PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN Pokok pembahasan A. Dasar Hukum : Pasal 43A Peraturan Menteri Keuangan No.239/PMK.03/2014 B. Objek Pemeriksaan Bukti Permulaan C. Pemeriksaan Bukti Permulaan : 1. Pemeriksaan Buper secara terbuka 2. Pemeriksaan Buper secara tertutup 3. Perbedaan antara Pem.Buper secara terbuka dengan Pem.Buper secara tertutup. Pokok Pembahasan D. Tata Cara Pem.Buper : 1. Secara terbuka : a. Pemberitahuan Pem. Buper b. Pengumpulan bahan bukti c. Penyegelan dan Pembukaan segel d. Permintaan Keterangan e. Pengumpulan keterangan dan/atau bukti melalui permintaan secara tertulis 2. Secara Tertutup Pokok Pembahasan E Pengungkapan ketidak benaran perbuatan (Pasal 23 PMK.239/2014 : 1. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya atas tindak pidana dengan keamauan sendiri 2. Penjelasan atas SPT yang disampaikan WP 3. Tindak pidana dibidang perpajakan yang dapat dilakukan pengungkapan yang berkaitan dan berbarengan dengan tindak pidana tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar. Pokok Pembahasan 4. Persyaratan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan atas tindak pidana sebagaimana angka 1 dan 2 tersebut 5. Pengujian Pengungkapan Perbuatan tindak pidana Pembahasan A. Dasar hukum Pasal 43 A UU KUP : (1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan dan pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Penjelasan : informasi, data, laporan dan pengaduan yang diterima oleh DJP akan dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan intelijen atau pengamatan yang hasilnya dapat ditindak lanjuti dengan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, atau tidak ditindaklanjuti. Dengan demikian objek pemeriksaan bukti permulaan adalah hasil kegiatan intelijen atau pengamatan atas informasi, data, laporan dan pengaduan. (1a) Pem.buper dilaksanakan oleh pejabat penyidik PNS dilingkungan DJP yg menerima surat perintah pem.buper (UUHPP) Pembahasan (2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana dibidang perpajakan yang menyangkut petugas DJP, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan; (3) Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai DJP yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum tindak pidana korupsi. Pembahasan Peraturan Menteri Keuangan No. 239/PMK.03/2014 : Pemeriksaan Buper dibedakan dengan : 1) Pemeriksaan buper secara terbuka dan 2) Pemeriksaan buper secara tertutup. Tata cara pemeriksaan buper secara terbuka Tata cara pemeriksaan buper secara terbuka dilakukan sebagai berikut : A. Pembertahuan pem.buper 1) Pemberitahuan pemeriksaan buper disampaikan secara langsung kepada OP atau Badan atau melalui pos, faximile, dan jasa ekspedisi (Pasal 15); 2) Pelaksanaan pemeriksaan buper setelah surat pemberitahuan disampaikan secara langsung. Dalam hal menolak untuk dilakukan pemeriksaan dibuat berita acara penolakan pem.buper. Dalam hal menolak berita acara pem. buper/penandatanganan berita acara, dibuat berita acara penolakan berita acara; 3) Berdasarkan berita acara penolakan pemeriksaan buper atau berita acara penolakan penandatanganan pemeriksaan, pemeriksa buper dapat mengusulkan untuk dilakukan penyidikan. Pengumpulan bahan bukti (Pasal 17) 1) Pemeriksa buper dapat memasuki dan/atau memeriksa tempat, ruang dan/atau barang bergerak dan barang tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan bukti-bukti; 2) Pemeriksa dapat meminjam bahan bukti tsb dan membuat tanda terima apabila diperoleh dengan segera; 3) Pemeriksa buper melakukan peminjaman dengan surat peminjaman; 4) Bahan bukti yang dipinjam harus diserahkan kepada pemeriksa buper paling lama 14 hari setelah tanggal pengiriman surat peminjaman; Pengumpulan bahan bukti-2 5) Setiap bahan bukti yang diperoleh dibuatkan tanda terima; 6) Apabila OP atau Badan yang dilakukan pem.buper tidak memenuhi permintaan peminjaman dalam jangka waktu 14 hari setelah tanggal pengirimannya, maka pem.buper dapat mengusulkan untuk dilakukan penyidikan. Penyegelan(Pasal 18) 1) Penyegelan terhadap tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak untuk memperoleh atau mengamankan bahan buper, dilakukan dalam hal : a. Pem.buper tidak diberi atau tidak mempunyai kesempatan untuk memasuki dan/atau memeriksa tempat, ruang, dan/atau barang bergerak atau barang tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan bahan bukti; b. OP atau badan yang dilakukan pem.buper tidak meminjamkan bahan bukti yang diminta; Penyegelan c. Terdapat keadaan selain a dan b, sehingga pem.buper memerlukan upaya penyegelan; 2) Penyegelan menggunakan tanda segel dan disaksikan 2 orang selain anggota team pem.buper; 3) Pem.buper menuangkan pelaksanaan penyegelan dalam berita acara penyegelan; 4) Apabila terjadi penolakan menandatangani berita acara penyegelan, pem.buper membuat catatan tentang penolakan dalam berita acara penyegelan. Pembukaan segel (Pasal 19) 1) Segel dapat dibuka apabila OP atau badan telah memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat, ruang, dan/atau barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disegel; 2) OP atau badan bersedia meminjamkan bahan bukti; 3) Berdasarkan pertimbangan pem.buper; 4) Terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana; 5) Pembukaan segel dilaksanakan dengan disaksikan paling sedikit 2 orang selain anggota team pem.buper. Pembukaan segel 6) Pem.buper membuat catatan tentang penolakan menandatangani berita acara pembukaan segel. Pengamanan (Pasal 20) 1) Dalam rangka penyegelan dan/atau pembukaan segel pem.buper dapat meminta bantuan pengamanan atau meminta sebagai saksi Kepolisian RI dan atau instansi Pemda 2) Pem.buper membuat berita acara apabila tanda segel rusak atau hilang dan melaporkan ke Kepolisian RI. Permintaan Keterangan (Pasal 21) 1) Permintaan keterangan kepada OP atau badan yang dilakukan pem.buper, pegawai, pelanggan, pemasok, bank, akuntan public, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, konsultan hukum, konsultan keuangan, dan pihak2 terkait lainnya; 2) Permintaan secara langsung atau didahului dengan pemanggilan; 3) Permintaan keterangan dapat dilakukan di kantor DJP, atau tempat lain dengan alasan yang patut dan wajar; 4) Pem.buper menuangkan hasil permintaan keterangan dalam berita acara permintaan keterangan; 5) Apabila tidak diperoleh permintaan keterangan, pem.buper membuat berita acara tidak terpenuhinya permintaan keterangan; Permintaan keterangan dan/atau bukti secara tertulis kepada pihak ketiga (Pasal 22) 1) Dapat dilakukan permintaan secara tertulis kepada pihak ketiga untuk mendapatkan keterangan dan/atau bukti; 2) Pihak ketiga adalah pihak lainnya yang mempunyai hubungan dengan Tindakan, pekerjaan, kegiatan usaha atau pekerjaan bebas OP, badan, dan atau wakil badan yang dilakukan pem.buper, termasuk tetapi tak terbatas pada bank, akuntan public, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, konsultan hukum, konsultan keuangan, pelanggan dan pemasok. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan : Pasal 8 ayat (3) UUKUP diubah menjadi : Walaupun telah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, WP dengan kemauan sendiri dapat mengungkapkan dengan pernyataan tertulis mengenai ketidakbenaran perbuatannya yaitu sbb : a) tidak menyampaikan Surat pemberitahuan, b) menyampaikan Surat pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sebagaimana dimaksud Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1) huruf c dan huruf d sepanjang mulainya penyidikan belum diberitahukan kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat kepolisian negara RI. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan Pasal 8 (3a) menyebut perubahan besarnya sanksi administrasi sebelumnya denda sebesar 150%, bahwa pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (3) disertai pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak yang kurang dibayar. Ketentuan Pasal 13A dalam UUHPP dihapus. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan (Pasal 23) 1) OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara terbuka, dapat dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya atas tindak pidana : a. tidak menyampaikan SPT, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; atau b. menyampaikan SPT yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan 2) SPT sebagaimana 1) yaitu surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan termasuk, (a) SPT Tahunan, (b) SPT Masa sebagaimana dimaksud dalam UUKUP dan (c) surat pemberitahuan objek pajak sebagaimana dimaksud UU PBB; 3) Termasuk tindak pidana dibidang perpajakan yang dapat dilakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana 1) yaitu tindak pidana dibidang perpajakan yang berkaitan dan berbarengan dengan tindakpidana tidak menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau tidak lengkap… Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; 4) OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara terbuka dapat menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya atas tindak pidana sebagaimana dimaksud pada 1) dan 2) sepanjang surat pemberitahuan dimulainya penyidikan belum disampaikan kepada Penuntut umum melalui penyidik pejabat Kepolisian RI. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan 5) Dalam melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya atas tindak pidana sebagaimana 1) dan 3) OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara terbuka harus : a. menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya secara tertulis dan ditandatangani b. Melampirkan : (1). Penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang dalam format SPT; Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan (2) Surat setoran pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak; (3) SSP atau sarana adm. Lain yang dipersamakan sebagai bukti pelunasan sanksi adm. berupa denda 100% dari Pajak yang kurang dibayar. 6). OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan kepada KPP tempat WP terdaftar atau tempat objek pajak diadministrasikan dan tembusannya kepada kepala unit pelaksana Pem.buper Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan Pengujian pengungkapan perbuatan (Pasal 24) : 1). Pengujian bahwa pengungkapan telah sesuai dengan keadaan sebenarnya. Keadaan sebenarnya adalah jumlah pembayaran pajak atas pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan menurut pengungkapan ketidakbenaran perbuatan “sama dengan” atau “lebih besar” daripada jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan menurut pemeriksaan buper; Pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya 2). Apabila pengungkapan ketidakbenaran perbuatan telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, Ka.Unit Pelaksanaan pem.buper mengirimkan pemberitahuan kepada OP atau badan bahwa pem.buper tidak ditindaklanjuti dengan penyidikan. 3). Apabila pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya ka. Unit Pelaksana pem.buper mengirimkan pemberitahuan kepada OP atau badan bahwa pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan pem.buper ditindaklanjuti dengan penyidikan. Pemeriksaan Buper secara tertutup Pasal 27 : Pemeriksaan Buper dapat mempertimbangkan pembetulan SPT yang dilakukan oleh OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara tertutup dalam simpulan hasil pem.buper. Pasal 28 : Dalam hal OP atau badan selaku WP yang sedang dilakukan pemeriksaan dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau sedang dilakukan verifikasi dalam rangka menerbitkan SKP : a) dilakukan pem.buper secara terbuka atau b) dilakukan pem.buper secara tertutup yang ditindaklanjuti penyidikan, pemeriksaan ditangguhkan dan verifikasi dihentikan.