Anda di halaman 1dari 15

MODEL-MODEL DALAM MENENTUKAN YANG AKAN DIAJARKAN

DOSEN PENGAMPU :

DEDI FEBRIYANTO, S. Pd.

DISUSUN OLEH :
1. ARI FARIDA (5422030047)
2. ARMANDA (5422030048)
3. SUSILO PRANOTO (5422030054)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-HIKMAH


PISANG BARU BUMI AGUNG WAY KANAN
LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah Pengantar Kurikulum yang berjudul “Model-model dalam menentukan yang akan
diajarkan” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Setelah membaca makalah ini
Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Model-
model Pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Bapak Dedi Febriyanto, S. Pd., dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan
Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Cahaya Mas, 5 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A. Pengertian model pembelajaran................................................... 2
B. Model pembelajaran contextual learning..................................... 3
C. Model pembelajaran kooperatif................................................... 4
D. Model pembelajaran berbasis masalah......................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................... 11
A. Simpulan...................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut
terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-
nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen
tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran
dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Jelaskan Pengertian dari model pembelajaran!
2) Apa yang dimaksud Model pembelajaran contextual learning ?
3) Apa yang dimaksud Model pembelajaran kooperatif ?
4) Apa yang dimaksud Model pembelajaran berbasis masalah ?

C. TUJUAN
1) Mengetahui dan memahami apa pengertian dari model pembelajaran.
2) Mengetahui dan memahami apa itu model pembelajaran contextual learning.
3) Mengetahui dan memahami apa itu Model pembelajaran kooperatif.
4) Mengetahui dan memahami apa itu model pembelajaran berbasis masalah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Secara harfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di
gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk
sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa yang dimaksud
dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain
(joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,
aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara
sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1) Rasional teoretis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya:
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan
dengan berhasil:
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
(Kardi dan Nur, 2000:9).
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen (1999),
suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah model
yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoretis yang Kuat: (2) apakah terdapat
konsistensi internal.
2) PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang di kembang kan dapat di terapkan (2) kenyataan
menunjukkan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di terapkan.
3) EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter
sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa
model tersebut efektif: (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil
sesuai dengan yang di harapkan.

2
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi
model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan
efektivitas di perlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model
pembelajaran yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di
kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai
dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula
instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam
memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan.
Misalnya, materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk
mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui.
Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen
akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga
tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai
dan tuntas sesuai yang di harapkan.

B. Model Pembelajaran Contextual Learning


Pembelajar kontekstual (contextual learning) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan
pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan
fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman
belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah
proses.
Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna,
apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,
tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,
bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.

C. Model Pembelajaran Kooperatif


a. Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002:25-28), mengemukakan lima unsur dasar model
cooperative learning, yaitu:
1. Ketergantungan yang positif
2. Pertanggungjawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :


1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :


1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual.
2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.

4
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif, Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a. Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan.
b. Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c. Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif :

Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
Tingkah Laku Guru : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi.
Tingkah Laku Guru : Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
melalui jalan demonstrasi atau melalui bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
Tingkah Laku Guru : Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru : Guru membimbing kelompok belajar saat mereka
mengerjakan tugas.

5
Tahap 5
Evaluasi
Tingkah Laku Guru : Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Tingkah Laku Guru : Guru mencari cara-cara untuk menghargai hasil belajar
tiap individu maupun kelompok.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif


1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok
materipelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap
ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2. Belajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok.
4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
palingberprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan untuk memotivasi tim agar berprestasi lebih baik lagi.

c. Model-model Pembelajaran Kooperatif


1. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasa utama dibelakang STAD adalah
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu
metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran
kooprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri
untuk
menambah atau mengganti materi-materi ini.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan
teman-
temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.


6

b. Tiap orang dalam tim diberi materi tugas yang berbeda.


c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok
tentang subbab yang mereka kuasai.
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f. Pembahasan.
g. Penutup
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan
Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas
siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran
kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab
ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan
manusia sosial (Mafune, 2005:4).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation adalah :
a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa.
b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
4. Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Sholom Sharan,
2009:267) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran
kooperatif tipependekatan struktural diantaranya, yaitu:
a. Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b. Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: interaksi serentak,
partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuntabilitas perseorangan.
c. Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas
kelompok, dukungan timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan
sinergi.
d. kelompok
Kagan (Shlom Shara, 2009 : 288) membedakan empat tipe kelompok
belajar
adalah : kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok
bahasa homogen.

7
e. Tata Kelola
f. Keterampilan Sosial
The Structured natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni: peran dan gerakan pembuka, permodelan dan
penguatan, struktur dan penstrukturan, dan refleksi dan waktu perencanaan.

D. Model pembelajaran berbasis masalah ( PBM)


a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas
yang ada (Tan, 2000).Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai
berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar, dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :


1. Penyajian masalah,
2. Menggerakkan inquiry,
3. Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar,
literasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi
pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.
b. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa
dalam PBM adalah :
a. Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b. Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c. Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
8

d. Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,


e. Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang,
dan
f. Membantu siswa merasa memiliki masalah.
2. Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan
kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk
meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data
penting, dan mengelaborasi solusi.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah.
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit
dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar
kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-
Ingkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil
belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan
pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam
memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
c. Intisari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih
rinci, yaitu :
1. Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata.
3. Menjadi para siswa yang otonom.

Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) mengemukakan bahwa langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

Fase Indikator Tingkah laku guru


1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan serta
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah.
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas yang berkaitan
dengan masalah tersebut
3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual /kelompok informasi yang sesuai
9

4 Mengembangkan dan menyajikan Membantu siswa merencanakan dan


hasil karya menyiapkan karya yang sesuai dengan
laporan dan membantu mereka berbagi
tugas dengan siswa lainnya
5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi
proses pemecahan masalah atau evaluasi terhadap penyelidikan dan
proses yang mereka gunakan.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan
sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum dan lain-lain (Joyce, 1992:4).

Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:


1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
2. Model Pembelajaran Kooperatif.
3. Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

B. SARAN
Untuk guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas
semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan
model pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran harus
disesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.
11

DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media


Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf

https://bintunjannah.blogspot.com/2015/12/makalah-model-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai