Anda di halaman 1dari 28

KULIAH KE-13

SISPRO PEMUNGUTAN PAJAK II


PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Pokok pembahasan
A. Dasar Hukum :
Pasal 43A
Peraturan Menteri Keuangan No.239/PMK.03/2014
B. Objek Pemeriksaan Bukti Permulaan
C. Pemeriksaan Bukti Permulaan :
1. Pemeriksaan Buper secara terbuka
2. Pemeriksaan Buper secara tertutup
3. Perbedaan antara Pem.Buper secara terbuka dengan Pem.Buper
secara tertutup.
Pokok Pembahasan
D. Tata Cara Pem.Buper :
1. Secara terbuka :
a. Pemberitahuan Pem. Buper
b. Pengumpulan bahan bukti
c. Penyegelan dan Pembukaan segel
d. Permintaan Keterangan
e. Pengumpulan keterangan dan/atau bukti melalui permintaan
secara tertulis
2. Secara Tertutup
Pokok Pembahasan
E Pengungkapan ketidak benaran perbuatan (Pasal 23
PMK.239/2014 :
1. Pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya atas tindak
pidana dengan keamauan sendiri
2. Penjelasan atas SPT yang disampaikan WP
3. Tindak pidana dibidang perpajakan yang dapat dilakukan
pengungkapan yang berkaitan dan berbarengan dengan
tindak pidana tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar.
Pokok Pembahasan
4. Persyaratan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan atas
tindak pidana sebagaimana angka 1 dan 2 tersebut
5. Pengujian Pengungkapan Perbuatan tindak pidana
Pembahasan
A. Dasar hukum
Pasal 43 A UU KUP :
(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan dan pengaduan
berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan.
Penjelasan : informasi, data, laporan dan pengaduan yang diterima oleh DJP
akan dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan intelijen atau pengamatan yang
hasilnya dapat ditindak lanjuti dengan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan,
atau tidak ditindaklanjuti. Dengan demikian objek pemeriksaan bukti permulaan adalah
hasil kegiatan intelijen atau pengamatan atas informasi, data, laporan dan pengaduan.
(1a) Pem.buper dilaksanakan oleh pejabat penyidik PNS dilingkungan DJP yg menerima
surat perintah pem.buper (UUHPP)
Pembahasan
(2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana dibidang perpajakan yang
menyangkut petugas DJP, Menteri Keuangan dapat menugasi unit
pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan;
(3) Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana
korupsi, pegawai DJP yang tersangkut wajib diproses menurut
ketentuan hukum tindak pidana korupsi.
Pembahasan
Peraturan Menteri Keuangan No. 239/PMK.03/2014 :
Pemeriksaan Buper dibedakan dengan :
1) Pemeriksaan buper secara terbuka dan
2) Pemeriksaan buper secara tertutup.
Tata cara pemeriksaan buper secara terbuka
Tata cara pemeriksaan buper secara terbuka dilakukan sebagai berikut :
A. Pembertahuan pem.buper
1) Pemberitahuan pemeriksaan buper disampaikan secara langsung kepada OP
atau Badan atau melalui pos, faximile, dan jasa ekspedisi (Pasal 15);
2) Pelaksanaan pemeriksaan buper setelah surat pemberitahuan disampaikan
secara langsung. Dalam hal menolak untuk dilakukan pemeriksaan dibuat berita
acara penolakan pem.buper. Dalam hal menolak berita acara pem.
buper/penandatanganan berita acara, dibuat berita acara penolakan berita acara;
3) Berdasarkan berita acara penolakan pemeriksaan buper atau berita acara
penolakan penandatanganan pemeriksaan, pemeriksa buper dapat mengusulkan
untuk dilakukan penyidikan.
Pengumpulan bahan bukti (Pasal 17)
1) Pemeriksa buper dapat memasuki dan/atau memeriksa tempat,
ruang dan/atau barang bergerak dan barang tidak bergerak yang
diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan bukti-bukti;
2) Pemeriksa dapat meminjam bahan bukti tsb dan membuat tanda
terima apabila diperoleh dengan segera;
3) Pemeriksa buper melakukan peminjaman dengan surat
peminjaman;
4) Bahan bukti yang dipinjam harus diserahkan kepada pemeriksa
buper paling lama 14 hari setelah tanggal pengiriman surat
peminjaman;
Pengumpulan bahan bukti-2
5) Setiap bahan bukti yang diperoleh dibuatkan tanda terima;
6) Apabila OP atau Badan yang dilakukan pem.buper tidak memenuhi
permintaan peminjaman dalam jangka waktu 14 hari setelah tanggal
pengirimannya, maka pem.buper dapat mengusulkan untuk dilakukan
penyidikan.
Penyegelan(Pasal 18)
1) Penyegelan terhadap tempat atau ruang tertentu serta barang
bergerak dan/atau barang tidak bergerak untuk memperoleh atau
mengamankan bahan buper, dilakukan dalam hal :
a. Pem.buper tidak diberi atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memasuki dan/atau memeriksa tempat, ruang, dan/atau barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang diduga atau patut
diduga digunakan untuk menyimpan bahan bukti;
b. OP atau badan yang dilakukan pem.buper tidak meminjamkan
bahan bukti yang diminta;
Penyegelan
c. Terdapat keadaan selain a dan b, sehingga pem.buper
memerlukan upaya penyegelan;
2) Penyegelan menggunakan tanda segel dan disaksikan 2 orang selain
anggota team pem.buper;
3) Pem.buper menuangkan pelaksanaan penyegelan dalam berita
acara penyegelan;
4) Apabila terjadi penolakan menandatangani berita acara penyegelan,
pem.buper membuat catatan tentang penolakan dalam berita acara
penyegelan.
Pembukaan segel (Pasal 19)
1) Segel dapat dibuka apabila OP atau badan telah memberi
kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat, ruang,
dan/atau barang bergerak atau barang tidak bergerak yang
disegel;
2) OP atau badan bersedia meminjamkan bahan bukti;
3) Berdasarkan pertimbangan pem.buper;
4) Terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan
penyidikan tindak pidana;
5) Pembukaan segel dilaksanakan dengan disaksikan paling sedikit 2
orang selain anggota team pem.buper.
Pembukaan segel
6) Pem.buper membuat catatan tentang penolakan
menandatangani berita acara pembukaan segel.
Pengamanan (Pasal 20)
1) Dalam rangka penyegelan dan/atau pembukaan segel pem.buper
dapat meminta bantuan pengamanan atau meminta sebagai
saksi Kepolisian RI dan atau instansi Pemda
2) Pem.buper membuat berita acara apabila tanda segel rusak atau
hilang dan melaporkan ke Kepolisian RI.
Permintaan Keterangan (Pasal 21)
1) Permintaan keterangan kepada OP atau badan yang dilakukan pem.buper,
pegawai, pelanggan, pemasok, bank, akuntan public, notaris, konsultan
pajak, kantor administrasi, konsultan hukum, konsultan keuangan, dan
pihak2 terkait lainnya;
2) Permintaan secara langsung atau didahului dengan pemanggilan;
3) Permintaan keterangan dapat dilakukan di kantor DJP, atau tempat lain
dengan alasan yang patut dan wajar;
4) Pem.buper menuangkan hasil permintaan keterangan dalam berita acara
permintaan keterangan;
5) Apabila tidak diperoleh permintaan keterangan, pem.buper membuat
berita acara tidak terpenuhinya permintaan keterangan;
Permintaan keterangan dan/atau bukti secara
tertulis kepada pihak ketiga (Pasal 22)
1) Dapat dilakukan permintaan secara tertulis kepada pihak ketiga
untuk mendapatkan keterangan dan/atau bukti;
2) Pihak ketiga adalah pihak lainnya yang mempunyai hubungan
dengan Tindakan, pekerjaan, kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
OP, badan, dan atau wakil badan yang dilakukan pem.buper,
termasuk tetapi tak terbatas pada bank, akuntan public, notaris,
konsultan pajak, kantor administrasi, konsultan hukum, konsultan
keuangan, pelanggan dan pemasok.
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan :
Pasal 8 ayat (3) UUKUP diubah menjadi : Walaupun telah dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan, WP dengan kemauan sendiri dapat
mengungkapkan dengan pernyataan tertulis mengenai ketidakbenaran
perbuatannya yaitu sbb : a) tidak menyampaikan Surat pemberitahuan,
b) menyampaikan Surat pemberitahuan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sebagaimana dimaksud Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1) huruf c dan
huruf d sepanjang mulainya penyidikan belum diberitahukan kepada
penuntut umum melalui penyidik pejabat kepolisian negara RI.
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
Pasal 8 (3a) menyebut perubahan besarnya sanksi administrasi
sebelumnya denda sebesar 150%, bahwa pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (3)
disertai pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari
jumlah pajak yang kurang dibayar.
Ketentuan Pasal 13A dalam UUHPP dihapus.
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
(Pasal 23)
1) OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara
terbuka, dapat dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya atas tindak pidana :
a. tidak menyampaikan SPT, sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara; atau
b. menyampaikan SPT yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara;
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
2) SPT sebagaimana 1) yaitu surat yang oleh WP digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak,
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan termasuk, (a)
SPT Tahunan, (b) SPT Masa sebagaimana dimaksud dalam UUKUP dan (c)
surat pemberitahuan objek pajak sebagaimana dimaksud UU PBB;
3) Termasuk tindak pidana dibidang perpajakan yang dapat dilakukan
pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana 1) yaitu tindak
pidana dibidang perpajakan yang berkaitan dan berbarengan dengan
tindakpidana tidak menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap…
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara;
4) OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper secara
terbuka dapat menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran
perbuatannya atas tindak pidana sebagaimana dimaksud pada 1)
dan 2) sepanjang surat pemberitahuan dimulainya penyidikan belum
disampaikan kepada Penuntut umum melalui penyidik pejabat
Kepolisian RI.
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
5) Dalam melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya
atas tindak pidana sebagaimana 1) dan 3) OP atau badan selaku WP
yang dilakukan pem.buper secara terbuka harus :
a. menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya
secara tertulis dan ditandatangani
b. Melampirkan :
(1). Penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dalam format SPT;
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
(2) Surat setoran pajak atau sarana administrasi lain yang
dipersamakan sebagai bukti pelunasan kekurangan
pembayaran pajak;
(3) SSP atau sarana adm. Lain yang dipersamakan sebagai
bukti pelunasan sanksi adm. berupa denda 100% dari
Pajak yang kurang dibayar.
6). OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper
menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan kepada
KPP tempat WP terdaftar atau tempat objek pajak diadministrasikan
dan tembusannya kepada kepala unit pelaksana Pem.buper
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
Pengujian pengungkapan perbuatan (Pasal 24) :
1). Pengujian bahwa pengungkapan telah sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Keadaan sebenarnya adalah jumlah pembayaran pajak
atas pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak
seharusnya dikembalikan menurut pengungkapan ketidakbenaran
perbuatan “sama dengan” atau “lebih besar” daripada jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau tidak
seharusnya dikembalikan menurut pemeriksaan buper;
Pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya
2). Apabila pengungkapan ketidakbenaran perbuatan telah sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, Ka.Unit Pelaksanaan pem.buper
mengirimkan pemberitahuan kepada OP atau badan bahwa
pem.buper tidak ditindaklanjuti dengan penyidikan.
3). Apabila pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya ka. Unit Pelaksana pem.buper
mengirimkan pemberitahuan kepada OP atau badan bahwa
pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, dan pem.buper ditindaklanjuti dengan
penyidikan.
Pemeriksaan Buper secara tertutup
Pasal 27 :
Pemeriksaan Buper dapat mempertimbangkan pembetulan SPT yang
dilakukan oleh OP atau badan selaku WP yang dilakukan pem.buper
secara tertutup dalam simpulan hasil pem.buper.
Pasal 28 :
Dalam hal OP atau badan selaku WP yang sedang dilakukan pemeriksaan
dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau sedang
dilakukan verifikasi dalam rangka menerbitkan SKP : a) dilakukan
pem.buper secara terbuka atau b) dilakukan pem.buper secara tertutup
yang ditindaklanjuti penyidikan, pemeriksaan ditangguhkan dan verifikasi
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai