Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

RANGKAIAN RESONANSI, FAKTOR DAYA &


KOREKSI DAYA

Brandon Surya Hasudungan Silitonga (120130022), Muhammad Raka Prayoga (121130055),


Ahmad Fahri Fahrezi (121130104), Listiaji Wibisono (121130132)
Asisten : Farrel Aryaputra P (120130094)
Tanggal Percobaan : 30/03/2023
EL2202_E-7_Praktikum_Rangkaian_Elektrik_2
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

Abstrak—Pada Praktikum ini yang berjudul Rangkaian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi
Resonansi,Faktor Daya,dan Koreksi Daya.Mempelajari pada sirkuit listrik.
teori dasar tentang resonansi, faktor daya, dan koreksi
daya pada sirkuit listrik, serta bagaimana menghitung Melalui praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat
besaran-besaran tersebut pada rangkaian seri dan paralel. memahami konsep resonansi, faktor daya, dan koreksi daya
Selain itu, mahasiswa juga akan belajar teknik pengukuran pada sistem listrik, serta dapat mengukur dan menghitung
faktor daya pada sirkuit listrik.Setelah dilakukan besaran-besaran tersebut pada sirkuit listrik. Diharapkan
percobaan, didapatkan hasil bahwa pada rangkaian dengan mengikuti praktikum ini, praktikan dapat mencapai
resonansi seri dan paralel, terdapat frekuensi resonansi orientasi tujuan yang diinginkan seseuai yang tertulis pada
yang memperlihatkan impedansi minimum dan arus modul.
maksimum. Selain itu, faktor daya pada sirkuit listrik Adapun tujuan dari percobaan modul 3 ini ialah :
dapat diukur menggunakan wattmeter dan faktor daya 1. Mengenal sifat rangkaian RLC
dapat ditingkatkan dengan melakukan koreksi faktor daya 2. Mengenal resonansi seri, resonansi paralel, resonansi
menggunakan kapasitor. seri paralel
3. Dapat membedakan sifat resonansi seri dan paralel
4. Dapat menghitung dan/atau memperkirakan frekuensi
Kata Kunci—Resonansi, Faktor Daya, Koreksi Daya, resonansi rangkaian RLC
Rangkaian RLC 5. Mengetahui dan memahami faktor daya dari rangkaian
R dan L
6. Mengetahui cara memperbaiki faktor daya dari
I. PENDAHULUAN
rangkaian R dan L
Pada praktikum modul 3 ini berisikan tentang Rangkaian
resonansi, faktor daya, dan koreksi daya.Didalamnya II. LANDASAN TEORI
membahas tentang konsep dasar dari rangkaian resonansi,
faktor daya, dan koreksi daya pada sistem listrik. Rangkaian Gelombang AC (Alternating Current) adalah jenis
resonansi merupakan salah satu konsep penting dalam gelombang listrik yang arah dan magnitudonya berubah secara
elektronika yang digunakan untuk menghasilkan frekuensi periodik. Artinya, arus listrik pada gelombang AC mengalir
tertentu pada sebuah rangkaian listrik. Pada laporan praktikum bolak-balik dalam arus dan tegangan pada waktu yang berbeda,
ini, kita akan mempelajari cara menghitung besaran resonansi sehingga nilai arus dan tegangan selalu berubah antara nilai
pada rangkaian seri dan paralel, serta cara mengukur faktor positif dan negatif sehingga membentuk sinusoidal.Pada
daya pada sebuah sirkuit listrik. Selain itu, kita juga akan rangkaian seri, tegangan AC akan dibagi di antara semua
mempelajari teknik koreksi faktor daya pada sistem listrik, yang elemen rangkaian. Oleh karena itu, impedansi total rangkaian
seri akan lebih besar daripada impedansi masing-masing resistansinya (R), sedangkan impedansi induktor dan kapasitor
elemen. Jika frekuensi sumber AC sama dengan frekuensi bergantung pada frekuensi sumber AC (ω), induktansi (L), dan
resonansi rangkaian, maka rangkaian akan mengalami kapasitansi (C), masing-masing. Impedansi total dapat dihitung
resonansi, di mana impedansi total akan menjadi minimum dan menggunakan rumus berikut:
arus listrik maksimum.Pada rangkaian paralel, tegangan AC
akan sama di seluruh elemen rangkaian. Oleh karena itu, 𝑍 = 𝑅 + 𝑗(XL - XC )
impedansi total rangkaian paralel akan lebih kecil daripada
impedansi masing-masing elemen. Jika frekuensi sumber AC di mana Z adalah impedansi total, R adalah resistansi, XL
sama dengan frekuensi resonansi rangkaian, maka rangkaian adalah impedansi induktor, XC adalah impedansi kapasitor, dan
akan mengalami resonansi, di mana impedansi total akan j adalah bilangan imajiner (√-1).Jika impedansi induktor (XL )
menjadi maksimum dan arus listrik minimum.Pada rangkaian lebih besar dari impedansi kapasitor (XC ), maka rangkaian
RLC, impedansi total bergantung pada nilai kapasitansi dan disebut rangkaian seri RLC kapasitif, di mana arus akan
induktansi rangkaian serta frekuensi sumber AC. Jika frekuensi terlambat dibandingkan dengan tegangan. Sebaliknya, jika
sumber AC sama dengan frekuensi resonansi rangkaian, maka impedansi kapasitor (XC ) lebih besar dari impedansi induktor
rangkaian akan mengalami resonansi, di mana impedansi total (XL ), maka rangkaian disebut rangkaian seri RLC induktif, di
akan menjadi minimum dan arus listrik maksimum.Selain itu, mana arus akan mendahului tegangan. Jika impedansi kapasitor
pada rangkaian yang menggunakan sumber AC, terdapat juga dan induktor sama (XC = XL ) maka rangkaian disebut
konsep fase. Fase adalah perbedaan waktu antara dua rangkaian resonansi seri RLC, Rangkaian ini sering dijumpai
gelombang AC. Jika dua gelombang AC yang memiliki penggunaannya dalam aplikasi elektronik, seperti dalam filter
frekuensi sama dan magnitudo berbeda memiliki fase yang dan osilator [1].
sama, maka keduanya dikatakan berada dalam fase. Namun,
jika dua gelombang AC memiliki fase yang berbeda, maka B. Resonansi Seri
keduanya dikatakan berada di luar fase atau out-of-phase.
Resonansi seri pada rangkaian RLC terjadi ketika impedansi
A. Rangkaian RLC dari total rangkaian menjadi minimum pada frekuensi
resonansi. Arus yang mengalir pada rangkaian mencapai nilai
Rangkaian RLC merupakan rangkaian listrik yang tersusun puncaknya, sedangkan tegangan pada rangkaian mencapai nilai
dari beberapa komponen umum yaitu resistor(R), induktor(L), minimum. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kondisi
dan kapasitor(C) yang dihubungkan dengan sumber arus listrik resonansi ini terjadi ketika (XC = XL ) impedansi induktor (XL )
AC.Berikut gambaran rangkaian RLC : dan impedansi kapasitor (XC ) sama besarnya dan saling
meniadakan.

Untuk mendapatkan frekuensi resonansi seri pada rangkaian


RLC, dapat menggunakan rumus berikut:

1
𝜔0 =
√𝐿𝐶

di mana ω0 adalah frekuensi resonansi, L adalah induktansi,


dan C adalah kapasitansi pada rangkaian.Pada kondisi
resonansi seri, impedansi total rangkaian dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:

𝑍=𝑅
Gambar 1. Rangkaian RLC
Sumber : Ruangguru.com di mana Z adalah impedansi total, dan R adalah resistansi
pada rangkaian.Pada rangkaian resonansi seri, tegangan pada
Sumber AC yang umum digunakan dalam rangkaian RLC kapasitor dan induktor pada frekuensi resonansi berada pada
adalah sumber sinusoidal. Sumber sinusoidal dapat fase yang berlawanan. Dalam hal ini, tegangan pada kapasitor
digambarkan sebagai fungsi matematika berikut: (VC) berada di depan tegangan pada induktor (VL) sebesar 90
derajat atau π/2 radian. Sedangkan, arus pada rangkaian pada
𝑉(𝑡) = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + Φ) frekuensi resonansi berada pada fase yang sama dengan
tegangan sumber AC [1].
di mana V(t) adalah tegangan pada waktu t, Vm adalah
amplitudo atau nilai puncak tegangan, ω adalah frekuensi C. Resonansi Paralel
angular sumber AC, t adalah waktu, dan Φ adalah fase pada
waktu t=0.Impedansi total pada rangkaian RLC adalah jumlah Resonansi paralel pada rangkaian RLC adalah kondisi
kompleks dari impedansi resistor, impedansi induktor, dan ketika impedansi total rangkaian RLC menjadi maksimum pada
impedansi kapasitor. Impedansi resistor hanya bergantung pada frekuensi resonansi.
menginstal kapasitor atau mengubah konfigurasi beban. Faktor
daya tanpa koreksi adalah faktor daya awal sebelum adanya
koreksi faktor daya.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

• Generator Sinyal (1 buah)


• Osiloskop (1 buah)
• Kabel BNC – Probe Jepit (2 buah)
• Kabel 4mm – Jepit buaya (max. 5 buah)
• Multimeter digital (2 buah)
Pada kondisi ini, arus yang mengalir pada rangkaian • Breadboard (1 buah)
Gambar 2. Rangkaian Resonansi Paralel • Kabel jumper (1 meter)
Sumber : pdfcoffe.com • Induktor 2,5 mH; 47 uH; 330 uH; 100 uH; 10 mH;
mencapai nilai minimum, sedangkan tegangan pada rangkaian 1 mH (1 buah)
mencapai nilai puncaknya. Kondisi resonansi ini terjadi ketika • Kapasitor 47 pF; 8,2 nF; 1 nF; 0,1 nF; 0,01 nF (5
impedansi kapasitor (XC ), dan impedansi induktor (XL ) sama buah)
besarnya dan saling meniadakan. Untuk mendapatkan frekuensi • Resistor 47 Ω; 50 Ω; 3,9 KΩ; 3,3 KΩ; 2,2 KΩ;
resonansi paralel pada rangkaian RLC, dapat menggunakan 1,1 KΩ; 1 KΩ (4 buah)
rumus berikut:
1 B. Langkah Kerja
𝜔0 =
√𝐿𝐶
1. Percobaan 1: Rangkaian Seri R,L,C (Resonansi Seri)
di mana 𝜔0 adalah frekuensi resonansi, L adalah induktansi,
dan C adalah kapasitansi pada rangkaian.Pada kondisi Susun rangkaian seperti gambar yang
resonansi paralel, impedansi total rangkaian dapat dihitung tersedia di modul. Siapkan resistor, induktor
menggunakan rumus berikut: dan kapasitor. Ukur nilai setiap komponen
1 1 1
= + 𝑗𝜔𝐶 − lalu pasang secara seri R, L, dan C.
𝑍 𝑅 𝑗𝜔𝐿
di mana Z adalah impedansi total, R adalah resistansi, C
adalah kapasitansi, L adalah induktansi, dan j adalah bilangan
imajiner [2]. Siapkan generator sinyal dengan setting 1
Vpp. Frekuensi dihitung dari nilai L dan C.
D. Faktor Daya

Prinsip dasar dari peningkatan faktor daya adalah dengan


menyuntikkan arus dengan fase mendahului ke dalam
Pasang probe generator sinyal pada rangkaian
rangkaian agar menetralisir arus yang ketinggalan fase. Salah
satu caranya yaitu dengan memasang kapasitor pada rangkaian
[3].
Faktor daya adalah rasio antara daya nyata (atau daya aktif)
dengan daya semu, dan dapat dinyatakan dalam persentase atau
Ukur nilai Vin, Vout, Vab, dan Vbo.
desimal. Semakin tinggi faktor daya, semakin efisien sistem
listrik dalam menggunakan daya listrik yang tersedia. Faktor
daya yang baik adalah yang mendekati 1.
Di mana Cosinus Phi adalah kosinus sudut fase antara
tegangan dan arus pada sirkuit listrik. Sudut fase ini dapat Catat nilai pengukuran pada BCP
diukur menggunakan osiloskop atau alat pengukur lain yang
sesuai.
Berikut merupakan persamaan:
Bandingkan dengan nilai perhitungan sesuai
daya aktif (𝑃)
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑦𝑎 = dengan rumus yang tersedia pada modul
daya semu (𝑆)
2. Percobaan 2: Rangkaian Paralel R,L,C (Resonansi
Koreksi faktor daya adalah perbaikan yang dilakukan pada
Paralel)
sistem listrik untuk meningkatkan faktor daya, seperti dengan
Susun rangkaian seperti gambar yang Jika telah didapat nilai frekuensi yang
tersedia di modul. Siapkan resistor, induktor menyebabkan nilai tegangan Vout
dan kapasitor. Ukur nilai setiap komponen maksimum dan minimum. Ukur dan catat
lalu pasang L dan C seperti parallel dan nilai tegangan inductor dan kapasitor.
diserikan dengan R
4. Percobaan 4: Rangkaian Seri C dengan Paralel C
dan L
Siapkan generator sinyal dengan setting 1 Susun rangkaian seperti gambar yang
Vpp. Frekuensi dihitung dari nilai L dan C. tersedia di modul. Siapkan resistor, induktor
dan kapasitor. Dan kemudian ukur nilai
setiap komponen tersebut.
Pasang probe generator sinyal pada rangkaian

Pasang kapasitor secara seri dengan kapasitor


Ukur nilai Vin, Vout, Vab, dan Vbo. dan inductor yang dipasang secara parallel
dan diserikan dengan resistor

Catat nilai pengukuran pada BCP


Ubah nilai frekuensi pada generator sinyal
untuk mencari nilai Vout maksimum dan
minimum
Bandingkan dengan nilai perhitungan sesuai
dengan rumus yang tersedia pada modul

Gunakan nilai frekuensi yang didapat pada


3. Percobaan 3: Rangkaian Paralel L dengan Seri L percobaan A dan B. Dimana nilai frekuensi
dan C A menjadi maksimum dan frekuensi B
menjadi minimum
Susun rangkaian seperti gambar yang
tersedia di modul. Siapkan resistor, induktor
dan kapasitor. Dan kemudian ukur nilai Jika telah didapat nilai frekuensi yang
setiap komponen tersebut. menyebabkan nilai tegangan Vout
maksimum dan minimum. Ukur dan catat
nilai tegangan inductor dan kapasitor.

Pasang inductor dan kapasitor seri dan di IV. HASIL DAN ANALISIS
parallel kan dengan inductor dan diserikan
lagi dengan resistor A. Percobaan 1: Rangkaian Seri R,L,C (Resonansi Seri)
Tabel 1. Rangkaian Seri

Gunakan nilai frekuensi yang didapat pada


percobaan A dan B. Dimana nilai frekuensi
A menjadi maksimum dan frekuensi B
menjadi minimum

Ubah nilai frekuensi pada generator sinyal


untuk mencari nilai Vout maksimum dan
minimum

Gambar 1.1 Channel 2 Pada Osiloskop


yang dilakukan yaitu menghitung sekaligus mencari dari nilai
frekuensi yang akan digunakan baik itu pada pengukuran
maupun perhitungan, hal tersebut memiliki nilai yang sama
karena diambil dari nilai komponen yang sama serta dilakukan
perhitungan dengan cara manual. Adapun untuk perhitungan
Vout bagian yang digunakan pada Vmax nya yaitu diambil dari
channel 2 pada osiloskop, karena pada bagian tersebutlah hasil
dari pengukuran serta perhitungan yang bisa dikatakan selisih
perbedaannya tidak terlalu jauh. Kemudian untuk hasil
Gambar 1.2 Gambar Rangkaian Seri RLC perbandingan yang didapat secara keseluruhan antara
Perhitungan: pengukuran maupun perhitungan yaitu terdapat selisih
Dik: perbedaan yang cukup jauh. Hal tersebut dapat terjadi salah
R = 47Ω satunya karena kesalahan alat yang digunakan pada saat
L = 330 uH = 33.10^-5 H praktikum, atau bisa juga terjadi karena kesalahan praktikan
C = 470 Pf = 47.10^-11 F melakukan pengukuran pada komponen yang dimaksud serta
kesalahan dalam perhitungan yang dilakukan. Hal tersebut
Dit: karena terdapat rumus yang menggunakan cukup banyak dari
bilangan imaginer, sehingga hasil yang didapat dalam
• F = 1 / 2π√LC perhitungan tersebut bisa dikatakan terdapat kekeliruan serta
= 1 / 2π√33.10^-5 x 47.10^-11 ketidakpastian.
= 1 / 2π x 3,93.10^-2
= 404974 Hz
A. Percobaan 2: Rangkaian Paralel R,L,C (Resonansi
• ω = 2πf Paralel)
= 2π x 404974 Tabel 2. Rangkaian Paralel RLC
= 2,54453.10^6

• Xl = JωL
= J x 2,54453.10^6 x 33.10^-5
= 839,6949 J

• Xc = 1 / JωC
= 1 / J x 2,54453.10^6 x 47.10^-11
= 836,16997 J

• Vin = Vmax / √2
= 0,236 / √2 Gambar 2.1 Channel 2 Pada Osiloskop
= 0,16 V

• Z = √R^2 + (Xl – Xc)^2


= √47^2 + (839,6949 J - 836,16997 J)^2
= √2209 + (3,52493 J)^2
= √2209 + (12,42513 (-1))
= √2209 – 12,42513
= 46,86

• Vout = R / Z x Vin
= 47 / 46,86 x 0,16 Gambar 2.2 Gambar Rangkaian Paralel RLC
= 0,160 V Perhitungan:
Dik:
• Vc = Xc / Z x Vin R = 47Ω
= 836,16997 / 46,86 x 0,16 L = 330 uH = 33.10^-5 H
= 2,85 V C = 470 Pf = 47.10^-11 F

• Vl = Xl / Z x Vin Dit:
= 839,6949 / 46,86 x 0,16 F = 1 / 2π√LC
=2,86V
Dalam percobaan 1 yaitu terkait dengan rangkaian RLC
yang Dalam Perdibuat secara seri. Dari hal tersebut hal pertama
dirasa cukup janggal yaitu perhitungan pada bagian Vout
karena hasil yang didapat dari perhitungan tersebut
= 1 / 2π√33.10^-5 x 47.10^-11 memiliki nilai yang cukup jauh dan signifikan
= 1 / 2π x 3,93.10^-2 dibandingkan dengan nilai-nilai pada bagian yang lainnya.
= 404974 Hz Hal tersebut salah satunya dapat terjadi karena penggunaan
• ω = 2πf rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan,
= 2π x 404974 yang mana pada percobaan 2 ini untuk mencari dari nilai
= 2,54453.10^6 Vout yang digunakan yaitu menggunakan rumus Vout =
I.R sehingga rumus yang digunakan tersebut tentunya
• Xl = JωL sangat jauh berbeda dengan percobaan lainnya yang
= J x 2,54453.10^6 x 33.10^-5 menggunakan Vout = R/Z x Vin.
= 839,6949 J
B. Percobaan 3: Rangkaian Paralel L dengan Seri L dan C
• Xc = 1 / JωC Tabel 3. Rangkaian Paralel L dengan Seri L dan C
= 1 / J x 2,54453.10^6 x 47.10^-11
= 836,16997 J

• Vin = Vmax / √2
= 0,02 / √2
= 0,014 V

• Z = Xl.Xc / Xl+Xc + R
= 839,6949 x 836,16997 / 839,6949 x 836,16997
+ 47
= 465,96
• I = V / |Z|
= 0,014 / |465,96|
= 3.10^-5 A Gambar 3.1 Channel 2 Pada Osiloskop

• Vout = I.R
= 3.10^-5 x 47
= 1,41.10^-3 V

• Vab = I x |z|
= 3.10^-5 x |465,96|
= 0,014 V

• Vbo = Vab

• Vc = Xc / Z x Vin Gambar 3.2 Gambar Rangkaian Paralel L dengan Seri L dan C


= 836,16997 / 465,96 x 0,014
= 0,025 V Perhitungan:
Dik:
• Vl = Xl / Z x Vin R = 47Ω
= 839,6949 / 465,96 x 0,014 L = 330 uH = 33.10^-5 H
= 2,86 V C = 470 Pf = 47.10^-11 F
Dit :
Tidak berbeda jauh dengan percobaan sebelumnya
yaitu percobaan 1, hal yang membedakan dalam percobaan • Fmax = 1 / 2π√LC
2 ini yaitu terdapat pada bagian induktor dan kapasitornya = 1 / 2π√33.10^-5 x 47.10^-11
yang dibuat secara paralel. Dan untuk hasil ataupun nilai = 1 / 2π x 3,93.10^-2
yang digunakan pada bagian frekuensi yaitu memiliki nilai = 404974 Hz
yang sama pada percobaan 1 karena nilai komponen yang
• ω = 2πf
digunakan yaitu sama. Nilai untuk mencari dari Vout yaitu
= 2π x 404974
menggunakan channel 2 pada osiloskop yang digunakan.
= 2,54453.10^6
Dan untuk hasil perbandingan antara pengukuran maupun
• X Xl = JωL
perhitungan bisa dikatakan dalam percobaan ini memiliki
= J x 2,54453.10^6 x 33.10^-5
perbandingan sekaligus hasil yang tidak terlalu jauh antara
keduanya. Akan tetapi hal terdapat satu bagian saja yang
= 839,6949 J

• Xc = 1 / JωC
= 1 / J x 2,54453.10^6 x 47.10^-11
= 836,16997 J

• Vin = Vmax / √2
= 0,172 / √2
= 0,12 V

• Z = R – J (ωL (1-ω^2LC) / 2ω^2LC -1 )


= 47 – J (2,54453.10^6 x 33.10^-5 (1- ω^2LC) /
2 x (2,54453.10^6)^2 x 33.10^-5 x 47.10^-11)
= 47 – J (8,39.10^2 (1- (2,54453.10^6)^2 x Gambar 4.1 Channel 2 Pada Osiloskop
33.10^-5 x 47.10^-11) / 2 x 6,47.10^12 x
33.10^-5 x 47.10^-11)
= 47 – J (8,39.10^2 (1 – 6,47.10^12 x 33.10^-5
x 47.10^-11) / 2 )
= 47 – J (8,39.10^2 (-0,003497) / 2)
= 47 – J (-2,933 / 2)
= 47 – J (-1,4665)
= 47 + 1,4665 J
= 48,46
Gambar 4.2 Gambar Rangkaian Seri C dengan Paralel C dan L
• Vout = R / Z x Vin
= 47 / 48,46 x 0,12
= 0,11 V
Perhitungan:
• Vc = Xc / Z x Vin
Dik:
= 836,16997 / 48,46 x 0,12
R = 47Ω
= 2,07 V
L = 330 uH = 33.10^-5 H
C = 470 Pf = 47.10^-11 F
• Vl = Xl / Z x Vin
= 839,6949 / 48,46 x 0,12 Dit:
= 2,07 V

Untuk percobaan 3 ini hal yang membedakan dari • Fmax = 1 / 2π√LC


percobaan sebelumnya yaitu salah satunya terletak dari = 1 / 2π√33.10^-5 x 47.10^-11
segi rangkaiannya yang menggunakan dua buah induktor = 1 / 2π x 3,93.10^-2
dan 1 kapasitor. Hal pertama yaitu kapasitor dan induktor = 404974 Hz
dibuat secara seri dan kemudian baru dibuat paralel dengan
induktor yang satunya. Nilai dari Vout yang digunakan • ω = 2πf
yaitu diambil dari Vmax pada channel 2 dari osiloskop = 2π x 404974
yang digunakan. Dan untuk nilai frekuensi yang digunakan = 2,54453.10^6
sama seperti percobaan-percobaan sebelumnya. Adapun
untuk perbandingan hasil dari pengukuran maupun • Xl = JωL
perhitungan secara keseluruhan yaitu memiliki nilai selisih = J x 2,54453.10^6 x 33.10^-5
yang cukup jauh antara keduanya. Padahal untuk bagian = 839,6949 J
perhitungan sudah menggunakan rumus yang tersedia pada
modul praktikum, dan untuk step by step nya pun bisa • Xc = 1 / JωC
dikatakan sudah sesuai semua. Akan tetapi hal yang = 1 / J x 2,54453.10^6 x 47.10^-11
membingungkan yaitu terdapat pada bagian perhitungan = 836,16997 J
pada saat terdapat bilangan imaginernya. Karena nilai dari
imaginer tersebut memiliki nilai ketidakpastian • Vin = Vmax / √2
didalamnya, sehingga hal tersebutlah yang membuat = 0,0136 / √2
bingung dalam pengaplikasiannya ke dalam rumus = 0,009 V
perhitungan yang digunakan.
• Z = √R^2 + (2ω^2LC -1 / ω^3LC^2 – ωc)^2
C. Percobaan 4: Rangkaian Seri C dengan Paralel C dan L = √47^2 + ( 2 / (2,54453.10^6)^3 x 33.10^-5 x
Tabel 4. Rangkaian Seri C dengan Paralel C dan L
(47.10^-11)^2 - 2,54453.10^6 x 47.10^-11)^2 total, atau bisa juga nilai cosinus sudut antara daya aktif
= √2209 + (2 / 5,04.10^-6)^2 dan daya semu/ daya total.
= √2209 + 1,57.10^11 = 39,62 6. Dalam memperbaiki faktor daya diperlukan beban
kapasitif. Sehingga dari hal tersebut menyebabkan arus
• Vout = R / Z x Vin leading (arus mendahului tegangan).
= 47 / 39,62 x 0,009
= 0,010 V
VI. DAFTAR PUSTAKA
• Vc = Xc / Z x Vin
= 836,16997 / 39,62 x 0,009
= 0,189 V [1] M. N. S. Charles K. Alexander, Fundamentals of
Electrical Circuit, New York: McGraw-Hill, 2009.
• Vl = Xl / Z x Vin
= 839,6949 / 39,62 x 0,009 [2] S. D.D.Manjunatha, "Design of Parallel Resonant
= 0,190 V
Circuit for High Frequency RFID Reader,"
International Journal of Electrical and Computer
Dalam percobaan terakhir ini yaitu percobaan 4 Engineering , 2017.
menggunakan dua buah kapasitor dan satu induktor. Yang mana
hal pertama yaitu membuat satu induktor dan satu kapasitor [3] H. A. S. Fachry Azharuddin Noor, "Pengaruh
disusun secara paralel antara keduanya, dan kemudian barulah
disusun seri dengan kapasitor yang satunya. Nilai untuk Vout Penambahan Kapasitor Terhadap Tegangan, Arus,
dalam hal ini juga menggunakan channel 2 pada osiloskop yang Faktor Daya, dan Daya Aktif pada Beban Listrik di
digunakan, hal tersebut sama seperti percobaan-percobaan Minimarket," Jurnal Teknik Elektro, vol. IX, no. 2,
sebelumnya. Dan untuk nilai frekuensi yang digunakan juga 2017.
memiliki nilai yang sama seperti percobaan-percobaan
sebelumnya. Dan untuk perbandingan antara hasil pengukuran
dan perhitungan memiliki selisih perbedaan nilai yang cukup [4] L. T. Elektro, "Rangkaian Resonansi, Faktor Daya &
jauh antara keduanya. Hal ini dapat terjadi sama seperti halnya Koreksi Daya," 2023.
percobaan 1 dan 3. Sehingga dapat dipastikan selisih perbedaan
nilai-nilai yang ada tersebut terjadi karena salah satunya berasal
dari kesalahan alat yang digunakan pada saat praktikum, atau
bisa juga karena kesalahan praktikan dalam melakukan
pengukuran/ kalibrasi pada komponen yang dimaksud, atau
terakhir bisa jadi karena kesalahan dalam melakukan
perhitungan.

V. SIMPULAN

Dari hasil pengukuran yang telah didapat dan dari


hasil perhitungan serta analisis yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwasannya:
1. Sifat rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian yang
terdiri dari R (hambatan), L (inductor), dan C (kapasitor)
2. Resonansi dalam rangkaian RLC terdiri dari 2 jenis, yaitu
seri dan paralel. Yang dalam hal ini resonansi diartikan
sebagai fenomena yang terjadi pada rangkaian listrik yang
terdiri dari kapasitor dan induktor.
3. Saat resonansi seri posisi kapasitor dan induktor disusun
secara seri, sedangkan saat resonansi paralel posisi
kapasitor dan induktornya disusun secara paralel.
4. Rumus untuk menghitung frekuensi resonansi dari
rangkaian RLC yaitu F= 1/ 2π√LC
5. Faktor daya pada rangkaian RLC diartikan sebagai
perbandingan antara daya aktif dengan daya semu/ daya
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai