Metopen Pembahasan
Metopen Pembahasan
PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu perusahaan atau badan.Dalam
kewajibannya,wajib pajak badan harus menghitung, memungut, menyetor dan melaporkan pajak.
Wajib pajak badan yang dimaksud merupakan sekumpulan orang atau kelompok yang
tergabung dan bekerjasama dalam bentuk modal yang melakukan kegiatan usaha maupun tidak
melakukan usaha yang diwajibkan dalam ketentuan perpajakan.
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas negara.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), yang termasuk
dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
Penghasilan yang menjadi Objek Pajak Badan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1)
UU HPP meliputi:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura dan/atau kenikmatan,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
3. Laba usaha;
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
Dalam PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2023 dalam pasal 2
menyatakan “Tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar:
a. 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun Pajak 2020 dan Tahun Pajak 2021; dan
b. 22% (dua puluh dua persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022, sesuai dengan ketentuan
UndangUndang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.”
Apabila PPh Terutang dihitung dari tarif dikali PKP, maka PPh yang masih harus dibayar adalah
jumlah pajak terutang dikurangi kredit pajak.Kredit pajak adalah pajak-pajak yang sebelumnya telah
disetorkan atau yang telah dipotong/dipungut oleh pihak ketiga.
1. Menghitung Penghasilan
Langkah pertama, WP Badan harus menghitung seluruh penghasilan yang diterima selama
satu tahun pajak.Namun perlu diingat bahwa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak
perlu dimasukkan dalam perhitungan pajak penghasilan.
Jenis biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto ini diperjelas dalam Pasal 6
UU HPP, yakni biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara.
Langkah ketiga, wajib pajak badan dapat mengurangkan penghasilan dengan penyusutan atas
pengeluaran yang diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU HPP.Sedangkan pengurangan penghasilan dengan
amortisasi atas pengeluaran diatur dalam Pasal 11A UU HPP.
Rekonsiliasi beda tetap : karena perbedaan antara laba yang dikenakan pajak dengan laba akuntansi
yang belum terkena pajak. seperti penghasilan final, PPh.
Rekonsiliasi beda waktu: karena perbedaan waktu pengakuan, baik penghasilan maupun biaya antara
sistem akuntansi dan sistem perpajakan, seperti perbedaan metode penyusutan.
Sedangkan koreksi fiskal terbagi menjadi dua, yaitu.
Koreksi fiskal postitif : menambah laba komersial atau laba penghasilan kena pajak, dengan
menambahkan pendapatan dan mengurangi atau mengeluarkan biaya-iaya yang tidak diakui secara
fiskal.
Koreksi fiskal negatif : mengurangi laba komersial atau laba penghasilan kena pajak yang disebabkan
pendapatan komersial lebih tinggi daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih
kecil daripada biaya-biaya fiskal.
Biaya-biaya yang tidak menjadi pengurang pajak yang diatur dalam Pasal 9 UU HPP.
Maka nilai kerugian tersebut dapat dikompensasikan mulai tahun pajak berikutnya selama
dengan 5 tahun berturut-turut.