Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAUHID RUBUBIYAH DAN TAUHID ULUHIYAH,

Dosen Pengampu

SUKADI, M.Pd

DISUSUN OLEH

NYOTO M.R Nim : 5422030056


ARMANDA Nim : 54220300
SUMIATI Nim : 54220300
MUSTOFA ARIFIN Nim : 54220300
DIANA KUSUMAWATI Nim : 54220300

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL HIKMAH

PISANG BARU WAY KANAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.Dalam
penyusunan makalah ini, selain memenuhi tugas dari dosen pembimbing juga untuk
menjelaskan tentang “ TAUHID RUBUBIYAH DAN TAUHID ULUHIYYAH” Serta
dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya
dan bagi teman-teman mahasiswa pada khususnya.Kami sadari meski makalah ini telah
selesai tapi masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca maupun pendengar, demi kelancaran dan kesempurnaan tugas
kamiyangselanjutnya.

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan
kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan keburukan amal
kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup menunjukinya.

Bahwasannya tiada tuhan yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah merahmati
kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang
pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada
sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan kepada selain
Allah

Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya


selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul.
Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan haram.
Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah itu, bahkan
penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman
Allah; Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’ Allah (nabi-nabi Allah)
kerana kedua-duanya ada kaitan dengan penciptaan dan kekuasaan Allah terhadap makhluk-
Nya. Al-Qur’an menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka yang
mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya.

Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat


kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Ada tiga macam tauhid
dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid tersebut
harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat muslim kita tidak boleh hanya
memiliki salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karena ketiga tauhid tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah satu diantaranya
maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang syirik bahkan keluar dari islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Pengertian tauhid dzat, sifat rububiyah dan uluhiyah ?

2. Pengertian kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid ?

C. Tujuan Pembahasan

1.Memperoleh pemahaman mengenai tauhid dzat,sifat rububiyah dan uluhiyah.

2.Memperoleh pemahaman mengenai konsep materi Tauhid & pembatalan tauhid.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian tauhid rububiyah dan uluhiyah

Kalimat tauhid membawa pengertian mengetahui, mengakui dan mempercayai bahawa


sesungguhnya sembahan yang benar dan berhak disembah ialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(SWT) semata-mata. Selain daripada-Nya, sama sekali tidak benar dan tidak berhak
disembah.Tauhid juga merupakan kewajiban pertama yang di perintahkan oleh Allah kepada
hamba-Nya. Penghayatan kalimat itu meliputi berikrar dengan hati, menyatakan dengan lidah
dan membuktikan dengan perbuatan.

Tauhid sebagai pengetahuan kesaksian, keyakinan, dan keimanan terhadap keesaan Allah
dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Berdasarkan Al-Qur’an, keesaan Allah itu meliputi
tiga hal, yaitu esa dzat-Nya adalah tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi
Allah, esa sifat-Nya adalah tidak ada dzat lain yang memiliki satu atau lebih sifat-sifat
ketuhanan yang sempurna, esa af’al-Nya adalah tidak seorang pun dapat melakukan
pekerjaan yang dilakukan oleh Allah.

1) Tauhid Rububiyah.

Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah subhannahu wa
ta’ala berfirman:

“Allah menciptakan segala sesuatu …” (QS. Az-Zumar: 62).

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk
lainnya. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rizkinya, …” (QS. Hud: 6).

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa
atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas).” (QS. Ali Imran: 26-27).

Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan
hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang
lain-Nya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:

“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit
dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10).

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di
hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa ‘alaihissalam kepadanya:

“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan
mujizat-mujizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti
yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa.”
(QS. Al-Isra’: 102).

Dalil-Dalil Tauhid ar-Rububiyyah

Banyak dalil menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah
dari segi Rububiyyah. Antaranya:

1.Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang berakal
waras akan mengatakan bahawa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya,
menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di
alam ini.

3.Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha
Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahawa dirinya makhluk
ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan oleh satu
Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan menyatakan
bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.

Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan fikirkanlah
betapa rapi dan seni ciptaan-Nya.terdapat seribu satu macam ciptaan Allah yang memiliki
sifat yang berbeda-beda antara satu sama lain. Semuanya menunjukkan bahawa Allah adalah
Rabb yang Maha Bijaksana.

2) Tauhid Uluhiyah

Uluhiyah adalah ibadah.

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan
niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, raja‘
(pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inaabah
(kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul
yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36).

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’: 25).

Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi
tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah
tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah lawannya, yaitu
syirik. Sedangkan Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS. An-Nisa’: 48, 116).

“…seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).

Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah subhannahu wa
ta’ala berfirman:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak …” (QS. An-Nisa’: 36).

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (QS. Al-Isra’:
23).

“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu-bapak …’.” (QS. Al-An’am: 151).

Konstribusi Materi Tauhid al-Rububiyyah menghubungkan Tauhid Al-Uluhiyyah


Dalam Upaya Mencapai Tauhidullah

Seperti yang telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui keesaan Allah
sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak. Tidak ada sekutu bagi-
Nya di dalam Rububiyyah. Sesungguhnya kesanggupan dan kesediaan manusia
mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung
atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam
pengabdian.
Secara spontan pula manusia akan mengakui bahawa Allah saja layak disembah, selain
daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk sekalipun.

Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang ada dalam jiwa
manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani mempertahankan keyakinannya
seperti yang dipersaksikan dalam sirah Rasulullah dan para sahabat:

1.Rasulullah SAW pernah memerintahkan Ali RA agar tidur di atas katilnya sebelum baginda
keluar berhijrah ke Madinah, sedangkan musuh Islam begitu giat mengintip. Namun
Sayyidina Ali sanggup berbuat mengikut perintah Rasulullah SAW kerana beliau yakin atas
Kehendak dan Kekuasaan Allah.

2.Khalid Ibn al-Walid RA pernah mengalami banyak cacar dan luka pada badannya kerana
berperang di jalan Allah. Namun dia tetap yakin dengan Kekuasaan Allah. Dia tetap
meneruskan pertempuran melawan musuh.

3. Bilal bin Rabah RA sanggup diheret di padang pasir, dijemur di bawah kepanasan matahari
dan disiksa dengan batu besar diletakkan di atas tubuhnya. Dia tetap mempertahankan
keimanannya.

2. Kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid

Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Sesungguhnya banyak
sekali hal-hal yang dikategorikan sebagai pem-batal ke-Islam-an, namun para ulama banyak
menyebutkan sepuluh pem-batal yang paling berbahaya dan paling banyak dikerjakan
ummat.
Pembatalan-pembatalan ke-Islam-an tersebut adalah :

1. Syirik atau mengadakan sekutu dalam beribadah kepada Allah –Sub-hānahu wa Ta’ālā–.

2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai wasīlah (perantara) dalam doa, syafa’at dan
tawakkal.

3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, menyangsikan kekafiran mereka atau malahan


membenarkan keyakinan mereka.
4. Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alayhi wa
Sallama– adalah lebih sempurna dan lebih baik.

Mengganggap suatu hukum atau undang-undang selainnya lebih baik daripada syari’at
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– dan lebih mengutamakan hukum thāghūt
daripada hukum Rasulullah –Shal-lallahu ‘alayhi wa Sallama–. Apabila ada seseorang
meyakini bahwa un-dang-undang yang dibuat manusia lebih utama dan lebih baik dari-pada
syari’at Islam, maka ia telah kafir.

Demikian pula apabila ia menganggap bahwa syari’at Islam sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, atau bahkan berang-gapan bahwa agama Islam hanya menyangkut
hubungan ritual antara hamba dengan Rabbnya dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan
masalah duniawi. Demikian pula apabila seseorang memandang bahwa pelaksanaan syari’at
Islam, misalnya masalah rajam dan qishash, sudah tidak sesuai lagi dengan peradaban
modern (atau Hak Asasi Manusia). Begitu pula mereka yang beranggapan bahwa seseorang
diperboleh-kan untuk tidak berhukum dengan hukum atau syari’at Allah –Subhā-nahu wa
Ta’ālā– dalam hal sosial kemasyarakatan dan hukum-hukum lainnya, maka ia telah kafir,
meskipun belum sampai pada keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari hu-
kum Islam.

5. Membenci hal-hal yang berasal dari Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–,


walaupun mengamalkannya.

6. Mengolok-olok sebagian ajaran yang dibawa Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–,


seperti pahala atau balasan yang akan diterima.

7. Melakukan sihir, karena pelakunya dihukumi kafir.

8. Loyal terhadap orang kafir serta memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang
musyrik untuk memerangi kaum muslimin.

9. Beranggapan bahwa manusia boleh keluar dari syari’at atau ajaran Nabi Muhammad –
Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–.

10. Berpaling dari agama Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, baik karena tidak mau
mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada dasarnya pengutusan para rasul bertujuan untuk mengesakan Allah dalam
Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah. Dialah Tuhan Rabb al-’Alamin dan Tuhan
para Rasul tersebut. Tiada tuhan yang sebenar melainkan Allah.Tauhid al-Rububiyyah dan
Tauhid al-Uluhiyyah menjelaskan kekuasaan Allah yang Maha Suci dalam pentakdiran
urusan makhluk-Nya. Allah Pengurnia kemaslahatan dan kebaikan. Allah Penentu al-amr
(perintah). Allah-lah Pengutus ar-Rasul untuk makhluk-Nya.

B.Saran

Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang ada dalam
jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani mempertahankan
keyakinannya,dengan mengetahui arti dari Tauhid ar-rububiyyah dan Tauhid al-uluhiyyah
manusia tidak berbuat syirik kepada Allah SWT.

C.Kata Penutup

Syukur Alhamdulillah berkat rahmat,taufiq dan hidayah serta inayah dari Allah SWT
penulisan makalah yang berjudul tentang ““ TAUHID RUBUBIYAH DAN TAUHID
ULUHIYYAH ”dapat terselesaikan dengan baik.

Demi kesempurnaan makalah ini,saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca dan
pemerhati. Akhir kata,dengan mengharap ridho dari Allah SWT sehingga makalah ini
memberi manfaat bagi penulis,para pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu pendidikan. Amiin…
DAFTAR PUSTAKA

Sihab, M. Quraish, tafsir Al-Misbah, peran kesan dan keserasian perpustakaan umum Islam
lentera hati, Jakarta, 2002
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul,
jilid 1, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul,
jilid 2, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain & Azbabun Nuzul,
jilid 3, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html
http://www.ilmoe.com/585/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-sifat.html
http://qaasasaqidahtauhid.blogspot.com/2008/12/apa-itu-tauhid-uluhiyah-rubbubiyah-
dan.html
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat21-25.htm
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html

Nasution,Harun,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah,Analisa Perbandingan, Jakarta:


Universitas Indonesia,1978(Hal Ix).

Al-Allamah Asy-Syaikh Ja’far Subhani,Tauhid Dan Syirik;Studi Krisis Faham


Wahabi,Bandung:Mizan,1985(Hal 56).

Muhammad Abduh,Risalah Tauhid,Jakarta:Bulan Bintang,1996

Zainuddin,Ilmu Tauhid Lengkap,Jakarta:PT Rineka Cipta,1996.

Jabir, Abu Bakar, Al-Jazairi,Aqidatul Mukminin,Jakarta:Pustaka Mantiq,1994(Hal 87).

Al-furaiyan,Walid, bin ‘Abdirrahman, Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Atha’,
Ikrimah, asy-Sya’bi, Qatadah dan lainnya. Fat-hul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid (hal. 39-40).

www.wikipedia.com di http://tauhid rububiyyat dan illahiyyat

Anda mungkin juga menyukai