Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MATA KULIAH PANCASILA

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

DOSEN PENGAMPU :

NASIKIN, M. Pd.

Disusun Oleh :
1. Suliani
2. Sumiati
3. Diah Nur Habibah
4. Mustofa Arifin
5. Ahmad Khadir
6. Armanda

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-HIKMAH


PISANG BARU BUMI AGUNG WAY KANAN
LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
Mata Kuliah Pancasila yang berjudul “Pancasila sebagai Sistem Filsafat” dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Setelah membaca makalah ini Tim penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Cara meyusun paragraf yang baik .

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Bapak Nasikin, M. Pd., dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Cahaya Mas, Oktober 2022

Kelompok 1
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..…………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………ii

BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………..…1


1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………..……2
1.3. Tujuan Makalah………………………………………………...…………..2
1.4. Manfaat Makalah……………………………………………………...……2

BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………….…3

2.1. Pengertian Filsafat.........………………………..……...…….……..….……3


2.2. Pengertian Sistem dan Cabang-cabang Filsafat…………………..………5
2.3. Kesatuan Sila-sila sebagai Kesatuan yang Sistematis, Hierarkis dan
Logis……………………………………………………………………...…15
2.4. Unsur-unsur Pancasila sebagai Sistem Filsafat……………..…………….17
2.5. Inti Sila-sila dalam Pancasila……………………………….………………20

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...………21


PENUTUP……………………………………...……………………………………….…..…23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……………...…24
ii
BAB. 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong
negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh
persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi
manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu
pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat
mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa
maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak
terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara
dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk
mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih
dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus
diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang
lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita
dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.
1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Filsafat ?

2. Apa saja sistem dan cabang-cabang filsafat?

3. Bagaimana sila-sila Pancasila menjadi kestauan yang Sistematis, Hierarkis, dan Logis?

4. Apa saja unsur-unsur Pancasila sebagai sistem filsafat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Pancasila sebagai suatu filsafat.
3. Untuk mengetahui sistem dan cabang filsafat
4. Untuk mengetahui dan memahami Pancasila sebagai suatu kesatuan yang Sistematis,
Hierarkis, dan Logis
5. Untuk mengetahui Unsur-unsur Pancasila sebagai sistem Filsafat

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda Bangsa Indonesia dapat
memahami bagaimana arti penting dari pancasila sebagai filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar negaranya
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam mengartikan,
memaknai, serta mengimplementasikan arti pancasila sebagai filsafat.
2

BAB. 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


A. Secara Umum
Adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup
maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri yang sangat
luas.
Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan manusia,
namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang kehidupan saja, melainkan
memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang
sebenarnya. Pandangan hidup tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara
sistematis menurut hukum-hukum logika.

Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap Dalam
pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan memandangnya di Bawah suatu
horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang Menyeluruh.

B. Menurut Para Ahli

Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam


Mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
Keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan
Perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu
Pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang memiliki
Pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut bahasa.
 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari
Semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk
Menyelidiki sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan Tentang segala
yang ada.
3
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam
Yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
Menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan
Oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-
Ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
Membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari
Kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
Menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
Tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak
Menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
Akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
 Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
Kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
Tidak kritis.
Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia

Mengenai filsafat, yaitu :


 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
Intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
Sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
Sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
Kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
Radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
Sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
Manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
Sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
Manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
Kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
Mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
Kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
Manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
Dialamiya kesungguhan.

2.2 Cabang-cabang Filsafat


A. CABANG FILSAFAT UMUM
Banyak para ahli filsafat yang memberikan berbagai pengertian tentang
cabang-cabang filsafat. Cabang-cabang filsafat yang diuraikan oleh The
dalam bukunya (The Liang Gie, 2006:1.13 dan Soehadi, 1988:7) menjelaskan
bahwa semua persoalan filsafat yang ada, dengan melalui penggolongan,
dapat dibagi menjadi enam kelompok berikut.

1. Persoalan Metafisis
Persoalan metafisis termasuk persoalan yang sangat luas karena
keberadaannya meliputi semua hal yang ada dalam alam semesta. Kelompok
persoalan ini dibagi dalam tiga macam.

a. Persoalan ontologis
Para filsuf sejak dahulu berusaha mengungkapkan makna dari
keberadaan (eksistensi). Berikut adalah beberapa pertanyaan penting yang
dicoba dijawab.
1) Apakah arti ada?
2) Apakah golongan-golongan dari keberadaan?
3) Apakah sifat dasar dari keberadaan dan kenyataan yang terakhir?
4) Apakah cara-cara yang berbeda dari kategori logis yang berlainan
(misalnya, objek fisik, pengertian universal, abstraksi, dan bilangan)
dapat dikatakan ada?

b. Persoalan kosmologis
Para filsuf sejak dahulu juga tertarik pada asal mula, perkembangan, dan
susunan kosmos/alam semesta. Mereka berusaha menjawab pertanyaan
berikut.
1) Macam tata tertib apakah yang paling dasar dalam alam semesta sebagai
suatu keseluruhan?
2) Apakah sifat dasar dari hubungan sebab dan akibat?
3) Apakah ruang itu dan apakah ruang tidak terbatas?
4) Apakah ruang itu dan apakah waktu mempunyai permulaan?
2. Persoalan Epistemologis
Persoalan epistemologis secara tradisional mencakup berbagai hal seperti
berikut.
a. Persoalan tentang kemungkinan pengetahuan.
b. Persoalan tentang asal mula pengetahuan.
c. Persoalan tentang validitas pengetahuan.
d. Persoalan tentang batas-batas pengetahuan.
e. Persoalan tentang jenis-jenis pengetahuan.
f. Persoalan tentang kebenaran.
3. Persoalan Metodologis

Kelompok persoalan ini bersangkutan dengan konsep tentang metode,


baik metode pada umumnya, metode filsafat, maupun metode ilmu. Para
filsuf dari zaman modern dewasa ini telah disibukkan oleh persoalan
metodologis. Demikian pula dengan para ilmuwan yang berusaha
menemukan metode-metode ilmu dalam kegiatan penelitiannya.
4. Persoalan Logika
Kelompok persoalan ini pertama kali ditemukan oleh filsuf Yunani
Kuno, Aristoteles (384-322 SM) yang menulis enam pembahasan mengenai
semua persoalan logis pada waktu itu.
a. Persoalan tentang jenis-jenis pengertian umum, yaitu pengertian-
pengertian dasar yang dengannya pemikiran dilakukan, misalnya
kuantitas, kualitas, hubungan, tempat, dan waktu.
b. Susunan dan hubungan dari keterangan-keterangan sebagai satuan-
satuan pikiran.
c. Teori tentang silogisme/satuan pikir dalam berbagai ragam dan polanya.
d. Pelaksanaan dan penerapan dari silogisme dalam pembuktian ilmiah.
e. Persoalan tentang perbincangan berdasarkan premis-premis yang hanya
boleh jadi benar.
f. Sifat dasar dan penggolongan dari sesat pikir yang dapat membuat
manusia terjerumus ke dalamnya.
Persoalan logis yang dewasa ini tumbuh begitu luas dan rumit berkisar
pada suatu aktivitas yang disebut penyimpulan. Penyimpulan adalah
rangkaian aktivitas penalaran dengan suatu keterangan baru yang diperoleh
dari satu keterangan atau lebih yang diterima sebagai benar. Persoalan logis dari penyimpulan
selanjutnya tiba pada deduksi, induksi, penyimpulan
analogis, perbincangan bujukan, dan berbagai sumber kesalahan, seperti
kontradiksi, keganjilan, dan istilah khayalan.
5. Persoalan Etis
Persoalan etis terkait dengan moralitas yang terdapat dalam kehidupan

Manusia. Moralitas adalah suatu kumpulan ide tentang apa yang baik dan

Buruk pada perilaku manusia serta apa yang benar dan salah pada tindakan

Manusia. Masalah moralitas menarik perhatian para filsuf sebab manusia

Mempunyai keharusan yang selalu ada untuk membuat pertimbangan baik

Atau buruk mengenai perilakunya dan pertimbangan benar atau salah dalam

Tindakannya.

7. Persoalan Estetis
Persoalan etis pada mulanya berpusat pada ide tentang keindahan.

Persoalan estetis dewasa ini sangat rumit dan menyentuh banyak bidang studi

Lain, seperti antropologi, sejarah kebudayaan, psikologi, sosiologi, teori

Tanda, dan teori nilai. Dewasa ini, persoalan estetis telah diperluas menjadi

Tiga macam tambahan berikut.

a. Persoalan tentang pengalaman estetis.

b. Persoalan tentang seni.

c. Persoalan mengenai perilaku seniman.

Bidang pengetahuan filsafati berlainan dan berkedudukan sejajar dengan

Bidang pengetahuan ilmiah. Filsafat dan ilmu merupakan dua hal yang tidak

Sama walaupun berkaitan satu sama lain. Dalam dunia modern dewasa ini,

Ada dua kelompok pemikir, yaitu para filsuf dan ilmuwan yang berbeda

Dalam melaksanakan tugasnya.

Bidang pengetahuan filsafati merupakan suatu bidang yang sangat luas.

Oleh karena itu, bidang pengetahuan ini dibagi menjadi tujuh cabang filsafat

Sistematis sebagai berikut.

1. Metafisika

Merupakan suatu cabang filsafat sistematis yang membahas keberadaan.

Metafisika dibagi menjadi dua sub cabang sebagai berikut.

a. Ontologi
Ini menyelidiki sifat datar dari yang nyata secara fundamental dan cara-
cara yang berbeda dari kategori logis yang berlainan serta dapat dikatakan
ada. Seperti halnya dalam metafisika, suatu makna ganda terdapat dalam arti
ontologi dewasa ini. Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai
teori tentang asas-asas umum dari hal yang ada, sedangkan dalam
pemakaiannya dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.

b. Kosmologi
Ini menyelidiki jenis tata tertib yang paling fundamental dalam
kenyataan. Apakah untuk segala sesuatu yang menjadi seperti apa adanya dan
bukan sebaliknya (tata tertib sebab)? Apakah hanya ada kebetulan yang
murni? Apakah tata tertib teleologis yang mengandung penyesuaian sarana-
sarana kepada tujuan-tujuan? Sekarang, kosmologi merupakan cabang dari
astronomi yang membahas asal mula, struktur yang luas, dan perkembangan
alam semesta.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan suatu cabang filsafat sistematis yang
membahas pengetahuan. Hampir semua filsuf berpendapat bahwa
epistemologi merupakan penyelidikan filsafati terhadap pengetahuan,
khususnya tentang kemungkinan, asal mula, kesahan, batas-batas, jenis-jenis,
sifat dasar pengetahuan, dan kebenaran. Hasil yang pasti ialah metafisika dan
epistemologi saling tergantung secara logis.
3. Metodologi
Metodologi merupakan cabang filsafat sistematis yang membahas
metode. Metode adalah suatu tata cara, teknik, atau jalan yang telah
dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa pun.
Apakah pengetahuan akal sehat, pengetahuan kemanusiaan (humaniora), atau
pengetahuan filsafati dan ilmiah. Metodologi dibagi menjadi dua bagian.
a. Metode ilmu
Khusus membahas metode ilmiah, yaitu semua metode yang dipakai
untuk mengumpulkan.
b. Metodologi filsafat
Khusus membahas metode-metode filsafati. Pembahasan itu bukanlah
merupakan suatu usaha yang sederhana dan mudah karena banyak metode
dapat dipakai dan harus dipakai. Ada banyak macam metode dalam filsafat,
salah satunya metode logika. Salah satu objek dari metode logika adalah
deduksi. Deduksi adalah salah satu dari berbagai ragam penyimpulan. Hal ini
membawa pembicaraan dari metodologi sampai logika.
4. Logika
Logika membahas penalaran. Penalaran adalah suatu corak pemikiran
khas yang dimiliki manusia dari pengetahuan yang ada untuk memperoleh
pengetahuan lainnya, terutama sebagai sarana dalam pemecahan suatu
masalah. Salah satu ragam penalaran disebut penyimpulan, yaitu rangkaian
aktivitas pemikiran untuk tiba pada suatu keterangan baru (dinamakan
kesimpulan) dari satu atau lebih keterangan lain yang telah diketahui
(dinamakan pangkal pikir/premis) dan kesimpulan itu haruslah merupakan
kelanjutan atau akibat yang runtut dari pangkal pikir yang bersangkutan.

a. Logika tradisional
Bersumber pada logika yang berasal dari Aristoteles dan mempunyai
penerapan-penerapan dalam metafisika, epistemologi, dan etika.
b. Logika modern
Perkembangan logika yang baru dalam matematika, khususnya logika
simbolis, yang mempunyai penerapan-penerapan dalam berbagai ilmu,
seperti fisika, biologi, dan psikologi.
5. Etika
Etika merupakan satu cabang filsafat sistematis yang membahas
moralitas. Moralitas ialah suatu himpunan ide mengenai hal-hal yang baik
atau buruk pada perilaku manusia dan hal-hal yang benar atau salah pada
tindakan manusia. Seperti halnya keseluruhan filsafat, etika merupakan suatu
bidang pengetahuan filsafati yang di dalamnya terjadi perbedaan pendapat
yang luas di kalangan para filsuf. Di antara sebagian filsuf, ada pendapat
bahwa etika tidaklah begitu banyak mencatat sifat-sifat yang baik dan
tindakan-tindakan benar pada manusia, melainkan membenarkan atau alasan alasan mengapa
manusia dapat disebut baik moral atau tindakannya dapat
dikatakan benar secara moral.
Pada dewasa ini, etika menjadi dua ragam.
a. Etika umum
Ini merupakan etika yang berlaku umum dalam kehidupan manusia
Sehari-hari.
b. Etika khusud
Etika yang dibatasi pada sesuatu segi khusus dalam kehidupan manusia.
Contohnya berikut ini.
1) Etika politik, yaitu etika yang bersangkutan dengan kehidupan politik
Pada umumnya
2) Etika pemerintahan, yaitu etika yang bersangkutan dengan semua hal
Ihwal pemerintahan dari sesuatu negara (The Liang Gie, 2006:1.3 dan
Sutrisno Hudoyo, 1985:17)
6. Estetika (The Liang Gie, 2006:1.3 dan Soeliantoro, 1993:15)

Merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas keindahan. Dewasa ini,


Konsep keindahan melahirkan banyak konsep lain yang berkaitan sebagai
Berikut.
a. Keindahan dan kejelekan.
b. Hal yang indah dalam alam dan seni
c. Cita rasa.
d. Ukuran baku dalam penilaian.
e. Benda estetis.
f. Nilai estetis.
g. Pengalaman estetis.
h. Seni.
Estetika yang semula murni merupakan cabang filsafat akhirnya
Berkembang biak secara pesat sehingga kini dibagi menjadi dua bagian.
a. Estetika filsafati
Ini merupakan estetika yang semula tumbuh zaman dahulu.
b. Estetika ilmiah
Ini merupakan estetika yang berkembang pesat dalam zaman modern.
Beraneka ragam pengetahuan ilmiah telah membentuk estetika ilmiah, seperti
ilmu seni, sejarah seni, ilmu bentuk seni, sosiologi seni, estetika
eksperimental, estetika matematis, psikologi estetis, dan psikologi seni
dengan pembagian yang lebih perinci.
7. Sejarah Filsafat (The Liang Gie, 2006:1.3 dan Russell B, 2002:3)
Sejarah filsafat merupakan bidang pengetahuan yang sangat luas dan
merupakan cabang ketujuh dari filsafat sistematis dan membahas
perkembangan filsafat dari masa yang paling permulaan sampai sekarang.
Bidang ini dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
a. Sejarah menurut masa
Sejarah filsafat dunia Barat menurut masanya dapat disusun sebagai
berikut.
1) Masa pemikiran reflektif permulaan.
2) Masa pra-Sokrates.
3) Masa Klasik.
4) Zaman Hellenistik Permulaan.
5) Abad Kristen Permulaan.
6) Abad Pertengahan (Zaman Kepercayaan).
7) Masa Renaisans (Zaman Petualangan).
8) Abad ke-17 (Zaman Akal).
9) Abad ke-18 (Zaman Pencerahan).
10) Abad ke-19 (Zaman Ideologi).
11) Abad ke-20 (Zaman Analisis).
b. Sejarah menurut negara
Misalnya, sejarah filsafat Jerman, Prancis, dan negara-negara lain yang
filsafatnya telah berkembang.
c. Sejarah cabang-cabang filsafat sistematis
1) Sejarah metafisika
2) Sejarah epistemologi
3) Sejarah metodologi
4) Sejarah etika
5) Sejarah estetika

B. CABANG-CABANG FILSAFAT KHUSUS

1. Filsafat Hukum

Filsafat hukum dilandasi oleh sejarah perkembangannya, yaitu yang

Melihat sejarah filsafat Barat. Filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari

Hukum secara filosofis. Maka, objek filsafat hukum adalah hukum. Filsafat

Hukum tidak dimasukkan sebagai cabang ilmu hukum, tetapi bagian dari

Teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum. Maka dari itu, teori hukum
Tidak sama dengan filsafat hukum karena yang satu mencakupi yang lainnya.

2. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat

Ilmiah. Filsafat ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-

Pendapat masa lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang

Didukung dengan bukti-bukti ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan

Dugaan dan kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan

Yang menelitinya. Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin,

Konsep, dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.

Ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu sebagai berikut.

a. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.

b. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.

c. Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa

Mengabaikan persamaan kedudukan masing-masing ilmu.

d. Mengkaji cara perbedaan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.

e. Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya.

f. Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap cara pandang

Manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat

Tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan, dan hakikatnya

(www.anneahira.com).

3. Filsafat Kebudayaan

Kebudayaan adalah aktivitas khas manusia yang berkembang seiring

Kemajuan daya pikir suatu masyarakat. Meski tidak tepat untuk

Menggolongkan budaya manusia dengan klasifikasi budaya primitif dan


Budaya maju, proses perkembangan kebudayaan terus berjalan seiring

Dinamisasi kehidupan manusia. Filsafat kebudayaan menjadi penting karena

Memberikan penunjuk arah ke mana manusia seharusnya berkembang dengan


Menyelidiki sedalam-dalamnya siapa manusia itu, ke mana jalannya, dan ke

Mana tujuan akhir hidupnya.

Interaksi antarbangsa di dunia berkorelasi dengan proses saling

Mempengaruhi di bidang kebudayaan. Indonesia dengan berbagai kultur dan

Suku bangsa menghadapi dilema ketika masuknya pengaruh budaya asing.

Dialektik menghadapi arus ini telah menjadi bahan kajian para pemikir,

Seperti Mochtar Lubis, Mangunwijaya, Arswendo, dan Sutan Syahrir (www.

Grelovejogja.wordpress.com).

4. Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan

Akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran

Manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan menjadi dua

Kelompok besar.

a. Filsafat pendidikan progresif

Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey dan romantis

Naturalisme dari Roousseau.

b. Filsafat pendidikan konservatif

Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme

Rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. (www.intl.feedfury.com)

5. Filsafat Politik

Filsafat politik dapat didefinisikan sebagai refleksi filsafat tentang

Bagaimana kehidupan bersama ditata. Soal-soal kehidupan bersama itu

Mencakup tata politik, bentuk negara, pengaturan pajak, dan tata ekonomi

(Routledge Encyclopedia of Philosophy). Seorang filsuf politik hendak

Merumuskan prinsip-prinsip dasar yang menjadi fondasi dari suatu bentuk

Negara tertentu. Ia juga sering menyatakan dengan jelas bahwa manusia,


Siapa pun itu, memiliki hak-hak dasar yang tidak bisa ditolak keberadaannya.

Filsafat politik telah lahir semenjak manusia mulai menyadari bahwa tata

Sosial kehidupan bersama bukanlah sesuatu yang terberi secara alamiah,


melainkan sesuatu yang sangat mungkin terbuka untuk perubahan. Oleh
karena itu, tata sosial-ekonomi-politik merupakan produk budaya dan
memerlukan justifikasi filosofis untuk mempertahankannya.
Lahirnya suatu refleksi filsafat politik sangat dipengaruhi oleh konteks
epistemologi dan metafisika pada zamannya sekaligus memengaruhi
zamannya. Jadi, filsafat itu dipengaruhi sekaligus memengaruhi zamannya.
Inilah lingkaran dialektis yang terus-menerus berlangsung dalam sejarah.
Perkembangan dalam epistemologi dan metafisika memengaruhi asumsi-
asumsi yang digunakan oleh para filsuf politik untuk merumuskan
pemikirannya. Pada abad pertengahan, banyak filsuf politik mengawinkan
refleksi teologi Kristiani dengan filsafat Yunani Kuno untuk merumuskan
refleksi filsafat politik mereka. Filsafat politik juga sering kali muncul
sebagai tanggapan terhadap situasi krisis pada zamannya. Pada era abad
pertengahan, relasi antara negara dan agama menjadi tema utama filsafat
politik.

6. Filsafat Agama
Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi objek
pemikiran. Dalam hal ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang
juga mempelajari agama, seperti antropologi budaya, sosiologi agama, dan
psikologi agama. Kekhasan ilmu-ilmu itu adalah mereka bersifat deskriptif.
Berbeda dengan ilmu-ilmu deskriptif, filsafat agama mendekati agama secara
menyeluruh. Filsafat agama mengembangkan logika, teori pengetahuan, dan
metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh orang-orang
beragama yang ingin memahami secara lebih mendalam arti, makna, dan
segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan antara
lain adalah hubungan antara Allah, dunia, dan manusia; akal budi dan wahyu;
pengetahuan dan iman; baik dan jahat; sosok pengalaman Yang Kudus dan
Yang Syaitani; apriori religius; paham-paham, seperti mitos dan lambang;
dan akhirnya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman kepada Allah
serta masalah theodicea.
7. Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah merupakan ilmu yang mempelajari serta menyelidiki
teori yang berkenaan dengan perkembangan manusia sebagai makhluk sosial
dan dibagi menjadi dua bagian. Pertama, metafisika sejarah (filsafat sejarah
spekulatif) yang mempelajari latar belakang sejarah, dasar-dasar hukumnya, arti dan motivasi
dalam sejarah. Kedua, logika sejarah (filsafat sejarah kritis) yang disebut juga metodologi
sejarah yang menekankan pada studi tentang kebenaran dari fakta dan data sejarah,
mencitakan keobjektifan sejarah, sertamengadakan interpretasi dan eksplanasi terhadap
peristiwa sejarah.

Filsafat sejarah dilihat dari segi strukturnya ada tiga pola. Pertama,

Pemikiran tentang sejarah yang menggambarkan proses perkembangan

Sejarah secara linear (garis lurus). Perkembangan sejarah menuju titik akhir

Yang konkret (pandangan yang disebut eschaton) menunjukkan bahwa

Manusia dan dunia/alam berakhir pada hari kiamat/kematian. Kedua,

Pemikiran yang melihat sejarah sebagai suatu proses perkembangan yang

Bersifat mekanis dan materialis, seperti yang terlihat dalam aliran

Materialisme dan historis materialisme dari Karl Marx (eschatologis social).

Ketiga, pemikiran yang melihat sejarah sebagai suatu proses perkembangan

Hidup yang bersifat biologis (organisme biologis) atau yang bersifat cyclis

Morphologis seperti peristiwa biotis yang terdapat sehari-hari

(http://adityavatara2widiadi.multiply.com/journal).

8. Filsafat Seni

Kesenian merupakan bagian kehidupan manusia. Setiap bangsa di dunia

Ini pasti mempunyai kekhasan dalam berkesenian. Dengan agama, kehidupan

Manusia akan menjadi terarah. Dengan ilmu pengetahuan, kehidupan

Manusia akan lebih mudah. Dengan kesenian, kehidupan manusia akan lebih

Indah. Filsafat seni berusaha menjelaskan seluk-beluk antara kesenian dan

Aspek-aspek kehidupan lain secara integral, sistematis, dan komprehensif.

Pada kenyataannya, kesenian memang berkaitan dengan moralitas,

Lingkungan hidup, pendidikan, pergaulan, dan kehidupan pada umumnya.

Kontribusi seni ternyata berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan sosial

Dan kemasyarakatan (www. Budayajawa.com).


9. Filsafat Bahasa

Filsafat bahasa memiliki istilah lain, yaitu filsafat analitik atau filsafat

Linguistik. Penggunaan istilah itu tergantung pada preferensi filsuf yang

Bersangkutan. Namun, pada umumnya, kita dapat menjelaskan pendekatan

Ini sebagai suatu yang menganggap analisis bahasa sebagai tugas mendasar

Filsuf. Filsafat bahasa ini merupakan cabang filsafat khusus yang membahas

Bahasa sebagai alat dasar dan utama dari filsafat.

2.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Satu Kesatuan Sistematis, Hierarkis, dan

Logis

Menurut Notonagoro (1983:59-60) susunan pancasila adalah hierarkis dan

mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat dari inti-isinya, urut-urutan lima sila

menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi,tiap-tiap sila yang di

belakang sila lainnya merupakan pengkhususan darisila-sila yang di mukanya.

Dalam susunan hierarkis dan piramidal ini, maka Ketuhanan Yang Maha Esa

menjadi basis daripada Kemanusiaan (perikemanusiaan), Persatuan Indonesia

(kebangsaan), kerakyatan dan keadilan sosial.

Dalam susunan yang demikian, menurut Effendi (1995: 106-107) maka sila

yang ada di belakangnya merupakan pengkhususan dari sila yang ada di mukanya

dan oleh karena itu pelaksanaannya tergantung pada pelaksanaan sila yang ada di

mukanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:

1. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila keempat dan pelaksanaannya

tergantung pada pelaksanaan sila keempat.

2. Sila keempat merupakan pengkhususan dari sila ketiga dan pelaksanaannya

tergantung pada pelaksanaan sila ketiga.


3. Sila ketiga merupakan pengkhususan dari sila kedua dan pelaksanaannya

tergantung pada pelaksanaan sila kedua.

4. Sila kedua merupakan pengkhususan dari sila pertama dan pelaksanaannya

tergantung pada pelaksanaan sila pertama.

Secara filosofis, pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafatmemiliki

beberapa dasar seperti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis.

Dasar-dasar tersebut berbeda dengan dasar-dasar sistemfilsafat lainnya seperti

materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme, dan lain-lain.

2.4 Unsur-unsur Pancasila sebagai Sistem Filsafat

A. Unsur Ketuhanan

Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan menunjukkan

adanya pencipta yaitu Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling

sempurna, mempunyai sifat sebagai individu sebagai makhluk sosial. Karena

Tuhan adalah sempurna maka manusia tidak sempurna. Namun diantara

makhluk, manusia adalah yang paling sempurna.

Berdasarkan pengalaman sejarah sebelum datangnya agama Hindu,

Budha, Islam dan Kristen. Bangsa Indonesia telah mempunyai kepercayaan. Karena

keadaan alam sedemikian rupa maka bangsa Indonesia berusaha mempertahankan dan

mengembangkan hidupnya untuk bisa mengatasi tantangan alam tersebut. Salah satu

jawaban yang diberikan berupa pandangan hidup atau kepercayaan bahwa alam ini

ada yang menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka sehari-hari dan karena

kemampuan yang mereka miliki, maka bentuk kepercayaan yang menguasai alam,

adanya kekuatan gaib yang terdapat pada alam ini dan lain sebagainya. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun sudah percaya kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Setelah agama Hindu dan Budha datang di Indonesia, bangsa
Indonesia banyak memeluk agama-agama tersebut. Demikian pula agama islam yang

telah dipeluk oleh sebagian besar bangsa Indonesia dengan penuh keyakinan. Pada

masa itu pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya pengaruh

agama dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya peninggalan, tulisan dan adat

istiadat

B. Unsur Kemanusiaan

Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sendirinya

bangsa kita mempunyai rasa kemanusiaan yang luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan

adalah bawaan kodrat manusia. Perikemanusiaan adalah nilai khusus yang bersumber

pada nilai kemanusiaan. Perikemanusiaan adalah yang bersumber pada kemanusiaan,

jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pengertian

tersebut sebenarnya semua bangsa mesti mempunyai kemanusiaan, begitu pula bangsa

Indonesia bahkan kemanusiaannya adalah adil dan beradab.

Adil berarti memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu apa

haknya sendiri. Beradab artinya mempunyai adab, mempunyai sopan santun,

mempunyai susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa lain, menghormati

pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain. Sejak dahulu bangsa Indonesia selalu

menerima bangsa lain dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak akan hidup

sendirian terlepas dari bangsa lain.

C. Unsur Persatuan

Bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya rukun, bersatu dan kekeluargaan,

bertindak bukan semata-mata atas perhitungan untung rugi dan pamrih serta
kepentingan pribadi. Oleh karena itu unsur persatuan sudah terdapat didalam

kehidupan masyarakat Indonesia bahkan sudah dilaksanakan oleh mereka.

D. Unsur Kerakyatan

Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang berkuasa adalah

rakyat. Dalam bahasa lain Kerakyatan disebut Demokrasi berasal dari kata Yunani

Demos yang berarti Rakyat Kratos yang berarti Berdaulat. Demokrasi bukan hal yang

baru bagi bangsa Indonesia. Meskipun sebelum tanggal 17 Agustus 1945 di Indonesia

belum pernah ada pemerintahan yang bersifat Demokratik seperti sekarang ini namun

sebenarnya unsur-unsurnya sudah ada, yang selama itu tidak pernah dimanfaatkan

secara Nasional formal.

E. Unsur Keadilan

Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain

apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya

kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja,

tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi

berbuat untuk kepentingan bersama. Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti

bekerja sama dan membagi hasil karya bersama tepat sekali untuk menerangkan apa

arti Keadilan Sosial.

2.5 Inti Sila-sila dalam Pancasila

Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa


Sila ini menjamin kebebasan beragama karena makna kemerdekaan beragama bagi
bangsa Indonesia sangat besar. Oleh karena itu, pengaplikasian sila pertama adalah
dengan:
Menghormati setiap agama/kepercayaan yang ada di Indonesia, menjaga toleransi.
Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi sekitar serta tidak
mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
Menjaga toleransi atau saling menghormati di antara umat beragama.
Tidak memaksakan kehendak untuk menganut satu agama tertentu.

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua ini mewakili menjunjung tinggi kesetaraan hak dan kewajiban manusia, yang
membutuhkan kepekaan terhadap situasi lingkungan sekitar dengan menerapkan sikap empati
yang tinggi. Penerapan Pancasila sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bisa kamu
lakukan melalui hal-hal berikut:

Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras dan
adat istiadat (RAS).
Dengan menghargai perbedaan tersebut, kita wajib untuk saling mencintai sesama manusia,
mengembangkan sikap tenggang rasa dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Selalu menjaga adab atau kesopananan, budi pekerti di berbagai kondisi dan situasi.
Tidak melakukan diskriminasi atau membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga
negara sekalipun berbeda tingkat pendidikan, kondisi ekonomi dan lain sebagainya.
Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur orang lain jika melakukan perilaku yang
tidak sesuai dengan adab dan etika kemanusiaan.
Menjaga keseimbangan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban, jangan sampai hak dan
kewajiban kita merugikan atau mencederai hak dan kewajiban orang lain.
Berpartisipasi di dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Persatuan rakyat Indonesia adalah sebuah kekuatan dasar yang dibutuhkan untuk
mempertahankan keamanan dan pertahanan Indonesia dari ancaman yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Penting bagi kita semua untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan di
tengah masyarakat dengan tidak mudah dipecah belah, apalagi lewat berita hoax yang marak
disebar belakangan ini. Jadi apa sih yang bisa kamu lakukan untuk menjaga persatuan
Indonesia dan mengaplikasikan sila ketiga Pancasila?

Mengesampingkan opini pribadi dan mengutamakan segala kepentingan negara yang


dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Mengesampingkan segala perbedaan karena kita sadar bahwa kita bertanah air yang satu,
Indonesia.
Mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di dalam negara
menjadi lebih maju.
Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa Indonesia baik di
tingkat nasional maupun internasional.
Meningkatkan kreativitas dan inovasi diri untuk memajukan bangsa Indonesia.
Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah.

Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk pemerintahan
Indonesia. Sila ini menginginkan segala kegiatan pemerintahan diperuntukkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan rakyat. Wujud pengaplikasian Pancasila sila keempat adalah
sebagai berikut:

Ikut dalam pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih atau mengajak orang lain untuk
menggunakan hak pilihnya.
Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan tertentu sebagai
salah satu perwujudan demokrasi, baik dalam sektor pemerintahan maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan
setiap permasalahan dalam bermasyarakat.
Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita.
Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar menyetujui apa yang kita katakan atau
lakukan. Begitu juga sebaliknya, tidak ada yang bisa dan boleh memaksakan kehendaknya
kepada kita.
Mengawasi dan memberikan saran serta pendapat terhadap penyelenggaraan kedaulatan
rakyat yang dilakukan oleh pemerintah.

Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pengamalan sila terakhir ini diwujudkan dengan mengembangkan perbuatan-perbuatan yang


luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta gotong royong, karena hal
ini adalah ciri khas dari warga negara Indonesia. Adanya sila ini diharapkan bisa mewujudkan
kondisi yang berkeadilan, yang merupakan mimpi semua orang. Apa saja yang bisa kamu
lakukan untuk menerapkan sila kelima?

Berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang sedang dilanda kesulitan.
Meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiataan kerelawanan yang bisa
membantu sesama seperti bakti sosial, donor darah, mengajar, konser amal, dll.
Bersikap adil dalam aktivitas apapun yang kita lakukan dan dengan siapapun kita
berhubungan.
Tidak mengganggu orang lain dan menegur siapapun yang mengganggu ketertiban dan
keamanan di tengah masyarakat.
Menghargai karya atau hasil karsa cipta yang dimiliki orang lain dan yang kita hasilkan
sendiri.
Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dalam
membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai