan

22
keaktifan guru sebagai patokan utama berjalannya model pembelajaran

tersebut, akan tetapi pada model pembelajaran Problem Based Learning

keaktifan siswa yang menjadi patokan utama berjalannya proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang didasari pemecahan masalah

dalam suatu mata pelajaran menjadi pengertian umum model pembelajaran

Problem Based Learning, kemudian siswa dituntut agardapat memecahkan

masalah yang sudah disajikan dengan berkelompok dan dibimbing oleh

guru.

2. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Maryati (2018 : 66), Adapun prinsip-prinsip Pembelajaran


Problem Based Learning adalah:
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah
penuangan pengetahuan ke kepala pembelajar. Kepala pembelajar
dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan
penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi
oleh pembelajarpada memorinya seperti menyimpan buku-buku di
perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil (call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern
menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan
disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik.
Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan
informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut
bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu
diinterpretasikan dan dipanggil. Knowing About Knowing
(metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
2. Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat,
bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring,
secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam
Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial
keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do),
strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it
work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung
pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga
penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan.
Secara khusus keterampilan metakognitif meliputi kemampuan

23
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana
suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk
akal (?).
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan.
Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk
mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan
yang sangat ambisius.

Beberapa prinsip tersebut merupakan prinsip yang dapat diterapkan

oleh pendidik dalam hal ini adalah guru agar dapat tercipta suasana belajar

yang sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning, yaitu

siswa berperan aktif berdiskusi dalam memecahkan permasalahan

pembelajaran. Penerapan keempat prinsip itu tentunya harus diiringi dengan

kesinambungan antarasatu poin dengan poin yang lainnya, karena jika salah

satu dari prinsip tersebut tidak sempurna atau tidak diterapkan, maka

pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan

kureng efektif dilakukan.

3. Kerangka Rancangan Belajar Model Pembelajaran Problem Based


Learning
Adapun kerangka rancangan dan penerapan belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning adalah
sebagai berikut :

a. Memfasilitasi
Proses pembelajaran Problem Based Learning berawal dengan
menyesuaikan pola pikir siswa, kemudian mengeksplorasi
kemampuan siswa dalam mengajukan sebuah pertanyaan, membuat
siswa ikut serta pada pembelajaran kelompok.
b. Menuntut
Siswa dalam mendapatkan strategi pemecahan masalah, mulai
dengan penalaran yang mendalam (deep reasoning), serta berpikir
metakognitif dan kritis.
c. Memediasi
Sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk menggali informasi.
diawali mencari sumber informasi, membuat hubungan antara satu

24
sumber dengan sumber yang lainnya dan memberikan isyarat.
(Taufik 2016:5)
Dengan adanya tuntutan kerangka rancangan belajar tersebut

dalam model pembeajaran Problem Based Learning, dapat menjadi

sebuah alat ataupun cara yang dapat membantu guru dala

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas

dengan efektif sehinga dapat berpengaruh baik pada hasil belajar

siswa.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

a. Kelebihan

Menurut Sanjaya (2007:218) menyatakan bahwa kelebihan dari

model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1) Model pembelajaran Problem Based Learning dapat


meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
2) Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning akan
menjadikan pembelajaran yang bermkna. Siswa belajar
memecahkan suatu masalah maka siswa akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan.
3) Membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan bebas.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan, juga dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar
maupun proses belajar.

25
b. Kekurangan
Masih menurut Sanjaya (2007:219) bahwa selain kelebihan,

model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki

kekurangan antara lain :

1) Jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang


dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan
untuk mencoba
2) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam
kegiatan pembelajaran
3) Pembelajaran Problem Based Learning membutuhkan waktu yang
lama.
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli tersebut dapat dipahami

bahwa model Pembeljaran memiliki sebuah kekurangan dan kelebihan.

Kekurangan dan kelebihan tersebut seharusnya diketahui oleh guru,

hal tersebut sebagai upaya untuk meminimalisir kesalahan atau

ketidaksesuaian ketika menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning di kelas.

5. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Huda (2019:272) tahapan pelaksanaan model

pembelajaran Problem Based Learning antara lain sebagai berikut :

a) Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah.


b) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial Problem Based Learning
dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta
suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa
yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga
mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.
c) Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah
di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan,
database, website, masyarakat, dan observasi.

26
d) Siswa kembali pada tutorial model pembelajaran Problem Based
Learning, lalu saling sharing informasi, melalui peer teaching atau
cooperative learning atas masalah tertentu.
e) Siswa menyajikan solusi atas masalah.
f) Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan
selama ini. Semuanya berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat
dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan
bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya
terhadap proses tersebut.

Tahapan yang telah dijabarkan tersebut diharapkan dapat

dilaksanakan dengan baik oleh guru agar penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning pada kegiatan belajar mengajar

menjadi efektif. Sederhananya tahapan-tahapan model pembelajaran

Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

a) Siswa diberikan suatu masalah pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang akan mereka pelajari. Hal ini tentu berbeda dengan

model pembelajaran pada umumnya yang dimana pada tahap

pertama siswa akan diberikan bekal materi oleh guru, pada model

pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut lebih aktif.

b) Setelah masalah pembelajaran diberikan siswa dituntut untuk

menyelesaikan masalah tersebut dengan teman-temannya baik

dengan kelomok kecil atau besar. Hal ini agar kreatifitas dan nalar

kritis siswa terbangun sejak dini, sehingga wawasan mereka akan

pengetahuan akan bertambah luas.

c) Mendeskripiskan hasil diskusi didepan umum, tentunya apa yang

mereka pecahkan dengan teman-temannyaharus tersampaikan

dengan baik kepada seluruh siswa dikelas.

27
d) Setelah selesai mendeskripsikan, kemudian guru memberikan

arahan atau masukan perihal pembelajaran yang sudah dilakukan,

atau member sebuah konsep pembelajaran dan membenarkan

apabila ada suatu kesalahan yang disampaikan siswa.

B. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar sangat berkaitan erat dengan tingkah laku siswa

ataupun nilai-nilai yang mereka peroleh. Hasil belajar merupakan hasil

perubahan siswa baik tingkah laku, tingkat keilmuan ataupun emosi yang

mereka dapat setelah pembelajaran tuntas dilaksanakan yang bisa

dibuktikan dengan lembar evaluasi ataupun perilaku sehari-hari.

Menurut Slameto (2000:20) hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu
hasil dan belajar, hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan dsb) oleh usaha. Sedangkan belajar adalah suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya.

Jadi, secara sederhana hasil belajar adalah penguasaan

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa yang ditunjukan

dengan tes atau soal yang diberikan oleh guru dan kemampuan perubahan

sikap atau tingkah laku yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.

Beberapa penjelasan para ahli mengenai pengertian hasil belajar,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terbagi menjadi tiga, antara lain :

a. Hasil belajar siswa yang dapat dilihat perubahannya dalam perilaku

atau kebiasaan. Seorang siswa yang telah selesai dalam proses

28
pembelajarannya dapatdilihat dari perubahan perilakunya, hal ini

menjadi salah satu dasar dari pengertian hasil belajar.

b. Hasil belajar juga bisa diamati dan dilihat dari perubahan karakter atau

emosional siswa tersebut, hal ini bisa kita lihat ketika siswa

memecahkan suatu permasalahan atau bahkan menyelesaikan masalah

yang ia alami.

c. Hasil belajar sebenarnya diketahui dari hasil capaian siswa pada

lembar kerja belajarnya, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai

berupa angka padahasil belajar tertulisnya.

2. Indikator Hasil Belajar Siswa

Menurut Sudjana (2019:22) menyatakan bahwa hasil belajar

memiliki indikator yaitu sebagai berikut :

a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.Kedua aspek pertama disebut kognitf
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnyatermasuk kognitif
tingkat tinggi.

Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Adapun

pengertian dari keenam aspek pada ranah kognitif yaitu :

1) Pengetahuan atau hafalan

Ialah tingkat kemampuan untuk mengenal atau mengetahui adanya

respon, fakta atau istilah-istilah tanpa harus dimengerti atau dapat

menilai dan menggunakannya.

29
2) Pemahaman, adalah kemampuan memahami arti sebuah konsep,

situasi serta fakta yang diketahui

3) Aplikasi, adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit yang

dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis

4) Analisis, adalah kemampuan menguraikan suatu integrasi atau

situasi tertentu kedalam komponen-konponen atau unsure-unsur

pembentuknya.

5) Sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam

suatu bentuk menyeluruh.

6) Evaluasi, adalah membuat suatu penilaian tentang suatu

pernyataan, konsep, situasi dan lain sebagainya.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi

dan internalisasi. Perilaku siswa sangat mencerminkan hasil belajar

yang mereka dapatkan.

Penerimaan merupakan aspek yang menekankan adanya

rangsangan atau stimulus dari luar. Rangsangan itu bisa berupa

masalah, situasi, atau gejala lain. Pada aspek ini, siswa diarahkan agar

bisa menerima nilai-nilai kebaikan yang diperoleh dari pembelajaran.

Pada aspek jawaban atau reaksi, siswa bisa melibatkan dirinya

secara aktif dalam suatu kejadian dan memberikan reaksinya.

30
Contohnya, muncul keinginan siswa untuk mempelajari hal-hal tentang

bela negara.

Pada penilaian ini, siswa sudah mampu memberikan penilaian

suatu kejadian itu baik atau buruk. Tidak sampai situ, setelah mereka

bisa menilai sesuatu, mereka akan berusaha untuk

mengimplementasikan sisi baiknya dan menjauhi sisi buruknya.

Pada aspek organisasi, siswa sudah bisa mengombinasikan dua

nilai berbeda sehingga menjadi satu nilai baru yang bersifat universal,

sehingga terbentuk perbaikan nilai secara umum. Contohnya,

keikutsertaan siswa di ajang penegakan hukum nasional.

Aspek internalisasi merupakan aspek tertinggi di ranah afektif

karena peserta didik sudah mampu memadukan semua nilai, sehingga

tercermin dari kepribadian beserta tingkah lakunya. Artinya, pada

aspek ini sudah tertanam nilai-nilai yang secara konsisten membentuk

kepribadian peserta didik.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik,

yakni, gerakan reflks, keterampilan dasar, kemampuan perceptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan

gerakan ekspresif dan interpreatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi indikator hasil belajar. Diantara

ketiga ranah tersebut, ranah kognitif merupakan ranah yang paling

31
banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan

kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

3. Ciri-ciri hasil belajar

Menurut Syah (2011:117) cirri-ciri hasil belajar yaitu sebagai

berikut :

a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi pada proses belajar adalah berdasarkan
pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari
atau dengan kata lain kebetulan. Ciri ini mengandung konotasi bahwa
siswa menyadari akan adanya perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu,
keterampilan dan seterusnya.
b. Perubahan positif-aktif
Perubahan ini terjadi karena proses belajar bersifat positif dan
aktif. Positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Hal
ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang lebih baik
dari apa yang telah ada sebelumnya.

Penjelasan mengenai ciri-ciri hasil belajar tersebut memiliki

kesimpulan bahwa ciri-ciri hasil belajar sangat beragam dan memiliki

berbagai sudut pandang. Salah satunya adalah dilihat dari pengalaman

dan praktek dalam kegiatan pembelajaran yang memunculkan

perubahan baik dalam ilmu pengetahuan, kebiasaan ataupun sebuah

pandangan dalam kehidupan sehari-hari, perubahan ini tentunya sangat

bisa dirasakan dan diamati karena berkaitan dengan sikap dan

kemampuan siswa. Selain itu perubahan lain yang menjadi salah satu

sudut pandang cirri-ciri hasil belajar adalah perubahan yang bersifat

positif dan bermanfaat, hal ini dikarenakan oleh penambahan suatu hal

yang baru ataupun hal yang lebih baik dari sebelumnya.

32
Menurut Usman (1993:25) adapun ciri-ciri hasil belajar adalah

sebagai berikut :

1. Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan,


keterampilan sikap dan cita-cita.
2. Memiliki dampak pengajaran dan pengiring.
3. Adanya perubahan mental, tingkah laku dan jasmani

Ciri-ciri belajar memiliki berbagai macam pengertian dan juga

bagian, baik dari sudut pandangsiswa tersebut atau hal lain. Seperti

perubahan kapasitas pengetahuan pada siswa merupakan salah satu

cirri dari hasil belajar. Siswa yang telah menuntaskan pembelajarannya

tentunya akan terlihat memiliki pengetahuan yang lebih luas dan

banyak jika dibandingkan saat siswa tersebut belum menjalani proses

pembelajaran. Seperti ketika seorang siswa mempelajari tata cara

shalat yang baik dan benar pada sebuah mata pelajaran Fiqih, tentunya

setelah siswa tersebut selesai menyelesaikan proses pembelajaran aka

nada peningkatan pengetahuan seperti hafalan bacaan shalatnya yang

bertambah setelah pembelajaran tersebut dibandingkan dengan

sebelum melakukan pembelajaran.

Selain kapasitas pengetahuan yang bertambah, kebiasaan serta

keterampilan sikap pun akan ikut berubah, hal ini karena efek dari

sebuah pembelajaran yang mampu merubah sikap siswa dan

membawanya menjadi lebih baik. Keterampilan dalam mempraktekan

apa yang siswa tersebut pelajaripun sebagai salah satu cirri dari hasil

belajar.

33
Perubahan mental, perilaku dan jasmani juga merupakan salah satu

dari beberapa cirri hasil belajar. Salah satu contohnya adalah ketika

siswa selesai dalam pembelajaran al-qur’an hadis, pasti ada perubahan

pada dirinya baik signifikan ataupun tidak, mentalnya dalam

menyelesaikan masalah atau menyikapi suatu persoalan pasti akan

berbeda dengan sebelum siswa tersebut belajar al-qur’an dan hadis.

Terlebih lagi mengenai perilaku dan jasmaninya, karena sudah

mengerti akan baik dan buruk serta dampaknya, tentu perilaku dari

siswa tersebut akan mengalami perubaha kea rah yang lebih baik lagi.

4. Pentingnya Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Hasil belajar dapat menjadi barometer berhasil atau

tidaknya pembelajaran, perubahan yang signifikan pada pengetahuan,

kemampuan maupun sikap setelah kegiatan pembelajaran menandakan

bahwa hasil belajar siswa tersebut baik. Tanpa adanya hasil belajar, guru

akan sangat sulit mengukur kemampuan setiap siswa dalam memahami

sebuah pengetahuan, bahkan guru akan kesulitan untuk beralih pada

pembelajaran selanjutnya. Maka dari itu hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Rusman (2015:67) hasil belajar mempunyai peranan penting


dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena hasil belajar dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
pada diri siswa setelah menerima p4engalaman belajarnya yang dapat
diamati dan diukurdalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

34
5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut (Susanto 2013:15) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar antara lain yaitu :

a. Kecerdasan Anak
Kecerdasan anak sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya
menyerap suatu pembelajaran. Kecerdasan merupakan suatu potensi
dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir.
Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan
apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran dan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan.
b. Kesiapan atau kematangan
Dalam proses belajar kematangan atau kesiapan juga turut
menentukan keberhasilan dalam belajar, karena kematangan ini erat
hubungannya dengan kebuuhan siswa.
c. Bakat anak
Menurut Chaplin yang dimaksud dengan bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat
atau potensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu, sehingga
dapat dikatakan bahwa bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil belajar.
d. Kemauan belajar
Kemauan belajar siswa adalah suatu hal yang hanya siswa tersebut
yang dapat mengontrol dan membangkitkannya, hal ini akan menjadi
penentu karena dari kemauan belajar yang kuatakan menjadi
semangatdan pendorong agar dapat memahami sebuah pembelajaran.
e. Pribadi dan sikap guru
Guru adalah suri tauladan bagi siswa, maka dari itu kepribadian
dan sikap guru akan sangat berpengaruh pada hasil belajarsiswa. Sikap
yang baik akan membuataurapositif sehingga kegiatan belajarmenjadi
lebih efektif.

Dari Penjelasan tersebut dapatr disimpulkan bahwa terdapat

banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Salahh satunya

adalah kecerdasan anak. Kecerdasan anak adalah sebuah anugerah Allah

Swt. yang melekat sejak dilahirkan, kecerdasan anak dapat menajdi faktor

yang mempengaruhi hasil belajar, semangit baik kecerdasan seorang siswa

atau ketika semakin sering kecerdasan siswa tersebut diasah baik dalam

35
proses pembelajaran maupun praktek pembelajaran maka akan sangat

berpengaruhb pada hasil belajar, karena siswa akan cepat dan mudah

memahami sebuah pembelajaran apabila kecerdasannya diasah dan

digunakan dengan baik.

Kemudian, kematangan dan kesiapan seorang siswa juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Hal ini dikarenakan

siswa yang belum matang baik usia maupun materi dan sebagainya dalam

proses pembelajaran tentunya akan menghambat siswa tersebut dalam

memahami kegiatan belajarnya, salah satu contoh adalah ketika batas

minimal siswa ketika masuk ke sekolah tingkat dasar (SD) adalah 7 tahun,

kemudian ada anak yang didaftarkan atau ikut kegiatan belajar mengajar di

SD dengan usia dibawah 7 tahun, hal itu akan berpengaruh padalambatnya

siswa menerima materi atau memahami materi yang disampaikan oleh

guru, karena kematangan usianya belum cukup untuk berada dijenjang

tersebut.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah bakat.

Bakat merupakan hal mendasar yang tertanam dalam diri seorang siswa.

Ketepatan bakat dan materi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan

sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Bakat pada tentunya

berbeda-beda, siswa satu dengan siswa lainnya pasti memiliki bakat yang

berbeda, kalaupun sama pasti memiliki perbedaan baik pada karakteristik

ataupun kemampuannya. Ketika sebuah pembelajaran dilakukan dan

36
pembelajaran tersebut cocok dengan siswa tersebut, maka hasil belajar

siswa pun akan meningkat.

Kemauan siswa dalam mempelajari materi dalam proses

pembelajaran menjadi salah satu faktor dari hasil belajar. Siswa yang

memiliki kemauan kuatuntuk menguasai suatu pembelajaran tentunya akan

mendapatkan hasil belajar yang memuaskan karena dorongan kemauannya

akan menimbulkan semangat belkajar dan semangat untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran.

Selanjutnya kepribadian dan sikap seorang guru juga dapat

menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar. seperti kata pepatah yang

mengatakan guru itu digugu dan ditiru, hal ini tentu sangat selaras dengan

faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sikap guru yang baik ketika

didalam kegiatan belajar mengajar atau di luar kegiatan belajar mengajar

akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, guru yang memiliki

perangai baik dalam menyampaikan materi akan menjadi dorongan

semangat dan motivasi untuk siswa agar lebih bersemangat dalam belajar

sehingga hasil belajar yang di raih menjadi baik.

6. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa

Suharta (2013 : 55) menyatakan bahwa penggunaan Model


Pembelajaran Problem Based Learning selama kegiatan
pembelajaran membuat siswa lebih berpikir dari pada menghafal,
memahami pelajaran yang lebih baik melalui diskusi dan bisa
menerima model pembelajaran, juga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.

37
Dengan adanya kegiatan berfikir secara mandiri, siswa menjadi

aktif dan terus mengekplorasi pemahamannya sehingga sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain itu hasil belajar siswa yang

menerapkan model pembelajaran problem based learning akan lebih

unggul karena tingkat pemahamannya bisa melebihi dari apa yang teman-

temannya pelajari, karena sifat dari model pembelajaran problem based

learning yang menganalisis suatu masalah secara mandiri. Hal ini selaras

dengan program pendidikan pemeritah Indonesia yang tertuang dalam

Kurtilas yang mana siswa diharapkan mampu mengekplorasi hasil

pembelajarannya didepan umum, kegiatan seperti ini dilakukan agar siswa

mampu memiliki mentalitas yang kuat untuk tampil dan mengemukakan

pendapat.

Menurut Amir (2009:130) bebagaimana yang dikemukakan oleh


Duch bahwa model pembelajaran problem based learning/pembelajaran
berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan penyajian
masalah nyata sebagai konteks untuk siswa berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan dan menimbulkan
hasil belajar yang baik.
Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning yang

menuntut siswa lebih aktif menjadi salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang menerapkan pembelajaran

dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan berfikir lebih

berat dan kritis karena tuntutan mereka bukan hanya memahami materi

yang dipelajari akan tetapi juga mempelajari bagaimana menyelesaikan

masalah yang ada dalam suatu pembelajaran. Karena tuntutan belajar yang

38
lebih berat ini maka tentunya tingkat keberhasilan dalam hasil belajar

siswa juga meningkat.

Maka dari itu penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning harus sesuai dan efektik. Penerapan yang efektif akan

menghasilkan hasil belajar yang baik, hal ini membuat model

pembelajaran Problem Based Learning menjadi salah satu model yang

tepat digunakan dilingkungan sekolah oleh guru.

39
BAB III

METODE PENELETIAN

A. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional pada penulisan merupakanunsur penulisan yang

terkait dengan variable yang terdapat dalam judul penulisan atau yang tercakup

dalam paradigm penulisan sesuai dengan hasil perumusan masalah. Penjelasan

ini dipergunakan sebagai landasan atau alas an mengapa sesuatu yang

bersangkutan memang bisa mempengaruhi variable tak terbatas.

Menurut Suryabrata ( 2003:29 ) “defenisi operasional adalah defenisi


yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang diamati (diobservasi)”. Dari
pengertian ini dapat dimengerti bahwa, defenisi operasional variable adalah
defenisi yang didasarkan pada segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu “Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning ” disimbolkan menjadi variable “ X “,

kemudian variable “Hasil Belajar” disimbolkan menjadi variable “Y”. Masing-

masing dari dua variable ini secara operasional dapat diberi defenisi sebagai

berikut :

1. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan model

pembelajaran yang diterapkan oleh guru MTs Darul Ma’arif Pamanukan

yang sangat penting bagi keberhasilan siswa dalam melewati proses

pembelajaran dan didalamnya berisi tahapan pemahaman menganalisis

suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dengan

40
demikian kemampuan siswa dalam memahami materi akan lebih cepat

karena dirangsang aktif terlibat dalam penyelesaian sebuah permasalahan.

Dikutip dari Huda (2019: 271) Barrow menjabarkan model


pembelajaran Problem Based Learning memiliki pandangan bahwa
problem based learning merupakan pembelajaran yang diperoleh
melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses
pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah :

a) Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah.

b) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial Problem Based Learning

dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta

suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka

membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada

pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa

yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang

mereka tidak ketahui. mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga

mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

c) Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah

di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan,

database, website, masyarakat, dan observasi.

d) Siswa kembali pada tutorial model pembelajaran Problem Based

Learning, lalu saling sharing informasi, melalui peer teaching atau

cooperative learning atas masalah tertentu.

41
e) Siswa menyajikan solusi atas masalah.

f) Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan

selama ini. Semuanya berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat

dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan

bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya

terhadap proses tersebut.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar sangat berkaitan erat dengan tingkah laku siswa

ataupun nilai-nilai yang mereka peroleh. Hasil belajar merupakan hasil

perubahan siswa baik tingkah laku, tingkat keilmuan ataupun emosi yang

mereka dapat setelah pembelajaran yang dalam hal ini dibagi menjadi tiga

yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar dapat dibuktikan dengan sebuah dokumen hasil

evaluasi setelah pembelajaran selesai. Pada penelitian kali ini penulis

menggunakan dokumen raport sebagai data variable (Y) di MTs Darul

Ma’arif Pamanukan.

B. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Pengembangan alat pengumpul data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penulisan. Tujuan

yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap petanyaan penulisan. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris,

dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengembangan alat pengumpulan data.

42
Mengingat penelitian ini menggunakan alat melalui observasi,

wawancara, angket, dan dokumentasi, maka dalam pengembangannya

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Angket/Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu daftar yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh

responden yang ingin diselidiki sebagaimana pendapat Sugiyono

(2017:142) “Kuesioner merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya”.

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden

terhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan angket ini responden

mudah memberikan jawaban karena alternatif jawaban sudah

disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam menjawabnya.

Adapun pengembangan alat pengumpulan data dalam penyusunan

angket yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun kisi-kisi angket. Kisi-kisi angket tersebut selanjutnya

dijadikan pedoman menyusun butir-butir pertanyaan sebagai

instrumen penulisan;

b. Pembuatan butir soal. Item atau butir soal angket dibuat

berdasarkan kisi-kisi angket yang telah disusun sebelumnya.

Langkah-langkah pembuatan angket sebagai berikut:

1) Membuat surat pengantar yang dikirim kepada responden;

43
2) Membuat pedoman atau petunjuk pengisian angket;

3) Membuat item pertanyaan yang akan diberikan dan

sekaligusdisertai alternatif jawabannya;

4) Membuat skoring atau penilaian angket;

5) Jika penilaian angket dalam penulisan menggunakan skala

Likert yang dimodifikasi dengan soal disertai lima pilihan

tindakan yang memiliki kemungkinan jawaban; dan

6) Angket penulisan yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket.

2. Observasi

Menurut Sukmadinata (2013:220) “observasi (observation) atau


pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung.”

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui

pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di

lapangan atau lokasi penulisan. Dalam hal ini, penulis dengan

berpedoman kepada desain penulisannya perlu mengunjungi lokasi

penulisan untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang

ada di lapangan. Dari hasil observasi penulis akan memperoleh

gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-

petunjuk tentang cara pemecahannya.

Adapun pengembangan alat pengumpul data dalam melakukan

observasi tersebut sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan observasi yang akan dilakukan dengan

observasi;

44
b. Menentukan metode observasi yang akan digunakan (apakah

dengan intervensi atau tanpa intervensi). Jika dengan intervensi,

apakah menggunakan metode partisipan, sistematik, atau

eksperimen;Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan

observasi dengan observer lebih dari satu;

c. Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar,

meskipun dilakukan beberapa kali atau oleh orang yang berbeda;

d. Mengadakan pengarahan pada para observer (apabila observer

lebih dari satu) agar maksud observasi “dipahami sama” oleh

semua observer;

e. Menginterpretasikan hasil observasi dan menyusun laporan

observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk

melengkapi penulisan, baik berupa sumber tertulis, film, gambar

(foto), dan karya-karya monumental yang semuanya itu memberikan

informasi bagi proses penulisan.

Menurut Arikunto (2006 : 231), dokumentasi yaitu “Mencari data


mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.”

C. Penentuan Ukuran Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006:131). Biasanya teknik sampel digunakan untuk

menghemat pengeluaran biaya, waktu, tenaga, dan pikiran bagi peneliti.

45
Adapun sampel yang diambil merupakan bagian dari populasi yang

benar-benar bisa mewakili keadan objektif masalah penelitian. Biasanya

jika populasi berjumlah 100 atau lebih kecil, maka sampel yang diambil

adalah sejumlah populasi tersebut. Tetapi jika populasi lebih dari 100,

maka peneliti bisa mengambil jumlah sampel sebanyak 10-15(%) atau 20-

25(%) dari jumlah populasi yang diteliti.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka penulis menetapkan sampel

sebanyak : 10% x 310 siswa = 31 siswa. Sampel tersebut penulis ambil

dari kelas VII sebanyak 10 orang dan kelas VIII sebanyak 9 orang dan

kelas IX sebanyak 12 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penulisan yang

memungkinkan diperolehnya data yang objektif.Adapun teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner (angket)

Menurut Sugiyono (2009:142), “Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”

Kuesioner dalam penelitian ini penulis maksudkan untuk

memperoleh data yang intens (mendalam) mengenai keadaan obyektif

penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning di MTs Darul

Ma’arif Pamanukan Kabupaten Subang. Adapun bentuk teknisnya, penulis

46
membuat dan menyebarkan sebuah angket yang terdiri dari pernyataan-

pernyataaan berupa penjabaran variabel (X) yaitu Penerapan Model

Problem Based Learning. Kuesioner yang berisi variabel (X) penulis

sebarkan kepada guru di MTs Darul Ma’arif Pamanukan Kabupaten

Subang.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk menggali data tentang peristiwa/fenomena terhadap

bentuk dan proses guru dalam mengelola pembelajaran (Suryani, 2017:55).

Observasi atau pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa di MTs. Darul Ma’arif Pamanukan.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:231), dokumentasi yaitu “Mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya.”Dalam hal ini digunakan untuk pengumpulan prestasi siswa

dari hasil belajar yang diperoleh setelah menyelesaikan hasil evaluasi

belajar dalam bentuk nilai (angka) yang tercantum dalam buku nilai atau

rapor. Adapun dokumentasi yang digunakan penuis dalam penelitian kali

ini adalah transkrip nilai rapot peserta didik di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan.

47
E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Menurut Hasan (24:2006), pengolahan data adalah “suatu proses


dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan
menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu”. Pengolahan
data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi
data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian
lebih lanjut.
Dalam penelitian ini, prosedur pengolahan data penulis lakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing, yaitu memeriksa angket-angket tentang kebenaran dan

kelengkapan pengisisan agar terhindar dari kekeliruan dan

kesalahan.

b. Tabulating, yaitu membuat tabel-tabel untuk memasukan jawaban-

jawaban responden yang kemudian dicari potensi untuk dianalisa.

c. Analiting, yaitu menganalisa data yang telah diolah secara verbal

sehingga hasil penelitian mudah dipahami.

d. Concluding, yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan

interpretasi data.

2. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah statistik kefisien korelasi dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan antar variabel. Adapun langkah-langkah dalam penelitian

dengan menggunakan analisis statistika adalah sebagai berikut :

48
a. Analisis Parsial

Analisis ini dimaksudkan untuk menguji dan menghitung

variabel X dan variabel Y secara terpisah. Adapun

penghitungannya dengan menggunakan skala prosentase

menurutSudijono (2009:43), dengan rumus sebagai berikut :

f
P= X 100%
N . {Skor Tertinggi . J

Keterangan :
f = Jumlah alternatif jawaban
n = Jumlah responden
100% = Konstanta
P = Jumlah jawaban yang diharapkan

Setelah nilai rata-rata dari tiap-tiap indikator variabel X dan

variabel Y diperoleh, kemudian diinterpretasikan ke dalam Kriteria

Interpretasi Skor dari Riduwan dan Akdon (2010:18) di bawah ini :

No Prosentase Penafsiran

1 76% − 100% Baik


2 56% − 75% Cukup
3 40% − 55% Kurang Baik
4 Kurang dari 40% (< 40%) Tidak Baik

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data merupakan uji prasyarat analisis data

yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan

49
yaitu uji linieritas, dari Riduwan dan Akdon (2015:36) dengan

langkah sebagai berikut :

1) Menentukan Range (R) dengan rumus dari sudjiono (2015:144)

sebagai berikut:

R=H–L

2) Menentukan jumlah kelas (K) berdasarkan pendapat Riduwan

dan Akdon (2015:36) dengan rumus sebagai berikut :

K = 1+3.3 Log n

3) Menentukan panjang kelas interval (P) berdasarkan pendapat

Riduwan dan Akdon (2015:36) dengan rumus sebagai berikut:

Rentangan ( R )
P=
Jumlah Kelas ( K )

4) Membuat daftar distribusi frekuensi variabel X dan variabel Y

5) Menentukan mean (X) berdasarkan pendapat Ridwan dan

Akdon (2015:29) dengan rumus sebagai berikut :

Σ ( ti . fi )
X=
Σfi

Keterangan :

X = Mean

ti = Titik Tengah

fi = Frekuensi

(ti.fi)= Jumlah frekuensi

6) Menentukan Standar Devisi (SD) dari Riduwan dan Akdon

(2015:41) dengan rumus sebagai berikut :

50

2 2
Σ f x −( fixi )
SD =
n ( n−1 )

7) Membuat data frekuensi Observasi dan ekspektasi variabel X

dan variabel Y

8) Menguji normalitas distribusi dengan Chi kuadrat dari subana

et al (2015:124) dengan rumus sebagai berikut :

X2 = ∑( Oi – Ei )
Ei

9) Mencari derajat kebebasan (DK) dengan rumus dari subana et

al (2015:126) sebagai berikut :

DK = Banyak Kelas – 3

10) Mencari nilai X² tabel tertaraf signifikan (a) = 0,05 dengan

rumus dari subana et al (2015:126) sebagai berikut :

X² tabel = X² X² (1 – a) (dk)

11) Menarik kesimpulan

Jika harga X² hitung > dari harga kritik X² tabel, maka data

tidak berdistribusi normal.

Jika harga X² hitung < dari harga kritik X ² tabel, maka data

berdistribusi normal (subana et al, 2015:126).

c. Uji Linieritas Data

Apabila data distribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji

linearitas data dengan langkah – langkah sebagai berikut :

51
1) Membuat tabel penolong untuk menghitung data statistik

2) Menghitung persamaan regresi sederhana dari Riduwan

danAkdon dengan rumus sebagai berikut : y = a+bx

d. Menguji signifikansi berdasarkan pendapat dari Riduwan dan

Akdon (2015:134) dengan langkah sebagai berikut :

1) Mencari jumlah kuadrat regresi (Jkreg[a]) dengan rumus :

( Σy )2
JKreg(a) =
n

2) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKreg[b⏐a]) dengan rumus:

−( ΣX ) .(ΣY )
Jkreg (b⏐a) = b. { XY }
n

3) Mencari jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus :

Jkres ¿ ∑ Y 2 – Jkreg [b⏐a] - JKreg[a]

4) Mencari rata – rata jumlah kuadrat regresi (RJKreg[a]) dengan

rumus:

RJKreg[a] = JKreg[a]

5) Mencari rata – rata jumlah kuadrat residu (RJKreg[b ⏐a])

dengan rumus :

RJKreg[bja] = JKreg[bja]

6) Mencari rata – rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan

JKres
rumus:RJKres =
n−2

e. Menguji linearitas berdasarkan pendapat dari Riduwan dan Akdon

subana et al., (2015:138) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

52
1) Mencari jumlah kuadrat eror (Jke) dengan rumus :

ΣY ²
Jke = { Y² _ }
n

2) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKtc) dengan rumus :

JKtc = JKres + Jke

3) Mencari rata – rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKtc) dengan

rumus :

JKtc
RJKtc =
k −2

4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat error (RJKe) dengan rumus :

JKe
RJKe =
n−k

5) Mencari nilai Fhitung dengan rumus :

RJKtc
Fhitug =
RJKe

6) Mencari nilai Ftabel menggunakan taraf signifikan (a) = 0,5

dengan rumus :

Ftabel = F(1-a) (dk TC dk E)

7) Menentukan keputusan pengujian linieritas

Jika Fhitung Ftabel, maka tolak Ho artinya data berpola linier

Jika Fhitung Ftabel, maka terima Ho artinya data berpola tidak


linier

f. Uji Korelasi Data

53
Apabila data tersebut berdistribusi normal dan berpola

linier, maka pengolahan datanya dilanjutkan dengan menggunakan

pendekatan dan persamaan korelasi product moment dari Riduwan

dan Akdon (2015:124) dengan rumus :

rxy = n ¿ ¿

Keterangan :

Rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment

N = Number of cases

ΣXY = Jumlah hasil perkalian anatara skor X dan Y

ΣX = Jumlah seluruh skor

Apabila data normal dan tidak linier, maka analisa yang di

gunakan adalah range order dari subana et al., (2015:150) dengan

rumus sebagai berikut :

6ΣD²
P=1 2
N ( N −1)

Keterangan :

P =Angka indek korelasi tata jenjang

6&1 = bilangan konstan tidak boleh diubah – ubah

D = difference

N =number of class (jumlah frekuensi/banyaknyaindividu).

Setelah mengetahui koefisien korelasi, selanjutnya

memberikan interpretasi terhadap analisa data tersebut :

54
1) Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokan

hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment

dari Riduwan dan Akdon (2015:124) seperti di bawah ini:

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

2) Interpretasi menggunakan nilai “r’’ yaitu db= N –nr hasilnya

dikonsultasikan pada tabel nilai “r” product moment dari hasil

person untuk tarif df signifikan 5% (subana et al, 2015:145).

g. Uji signifikansi korelasi dengan rumus sebagai berikut :

√r n−2
t=
√1−r 2
1) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat

kebebasan : n – 2

2) Membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel pada taraf

signifikan 5% dan 1% dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

55
Jika nilai Thitung dari Ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan

Jika nilai Thitung dari Ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan (Riduwan

56
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan-Temuan Penelitian

Untuk memperoleh data real tentan penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (variabel X) dan hasil belajar siswa (variabel Y),

maka langkah utama yang penulis lakukan adalah dengan menyebar

angket untuk variabel X dan mendokumentasikan prestasi belajar peserta

didik berupa rata-rata nilai raport untuk variabel Y.

Setelah data real terkumpul, selanjutnya penulis melakukan analisis

dan konversi data menjadi data kuantitatif dengan ketentuan penilaian

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Pedoman Penilaian Angket Penelitian

Nilai
No Opsi Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan (+) Pertanyaan/Pernyataan (-)

1 SL 5 1

2 SR 4 2

3 KD 3 3

4 JR 2 4

5 TP 1 5

Keterangan :

SL = Selalu KD = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah

SR = Sering JR = Jarang

57
1. Analisis Model Pembelajaran Problem Based Learning (Variabel

X)

a. Analisis Parsial Variabel X

Analisis parsial dimaksudkan untuk memberikan gambaran

real dari kondisi masing-masing variabel penelitian yang diamati

secara terpisah dengan melakukan perhitungan rata-rata setiap

indikatornya. Dalam teknik analisis parsial ini peneliti menghitung

Variabel X dari hasil penyebaran angket terhadap 44responden

(guru) yang terdiri dari 20 item pertanyaan dari 6 indikator.

Dengan menggunakan rumus presentase menurut sudjiono

(2011:43) sebagai berikut :

Adapun rumus perhitungan persentasenya sebagai berikut :

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal
Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya


N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka Presentase

S = Skor tertinggi

I = Item soal

100% = Konstanta

Setelah hasil analisis parsial (%) variabel X didapat, maka

selanjutnya dikonsultasikan pada tabel interpretasi berikut :

58
Tabel 4.2
Interpretasi Persentase Variabel

Skor Persentase Kriteria Interpretasi


0 % - 19,99 % Sangat Lemah
20 % - 39,99 % Lemah
40 % - 59,99 % Cukup
60 % - 79,99 % Kuat
80 % - 100 % Sangat Kuat
(Riduan dan Akdon, 2013 : 150)

59
Hasil Perolehan angket Variabel X

Tabel 4.3
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

No item soal
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A 3 5 2 5 2 3 4 3 3 4 5 3 2 3 5 5 5 4 4 2 72
2 B 2 4 3 3 3 5 4 2 3 5 5 3 4 4 5 5 5 3 2 3 73
3 C 4 4 4 2 5 5 4 2 5 3 4 3 5 4 3 2 5 3 4 3 74
4 D 3 4 4 4 3 5 5 4 3 4 2 2 3 5 4 5 3 4 5 3 75
5 E 5 4 3 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 2 3 2 2 2 2 2 70
6 F 4 4 4 3 5 3 4 3 5 5 4 4 3 4 5 4 3 5 3 5 80
7 G 3 4 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 3 4 3 5 5 4 5 5 83
8 H 5 5 5 4 5 5 3 4 4 3 5 4 3 4 4 2 2 2 2 4 75
9 I 5 4 4 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 87
10 J 5 5 4 5 3 5 5 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 5 87
11 K 5 4 4 4 5 5 3 5 4 5 4 4 4 4 2 5 2 3 2 2 76
12 L 4 3 4 4 5 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 78
13 M 5 4 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 4 5 74
14 N 4 4 4 5 3 4 5 2 4 2 3 2 5 3 5 5 3 3 3 4 73
15 O 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 5 5 4 3 4 5 5 4 5 4 79
16 P 5 5 5 4 4 5 3 4 5 4 3 3 4 3 4 5 5 5 4 3 83
17 Q 5 4 3 4 5 5 5 4 4 2 2 2 2 2 2 2 5 4 3 5 70
18 R 3 4 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 3 4 3 5 5 4 5 5 83

60
19 S 2 3 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 5 5 5 4 3 4 5 80
20 T 5 3 5 3 5 4 5 4 4 5 3 5 4 5 4 4 3 5 3 5 84
21 U 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 4 3 5 3 3 4 3 5 3 5 84
22 V 5 3 5 4 5 3 4 4 5 3 4 5 3 3 3 3 5 5 5 4 81
23 W 5 3 3 4 4 5 4 5 5 5 4 3 5 2 2 2 5 3 5 5 79
24 X 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 3 4 80
25 Y 5 4 2 2 4 3 2 2 5 5 4 3 3 4 3 5 5 4 5 5 75
26 Z 4 4 5 3 4 3 5 3 4 5 4 3 3 4 4 3 3 3 4 5 76
27 AA 5 4 5 3 4 3 5 5 5 4 3 3 4 5 3 4 5 3 4 5 82
28 BB 3 4 5 3 4 4 5 3 5 3 4 5 5 2 3 4 4 3 4 5 78
29 CC 4 5 4 2 3 4 5 5 4 5 3 5 4 4 5 5 4 3 4 4 82
30 DD 3 4 5 4 2 3 3 3 5 4 5 2 3 4 3 3 4 4 3 5 72
31 EE 3 4 5 5 5 4 3 3 5 5 2 5 2 4 4 3 5 5 4 5 81
Jumlah 126 125 126 116 130 128 127 107 131 124 118 114 115 115 114 120 124 118 116 132 2426
Ket :
N : 31 Xtertinggi : 87 x 5 = 435
Xmaks : 87 𝜮X : 2426
Xmin : 70

61
Dari perolehan nilai di atas, maka didapat akumulasi nilai variabel

X per subjek/responden sebagai berikut :

70 70 72 72 73 73 74 74 75

75 75 76 76 78 78 79 79 80

80 80 81 81 82 82 83 83 83

84 84 87 87

Berdasarkan data tersebut, kemudian penulis mengadakan analisis

pada setiap indikatornya sebagai berikut :

1) Indikator pertama: Penyajian Masalah. Dihitung dengan rumus

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 1

126 126
P= x 100% = x 100% = 81,3%
31.5.1 155

b) Item soal nomor 2

125 125
P= x 100% = x 100% = 80,6%
31.5.1 155

c) Item soal nomor 3

126 126
P= x 100% = x 100% = 81,3%
31.5.1 155

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh angka

rata-rata : 81,3 + 80,6 + 81,3 : 3 = 81,1 %. Dari angka ini dalam

skala penelitian berada dalam interval 80% - 100% yang berarti

Sangat kuat.

62
2) Indikator kedua: Mendiskusikan masalah. Dihitung dengan rumus

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 4

116 116
P= x 100% = x 100% = 74,8%
31.5.1 155

b) Item soal nomor 5

130 130
P= x 100% = x 100% = 83,9%
31.5.1 155

c) Item soal nomor 6

128 128
P= x 100% = x 100% = 82,6%
31.5.1 155

d) Item soal nomor 7

127 127
P= x 100% = x 100% = 81,9%
31.5.1 155

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh

angka rata-rata : 74,8 + 83,9 + 82,6 + 81,9 : 4 = 80,8 %. Dari

angka ini dalam skala penelitian berada dalam interval 80% -

100% yang berarti Sangat kuat.

3) Indikator ketiga: Studi independen. Dihitung dengan rumus

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 8

107 107
P= x 100% = x 100% = 69 %
31.5.1 155

b) Item soal nomor 9

63
131 131
P= x 100% = x 100% = 84,5%
31.5.1 155

c) Item soal nomor 10

124 124
P= x 100% = x 100% = 80%
31.5.1 155

d) Item soal nomor 11

118 118
P= x 100% = x 100% = 76,1%
31.5.1 155

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh

angka rata-rata : 69 + 84,5 + 80 + 76,1 : 4 = 77,4 %. Dari angka

ini dalam skala penelitian berada dalam interval 60% - 80% yang

berarti kuat.

4) Indikator keempat : Sharing informasi. Dihitung dengan rumus

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 12

114 114
P= x 100% = x 100% = 73,5%
31.5.1 155

b) Item soal nomor 13

115 115
P= x 100% = x 100% = 74,2%
31.5.1 155

c) Item soal nomor 14

115 115
P= x 100% = x 100% = 74,2%
31.5.1 155

d) Item soal nomor 15

114 114
P= x 100% = x 100% = 73,5%
31.5.1 155

64
Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh

angka rata-rata : 73,5 + 74,2 + 74,2 + 73,5 : 4 = 73,9 %. Dari

angka ini dalam skala penelitian berada dalam interval 60% - 80%

yang berarti kuat.

5) Indikator kelima : Siswa menyajikan solusi atas masalah. Dihitung

F
dengan rumus P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 16

120 120
P= x 100% = x 100% = 77,4%
31.5.1 155

b) Item soal nomor 17

124 124
P= x 100% = x 100% = 80%
31.5.1 155

c) Item soal nomor 18

118 118
P= x 100% = x 100% = 76,1%
31.5.1 155

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh

angka rata-rata : 77,4 + 80 + 76,1 : 3 = 77,8 %. Dari angka ini

dalam skala penelitian berada dalam interval 60% - 80% yang

berarti kuat.

6) Indikator keenam : Review pembelajaran. Dihitung dengan rumus

F
P= x 100 %
N . Score tertinggi . Item soal

a) Item soal nomor 19

65
116 116
P= x 100% = x 100% = 74,8%
31.5.1 155

b) Item soal nomor 20

132 132
P= x 100% = x 100% = 85,2%
31.5.1 155

Berdasarkan kedua pertanyaan yang diajukan, diperoleh

angka rata-rata : 74,8 + 85,2 : 2 = 80 %. Dari angka ini dalam

skala penelitian berada dalam interval 80% - 100% yang berarti

sangat kuat.

Keenam analisis di atas menunjukan nilai variabel X (%) per

indikatornya. Adapun untuk mengetahui gambaran real variabel X

secara keseluruhan, maka penulis melakukan penjumlahan dari

hasil setiap indikator :

81 ,1 %+ 80 , 8 %+77 , 4 %+ 73 , 9 %+77 , 8 % +80 %


= 78,5 %
6

Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai distribusi persentase

variabel X (Model Pembelajaran Problem Based Learning) dari 31

sampel yang diteliti di MTs Darul Ma’arif Pamanukan menunjukan

nilai sebesar 78 , 5 %yaitu berada pada kategori 60% -79,99%,

artinya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

tergolong “Kuat”.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data merupakan uji prasyarat analisis data yang

bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini

66
menggunakan Chi-Kuadrat menurut Riduwan dan Akdon

( 2013:99) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan data dari yang terendah sampai yang tertinggi

70 70 72 72 73 73 74 74

75 75 75 76 76 78 78 79

79 80 80 80 81 81 82 82

83 83 83 84 84 87 87

2) Menentukan nilai rata-rata variabel X

ΣX 2426
X= X= =78 ,3
N 31

3) Mencari skor tertinggi dan terendah

Skor tertinggi = 87 skor terendah = 70

4) Menentukan range dengan rumus dari Sudjiono (209 : 144)

sebagai berikut :

R=H–L

R = 87 – 70 = 17

5) Menentukan jumlah kelas (K) berdasarkan pendapat Riduwan

dan Akdon (2013:36) dengan rumus sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 log n

K = 1 + 3,3 log (31)

67
K = 1 + 3,3 (1,5)

K = 1 + 4,9

K = 5,9 dibulatkan menjadi 6.

6) Menentukan panjang kelas interval (P) berdasarkan pendapat

Riduwan dan Akdon (2013:36) dengan rumus sebagai berikut:

Rentangan ( R ) 17
P= = P= = 2,8 dibulatkan menjadi 3
Jumlah kelas (K) 6

7) Membuat daftar distribusi frekuensi variabel X

Tabel 4.4
Daftar Distribusi Frekuensi
(X- X 2 2
No Interval F X FX ) x Fx
X
1 70 – 72 4 71 284 -7,5 56,25 225

2 73 – 75 7 74 518 -4,5 20,25 141,75

3 76 – 78 4 77 308 -1,5 2,25 9

4 79 – 81 7 80 560 1,5 2,25 15,75

5 82 – 84 7 83 581 4,5 20,25 141,75

6 85 - 87 2 86 172 7,5 56,25 112,5

Jumlah 31 2423 645,75

8) Menentukan mean berdasarkan pendapat Sudijono (2009:85)

dengan rumus sebagai berikut:

FX 2423
Mx = = = 78,2
N 31

9) Menentukan simpangan baku (standar deviasi) berdasarkan

Sudijono (2009:161) dengan rumus sebagai berikut:

68
SD =
√ fx 2 =
N √ 645 ,75
31
= √ 20,8306 = 4,56

10) Membuat data frekuensi observasi dan ekspektasi variabel

Sebelum membuat data frekuensi observasi dan ekspektasi

variabel X, terlebih dahulu membuat langkah-langkah sebagai

berikut:

Tabel 4.5
Daftar frekuensi Observasi dan Ekspektasi variabel X
Kelas Z
Batas Luas Z (Oi – Ei)2
Interva Batas Ei Oi
Kelas tabel Ei
l Kelas
69,5 -1,91
70 – 72 0,0775 2,4025 4 1,0622
72,5 -1,25
73 – 75 0,172 5,332 7 0,522
75,5 -0,59
76 – 78 0,1945 6,0295 4 0,6831
78,5 0,07
79 – 81 - 0,2363 -7,3253 7 0,0144
81,5 0.72
82 – 84 - 0,152 -4,712 7 1,111
84,5 1,38
85 – 87 - 0,0631 -1,9561 2 0,0009
87,5 2,04
Jumlah 3,3936

a) Menentukan kelas interval

Lihat tabel

b) Menentukan batas kelas

Lihat tabel

c) Menentukan Z batas kelas

69
Batas Kelas – X
Z =
SD

69 ,5 – 78 ,2
Z1 = = -1,91
4 , 56

72, 5 – 78 , 2
Z2 = = -1,25
4 , 56

75 ,5 – 78 ,2
Z3 = = -0,59
4 , 56

78 ,5 – 78 ,2
Z4 = = 0,07
4 , 56

81 ,5 – 78 ,2
Z5 = = 0.72
4 , 56

84 , 5 – 78 , 2
Z6 = = 1,38
4 ,56

87 , 5 – 78 , 2
Z7 = = 2,04
4 ,56

d) Mencari O – Z

Z1 = -1,91 = 0,4719

Z2 = -1,25 = 0,3944

Z3 = -0,59 = 0,2224

Z4 = 0,07 = 0,0279

Z5 = 0,72 = 0,2642

Z6 = 1,38 = 0,4162

Z7 = 2,04 = 0,4793

e) Mencari luas tiap kelas interval dengan mengurangkan O – Z,

baris pertama dikurangi baris kedua, baris kedua dikurangi baris

ketiga dan seterusnya.

70
Z1 = 0,4719 – 0,3944 = 0,0775

Z2 = 0,3944 – 0,2224 = 0,172

Z3 = 0,2224 – 0,0279 = 0,1945

Z4 = 0,0279– 0,2642 = - 0,2363

Z5 = 0,2642– 0,4162 = - 0,152

Z6 = 0,4162– 0,4793= - 0,0631

f) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan mengalikan luas

tiap interval dengan jumlah responden (31), sehingga diperoleh :

EI = Luas Z tabel x responden

Ei 1= 0,0775 x 31 = 2,4025

Ei 2= 0,172 x 31 = 5,332

Ei 3= 0,1945x 31 = 6,0295

Ei 4= - 0,2363 x 31 = -7,3253

Ei 5= - 0,152 x 31 = -4,712

Ei 6= - 0,0631 x 31 = -1,9561

g) Menentukan Oi (banyaknya frekuensi)

Lihat tabel

( Oi−Ei )2
h) Menentukan
Ei

( 4 – 2,4025 )2 ( 1,5975 )2 2,5520


= = =¿ ¿ 1,0622
2,4025 2,4025 2,4025

71
( 7 – 5,332 )2 ( 1,668 )2 2,7822
= = =¿ ¿ 0,522
5,332 5,332 5,332

( 4−6,0295 )2 (−2,0295 )2 4,1189


= = =¿ ¿ 0,6831
6,0295 6,0295 6,0295

( 7 – 7,3253 )2 (−0,3253 )2 0,1058


= = =¿ ¿ 0,0144
7,3253 7,3253 7,3253

( 7 – 4,712 )2 ( 2,288 )2 5,2349


= = =¿ ¿ 1,111
4,712 4,712 4,712

( 2 – 1,9561 )2 ( 0,0439 )2 0,0019


= = =¿ ¿ 0,0009
1,9561 1,9561 1,9561

11) Membandingkan ( X hitung ) dengan ( X 2tabel ¿


2

Dengan membandingkan ( X hitung ) dengan ( X 2tabel ¿ untuk a


2

= 0,05 (5%) dan derajat kebebasan (dk) = k – 3 = 6 – 3 = 3,

maka dicari pada lampiran tabel chi-kuadrat didapat X 2tabel =

7,815 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

a) Jika X 2hitung ≥ X 2tabel , artinya data tidak normal

b) Jika X 2hitung ≤ X 2tabel , artinya data normal

Berdasarkan pendapat dan perhitungan di atas, ternyata


2 2
X hitung = 3,3936 ≤ X tabel = 7,815. Dengan demikian Model

72
Pembelajaran Problem Based Learning di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan (variabel X) berdistribusi normal.

2. Analisis Hasil Belajar Siswa

a. Analisis Parsial variabel Y

Tabel 4.6
Daftar Nilai Rata-Rata Raprot

Nilai
Rata-
No Nama Rata- Jumlah
PH PTS PAS Rata
rata
1 A 88 87 77 88 78 86 252 84
2 B 77 89 83 81 83 85 249 83
3 C 80 80 80 80 80 80 240 80
4 D 77 89 83 85 84 80 249 83
5 E 77 76 72 75 73 77 225 75
6 F 79 80 78 77 78 82 237 79
7 G 71 89 80 78 82 80 240 80
8 H 77 72 70 70 79 70 219 73
9 I 77 89 83 83 83 83 249 83
10 J 73 70 70 70 70 73 213 71
11 K 70 70 70 70 70 70 210 70
12 L 84 79 80 81 80 82 243 81
13 M 86 88 87 89 84 88 261 87
14 N 70 74 78 70 77 75 222 74
15 O 70 74 84 70 78 80 228 76
16 P 70 88 88 73 85 88 246 82
17 Q 84 79 80 76 79 88 243 81
18 R 76 77 78 73 79 79 231 77
19 S 72 86 88 84 79 83 246 82
20 T 70 71 75 72 74 70 216 72
21 U 70 80 75 70 80 75 225 75
22 V 77 77 80 80 87 88 255 85
23 W 70 72 77 70 79 70 219 73
24 X 70 70 70 70 70 70 210 70
25 Y 70 74 78 70 77 75 222 74
26 Z 86 88 87 88 86 87 261 87
27 AA 88 77 93 85 87 86 258 86
28 BB 71 72 70 73 70 70 213 71
29 CC 73 77 78 71 79 78 228 76
30 DD 70 71 75 74 72 70 216 72
31 EE 77 77 77 77 77 80 234 78

73
Jumlah 2373 2439 2448 7260 2420
Ket :
N : 31 𝜮X : 2420
Xmaks : 87 Xmin : 70
Dari perolehan nilai di atas, maka didapat akumulasi nilai

variabel Y per subjek/responden sebagai berikut :

84 83 80 83 75 79 80 73

83 71 70 81 87 74 76 82

81 77 82 72 75 85 73 70

74 87 86 71 76 72 78

Berdasarkan data tersebut, kemudian penulis mengadakan

analisis pada setiap nilai PH, PTS dan PAS sebagai berikut :

1) Hasil Penilaian Harian

2373 : 31 = 76,54 %

2) Hasil Penilaian Tengah Semester

2429 : 31 = 78,35 %

3) Hasil Penilaian Akhir Semester

2448 : 31 = 78,98 %

Ketiga analisis di atas menunjukan nilai variabel Y (%) per

masing-masing hasil rata-rata nilai ulangan. Adapun untuk

mengetahui gambaran real variabel Y secara keseluruhan, maka

penulis melakukan penjumlahan dari setiap hasil rata-rata nilai

ulangan :

74
76 ,54 +78 , 35+78 , 98
= 77,96 %
3

Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai distribusi persentase

variabel Y (Hasil Belajar Siswa) dari 31 sampel yang diteliti di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan menunjukan nilai sebesar 77 , 48 %

yaitu berada pada kategori 60% - 70%, artinya prestasi belajar

peserta didik tergolong “Kuat”.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data merupakan uji prasyarat analisis data yang

bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini

menggunakan Chi-Kuadrat menurut Riduwan dan Akdon

( 2013:99) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

70 70 71 71 72 72 73 73

74 74 75 75 76 76 77 78

79 80 80 81 81 82 82 83

83 83 84 85 86 87 87

2) Menentukan nilai rata-rata variabel Y, dengan rumus :

ΣX 2402
X= X= =¿ 77,48
N 31

3) Mencari skor terbesar dan terkecil

75
Skor terbesar = 87 skor terkecil = 70

4) Menentukan range dengan rumus dari Sudjiono (209 : 144)

sebagai berikut :

R=H–L

R = 87 – 70 = 17

5) Menentukan jumlah kelas (K) berdasarkan pendapat Riduwan

dan Akdon (2013:36) dengan rumus sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 log n

K = 1 + 3,3 log (31)

K = 1 + 3,3 (1,5)

K = 1 + 4,9

K = 5,9 dibulatkan menjadi 6.

6) Menentukan panjang kelas interval (P) berdasarkan pendapat

Riduwan dan Akdon (2013:36) dengan rumus sebagai berikut:

Rentangan ( R ) 17
P= = P= = 2,8 dibulatkan menjadi 3
Jumlah kelas (K) 6

7) Membuat daftar distribusi frekuensi variabel y

Tabel 4.7
Daftar Distribusi Frekuensi

(X- X 2 2
No Interval F X FX ) x Fx
X
1 70 – 72 6 71 426 -8 64 384

2 73 – 75 6 74 444 -5 25 150

3 76 – 78 4 77 308 -2 4 16

76
4 79 – 81 5 80 400 2 4 20

5 82 – 84 6 83 498 5 25 150

6 85 – 87 4 86 344 8 64 256

Jumlah 471 2420 976


8) Menentukan mean berdasarkan pendapat Sudijono (2009:85)

dengan rumus sebagai berikut:

FX 2420
Mx = = = 78,06
N 31

9) Menentukan simpangan baku (standar deviasi) berdasarkan

Sudijono (2009:161) dengan rumus sebagai berikut:

SD =
√ √ fx 2 =
N
976
31
= √ 31 , 48 = 5,61

10) Membuat data frekuensi observasi dan ekspektasi variabel

Sebelum membuat data frekuensi observasi dan ekspektasi

variabel Y, terlebih dahulu membuat langkah-langkah sebagai

berikut:

Tabel 4.8
Daftar frekuensi Observasi dan Ekspektasi variabel Y

Kelas Z
Batas Luas Z (Oi – Ei)2
Interva Batas Ei Oi
Kelas tabel Ei
l Kelas
69,5 -1,52
70 – 72 0,0968 3,0008 6 2,9976
72,5 -0,99
73 – 75 0,1617 5,0127 6 0 ,1944
75,5 -0,46
76 – 78 0,1493 4,6283 4 0,0852

77
78,5 0,07
79 – 81 -0,2012 -6,2372 5 0 ,2453
81,5 0,61
82 – 84 -0, 1438 -4,4578 6 0,5335
84,5 1,14
85 – 87 -0,0806 -2,4986 4 0,9021
87,5 1,68
Jumlah 4,9581

a) Menentukan kelas interval

Lihat tabel

b) Menentukan batas kelas

Lihat tabel

c) Menentukan Z batas kelas

Batas Kelas – X
Z =
SD

69 ,5 – 78 ,06
Z = = -1,52
5 , 61

72, 5−78 ,06


Z = = -0,99
5 , 61

75 ,5−78 , 06
Z = = -0,46
5 , 61

78 ,5−78 , 06
Z = = 0,07
5 , 61

81 ,5−78 , 06
Z = = 0,61
5 , 61

84 , 5−78 , 06
Z = = 1,14
5 ,61

87 , 5−78 , 06
Z = = 1,68
5 ,61

d) Menentukan luas 0 – Z

78
Z1 = -1,52 = 0,4357

Z2 = -0,99 = 0,3389

Z3 = -0,46 = 0,1772

Z4 = 0,07 = 0,0279

Z5 = 0,61 = 0,2291

Z6 = 1,14 = 0,3729

Z7 = 1,68 = 0,4535

e) Menentukan luas Z tabel

Z1 = 0,4357– 0,3389 = 0,0968

Z 2 = 0,3389 – 0,1772 = 0,1617

Z3 = 0,1772 – 0,0279 = 0,1493

Z 4 = 0,0279 – 0,2291 = -0,2012

Z5 = 0,2291– 0,3729 = -0, 1438

Z 6 = 0,3729 – 0,4535 = -0,0806

f) Menentukan Ei

EI = Luas Z tabel x responden

Ei 1= 0,0968 x 31 = 3,0008

Ei 2= 0,1617 x 31 = 5,0127

Ei 3= 0,1493 x 31 = 4,6283

Ei 4= -0,2012 x 31 = -6,2372

Ei 5= -0,1438 x 31 = -4,4578

Ei 6= -0,0806 x 31 = -2,4986

g) Menentukan Oi (banyaknya frekuensi)

79
Lihat tabel

( Oi−Ei )2
h) Menentukan
Ei

( 6 – 3,0008 )2 ( 2,9992 )2 8,9952


= = =¿ ¿ 2,9976
3,0008 3,0008 3,0008

( 6 – 5,0127 )2 ( 0,9873 )2 0,9747


= = =¿ ¿ 0 ,1944
5,0127 5,0127 5,0127

( 4 – 4,6283 )2 (−0,6282 )2 0,3946


= = =¿ ¿ 0,0852
4,6283 4,6283 4,6283

( 5 – 6,2372 )2 (−1,2372 )2 1,5306


= = =¿ ¿ 0 ,2453
6,2372 6,2372 6,2372

( 6 – 4,4578 )2 ( 1,5422 )2 2,3783


= = =¿ ¿ 0,5335
4,4578 4,4578 4,4578

( 4 – 2,4986 )2 ( 1,5014 )2 2,2542


= = =¿ ¿ 0,9021
2,4986 2,4986 2,4986

12) Membandingkan ( X hitung ) dengan ( X 2tabel ¿


2

Dengan membandingkan ( X hitung ) dengan ( X 2tabel ¿ untuk a


2

= 0,05 (5%) dan derajat kebebasan (dk) = k – 3 = 6 – 3 = 3,

maka dicari pada lampiran tabel chi-kuadrat didapat X 2tabel =

7,815 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

a) Jika X 2hitung ≥ X 2tabel , artinya data tidak normal

b) Jika X 2hitung ≤ X 2tabel , artinya data normal

80
Berdasarkan pendapat dan perhitungan di atas, ternyata
2 2
X hitung = 4,9581 ≤ X tabel = 7,815. Dengan demikian Hasil

Belajar Siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan (variabel X)

berdistribusi normal.

c. Uji Regresi Sederhana dengan Rumus Riduwan dan Akdon

(2013:133) dengan langkah sebagai berikut:

1) Membuat tabel penolong untuk data statistik

Tabel 4.9
Tabel penolong untuk menghitung data statistik variabel XY

RSP X Y X2 Y2 XY
1 72 84 5184 7056 6048
2 73 83 5329 6889 6059
3 74 80 5476 6400 5920
4 75 83 5625 6889 6225
5 70 75 4900 5625 5250
6 80 79 6400 6241 6320
7 83 80 6889 6400 6640
8 75 73 5625 5329 5475
9 87 83 7569 6889 7221
10 87 71 7569 5041 6177
11 76 70 5776 4900 5320
12 78 81 6084 6561 6318
13 74 87 5476 7569 6438
14 73 74 5329 5476 5402
15 79 76 6241 5776 6004
16 83 82 6889 6724 6806
17 70 81 4900 6561 5670
18 83 77 6889 5929 6391
19 80 82 6400 6724 6560
20 84 72 7056 5184 6048
21 84 75 7056 5625 6300
22 81 85 6561 7225 6885
23 79 73 6241 5329 5767
24 80 70 6400 4900 5600
25 75 74 5625 5476 5550
26 76 87 5776 7569 6612
27 82 86 6724 7396 7052

81
28 78 71 6084 5041 5538
29 82 76 6724 5776 6232
30 72 72 5184 5184 5184
31 81 78 5184 7056 6048
Jumlah 2426 2420 190542 189768 189993
2) Menghitung persamaan regresi sederhana dari Riduwan dan

Akdon (2013:133)dengan rumus sebagai berikut:

n .∑ XY −∑ X . ∑ Y ∑ Y −b . ∑ X
b= 2 2 α =∑
n .∑ X −( ∑ X ) n

31. 189993−2426 .2420


b= 2
31 .190542−( 2426 )

5889783−5870920
b=
5906802 – 5885476

18863
b=
21326

b = 0,8845

∑ Y −b . ∑ X
α =∑
n

2420 – 0,8845 .2420 2420 – 2.140 , 49 279 ,51


a= = = = 9,016
31 31 31

a = 9,016

y = a+b.x = 9,016+ 0,8845= 9,9005

d. Uji Linieritas Regresi

Apabila data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji

linieritas regresi berdasarkan pendapat dari Riduwan dan Akdon

(2013:137-138) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari jumlah kuadrat regresi ( JK reg[ a]) dengan rumus :

( ∑ y )2 ( 2420 )2 5856400
JKreg[a] = = = = 188916,129
n 31 31

82
2) Mencari jumlah kuadrat residu (JKreg [a I b]) ) dengan rumus :

( ∑ X ) . (∑ y)
JKreg [a I b] = = b. {∑ XY −
n

( 2426 ) (2420)
= 0,8845 {189993-
31

5870920
= 0,8845 {189993- }
31

= 0,8845 {189993– 189384}

= 0,8845 x 609

= 538,66

3) Mencari jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus sebagai

berikut :

JKres = ∑Y2 - (JKreg [bIa]) - JKreg [a]

= 189768 – 538,66– 188916,129 = 313,221

4) Mencari jumlah rata-rata kuadrat regresi (RJKreg[a]) dengan

rumus :

RJKreg[a] = JKreg[a] = 188916,129

5) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKreg[bIa]) dengan

rumus :

RJKreg[bIa] = JKreg[bIa] = 538,66

6) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

JK res 313,221 313,221


RJKres = = = = 10,800
n−2 31−2 29

83
7) Mencari jumlah kuadrat error (JKE)

Sebelum mencari jumlah kuadrat (JKE) terlebih dahulu data

variabel X mulai dari data yang paling kecil sampai data yang

paling besar berikut disertai pasangannya (Variabel Y), seperti

tabel penolong berikut :

Tabel 4.10
Tabel penolong untuk mencari kuadrat error

Urutan data yang paling kecil ke yang besar


RSP X Y Menjadi X Kel N Y
1 72 84 70 70
1 2
2 73 83 70 70
3 74 80 72 71
2 2
4 75 83 72 71
5 70 75 73 72
3 2
6 80 79 73 72
7 83 80 74 73
4 2
8 75 73 74 73
9 87 83 75 74
10 87 71 75 5 3 74
11 76 70 75 75
12 78 81 76 75
6 2
13 74 87 76 76
14 73 74 78 76
7 2
15 79 76 78 77
16 83 82 79 78
8 2
17 70 81 79 79
18 83 77 80 80
19 80 82 80 9 3 80
20 84 72 80 81
21 84 75 81 81
10 2
22 81 85 81 82
23 79 73 82 82
11 2
24 80 70 82 83
25 75 74 83 83
26 76 87 83 12 3 83
27 82 86 83 84
28 78 71 84 13 2 85

84
29 82 76 84 86
30 72 72 87 87
14 2
31 81 78 87 87

Kemudian mulai perhitungan dengan rumus :

JKE = ∑k ¿
1.

{
702 +702
( 70+70 )2
2 }{
= 4900+ 4900−
2 }{
( 140 )2
= 9800−
2}
19600
=9800−9800=0+¿

2.

{
712+712
(71+71 )2
2 }{
= 5041+5041−
(142 )2
2 }{
= 10082−
20164
2 }
=10082−10082=0

3.

{
722+722
(72+72 )2
2 }{
= 5184+5184−
2 }{
( 144 )2
= 10368−
20736
2 }
=10368−10368=

4.

{
732 +732
( 73+73 )2
2 }{
= 5329+ 5329−
2 }{
( 146 )2
= 10658−
21316
2 }
=10658−10658=

5.

{ 2
74 +74 +752( 74+74 +75 )2
3
2
}{
= 5476+5476 +5625−
( 223 )2
3 }{
= 16577−
49729
3
=1 }
+
6.

{ 2
75 +76
( 75+76 )2
2
2 }{
= 5625+5776−
( 151 )2
2 }{
= 11401−
22801
2 }
=11401−11400 , 5

7.

{
762 +772
2 }{
( 76+ 77 )2
= 5776+5929−
2 }{
(153 )2
= 11705−
23409
2 }
=11705−11704 , 5

8.

{ 2
78 +79
( 78+79 )2
2
2 }{
= 6084 +6241−
( 157 )2
2 }{
= 12325−
24649
2 }
=12325−12324 ,5

85
9.

{ 2
80 +80 +812( 80+ 80+81 )2
2
3 }{
= 6400+ 6400+6561−
( 241 )2
3 }{
= 19361−
58081
3
=1 }
+
10.

{ 2
81 + 82
( 81+82 )2
2
2 }{
= 6561+6724−
( 163 )2
2 }{
= 13285−
26569
2 }
=13285−13284 , 5

11.

{822+ 832
( 82+83 )2
2 }{
= 6724+6889−
2 }{
( 165 )2
= 13613−
27225
2 }
=13613−13612, 5

12.

{832 +832 +84 2


3 }{
( 83+83+ 84 )2
= 6889+6889+7056−
3 }{
( 250 )2
= 20834−
3 }
62500
=2
+
13.

{852 +862
( 85+86 )2
2 }{
= 7225+ 7396−
2 }{
( 171 )2
= 14621−
29241
2 }=14621−14620 , 5

14.

{872 +87 2
( 87+87 )2
2 }{
= 7569+7569−
2 }{
( 174 )2
= 15138−
30276
2 }
=15138−15138=

= 0+0+0+0+0,7+0,5+0,5+0,5+0,7+0,5+0,5+0,5+0,7+0,5+0
=
Jadi, nilai Jke = 5,6

8) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok ( Jk TC ) dengan rumus:

Jk TC= JK res - JK E = 313,221– 5,6 = 307,621

9) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok ( RJK TC ) dengan

rumus:

JK TC 307,621 307,621
RJK TC = = = = 25,63
k−2 14−2 12

86
10) Mencari rata-rata jumlah kuadrat error ( RJK E) dengan rumus:

J KE 5 ,6 5 ,6
RJK E = = = = 0,32
n−k 31−14 17

11) Mencari nilai F hitung dengan rumus:

RJK TC 25 ,63
F hitung = = = 80,09
RJK E 0.32

12) Mencari nilai F tabel menggunakan taraf signifikan (a) = 0,05

dengan rumus:

F tabel = F (1−a )( dk TC dk E )

= F (1−0 ,05 )( dk=k−2dk =n−k )

= F (1−0 ,05 )(dk =14 −2 dk =31−14)

= F (1−0 ,05 )(dk =12 dk =17)

= F (1−0,059)(dk =12 ,17)

Cara mencari F tabel

dk = 12 pembilang dk = 17 penyebut

F tabel = 2,38 (lihat lampiran nilai-nilai untuk distribusi (f)

13) Menentukan keputusan pengujian linieritas

a) Jika F hitung ≤ Ftabel , maka tolak Ha artinya data berpola

linier.

b) Jika F hitung ≥ Ftabel , maka terima Ho artinya data berpola

tidak linier.

14) Membandingkan F hitungdengan F tabel

87
Berdasarkan hasil perhitungan dan pendapat di atas,

diperoleh nilai F hitung = 80,09 sedangkan F tabel = 2,38. Dengan

demikian F hitung = 80,09≥ F tabel = 2,38. Karena F hitung ≥ Ftabel ,

maka data berpola tidak linier. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa di MTs

Darul Ma’arif Pamanukan berpola tidak linier.

3. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara penerapan model

pembelajaran Problem Baed Learning dengan hasil belajar siswa di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan, karena data berdistribusi normal

dan tidak linier, maka pengolahan datanya dilanjutkan dengan uji

hipotesis data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment.

a. Uji korelasi Pearson Product Moment (PPM)

Uji korelasi Pearson Product Moment (PPM) menurut Riduwan

dan Akdon (2013:124) dengan rumus:

r xy= n ¿ ¿

31 x 189993−( 2426 ) x (2420)


r xy=
√ {31 x 190542 – (2426) } . {31 x 189768 – (2420) }
2 2

5889783−5870920
r xy=
√ {5906802−5885476 } . {5882808−5856400 }
18863
r xy=
√21326 x 26408

88
9563 18863
r xy= = = 0,794
√563177008 23.731 ,35

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata Pearson

Product Moment (PPM) diperoleh nilai sebesar 0,794. Selanjutnya

untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan

tersebut signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel

product moment dengan terlebih dahulu mencari df (degree of

freedom) atau derajat bebasnya dengan rumus df = N - nr Dalam

penelitian ini sampelnya berjumlah 31 orang, berarti N = 31.

Variabel yang dikorelasikan ada dua yaitu variabel X dan variabel Y,

jadi nr = 2, dengan demikian dapat diketahui df -nya yaitu: df = 31 –

2 = 29. Setelah diketahui df = 29 kemudian berkonsultasi pada tabel

nilai koefisisen korelasi “r” product moment pada taraf signifikan

5% = 0,355 dan pada taraf signifikan 1% = 0,456 (lihat lampiran

nilai koefisisen “r” product moment).

Interpretasi sederhana dari perhitungan r xy di atas, ternyata

angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y tidak bertanda

negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi

positif. Dengan memperhatikan besarnya perhitunga r xy di atas,

ternyata angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y yang

dihasilkan yaitu 0,794 yang berada pada rentang 0,70– 0,90 berarti

terdapat korelasi kuat atau tinggi antara variabel X dengan variabel

Y.

89
Selanjutnya kita bandingkan r xy dengan r tabel . Seperti

diketahui r xy yang diperoleh adalah 0,794 sedangkan r tabel masing-

masing pada taraf signifikan 5% = 0,355 dan pada taraf signifikan

1% = 0,456. Dengan demikian ternyata r xy ≥ r tabel maka hipotesis

alternatif (Ha) diterima sedangkan hipotesis alternatif nihil (Ho)

ditolak, dengan demikian terdapat korelasi sangat kuat dan

signifikan antara komunikasi interpersonal guru dengan

kepribadian siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan. Hal ini berarti

semakin baik komunikasi interpersonal guru, maka semakin baik

pula kepribadian siswa, begitu juga sebaliknya.

b. Uji koefisien Determinasi

Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

variabel X dalam menunjang keberhasilan variabel Y dalam bentuk

prosentase maka harus dihitung dahulu suatu koefisien yang disebut

coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus

sebagai berikut:

KP = r 2 x 100%
= 0,794 2 x 100%
= 0,63 x 100%
= 63%
Berdasarkan perhitungan di atas, maka telah diketahui bahwa

pengaruh penerapan model embelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif adalah 63%,

sedangkan 37% dipengaruhi oleh faktor lain.

90
c. Uji signifikansi korelasi

Uji signifikansi dar Riduwan dan Akdon (2013:125) dengan

rumus sebagai berikut:

r √ n−2
t=
√ 1−r 2

0,794 √ 31−2 0,794 √ 29 0,794 x 5,385 4,275


¿ = = =
√ 1−0,794 2
√1−0,630 √1−0,630 0 ,37
= 11,554

1) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat kebebasan:

n–2

Setelah diadakan uji signifikansi korelasi melalui t hitung

sebagaiman di atas, maka hasil yang diperoleh t hitung = 11,554.

Kemudian selanjutnya menentukan nilai kritis dan daerah kritis

dengan derajat kebebasan (df ): n – 2, berarti db = 31 - 2 = 29

2) Membandingkan nilai t hitungdengan niali t tabel pada taraf signifikan

5% dan 1%, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(a) jika t hitung ≥ t tabel , maka hipotesis diterima dan signifikan

(b) jika t hitung ≤ t tabel , maka hipotesis ditolak dan tidak signifikan.

( Riduwan dan Akdon, 2013:171-172)

Setelah diketahui db = 29, kemudian membandingkan t hitung

dengan t tabel pada taraf signifikan 5% = 0,355 dan pada taraf

signirikan 1% = 0,456 (lihat lampiran distribusi t). Berdasarkan

pendapat di atas, ternyata t hitung = 11,554. ≥ dari t tabel = 0,355 dan

91
0,456, maka hipotesis diterima dan signifikan. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa pengaruh model pembelajaran Problem

Based Learning terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan adalah signifikan.

B. Pembahasan

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning di MTs Darul

Ma’arif Pamanukan

Model pembelajaran Problem Based Learning di MTs

Darul Ma’arif Pamanukan memiliki indikator : Pertama-tama

siswa disajikan suatu masalah, kemudian Siswa mendiskusikan

masalah dalam tutorial Problem Based Learning dalam sebuah

kelompok kecil, Siswa terlibat dalam studi independen untuk

menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru, setelah itu

Siswa kembali pada tutorial model pembelajaran Problem

Based Learning, lalu saling sharing informasi, melalui peer

teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu,

Siswa menyajikan solusi atas masalah, terakhir Siswa

mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan

selama ini berdasarkan analisis persial diperoleh nilai rata-rata

78 , 5 %yaitu berada pada kategori 60% - 79,99%, artinya

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

tergolong “Kuat”. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan uji

normalitas, ternyata X 2hitung = 3,3936 ≤ X 2tabel = 7,815. Dengan

92
demikian Model Pembelajaran Problem Based Learning di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan (variabel X) berdistribusi

normal.

2. Hasil Belajar Siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penulis di MTs Darul Ma’arif Pamanukan, bahwa prestasi belajar

peserta didik dengan indikator : 1) Ranah kognitif, berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

iternalisasi. 2) Ranah afektif, berkaitan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan iternalisasi. 3) Ranah psikomotorik,

berkenaan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Dari ketiga indikator tersebut penulis masukan kedalam tiga

penilaian yaitu Ulangan Harian (PH), Penilaian Tengah Semester

(PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS). Berdasarkan hasil

perhitungan analisis di atas, maka dihasilkan nilai rata-rata

Ulangan Harian (PH) sebesar 76,54 %, Penilaian Tengah

Semester (PTS) 78,35 % dan Penilaian Akhir Semester (PAS)

78,98 %. Nilai rata-rata keseluruhan dari ketiga indikator tersebut

yaitu sebesar 77,96 % .

Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai distribusi persentase

variabel Y (Hasil Belajar Siswa) dari 31 sampel yang diteliti di

93
MTs Darul Ma’arif Pamanukan menunjukan nilai sebesar 77 , 48 %

yaitu berada pada kategori 60% - 70%, artinya prestasi belajar

peserta didik tergolong “Kuat”.

3. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

terhadap Hasil Belajar Siswa di MTs Darul Ma’arif

Pamanukan.

Pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif pamanukan,

berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment diperoleh

nilai sebesar 0,794 . Interpretasi sederhana dari perhitungan r xy di

atas, ternyata angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y

tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut

terdapat korelasi positif. Dengan memperhatikan besarnya r xy

yang dihasilkan yaitu 0,794 yang berada pada rentang 0,70 – 0,90

berarti terdapat korelasi yang kuat atau tinggi antara variabel

X dengan variabel Y. Selanjutnya kita bandingkan r xy dengan r tabel

. Seperti diketahui r xy yang diperoleh adalah 0,794 sedangkan

r tabel masing-masing pada taraf signifikansi 5% = 0,355 dan pada

taraf signifikansi 1% = 0,456. Dengan demikian ternyatar xy ≥ r tabel ,

karena r xy ≥ r tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima sedangkan

hipotesis nihil (Ho) ditolak, dengan demikian terdapat korelasi

yang sangat kuat dan signifikan antara pengaruh penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil

94
belajar siswa. Hal ini berarti semakin baik penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning, maka semakin baik pula

hasil belajar siswa, begitupun sebaliknya. Selanjutnya

berdasarkan uji signifikansi korelasi diperoleh t hitung= 11,554,

sedangkant tabel pada taraf signifikan 5% = 0,355 dan 1% = 0,456.

Dengan demikian ternyata t hitung= 11,554 ≥ dari t tabel = 0,355 dan

0,456, maka hipotesis diterima dan signifikan.

95
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil

belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning di MTs

Darul Ma’arif Pamanukan

Model pembelajara Problem Based Learning di MTs Darul

Ma’arif Pamanukan dengan indikator: Pertama-tama siswa disajikan

suatu masalah, kemudian Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial

Problem Based Learning dalam sebuah kelompok kecil, Siswa terlibat

dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar

bimbingan guru, setelah itu Siswa kembali pada tutorial model

pembelajaran Problem Based Learning, lalu saling sharing informasi,

melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu,

Siswa menyajikan solusi atas masalah, terakhir Siswa mereview apa

yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini berdasarkan

analisis persial diperoleh nilai rata-rata 78 , 5 %yaitu berada pada

kategori 60% - 79,99%, artinya penerapan model pembelajaran

96
Problem Based Learning tergolong “Kuat”. Kemudian berdasarkan

hasil perhitungan uji normalitas, ternyata X 2hitung = 3,3936 ≤ X 2tabel =

7,815. Dengan demikian Model Pembelajaran Problem Based

Learning di MTs Darul Ma’arif Pamanukan (variabel X)

2. Hasil Belajar Siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan, bahwa prestasi belajar peserta didik

dengan indikator : 1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban

atau reaksi, penilaian, organisasi, dan iternalisasi. 2) Ranah afektif,

berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

iternalisasi. 3) Ranah psikomotorik, berkenaan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Dari ketiga indikator tersebut

penulis masukan kedalam tiga penilaian yaitu Ulangan Harian (PH),

Penilaian Tengah Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis di atas, maka dihasilkan nilai

rata-rata Ulangan Harian (PH) sebesar 76,54 %, Penilaian Tengah

Semester (PTS) 78,35 % dan Penilaian Akhir Semester (PAS) 78,98

%. Nilai rata-rata keseluruhan dari ketiga indikator tersebut yaitu

sebesar 77,96 % .

Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai distribusi persentase

variabel Y (Hasil Belajar Siswa) dari 31 sampel yang diteliti di MTs

97
Darul Ma’arif Pamanukan menunjukan nilai sebesar 77 , 48 % yaitu

berada pada kategori 60% - 70%, artinya prestasi belajar peserta didik

tergolong “Kuat”.

2. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning di MTs Darul Ma’arif Pamanukan

Pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif pamanukan, berdasarkan

hasil perhitungan korelasi product moment diperoleh nilai sebesar

0,794 . Interpretasi sederhana dari perhitungan r xy di atas, ternyata

angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y tidak bertanda

negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi

positif. Dengan memperhatikan besarnya r xy yang dihasilkan yaitu

0,794 yang berada pada rentang 0,70 – 0,90 berarti terdapat korelasi

yang kuat atau tinggi antara variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya kita bandingkan r xy dengan r tabel . Seperti diketahui r xy yang

diperoleh adalah 0,794 sedangkan r tabel masing-masing pada taraf

signifikansi 5% = 0,355 dan pada taraf signifikansi 1% = 0,456.

Dengan demikian ternyatar xy ≥ r tabel , karena r xy ≥ r tabel maka hipotesis

alternatif (Ha) diterima sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak, dengan

demikian terdapat korelasi yang sangat kuat dan signifikan antara

pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berarti semakin baik penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning, maka semakin baik

98
pula hasil belajar siswa, begitupun sebaliknya. Selanjutnya

berdasarkan uji signifikansi korelasi diperoleh t hitung= 11,554,

sedangkant tabel pada taraf signifikan 5% = 0,355 dan 1% = 0,456.

Dengan demikian ternyata t hitung= 11,554 ≥ dari t tabel = 0,355 dan

0,456, maka hipotesis diterima dan signifikan.

B. Rekomendasi

Setelah menyimpulkan, maka penulis dengan kerendahan hati dan

tidak bermaksud menggurui ingin merekomendasikan sebagai berikut:

1. Untuk Kepala Sekolah

Dilihat dari hasil perhitungan Product moment, ternyata pengaruh

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

hasil belajar siswa di MTs Darul Ma’arif Pamanukan terdapat pada

criteria kuat, hal ini berarti sangatberpengaruhnya penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa di

MTs Darul Ma’arif Pamanukan. Oleh karena itu hendaknya kepala

sekolah untuk mempertahankan penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning kepada guru serta memberikan pemahaman

bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

tergolong kuat untuk mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih

baik.

2. Untuk Guru

Pada penelitian penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning kepada seluruh guru di MTs Darul Ma’arif, dimana guru

99
sudah menerapkan keenam indikator dengan baik dengan rata-rata nilai

sebesar 78 , 5 %yaitu berada pada kategori 60% - 79,99%, artinya

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning tergolong

“Kuat”. Oleh karena itu, guru hendaknya lebih menyempurnakan

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learng dalam

kegiatan belajar mengajar agarterciptanya hasil yang maksimal.

3. Untuk siswa

Pada penelitian hasil belajar siswa, teryata hasil perhitungan

analisis parsial pada PH (Penilaian Harian) memperoleh rata-rata yang

lebih rendah hasilnya dibandingan indikator lainnya sebesar 76,54 %.

Oleh karena itu hendaknya siswa untuk lebih semangat dan giatlagi

dalam mengerjakan tugas-tugas dan tentunya lebih aktif dalam

kegiatan belajar mengajar khusunya pada pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan

lebih menambah wawasan ketika berdiskusi dan lebih aktif dalam

menyampaikan pendapat.

100
DAFTAR PUSTAKA

Nata, A. (2018) Manajemen Pendidikan .Jakarta : Prenadamedia Group

Arikunto. (2006) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Rusmono, M. (2014) Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning


Bogor: Ghalia Indonesia

Sugiyono. (2009) Metode Peneitian Kuantitatif, Kualitatif dan A&D. Bandung:


Alfabeta

Sudjana, N. (1986) Evaluasi Hasil Belajar : Konstruksi dan Analisis, Pustaka


Martiana, Bandung

Sudjana, N. (2019) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya

Taufiq, A. (2016) Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :


Kecana

Huda, M. (2019) Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu Metodis


dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Rusmono. (2014) Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learningn Itu


Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor : Ghalia
Indonesia

Jumhur, A. (2015) Metode Penelitian Kuantitatif . Bandung : CV Pustaka Setia

 Sudijono. (2018) Pengantar Statistik Pendidikan. Depok : PT


Rajagrafindo Persada

101
Akdon. (2020) Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Penelitian
(Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-
Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung : Alfabeta

Maryati, I. (2018). “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada


Materi Pola Bilangan di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.” Jurnal
Mosharafa. 7, 2527-8827.

Nafiah, Y. (2014). “Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Siswa”. Jurnal pendidikan fisika. 4

102

Anda mungkin juga menyukai