Anda di halaman 1dari 23

STATUS LINGKUNGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERDASARKAN ASPEK DRIVING FORCES, PRESSURE,


STATE, IMPACT DAN RESPONSE (DPSIR)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


“Analisis Lingkungan Elektro” EL3004

Dosen Pengampu:
Syamsyarief Baqaruzi, S.T., M.T

Disusun Oleh Kelompok 10:


Ahmad Fahri Fahrezi 121130104
Davin Dharma Putra 121130080
Iqbal Mas’ud 121130064
Josevein Hutagalung 121130018
Mona Ratu Oscar 121130125
Nyinang 121130082

Program Studi Teknik Elektro


Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
Institut Teknologi Sumatera
Lampung Selatan
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dari kelompok 10 dapat menyelesaikan tugas week 3 yaitu
pembuatan makalah dengan judul “Status Lingkungan provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Aspek Driving Forces, Pressure, State, Impact dan Response (DPSIR)” dengan
lancar dan baik.

Tak lupa ungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman
sekelompok yang telah bekerja sama, berkontribusi dan mencurahkan segala ide dan
pemikirannya dalam menyelesaikan tugas ini. Kerjasama dan dukungan kita telah membantu
menghadirkan makalah ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak
Syamsyarief Baqaruzi, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Lingkungan
Elektro. Selain itu, pembuatan makalah ini bertujuan bagi mahasiswa/i untuk lebih
memahami, menambah wawasan, serta memperdalam ilmu terkait dampak lingkungan yang
ditinjau dari Status Lingkungan Sumatera Selatan Berdasarkan Aspek Driving Forces,
Pressure, State, Impact dan Response (DPSIR). Semoga makalah ini tidak hanya menjadi
bahan pembelajaran bagi kami sendiri, tetapi juga dapat memberikan wawasan yang berguna
bagi pembaca yang mungkin tertarik untuk lebih memahami dinamika lingkungan di Provinsi
Sumatera Selatan. Kami menyadari bahwa masih banyak ruang untuk peningkatan, dan kami
sangat menghargai masukan dan saran yang dapat memperkaya makalah ini.

Lampung Selatan, 26 September 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
2.1 Driving Force ................................................................................................................... 6
2.2 Pressure............................................................................................................................ 9
2.3 State ................................................................................................................................ 10
2.4 Impacts ................................................................................................................................ 13
2.5 Response ......................................................................................................................... 19
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Pulau Sumatera yang mempunyai luas
wilayah 91.806,36 km2. Provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah
utara, Provinsi Lampung di sebelah selatan, Provinsi Bangka Belitung di sebelah timur dan
Provinsi Bengkulu di sebelah barat. Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1o 37’ 27’’ sampai
4o 55’ 17’’ Lintang Selatan dan antara 102o 3’ 54’’ dan 106o 13’ 26’’ Bujur Timur. Provinsi
Sumatera Selatan dan dialiri banyak sungai besar dan kecil dengan kekayaan sumber daya yang
melimpah antara lain minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sungai Musi merupakan sungai
terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 750 km menjadi tempat yang subur bagi budi
daya pertanian dan perikanan, dan penghubung bagi perdagangan antardaerah sejak jaman
kerajaan Sriwijaya. Dengan letak geografis yang strategis, Sumatera Selatan menjadi salah satu
pusat pertemuan dan interaksi para pedagang-pedagang asing terutama dari Arab, India dan Cina.
Letak geografis ini memberikan peluang bagi Sumatera Selatan untuk cepat maju dan berkembang
[1].

Menurut regional.kompas Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi terluas ke-6 di


indonesia. Untuk menjaga kesejahteraan dan keberlangsungan hidup yang layak kedepannya baik
demi manusia maupun makhluk hidup lainnya diperlukannya sebuah analisis perhitunngan.

Dalam hal Analisis (DPSIR) Driving Force, Pressure, State, Impact, Response dapat menjadi
solusi untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut. DPSIR merupakan suatu
pendekatan analisis lingkungan yang digunakan untuk memahami interaksi antara berbagai faktor
dalam lingkungan. merupakan suatu konsep yang pertama kali dikembangkan oleh badan
lingkungan eropa (European Environmental Agency/EEA) pada tahun 1999 [2]. Penggunaan
pendekatan ini digunakan untuk memahami kompleksitas isu-isu lingkungan, dan ini membantu
dalam merumuskan kebijakan dan tindakan yang lebih baik dikarenakan pendekatan ini
menggunakan konsep sebab akibat yang saling terhubung antara aspek lingkungan,sosial,ekonomi
bisnis,kebijakan dari pemerintahan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan kerangka
DPSIR (Driving Forces, Pressure, State, Impact, dan Response) sebagai berikut :
1. Apa faktor-faktor utama yang mendorong perubahan lingkungan di Provinsi Sumatera
Selatan ?
2. Apa tekanan-tekanan utama yang dihasilkan dari aktivitas makhluk hidup di provinsi
Sumatera Selatan ?
3. Bagaimana kondisi aktual lingkungan di Provinsi Sumatera Selatan ?
4. Apa dampak dari tekanan dan perubahan lingkungan yang telah terjadi di Provinsi Sumatera
Selatan ?
5. Apa tindakan dan kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
untuk mengatasi masalah lingkungan yang ada?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pendekatan analisia lingkungan
hidup dengan menggunakan aspek DPSIR (Driving Forces, Pressure, State, Impact, dan
Response) demi mengetahui potensi keberlanjutan dari suatu wilayah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Driving Force
Driving Force adalah kunci utama dalam pendekatan analisa DPSIR, dikarenakan hal ini
menjadi faktor pendorong yang menjadi fundamental perubahan lingkungan di suatu tempat.
Dalam hal ini provinsi sumatera selatan memiliki beberapa faktor yang dapat memicu
perubahan diantaranya terdapat populasi penduduk, pertumbuhan ekonomi, potensi sumber
daya alam dll. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Luas Wilayah Sumatera Selatan tahun 2022
seluas 86771,68 Km².

Gambar 1. Luas Wilayah yang ada di Provinsi Sumatera Selatan


(Source Url: https://sumsel.bps.go.id/indicator/153/201/1/luas-wilayah.html)
Gambar 2. Tabel data pertumbuhan penduduk di provinsi Sumatera Selatan menurut
badan Pusat Statistik

Gambar 3. Grafik Jumlah penduduk provinsi Sumatera Selatan menurut Badan Pusat
Statistik
Dari data-data tersebut menunjukan bahwa daerah Ogan Komering Ulu Selatan memiliki
laju pertumbuhan yang tinggi dan tidak sebanding dengan luas wilayah pada daerah tersebut,
yang akan menyebabkan terjadinya migrasi untuk menghindari kepadatan penduduk di suatu
wilayah tersebut dan meningkatkan persentase peluang kehidupan yang layak di daerah
tersebut.

Dikarenakan penduduk yang padat tersebut akan mengakibatkan banyaknya sampah


rumah tangga dari lingkungan penduduk dan akan berdampak juga pada tingginya angka
demand kebutuhan pokok, sekunder, maupun tersier di daerah tersebut yang mana akan
membuat banyaknya alih fungsi lahan yang akan digunakan untuk kepentingan industri dan
akan mengurangi lahan yang seharusnya dijadikan sebagai tempat tinggal. Hal ini lah yang
akan menjadi salah satu penyebab cepat terjadinya perubahan kondisi di wilayah Sumatera
Selatan.

Dengan meningkatnya demand dari kebutuhan masyarakat di daerah padat penduduk akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut seperti pada data diatas di tahun
2014 menunjukan tingginya kebutuhan produksi perkebunan dari wilayah sumatera selatan,
hal tersebut bertolak belakang dengan diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
hal ini lah yang harus menjadi perhatian dikarenakan hal ini yang akan menjadi penyebab
menurunnya angka harapan hidup di wilayah sumatera Selatan.
2.2 Pressure
Pressure pada DPSIR adalah tekanan yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia
terhadap lingkungan.berikut ini adalah beberapa pressure yang terjadi di provinsi sumatera selatan
:

1. Perubahan iklim
Dampak perubahan iklim pada sektor sumber daya air pada dasarnya bergantung pada
curah hujan. Dampak perubahan iklim dalam bentuk banjir,tanah longsor dan
berkurangnya air yang tersedia akan berdampak signifikan terhadap pasokan air di
Sumatera Selatan.

2. Penderita penyakit meningkat


menurut data BPS sumatera selatan, penderita penyakit pada tahun 2022 meningkat,
khususnya penyakit DBD yang tahun sebelumnya 1.135 menjadi 2.854 dan penyakit TBC
yang naik secara drastis dari tahun 2020 yang berjumlah 9.382 menjadi 18.122 pada tahun
2022. hal ini dapat berpengaruh pada perekonomian di daerah-daerah yang ada di provinsi
sumatera selatan. dampak yang bisa dirasakan adalah dari sektor ketenagakerjaan, dimana
ketika banyak orang yang sakit maka tenaga kerja yang tersedia akan makin berkurang.

3. penurunan ekonomi
meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor tertentu, seperti perdagangan besar
dan eceran, mengalami penurunan.Hal ini dapat memberikan tekanan pada lapangan kerja
dan stabilitas ekonomi di wilayah tersebut.

4. Pola produksi dan konsumsi masyarakat


terdapat perbedaan pola produksi dan konsumsi masyarakat. Ada perbedaan dalam pola
produksi dan konsumsi di masyarakat dengan beberapa rumah tangga memiliki pendapatan
negatif. Hal ini menciptakan tekanan ekonomi dan kesenjangan sosial.

5. Bencana alam
menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2022, sumatera
selatan mengalami 103 bencana alam. bencana tersebut meliputi banjir ,gempa bumi,
karhutla,tanah longsor, cuaca ekstrem dan masih banyak lagi. hal ini bisa terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya iklim yang berubah secara ekstrem, efek rumah kaca,
penambangan liar, dll.

2.3 State
States (Kondisi): Tekanan tersebut kemudian dapat mengakibatkan perubahan dalam kondisi
lingkungan, seperti penurunan kualitas air, deforestasi, atau perubahan suhu global.
1. Luas kawasan hutan

Dari data dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu bahwa luas hutan yang
paling luas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan 136.626,08
hektar yang terdiri dari Hutan Lindung 27.557,67 hektar, hutan produksi 106.153,57 hektar dan
hutan konservasi 2.914,85 hektar. Pada hutan produksi difokuskan untuk menghasilkan beberapa
jenis komoditi kehutanan, yaitu berupa kayu dan produk turunannya. Hutan produksi yang ada di
Pulau Bangka dan Pulau Belitung menghasilkan beberapa jenis produk yang meliputi kayu persegi
(wood block), moulding, kayu glondongan (logs), kayu tiang poles, (wood production), kayu
junjung (climbing pole), kayu bakar (fire wood) serta arang (charcoal). Terdapat peluang
pemanfaatan Investasi Sektor Kehutanan seperti madu,gaharu dan industri minyak atsiri.

2. Total emisi bersih GRK

Dugaan emisi bersih tahunan GRK dari penggunaan lahan lahan dan perubahan penggunaan
lahan di hutan dan lahan gambut akibat ulah manusia selama 2001-2012. Hasil yang ada
menunjukkan jumlah semua emisi dan serapan GRK m CO2-e setiap tahunnya. Area
menunjukkan total areal hutan dan lahan gambut tahunan yang mengalami perubahan, untuk
keperluan penghitungan GRK dalam kerangka kerja INCAS. Hasil ini termasuk emisi gas rumah
kaca yang sedang berlangsung dari kegiatan deforestasi dan degradasi hutan yang terdeteksi
selama tahun-tahun sebelumnya, termasuk tahun 1990-2000. Berikut data yang diambil dari
indonesia national carbon accounting system atau inces total emisi tahunan gas rumah kaca dari
hutan dan lahan gambut di Kepulauan Bangka Belitung.

3. Jumlah Fasilitas Sanitasi

Pada fasilitas sanitasi di Bangka Belitung mencakup berbagai infrastruktur dan layanan
yang dirancang untuk memastikan penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, dan sanitasi umum
yang baik bagi penduduk setempat. Berikut data jumlah sanitasi dari badan pusat statistik provinsi
kepulauan bangka belitung:
4. Kualitas Air Permukaan

Pada tahun 2017, sebagian besar rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sudah menggunakan air minum layak. Tetapi masih terdapat sekitar 10% rumah tangga yang
belum menggunakan air minum layak untuk kebutuhan hariannya. Dilihat dari jenis sumber air
minumnya, rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung paling banyak menggunakan
air kemasan bermerk/air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan minumnya sehari-hari, yakni
sebesar 57,96%. Selain itu sumber air minum yang juga banyak digunakan oleh rumah tangga di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sumur terlindung yakni sebesar 22,51%. Berikut data
dari bps tahun 2018 pada kualitas air permukaan.

5. Timbulan Sampah

Masalah timbulan sampah di Pulau Bangka Belitung merupakan masalah lingkungan yang
kompleks sehingga mempengaruhi kualitas hidup penduduk setempat dan ekosistem pulau
tersebut. Adapaun faktor yang terhadap masalah timbulan sampah di Pulau Bangka Belitung yaitu
peningkatan populasi dan pariwisata telah menyebabkan peningkatan dalam timbulan
sampah,kurangnya Infrastruktur pengelolaan limbah, dan kurangnya kesadaran lingkungan.
Berikut data dari sitem informasi pengelolaan sampah nasional (SIPSN) pada provinsi bangka
belitung:
6. Indeks Kualtitas Tutupan Lahan (IKTL)

Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) merupakan parameter penting dalam analisis
lingkungan dan perencanaan wilayah. IKTL mengukur sejauh mana tutupan lahan di suatu daerah
mencerminkan keadaan lingkungan dan keberlanjutan. Untuk menganalisis IKTL di daerah
Bangka Belitung, berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yang diambil
datanya dari dinas lingkungan hidup dan kehutanan;

2.4 Impacts
Impacts (Dampak) : Perubahan yang terjadi di dalam kondisi lingkungan tersebut yang
menimbulkan beberapa dampak langsung seperti pada manusia, ekosistem, dan masyarakat, dan
berikut adalah dampak dari tekanan dan perubahan lingkungan yang telah terjadi di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu sebagai berikut :
1. Deforestasi: Deforestasi di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, dapat terjadi sebagai
akibat dari ekspansi pertanian, perambahan hutan, dan kegiatan penebangan liar. Dampak
deforestasi di daerah ini mencakup sejumlah aspek lingkungan yang penting, seperti
keanekaragaman hayati, siklus air, dan penyerapan karbon. Berikut penjelasan lebih rinci:

a. Keanekaragaman Hayati:
○ Hilangnya Habitat: Sumatera Selatan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dengan spesies-spesies unik baik di darat maupun di perairan. Deforestasi dapat
mengakibatkan hilangnya habitat alami, yang mempengaruhi flora dan fauna khas
daerah tersebut.
○ Ancaman pada Spesies Endemik: Beberapa spesies yang mungkin hanya
ditemukan di hutan Sumatera Selatan dapat terancam punah akibat kehilangan
habitat. Ini dapat berdampak pada rantai makanan dan ekosistem lokal.
b. Siklus Air:
○ Pengaruh pada Tata Air: Hutan memiliki peran penting dalam mengontrol tata air.
Deforestasi dapat mengubah pola hujan, mempengaruhi debit sungai, dan
meningkatkan risiko banjir dan kekeringan.
○ Erosi Tanah dan Sedimentasi: Tanpa hutan untuk melindungi tanah, Sumatera
Selatan dapat mengalami erosi tanah yang meningkat dan peningkatan sedimen di
sungai. Ini dapat merugikan kualitas air dan mengancam kesuburan tanah.
c. Penyerapan Karbon:
○ Pelepasan Gas Rumah Kaca: Hutan di Sumatera Selatan berfungsi sebagai
penyerap karbon yang besar. Penebangan hutan dan pembakaran lahan untuk
pertanian dapat menyebabkan pelepasan besar-besaran karbon dioksida ke
atmosfer, meningkatkan dampak pemanasan global.
○ Kehilangan Potensi Penyimpanan Karbon: Hutan-hutan di daerah tersebut
menyimpan sejumlah besar karbon dalam biomassa dan tanahnya. Deforestasi
mengurangi kapasitas hutan untuk menyimpan karbon, mengubahnya dari sumur
karbon menjadi sumber karbon.
d. Pertumbuhan Ekonomi dan Sosial:
○ Pendapatan dari Pertanian: Ekspansi pertanian seringkali menjadi penyebab utama
deforestasi di Sumatera Selatan. Meskipun memberikan pendapatan bagi beberapa
kelompok, ini juga dapat mengakibatkan kehilangan jangka panjang karena
degradasi lingkungan.
○ Dampak Sosial pada Masyarakat Adat: Masyarakat adat yang bergantung pada
hutan untuk kehidupan dan budaya mereka dapat terkena dampak secara sosial dan
ekonomi akibat deforestasi.
2. Kerugian Ekosistem: Perubahan lingkungan dapat merusak ekosistem alami, termasuk hutan,
sungai, dan danau. Ini dapat memiliki dampak besar pada spesies-spesies lokal dan ekosistem yang
bergantung pada kondisi lingkungan tertentu.

○ Hutan Tropis: Deforestasi, yang sering terkait dengan ekspansi pertanian dan
penebangan liar, menyebabkan hilangnya habitat di hutan tropis Sumatera Selatan.
Ini dapat merugikan berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang menggantungkan
hidupnya pada keanekaragaman hutan.
○ Spesies Endemik: Provinsi ini mungkin menjadi rumah bagi spesies-spesies
endemik yang hanya dapat ditemukan di lingkungan tertentu. Hilangnya habitat
dapat membawa ancaman serius terhadap kelangsungan hidup spesies-spesies ini.

Pengaruh pada Siklus Air dan Sumber Daya Air:

○ Sungai dan Danau: Perubahan lingkungan seperti deforestasi dapat memengaruhi


siklus air regional. Hutan berperan penting dalam menjaga ketersediaan air di
sungai dan danau. Hilangnya hutan dapat menyebabkan erosi tanah, meningkatkan
sedimentasi, dan mengubah tata air, yang dapat merugikan organisme air dan
masyarakat yang bergantung pada sumber daya air tersebut.

Kualitas Air dan Keseimbangan Ekosistem Aquatik:

○ Pencemaran Air: Aktivitas manusia, seperti industri atau pertanian intensif, dapat
menyebabkan pencemaran air. Hal ini dapat merugikan ekosistem sungai dan
danau, menyebabkan penurunan kualitas air dan berpotensi membahayakan
organisme air, termasuk ikan dan makhluk air lainnya.
○ Keseimbangan Ekosistem Aquatik: Ekosistem air tawar seperti sungai dan danau
memiliki keseimbangan ekologis yang rapuh. Perubahan signifikan dalam kualitas
air atau kondisi fisik habitat dapat mengganggu rantai makanan dan mengakibatkan
penurunan populasi spesies tertentu.

Dampak pada Keberlanjutan Hayati:

○ Ekosistem Hutan: Hutan menyediakan layanan ekosistem yang luas, termasuk


penyimpanan karbon, penyerapan air, dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Hilangnya hutan dapat mengakibatkan perubahan dramatis dalam ekosistem dan
mempengaruhi spesies yang berinteraksi di dalamnya.
○ Ekosistem Terestrial: Kerugian ekosistem di daratan dapat mencakup penurunan
keanekaragaman hayati, degradasi tanah, dan kerugian fungsi ekologis seperti
penyediaan bahan pangan dan obat-obatan dari tumbuhan.

Dampak Sosial dan Ekonomi:

○ Pengaruh pada Masyarakat Lokal: Masyarakat lokal yang bergantung pada


ekosistem untuk mata pencaharian dan sumber daya hidup dapat mengalami
dampak yang signifikan akibat kerusakan ekosistem. Ini dapat mencakup
penurunan produksi pertanian, penurunan hasil perikanan, atau kerugian bahan
obat-obatan tradisional.
○ Ketergantungan Ekonomi: Sumsel mungkin memiliki sektor ekonomi yang
bergantung pada sumber daya alam. Kerugian ekosistem dapat berdampak pada
sektor-sektor ini, mengancam keberlanjutan ekonomi regional.

3. Bencana Alam: Provinsi Sumatera Selatan, seperti banyak wilayah di Indonesia, rentan
terhadap bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Perubahan lingkungan dapat
memperburuk risiko bencana ini.

Provinsi Sumatera Selatan, seperti yang telah disebutkan, memiliki rentan terhadap berbagai
bencana alam, dan perubahan lingkungan dapat memperburuk risiko-risiko ini. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci dan jelas mengenai bencana alam yang rentan terjadi di Provinsi Sumatera
Selatan serta bagaimana perubahan lingkungan dapat memengaruhi risiko bencana tersebut:
Banjir:

○ Faktor Penyebab Banjir: Banjir di Sumatera Selatan dapat dipicu oleh curah hujan
yang tinggi, pembukaan lahan pertanian di dataran rendah, dan sistem drainase
yang kurang baik.
○ Perubahan Lingkungan: Deforestasi dan perubahan penggunaan lahan, seperti
konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkotaan, dapat mengurangi
kemampuan hutan dan tanah untuk menyerap air hujan. Hal ini dapat meningkatkan
risiko banjir.

Tanah Longsor:

○ Topografi Berbukit: Topografi yang berbukit di beberapa wilayah Sumatera


Selatan meningkatkan risiko tanah longsor, terutama saat hujan deras.
○ Perubahan Lingkungan: Deforestasi dapat melemahkan daya tahan tanah terhadap
erosi dan tanah longsor. Aktivitas penebangan liar juga dapat menghilangkan
vegetasi yang menahan tanah.

Gempa Bumi:

○ Aktivitas Seismik: Sumatera Selatan terletak di Zona Subduksi Sunda, yang


membuatnya rentan terhadap gempa bumi.
○ Perubahan Lingkungan: Meskipun gempa bumi sebagian besar dipengaruhi oleh
aktivitas tektonik, aktivitas manusia seperti pengeboran minyak dan gas serta
pembangunan infrastruktur dapat mempengaruhi respons gempa dan risiko
kerusakan.

Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem:

○ Peningkatan Suhu dan Perubahan Pola Hujan: Perubahan iklim dapat mempercepat
pemanasan global dan perubahan pola hujan, yang dapat meningkatkan risiko
kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan.
○ Kondisi Lahan yang Buruk: Perubahan iklim juga dapat memperburuk kondisi
lahan, misalnya, membuat tanah lebih rentan terhadap erosi, yang dapat
meningkatkan risiko bencana alam.

Siklus Banjir dan Kelebihan Air:

○ Hutan Mangrove dan Sungai: Penurunan kualitas hutan mangrove dapat


mempengaruhi daya serap wilayah pesisir terhadap gelombang pasang dan banjir.
○ Pertanian dan Drainase: Perubahan penggunaan lahan, seperti konversi hutan
mangrove menjadi lahan pertanian atau akomodasi perkotaan, dapat memengaruhi
sistem drainase alami dan meningkatkan risiko banjir di daerah tersebut.

4. Ketidakseimbangan Ekosistem: Aktivitas manusia dapat menyebabkan


ketidakseimbangan dalam ekosistem, termasuk hilangnya habitat alami dan migrasi
spesies. Ini dapat mengakibatkan kepunahan spesies tertentu atau meningkatkan tekanan
pada spesies lainnya.

○ Ekspansi Pertanian: Aktivitas ekspansi pertanian seringkali menjadi penyebab


utama deforestasi di Sumsel. Penebangan hutan untuk memberikan ruang bagi
lahan pertanian mengakibatkan hilangnya habitat alami dan keanekaragaman
hayati.
○ Hilangnya Spesies Endemik: Deforestasi dapat mengakibatkan kepunahan spesies
endemik yang hanya dapat ditemukan di ekosistem hutan tertentu di Sumsel.

Perubahan Penggunaan Lahan:

○ Urbanisasi dan Infrastruktur: Pertumbuhan urbanisasi dan pembangunan


infrastruktur dapat menyebabkan perubahan besar-besaran dalam penggunaan
lahan. Pemukiman manusia, jalan, dan industri dapat merubah struktur dan
fungsionalitas ekosistem alami.
○ Pertanian Intensif: Praktik pertanian intensif, seperti penggunaan pestisida dan
pupuk berlebihan, dapat merusak keseimbangan ekosistem tanah dan berdampak
negatif pada keanekaragaman hayati di daerah tersebut.

Pencemaran Lingkungan:

○ Pencemaran Air dan Tanah: Aktivitas industri, pertanian, dan limbah domestik
dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah di Sumsel. Zat-zat kimia berbahaya
dapat meracuni organisme air dan tanah, merusak rantai makanan, dan
mengakibatkan penurunan populasi spesies tertentu.

Alien Species atau Spesies Invasif:

○ Perkenalan Spesies Asing: Kadang-kadang, manusia secara tidak sengaja atau


sengaja memperkenalkan spesies asing ke ekosistem lokal. Spesies ini bisa menjadi
invasif, bersaing dengan spesies lokal untuk sumber daya dan merusak
keseimbangan alami.

Perubahan Iklim:

○ Peningkatan Suhu dan Perubahan Pola Hujan: Perubahan iklim dapat


mempengaruhi suhu dan pola hujan di Sumsel. Hal ini dapat mengakibatkan
pergeseran dalam distribusi spesies dan perubahan dalam dinamika ekosistem, yang
mungkin tidak bisa diatasi oleh beberapa spesies.

Over Exploitasi Sumber Daya Alam:

○ Penebangan Berlebihan: Eksploitasi sumber daya alam, seperti penebangan hutan


yang berlebihan, dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam komposisi
spesies dan struktur ekosistem. Hal ini dapat mengancam kelangsungan hidup
spesies tertentu.

2.5 Response
Respons merupakan hal apa saja yang perlu kita lakukan dalam menanggapi impact. Dari poin 2.4,
dibahas beberapa impact yang telah dianalisis di wilayah Sumatera Selatan. Dari impact tersebut
ada respon yang harus diberikan, antara lain:

1. Deforestasi: Permasalahan deforestasi dapat diselesaikan dengan cara reboisasi (penanaman


kembali) hutan yang sudah gundul. Selain itu perlunya penebangan yang selektif agar
mengurangi resiko pohon muda yang tertebang. Dan setelah menebang pohon pun perlunya
penanaman kembali untuk menggantikan pohon yang sebelumnya sudah tertebang. Dengan
penghijauan yang dilakukan secara masif dan sistem penebangan yang selektif, diharapkan
permasalahan deforestasi ini dapat terselesaikan dan tidak menimbulkan efek sekunder
lainnya.

2. Pencemaran: Permasalahan pencemaran dapat diatasi dengan manajemen limbah yang baik
dan benar. Aktivitas industri, pertanian, dan perkotaan dapat menyebabkan pencemaran udara
karena langsung dibuang ke alam. Perlunya penetralan limbah agar tidak mencemari
lingkungan. Dalam beberapa kasus pun diterapkan 3R pada limbah. Dengan adanya
manajemen limbah yang baik, pastinya efek yang ditimbulkan pun tidak begitu besar.

3. Kerugian Ekosistem: Pembentukan Taman Nasional menjadi salah satu jawaban


permasalahan ini. Dengan adanya pembentukan taman nasional, itu akan menjaga ekosistem
alami dari suatu regional.

4. Bencana Alam: Bencana alam ada yang alami ataupun nonalamiah (disebabkan manusia).
Provinsi Sumatera Selatan, seperti banyak wilayah di Indonesia, rentan terhadap bencana
alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Perubahan lingkungan dapat
memperburuk risiko bencana ini. Dalam beberapa case bencana yang alami, kita tidak bisa
mengatur bencana tersebut. Tetapi buat bencana yang asalnya disebabkan oleh ulah manusia,
kita bisa mengatur. Seperti banjir, kita harus menangani permasalahan irigasi yang benar
dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kemudian tanah longsor, kita harus
menangani masalah deforestasi.

5. Kerugian Sumber Daya Alam: Perlunya pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tepat guna
menjadi jawaban atas permasalahan ini. Diharapkan manajemen sumber daya yang baik yang
dapat diatur dalam regulasi pemerintah Sumatera Selatan.
BAB III
KESIMPULAN

Dari berbagai analisis DPSIR yang telah dilakukan. Ada banyak hal yang terhighlight dari
wilayah Sumatera Selatan dari sisi DPSIR (Driving Forces, Pressure, State, Impact, dan
Response). Analisis yang telah kami lakukan ini diharapkan menjadi dokumen proper yang
nantinya akan membantu perancangan regulasi dan kebijakan lingkungan yang ada di wilayah
Sumatera Selatan. Kami pun berharap tulisan ini bermanfaat keberbagai pihak. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dokumen ini semakin tajam dan matang lagi
dalam menganalisis DPSIR di Wilayah Sumatera Selatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendriarianti E, T. A. (2022). ANALISA DRIVING FORCE, PRESSURE, STATE DAN


RESPONSE KUALITAS AIR. Prosiding SEMSINA 3 .
Prov.Sumsel, B. (2013-2018). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Sumatera Selatan. III.

Anda mungkin juga menyukai