Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut Siregar (2010 : 3) strategi pembelajaran merupakan sebuah

proses yang kompleks yang tejadi pada semua orang berlangsung seumur

hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap.

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Uno, 2011: 1) strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Sementara

menurut Kozma (dalam Uno, 2011: 1) menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu

yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik

menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Kemp dalam Ahmad dkk. (2011: 11) strategi pembelajaran adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien. Lebih

lanjut dijelaskan oleh Suyoso dan Hariyanto (2012: 20) strategi

pembelajaran
10

9
adalah rangkain kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan

pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan sumber belajar dan

penilaian (assesmen) agar pembelajaran lebih efektif dan efesien sesuai

dengan tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar

haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Dihubungkan dengan belajar megajar, strategi bisa diartikan

sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan

(Djamarah dan Aswan Zain, 2010: 5).

Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi pembelajaran menurut saya

adalah sebuah perencanaan untuk mencapai suatu pembelajaran yang

diharapkan dan dilakukan antara guru dan peserta didik yang dilakukan

diruang kelas yang bertujuan untuk terjadinya sebuah perubahan pada

diri peserta didik.

2. Strategi Foxfire

a. Pengertian strategi foxfire

Strategi pembelajaran foxfire ini lebih menekankan pada proses

pemberian tugas terhadap siswa dalam rangka mengkaji langsung ke

beberapa daerah sesuai dengan materi pelajaran. Hasil dari kajian

dilapangan itu ditulis dengan bantuk laporan. Tujuan utama dari

kajian lapangan ini tak lain adalah untuk melatih siswa dalam proses

mencari dan mengumpulkan data, membangun kemampuan menulis


11

mulai dari dini, serta dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang

pentingnya menjaga warisan sosial masyarakat.

Bagi siswa, strategi ini cukup baik. Karena, siswa akan belajar

dari lingkungan sehai-hari. Lingkungan sekitar yang selama ini

dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa dijadikan suatu objek

kajian. Tentu ini akan lebih mengakrabkan siswa. Strategi ini pada

prinsipnya bukanlah suatu hal yang baru. Menurut Hartono (2013:

125) pada mulanya, sekitar tahun 1960-an, salah satu Lembaga

Bahasa Inggris di Clayton Country, Georgia (Amerika Serikat)

berupaya mengajarkan mengarang yang lebih relevan kepada para

siswamya dengan cara melibatkan mereka lewat kegiatan studi

tentang pegunungan di daerah itu. Siswa mengkaji masyarakat dan

adat-istiadatnya.

Strategi foxfire mampu mengubah data yang telah terkumpul

menjadi karya yang dapat dikemas dalam bentuk informasi tentang

daerah tersebut, dan telah menginspirasi siswa untuk lebih tekun

dalam mengumpulkan data serta berkomitmen untuk menulis

karangan. Dengan demikian, strategi ini cukup penting untuk

diterapkan dalam proses belajar mengajar, apalagi saat ini

keterampilan menulis menjadi salah satu yang perlu dikembangkan.

Untuk melakukan strategi mengajar foxfire.

Strategi foxfire pada IPS tema 5: Pahlawanku, sub tema 3: Sikap

Kepahlawanan bertujuan untuk menanamkan sikap kepahlawanan

disetiap individu perserta didik untuk memperoleh suatu perubahan


12

perilaku yang baru yang didapatkannya dari pengalaman peserta

didik dalam interaksi dengan lingkungannya. Contoh sikap

kepahlawanan disini ialah seperti membantu guru ketika kesulitan

membawa buku, membantu teman ketika terjatuh dari sepeda, dan

membantu orang tua ketika mengalami kesibukan. Namun

membantu tanpa didasari ingin menpatkan pujian, imbalan uang dan

lain sebagainya.

b. Langkah-langkah strategi foxfire

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan

strategi ini menurut Suparlan (dalam Hartono, 2013: 127) yaitu

sebagai berikut:

Pertama, guru menjelaskan pada siswa bahwa dalam waktu

beberapa hari kedepan, siswa akan diajak untuk mengumpulkan data

tentang mata pencaharian penduduk desa atau tema apa pun yang

sesuai dengan minat siswa (menyusaikan).

Kedua, sebelum terjun ke lapangan dan mencari data, guru perlu

memberi keterampilan mendasar siswa untuk menulis. Ketrampilan

ini menjadi penting agar siswa dapat menulis tentang data yang

berhasil dikumpulkan. Keterampilan menulis itu bisa dimulai dari

yang paling dasar, seperti cara membuat kalimat aktif secara singkat

dalam bentuk subjek-predikat-objek.

Ketiga, guru menjelaskan pada siswa bahwa hasil dari tulisan

akan diterbitkan. Jika ada penerbit yang mau menerbitkan tulisan


13

tersebut, guru bisa memberi tahu pada siswa. Dengan keterangan itu,

siswa akan lebih termotivasi untuk lebih serius dalam menulis.

Keempat, guru dan siswa berangkat ke daerah yang telah

disepakati sebelumnya. Di lapangan, siswa mulai melakukan

kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan berbagai

instrument wawancara.

Kelima, olah data dan informasi. Tahap ini menjadi sangatlah

penting untuk menghasilkan sebuah hasil yang memuaskan.

Keenam, pembahasan. Ketika laporan sudah selesai dibuat,

adakan diskusi kelas untuk membahas hasil pekerjaan siswa. Berikan

kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan isi laporan dan

dijadikan bahan diskusi.

Ketujuh, pajanglah semua hasil tulisan siswa tersebut di tempat

yang strategis. Berikan kesemapatan kepada kelas lain untuk

menyaksiakan pekerjaan siswa dan mintalah kepada kepala sekolah

dan guru lainnya untuk memberikan apresiasi.

Kedelapan, idealnya guru menawarkan karya tulis tersebut pada

penerbit untuk diterbitkan. Hanya saja jika tidak ada penerbit yang

berminat, maka guru bisa bekerja dengan pihak sekolah untuk

menerbitkannya dengan bentuk majalah, jurnal, atau bahkan buletin.

c. Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi foxfire


Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan

strategi ini menrut Suparlan (dalam Hartono, 2013: 127) yaitu

sebagai berikut:

1) Pendahuluan
14

Langkah ini merupakan kegiatan apresepsi siswa terhadap

pembelajaran IPS dengan materi sikap kepahlawanan. Siswa

mendapatkan motivasi untuk belajar mempunyai sikap

kepahlawanan dalam kehidupan sehari-harinya.

2) Inti

Dalam langkah inti pembelajaran, siswa melakukan beberapa

kegiatan sebagai berikut:

a) Siswa dan guru memilih tempat yang akan dijadikan

tempat pengaambilan data.

b) Siswa belajar teknik dan pedoman wawancara.

c) Siswa belajar teknik pengamatan.

d) Siswa belajar menulis laporan.

e) Siswa belajar bagian-bagian laporan.

f) Siswa dan guru mengunjungi tempat yang sudah

ditentukan sebelumnya.

g) Siswa membentuk kelompok dengan beranggotakan 4

orang.

h) Siswa mengumpulkan data.


i) Siswa berdiskusi mengolah data yang berhasil

dikumpulkan dengan teman sekelompoknya.

j) Siswa menulis laporan.

k) Siswa menukar pekerjaannya dengan teman untuk saling

mengoeksi.

l) Siswa melakukan penyutingan.


15

m) Siswa membaca hasil pekerjaannya yang sudah disunting

didepan kelas.

3) Penutup

a) Guru mengadakan check and recheck dari hasil pekerjaan

siswa.

b) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.

c) Guru menyampaikan pesan moral pembelajaran hari ini.

3. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2014: 45) hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, aspek

perubahan mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang

dikembangkan mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kunandar

(2015: 62) menyatakan hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan

tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau

dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Suprijono (2016: 45) hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja.

Sudjana (2011: 22) menjelaskan bahwa klasifikasi belajar secara

garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

efektif dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman

(C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
16

Penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan ranah kognitif

pada bagian: pengetahuan/ingatan (C1) Kata Kerja Operasional:

menyebutkan, pemahaman (C2) Kata Kerja Operasional:

membedakan, analisis (C4) Kata Kerja Operasional: menunjukan dan

memilih

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil

belajar afektif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

menghargai guru dan sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan

sosial.

c. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Berdasarkan pengertian

para ahli dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan pada diri

siswa baik yang berkenaan dengan nilai, sikap dan keterampilan.

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang

telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang

yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi

dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa

dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas

dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih

baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu


17

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik. Dalam penelitian ini ranah yang diambil yaitu dari

aspek kognitif.

4. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan

saja, yaitu faktor dari siswa (faktor intern) dan faktor lingkungan (faktor

ekstern), dimana bahwa:

a. Faktor intern adalah fakor yang berasal dari dalam diri individu yang

sedang belajar. Ada 3 faktor yang menjadi faktor intern yaitu:

1) Faktor jasmaniah

Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yang

dapat mempengaruhi belajar adalahh faktor kesehatan dan cacat

tubuh.

2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong

kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-

faktor ini adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat,motif,

kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan


18

lemah lunglainya tubuh dan dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang.

b. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu, seperti faktor

keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

suasana rumah tangga dan keadaan eonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah.

3) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan

bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut kurniawan (2011: 22) kualitas belajar siswa dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap

kualitas belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori, antara lain:

a) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, yang meliputi

unsur jasmaniah, dan unsur rohaniah (psikologis).


19

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu yang ada di lingkungan diri siswa yang

meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

c) Faktor pendekatan

Pendekatan belajar merupakan upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi pelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa

kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan (eksternal). Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu

yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang

mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga

nampak pada diri siswa sehingga adanya perubahan tingkah laku dalam

diri siswa tersebut.

5. Hasil belajar IPS

Hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam

mata pelajaran IPS setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar

pada mata pelajaran IPS. Hasil belajar IPS yang akan diteliti yaitu pada

materi sikap kepahlawanan. Hasil belajar tersebut dapat berupa kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Berkaitan dengan penelitian ini, maka hasil

belajar tersebut berkaitan dengan ranah kognitif.


20

Indikator hasil belajar belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

IPS materi sikap kepahlawanan dan buatan sesuai RPP, yaitu antara lain:

a. Menjelaskan sikap kepahlawanan raja-raja di masa Hindu, Buddha

dan Islam melalui lini masa.

b. Menjelaskan sikap kepahlawanan berdasarkan pertanyaan.

B. Kajian Penelitian yang relevan

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian yang telah ada yang

sealur dengan tema kajian penelitian ini berikut beberapa hasil usaha

penelusuran artikel dalam jurnal ilmiah yang berkaitan dengan tema

penelitian ini. Pertama, Skripsi yang berjudul “keefektifan strategi foxfire

dalam pembelajaran menulis laporan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Karanganyar Kebumen”. Penelitian ini dilakukan oleh Giovanni Yoen

Widiasari pada tahun 2014 jenis penelitian kuantiatif. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini yaitu angket dengan dua kali, yaitu dengan sebelum

perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Analisis data dengan

menggunakan uji-t (spss). Dalam sebuah penelitian yang menggunakan

program analisis data dengan uji-t atau t-test, terdapat dua asumsi yang

harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa hasil analisis deskriptif skor pretest dan posttest

kemampuan menulis laporan pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen meliputi jumlah subjek (N), jumlah skor total, rata-rata, mode,

medium. Setelah dihitung dengan menggunakan program SPPSS versi 16.0

dapat diketahui skor rata-rata (mean) yag dicapai siswa kelompok kontrol

pada saat pretest sebesar 51, 71, mode sebesar 53,00, median sebesar 53,00,
21

dan standar deviasi sebesar 4,09. Penelitian Giovanni Yoen Widiasari

memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, persamaanya

yaitu sama-sama meneliti pengaruh strategi pembelajaran foxfire dan

perbedaanya yaitu jika Giovanni Yoen Widiasari mata pelajarannya bahasa

indonesia dan untuk SMP, sedangkan penelitian ini memfokusukan pada

hasil belajar IPS pada Sekolah Dasar.

Kedua, Skirpsi yang berjudul “penerapan metode inkuiri untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran IPS siswa kelas V

SDN 4 Metro Selatan”. Penelitian ini dilakukan oleh Viktor Tanda Vanbela

pada tahun 2016. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas

dan hasil belajar IPS yang ditunjukan dengan persentase ketuntasan sebesar

40% atau 12 siswa dari 20 siswa belum mencapai KKM. Alat pengumpulan

data berupa lembar panduan observasi dan soal tes formatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPS. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I

sebesar 64,65 pada siklus II menjadi 72,63 terjadi peningkatan sebesar 7,98.

Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 68,42% dengan

kategori “Sedang”, pada siklus II menjadi 78,95% dengan kategori

“Tinggi”, terjadi peningkatan sebesar 10,5%. Penelitian Viktor Tanda

Vanbela memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini,

persamaanya yaitu samasama meneliti hasil belajar pelajaran IPS dan

perbedaanya yaitu jika Viktor Tanda Vanbela menggunakan metode inkuiri


22

dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar, sedangkan penelitian ini

menggunakan penerapan strategi foxfire pada hasil belajar.

Ketiga, Skripsi yang berjudul ”pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe picture and picture terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV

SDN 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung tahun ajaran 2015/2016”.

Penelitian ini dilakukan oleh Maya Putri pada tahun 2016 dan jenis

penelitian ini yaitu kuantitatif. Metode penelitian ini mengguanakan

eksperimen semu (quasi eksperimen). Hasil analisis data diperoleh simpulan

bahwa ada pengaruh pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture

and picture terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Rajabasa

Raya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini itunjukkan

dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPS

menggunakan model pembelajran koopratif tipe picture and picture pada

kelas eksperimen (IV A) yaitu 79, 39 lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil

belajar siswa yag mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

(IV B) yang hanya sebesar 61, 12. Penelitian oleh Maya Putri memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, persamaanya yaitu sama-

sama meneliti tentang hasil belajar dan perbedaanya yaitu jika Maya Putri

menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol sedangkan penelitian ini

hanya kelas eksperimen saja.

Keempat, Jurnal yang berjudul “penggunaan pembelajaran pemberian

tugas (foxfire) untuk meningkatkan keterampilan menulis eksposisi”.

Penelitian ini dilakukan oleh Sigit Widiyarto. Penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji efektifitas penggunaan pembelajaran pemberian tugas dan


23

pengaruh penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas pada

keterampilan menulis ekposisi. Penelitian ini memakai rancangan

eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa adanya

kelompok pembanding. Hasil penelitian ini diolah dengan SPSS 22. Hasil

penelitian mennjukkan pada uji normalitass, homogenitas, dan T sampel

berpasangan denan tingkat signifikan α =5%, hasil uji normalitas

menunjukkan hasil Kolmogrov – Smirnov (KS) kelompok nilai 1 (sebelum

pembelajaran), dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95%, rata-rata

setelah perlakuan dengan memakai pembelajaran pemberian tugas (mean

sebesar 59.8400), naik sebesar. Dengan kata lain, penelitian ini memberikan

pengaruh signifikan. Penelitian Sigit Widiyarto memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini, persamaanya yaitu sama-sama

menggunakan strategi foxfire dan perbedaanya yaitu jika Sigit Widiyarto

mengkaji efektifitas dan penggunaan metode, sedangkan penelitian ini

tentang pengaruh strategi terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.

Kelima, Artikel yang berjudul “pengaruh penggunaan media power

point terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V SDN Goden 2 Sleman

tahun pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini oleh Budi Santoso pada tahun

2017. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pengaruh signifikan

prestasi belajar IPS yang menggunakan media power point maupun yang

tanpa menggunakan media power point ditinjau dari nilai pretest dengan

nilai posttest pada materi pokok Menghargai Perjuangan Para Tokoh Dalam

Mempertahankan Kemerdekaan kelas V SDN Godean 2 Sleman tahun

pelajaran 2017/2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif


24

dengan metode Quasi Experimetal Design. Hasil penelitian data penelitian

ini diolah menggunakan bantuan komputer program SPPSS ver 16. 0

sedangkan pendekatan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah statistik deskriptif dengan taraf signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa ada perbedaan siginifikan prestasi belajar IPS yang

menggunakan media power point ditinjau dari nilai pretest dan nilai posttest

dengan uji Kolmogrov-Smirnovsig = 0,000 < 0,05. Dengan demikian, media

power point berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar IPS kelas V

SDN Godeana 2 Sleman Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian Budi

Santoso memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini,

persamaanya yaitu samasama menggunakan jenis pendekatan Quasi

Experimental Design dan perbedaanya yaitu jika Budi Santoso mencari

pengaruh terhadap prestasi belajar, sedangkan penelitian ini tentang

pengaruh terhadap hasil belajar.

Dari Penelitian kelima diatas yang terdiri dari 3 skiripsi, 1 jurnal dan 1

Artikel memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamaanya yaitu sama-sama mengkaji tentang hasil belajar siswa.

Perbedaanya yaitu penelitiaan diatas hanya mengenai pengaruh metode

terhadap hasil belajar siswa dan penelitian ini meneliti pengaruh strategi

pembelajaran foxfire terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial seringkali dianggap sulit, oleh

sebab itu, guru harus memiliki banyak strategi agar pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial terasa lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Salah


25

satu strategi yang dapat diterapkan adalah strategi foxfire. Strategi ini

pertama kali dikenalkan pada tahun 1960-an oleh salah satu Lembaga

Bahasa Inggris di Clyton Country, Gergia (Amerika Serikat).

Strategi foxfire ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial. Oleh karena itu, strategi ini harus diujikan terlebih

dahulu untuk mengetahui keefektifannya. Setelah diketahui seberapa efektif

strategi ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial di sekolah. Efektif atau tidaknya strategi foxfire dalam

pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dapat dilihat dari hasil pengukuran

berupa tes kemampuan menjawab soal-soal. Strategi ini dianggap efektif

jika hasil pengukuran kelompok eksperimen terdapat pengaruh terhadap

hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.

Proses Pembelajaran IPS di SDN Pamulihan 01

Rumusan Masalah

Kelas Eksperimen

Pretest

Strategi Pembelajaran Foxfire

Posttest
26

Hasil Belajar

Kesimpulan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Dari bagan gambar diatas terdapat 8 alur kerangka berpikir peneliti

yang pertama kondisi awal proses pembelajaran IPS di SD Negeri

Pamhulihan 01 siswa dimana siswa pada saat itu belum diberi diperlakuan

oleh peneliti. Kedua rumusan masalah yang menyangkut mengenai berbagai

permasalahan yang ada di SD Negeri Pamulihan 01. Ketiga kelas

eksperimen yaitu kelas yang akan diberikan suatu perlakuan oleh peneliti.

Keempat pretest untuk mengetahui hasil belajar IPS Siswa Kelas IV B SD

Negeri Pamulihan 01 sebelum diberi perlakuan untuk mengukur hasil

belajar siswa maka peneliti akan menggunakan tes dengan bentuk pilihan

ganda. Kelima pemberian perlakuan pada subjek penelitian, yaitu peneliti

melakukan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran foxfire yang

dilakukan kepada siswa kelas IV B di SD Negeri Pamuihan 01 dengan 2

kali perlakuan sesuai dengan RPP. Keenam melakukan posttest, pemberian

posttest dilakukan setelah pemberian perlakuan untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah diterapkan strategi tersebut. Ketujuh setelah

diadakannya perlakuan maka akan diketahui bahwa hasil belajar mengalami

peningkatan. Dan kedelapan melakukan kesimpulan, Ada pengaruh strategi

pembelajaran foxfire terhadap hasil belajar IPS pada siswa Sekolah Dasar
27

Negeri Pamulihan 01 setelah dilakukan posstest diketahui bahwa hasil

belajar mengalami perubahan nilai yang baik dari sebelumnya.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Margono (2010: 67), hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin

atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:

Ha = Adanya pengaruh strategi pembelajaran foxfire terhadap hasil belajar

ilmu pengetahuan sosial pada siswa Sekolah Dasar Negeri Pamulihan

01.

Anda mungkin juga menyukai