Anda di halaman 1dari 10

e-ISSN: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.

php/kp
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432
p-ISSN: 2502-6437 DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

PENGEMBANGAN MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


BERBASIS MERDEKA BELAJAR

Novri Agus Parta Wijaya1), Zulfani Sesmiarni2), Darul Ilmi3 ), Supratman Zakir4), Ali Mustopa Yakub
Simbolon5), Ezi Mulia6)
1,2,3,4,5,6
Universitas Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
email: novriaguspartawijaya253@gmail.com

Abstract
The purpose of this article is to explain in simple terms the concept of independent learning offered by
the Minister of Education, Culture, Research and Technology and Higher Education (Menristekdikti)
and its implementation in Islamic educational institutions. Free Learning Education is a response to
the needs of the education system in the Industrial Revolution 4.0 era. In the era of the Industrial
Revolution 4.0, the main need to be achieved in the education system or more specifically in learning
methods, namely students or students, is mastery of new literacy. The new literacy is First, data
literacy. Second, technological literacy. Finally, human literacy. In addition, the Free Learning
Education system also prioritizes character education. This article uses library research. With data
sources from journals, research reports, scientific magazines, newspapers, relevant books, results of
seminars, unpublished scientific articles, sources, bibliographical letters, and so on. So in this study,
learning methods in the era of the Industrial Revolution 4.0 can determine the success of learning
because one of the characteristics of the concept of education 4.0 is the position of students as
educational subjects (student centered), integration of material and teaching and learning processes
(PBM) with the demands of modern knowledge, society and the world of work. And the methods used
vary, but in the independent education system learning the Blended Learning method is ideal as a
learning method.

Keywords: Industrial Revolution 4.0; Freedom To Learn; Blended Learning.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dengan sederhana konsep pembelajaran merdeka
belajar yang ditawarkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta
Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) dan implementasinya di lembaga pendidikan Islam. Pendidikan
merdeka belajar merupakan respons terhadap kebutuhan sistem pendidikan pada era Revolusi
Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0, kebutuhan utama yang harus dicapai dalam sistem
pendidikan, atau lebih spesifik lagi dalam metode pembelajaran, adalah penguasaan literasi baru
oleh siswa atau mahasiswa. Literasi baru tersebut meliputi literasi data pertama, literasi teknologi
kedua, dan literasi manusia terakhir. Selain itu, sistem Pendidikan Belajar Bebas juga
mengutamakan pendidikan karakter. Artikel ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan sumber
data dari jurnal-jurnal, laporan penelitian, majalah-majalah ilmiah, surat kabar, buku-buku terkait,
hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasikan, sumber-sumber, surat-surat bibliografi, dan
sebagainya. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran pada era Revolusi Industri 4.0 dapat
menentukan keberhasilan pembelajaran karena salah satu karakteristik konsep pendidikan 4.0 adalah
posisi siswa sebagai subjek pendidikan (siswa berpusat), integrasi materi dan proses pengajaran dan
pembelajaran (PBM) dengan tuntutan pengetahuan modern, masyarakat, dan dunia kerja. Dan
metode yang digunakan bervariasi, tetapi dalam sistem pendidikan mandiri, metode Blended
Learning adalah metode pembelajaran yang ideal.
Kata Kunci: Revolusi Industri 4.0; Merdeka Belajar; Blended Learning.

PENDAHULUAN Society 5.0.Era indu stri 4.0 melahirkan


konsep pendidikan 4.0. Konsep pendidikan
Perkembangan dunia saat ini telah
ini muncul guna mempersiapkan
mencapai pada era yang dikenal dengan
pengetahuan dan keterampilan-
era industri 4.0 dan bergerak menuju era

171 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

keterampilan peserta didik untuk bersaing dan pendidikan karakter di Indonesia


di era modern. Salah satu karakteristik dari banyak digunakan teori-teori pemikir
konsep pendidikan 4.0 adalah posisi tokoh barat, padahal pemikir Islam-pun
peserta didik sebagai subjek pendidikan tidak sedikit yang membahas konsep
(student centered), integrasi materi serta sistem pendidikan dan pendidikan
proses belajar mengajar (PBM) dengan karakter.
tuntutan pengetahuan modern, masyarakat, Menurut Tohir, (2020)ermasalahan
dan dunia kerja (Mustopa dan Iswantir, pendidikan yang ada saat ini direspons
2023). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Kenyataan yang ada di lembaga (selanjutnya penulis sebut dengan
pendidikan saat ini adalah masih banyak Kemendikbud) dengan mengeluarkan
ditemui lembaga pendidikan yang kebijakan Merdeka Belajar. Adanya
menempatkan peserta didik sebagai objek kebijakan ini memberikan harapan besar
pendidikan dan pendidik sebagai bagi lembaga pendidikan untuk
pemegang otoritas tertinggi. Hal ini mengeksplorasi dan mengembangkan
berimplikasi kepada lemahnya peran mutu pendidikan di lembaganya. Di antara
peserta didik dalam proses belajar perubahan besar kebijakan Merdeka
mengajar (PBM) dan memposisikan Belajar dengan Kurikulum 2013 adalah (1)
pendidik sebagai sentral pada PBM ujian sekolah berstandar nasional (USBN)
(Elihami, 2019). Problem ini diperparah dikembangkan oleh sekolah masing-
dengan salah kaprahnya pendidik masing; (2) Ujian nasional (UN) berubah
memaknai proses pengajaran. Penulis menjadi asesmen kompetensi minimum
melihat pendidik dan lembaga pendidikan dan survei karakter; (3) kebebasan
saat ini memfokusksan pembelajaran pendidik untuk mendesain rencana
untuk mencapai standar minimal pelaksanaan pembelajaran (RPP); dan 4)
kelulusan, sehingga berdampak pada PBM fleksibilitas dalam peraturan penerimaan
di kelas hanya di fokuskan pada aspek siswa baru (PPSB). Oleh karena ini
kognitifnya saja. Hal ini selanjutnya peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
berdampak pada tidak relevannya PBM mendalam terkait Pengembangan
untuk menyiapkan peserta didik hidup di Mnajemen Lembaga Pendidikan Islam
masyarakat dan dunia kerja. Berdasarkan Berbasis Merdeka Belajar.
problem tersebut sudah selayaknya
dilakukan reorientasi pendidikan secara
METODE PENELITIAN
menyeluruh (Iman et al., 2021).
Penelitian ini menggunakan
Umat Islam sebagai bagian dari pendekatan kepustakaan. Dengan sumber
masyarakat universal dunia, perlu data dari jurnal, laporan penelitian,
menemukan solusi permasalahan manusia majalah ilmiah, surat kabar, buku yang
modern. Khususnya bagi umat Islam di
relevan, hasil seminar, artikel ilmiah yang
Indonesia, sebagai negara yang mayoritas tidak dipublikasikan, sumber, surat
masyarakatnya memeluk agama Islam, bibliografi, dan sebagainya (Sumarni et al.,
rekonstruksi sistem pendidikan berbasis 2023). Sumber utama dalam studi ini
nilai-nilai Islam merupakan suatu adalah kebijakan kurikulum Merdeka
kebutuhan yang harus segera dilakukan. Belajar yang diterbitkan oleh
Realitas pendidikan di Indonesia Kementerian Pendidikan dan
cenderung berkiblat kepada teori-teori Kebudayaan Republik Indonesia.
barat. Hal ini merupakan ironi jika melihat Sedangkan sumber sekunder didapat dari
mayoritas warga negara Indonesia artikel jurnal nasional maupun
memeluk agama Islam. Salah satu contoh internasional, undang-undang negara, dan
dari hal ini adalah perumusan kurikulum sumber internet lainnya yang dapat

172 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

membantu peneliti mengungkap 2022). Kebijakan “Merdeka Belajar” lahir


pengembangan manajemen lembaga adanya suatu keinginan untuk menjadikan
pendidikan islam berbasis merdeka belajar. Indonesia sebagai negara yang arif. Negara
menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi semua rakyatnya. Lembaga
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan diharapkan mampu
Konsep Merdeka Belajar menyeimbangkan antara sistem
Merdeka Belajar merupakan program pendidikan dengan perkembangan
kebijakan baru Kementerian Pendidikan zaman. Konsep merdeka belajar
dan Kebudayaan Republik Indonesia memiliki empat kebijakan penting untuk
(Kemendikbud RI). Kabinet Indonesia perlu dipahami (Meliani et al., 2021).
maju yang meluncurkan program Keempat kebijakan tersebut sebagai
“Merdeka Belajar”. “Merdeka Belajar” berikut;1.Ujian Sekolah Berstandar
digagas oleh Menteri Pendidikan dan Nasional (USBN),2.Ujian Nasional
Kebudayaan Republik Indonesia, (UN),3.Rencana Pelaksanaan
Nadiem Anwar Makarim. Banyak hal Pembelajaran (RPP), dan Peraturan
yang melatarbelakangi pentingnya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
kebijakan “Merdeka Belajar”. Ada Zonasi.
banyak alasan mengapa kebebasan untuk Konsep “merdeka belajar” adalah
belajar itu penting. Salah satunya adalah kebijakan baru yang bertujuan untuk
memberikan kebebasan berpikir, yang memperbaiki model pendidikan Nasional.
harus dimulai oleh para guru sebelum Pendidikan yang mengalami dinamika.
mengajar (dari sudut pelaksanaan yang Pendidikan yang berani melakukan
riil dan sederhana). Nadiem Anwar perubahan. Perubahan dari berbagai sisi
Makarim menyebutkan, dalam pendidikan. Sisi Ujian Sekolah Berbasis
kompetensi guru di level apa pun, tanpa Nasional (USBN) diganti ujian
ada proses penerjemahan dari kompetensi (asesmen). Ujian Nasional (UN) diganti
dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak dengan asesmen kompetensi minimum
akan pernah ada pembelajaran yang dan survei karakter. Format Rencana
terjadi.(Meliani et al., 2022) Selain itu, Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
alasan lahirnya kebijakan “Merdeka dirampingkan. Hal itu sesuai dengan
Belajar” merupakan kondisi pendidikan harapan menjadikan guru punya waktu
dan pengajaran di Indonesia. Adapun untuk mempersiapkan dan mengevaluasi
yang melatarbelakanginya secara umum proses pembelajaran itu sendiri. Zonasi
lahirnya kebijakan “Merdeka Belajar” Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
dalam upaya mencapai kemajuan lebih fleksibel untuk mengakomodasi
pendidikan di Indonesia adalah ketimpangan akses dan kualitas di
mencapai pendidikan yang ideal dan berbagai daerah. Keempat pemikiran
maju. Pendidikan yang maju dan inilah yang diuraikan untuk lebih
berkelanjutan adalah pendidikan yang menganalisis pentingnya kebijakan
berkualitas, andal dan relevan bagi “Merdeka Belajar” dalam memperbaiki
generasi yang mengecamnya serta bagi dan memajukan Pendidikan Nasional
dunia yang memprioritaskannya. (Meke et al., 2022).
Pendidikan yang berkualitas
Bila kemerdekaan belajar terpenuhi
mencerminkan masyarakat yang maju
maka akan tercipta "pembelajaran yang
dan modern. Pendidikan adalah mesin
merdeka" dan sekolahnya disebut sekolah
penggerak semua aktivitas peradaban.
yang merdeka atau sekolah yang
Peserta didik dan pendidik mesti
membebaskan.(Prasetyo et al., 2020)
melakukan suatu kewajiban untuk
Adapun tujuan dari merdeka belajar ini
memajukan pendidikan(Supriani et al.,

173 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

adalah ,meningkatkan kompetensi lulusan, untuk belajar dengan tenang, santai, dan
baik itu soft skill maupun hard skill. Hal bahagia tanpa stres dan tekanan dan
ini akan membuat siswa lebih siap memperhatikan bakat alami mereka, yaitu
menghadapi tuntutan dan kebutuhan tanpa memaksa peserta didik untuk belajar
zaman (Sudaryanto et al., 2020). atau menguasai suatu bidang ilmu di luar
hobi dan kemampuannya, sehingga
Konsep Merdeka Belajar Nadiem masing-masing memiliki portfolio yang
Makarim sesuai dengan passion. Hal ini bukan
berarti peserta didik menindaklanjuti ilmu
Program Merdeka Belajar yang
dan pengetahuan yang didapatkan
digagas Menteri Pendidikan diharapkan
seenaknya (Faiz & Kurniawaty, 2020).
menjadi solusi atas berbagai masalah yang
terjadi, terutama hal penetapan orientasi Pada awal kebijakan ini, banyak
dan tujuan pendidikan. Kebijakan tentang kalangan meragukan penerapan Merdeka
merdeka belajar muncul di era revolusi Belajar. Muncul beberapa pertanyaan
industry 4.0 dan society 5.0 saat ini. Era mendasar, di antaranya adalah (1)
revolusi industry 4.0 dan society 5.0 yang bagaimana mekanisme penerapan
memiliki tantangan sekaligus peluang bagi kebijakan ekstrim ini di lembaga
semua lembaga pendidikan di Indonesia. pendidikan? dan (2) apakah perubahan
Dalam konteks era revolusi industry 4.0, besar pada beberapa aspek Kurikulum
syarat utama untuk maju dan berkembang 2013 justru tidak merusak dan
sebuah lembaga pendidikan harus meiliki memperlambat peningkatan kualitas
daya inovasi dan berkolaborasi. Inovasi pendidikan? Keraguan ini tidak lain
dan kolaborasi diperlukan dalam era didasari dari latar belakang Nadiem
revolusi industry 4.0 dan society 5.0, Makarim selaku Kemendikbud yang tidak
dengan kata lain jika tidak mampu memiliki riwayat belajar pada fakultas dan
berinovasi dan berkolaborasi maka program studi pendidikan. Berdasarkan
kemungkinan akan tertinggal. penelusuran yang penulis lakukan Nadiem
Makarim memiliki latar belakang
Sebuah lembaga pendidikan akan
pendidikan pada jurusan Hubungan
mampu menciptakan Sumber Daya
Internasional dan Bisnis (Arifin dan
Manusia (SDM) yang dapat memajukan,
Muslim, 2020). Riwayat pendidikan
mengembangkan, dan mewujudkan cita-
Nadiem Makarim di Amerika Serikat
cita bangsa dalam kebijakna pendidikan
tampaknya memberikan pengaruh pada
yaitu membelajarkan manusia yang
paradigma pengembangan pendidikan di
merdeka. Maksudnya, lembaga pendidikan
era modern. Salah satu pendekatan yang
harus mampu menyeimbangkan sistem
dianut oleh Nadiem Makarim adalah
pendidikan dengan perkembangan zaman.
pendekatan progresivisme yang
Sistem pendidikan diharpkan dapat
dipopulerkan oleh John Dewey.
mewujudkan peserta didik untuk dapat
Pendekatan progresivisme menekankan
memiliki kemampuan berfikir kritis,
pada potensi manusia untuk
memecahkan masalah, kreatif, inovatif,
mengembangkan dirinya secara mandiri
ketrampilan komunikasi, keterampilan
dan menolak model pendidikan otoriter
kolaborasi, keterampilan mencari,
yang membatasi peserta didik untuk
keterampilan mengelola, keterampilan
berkembang sesuai dengan bakat, minat,
menyampaikan informasi serta
dan potensinya. Walaupun latar belakang
keterampilan menggunakan informasi dan
Nadiem Makarim yang nonpendidikan,
teknologi sangat dibutuhkan zaman.
namun keberanian untuk melakukan
Merdeka belajar adalah kebebasan belajar,
yaitu memberikan kesempatan kepada perombakan pada kurikulum lama pada
beberapa aspek yang dirasakan
peserta didik belajar sebebas mungkin
menghambat perkembangan kualitas

174 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

pendidikan di Indonesia layak untuk kompetensi minimal dan survei karakter;


diapresiasi. Merdeka Belajar memiliki penilaian ini dilakukan pada pertengahan
empat pokok kebijakan. Empat kebijakan tiap jenjang pendidikan dengan menilai
tersebut adalah sebagai berikut (Tohir, beberapa aspek diantaranya adalah aspek
2020). literasi, numerik, karakter, dan lain
sebagainya; dan penilaian mengacu pada
Pertama, perubahan mekanisme Ujian
model penilaian standar internasional
Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
(Tohir, 2020).
Beberapa kekurangan dari penerapan
USBN pada kurikulum 2013 adalah tidak Ketiga, kebebasan pendidik dalam
luasanya lembaga pendidikan untuk mendesain Rencana Pelaksanaan
melihat dan mengevaluasi pencapaian Pembelajaran (RPP). Pendekatan
kompetensi pada peserta didiknya dengan penyusunan rencana pelaksanaan
mekanisme USBN yang terpusat. Hal ini pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 yang
bertentangan dengan Undang-Undang holistik dan kaku memunculkan beban
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 besar bagi pendidik. Hal ini kemudian
yang memberikan keleluasaan kepada berusaha dirubah oleh Kemendikbud
lembaga pendidikan untuk melakukan dengan memberikan kebebasan bagi
penilaian ketercapaian standar kompetensi pendidik untuk mendesain RPP-nya secara
secara mandiri, komprehensif, dan mandiri, dengan komponen wajib pada
sistematis (No, 20 C.E.). Keluhan lainnya tujuan, kegiatan, dan penilaian yang cukup
tekait dengan Kurikulum 2013 adalah hanya dengan 1 halaman.
sulitnya pendidik melakukan penilaian Keempat, perubahan mekanisme
kompetensi peserta didik dengan model Peraturan Penerimaan Siswa Baru (PPSB).
penilaian yang rumit. Melihat Pada ranah praktisnya banyak sekolah
permasalahan tersebut Kemendikbud mengalami kelebihan siswa ataupun
melakukan perubahan mekanisme USBN.
kekurangan jumlah siswa. Letak geografis
Penerapan USBN sentralistik dirubah tiap sekolah yang berbeda tidak diatur
menjadi USBN berbasis sekolah, penilaian dalam kebijakan ini, sehingga
dilakukan dengan tes tulis atau dengan implementasi kebijakan ini tidak efekif di
metode penilaian lainnya yang mampu beberapa sekolah pada wilayah tertinggal,
membrikan penilaian secara komprehensif. terluar, dan terdalam. Kebijakan Merdeka
Kedua, perubahan bentuk Ujian Belajar memberikan fleksibilitas sekolah
nasional (UN). Salah satu kritik pakar dan daerah untuk mengelola sistem zonasi
terhadap penerapan ujian nasional (UN) menyesuaikan keadaan sekolah dan tiap
adalah (1) muatan UN yang berfokus pada daerah. Salah satu perubahannya adalah
penguasaan materi, bukan pada analisis perubahan presentase penerimaan siswa
permasalahan (penalaran), hal ini jalur zonasi, jalur afirmasi, dan jalur
berdampak pada model PBM yang prestasi.
diarahkan pada hafalan dan mengurangi
penalaran; (2) Beban UN yang berat bagi Metode Pembelajaran Blended
peserta didik, pendidik, dan lembaga Learning Pada Pendidikan Merdeka
pendidikan; dan (3) fokus penilaian pada Belajar
UN hanya difokuskan pada aspek kognitif. Pada tahap sesungguhnya menguraikan
Pada kebijakan Merdeka Belajar, metode pembelajaran dalam merespon era
Kemendikbud melakukan perubahan yang Revolusi Industri 4.0. Pendidikan merdeka
bisa disebut dengan perubahan visioner belajar merupakan respon terhadap era
dan ekstrim, yaitu: Kemendikbud baru ini, maka sangat relevan untuk
meniadakan pelaksanaan UN dan melihat data muktahir dan diskursus para
menggantinya dengan penilaian scholar tentang metode pembelajaran..

175 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

Namun satu kepastian dalam era Revolusi elektronik yaitu; video, audio, presentasi
Industri 4.0 kebutuhan utama yang ingin multimedia dan juga bisa menggunakan
dicapai dalam sistem pendidikan atau lebih konten daring atau online. Pada akhir
khusus dalam metode pembelajaran yaitu proses pembelajaran, setiap pendidik
siswa atau peserta didik yaitu penguasaan melakukan evaluasi pembelajaran untuk
terhadap literasi baru. lembaga pendidikan mengukur sejauh mana kemampuan siswa
tidak cukup menerapkan literasi lama dalam memahami apa yang sudah
(membaca, menulis, berhitung), tetapi diterangkan dengan berbagai macam cara,
harus menerapkan literasi baru (literasi bisa dengan memberi kuis, presentasi
data, literasi teknologi dan literasi sumber secara berkelompok, test tertulis dan juga
daya manusia atau humanisme). Literasi menggunakan berbagai media
baru tersebut yaitu. Pertama, literasi data. pembelajaran.
Literasi ini merupakan kemampuan untuk Terdapat sembilan tren atau
membaca, menganalisis dan menggunakan kecenderungan terkait dengan pendidikan
informasi (big data) di dunia digital. di era Revolusi Industri 4.0 yaitu antara
Kedua, literasi teknologi. Literasi ini lain. Pertama, belajar pada waktu dan
memahami cara kerja mesin, aplikasi tempat yang berbeda. Kedua,
teknologi (Coding Artificial Intelligence & pembelajaran individual. Ketiga, siswa
Engineering Principles). Untuk yang memiliki pilihan dalam menentukan
terakhir adalah literasi manusia. Literasi bagaimana mereka belajar. Empat,
berupa penguatan humanities, komunikasi, pembelajaran berbasis proyek. Lima,
dan desain. Berbagai aktivitas literasi pengalaman lapangan. Enam, interpretasi
tersebut dapat dilakukan oleh siswa dan data. Tujuh, penilaian beragam. Delapan,
guru. Sistem atau metode pembelajaran keterlibatan siswa. Terakhir, mentoring.
pada pendidikan merdeka belajar Blended Learning merupakan metode
mempunyai target yang sama. Jika perserta pembelajaran yang digunakan dalam
didik atau siswa dapat mengusai literasi sistem pendidikan merdeka belajar.
baru ini, maka akan menjadi sumber daya Berdasarkan kesimpulan dari berbagai
manusia yang berkualitas dan unggul riset dan perdebatan scholar, Blended
dalam membangun masa depan Indonesia. learning dapat merespon sistem dan
Namun selain literasi baru, sistem metode pembelajaran di era Revolusi
pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 Industri 4.0. Secara khusus, konsep ini
tetap melakukan pembangunan karakter, menerapkan konsep cara belajar yang
seperti kejujuran, religius, kerja aktif, inovatif, dan nyaman harus dapat
keras/tekun, tanggung jawab, adil, disiplin, mewujudkan perserta didik sesuai
toleran, dan lain-lain. kebutuhan zaman atau era industri 4.0
Menurut Putri dan Muzakki, (2019) (Ghiffar et al., 2018). Untuk tercapainya
Setelah pembangunan metode tujuan pendidikan yaitu mewujudkan
pembelajaran dalam pendidikan era murid atau peserta didik yang berfikir
Revolusi Industri 4.0 menyempurnakan kritis dan memecahkan masalah, kreatif
dengan menawarkan media pembelajaran. dan berinovasi, terampil berkomunikasi
Dalam metode pembelajaran, media dan berkolaborasi, dan berkarakter. Maka,
pembelajaran membuat peserta didik dalam rencana pelaksanaan kegiatan
(siswa/mahasiswa) akan lebih mudah belajar harus mampu melewati tantangan
memahami apa yang di terangkan oleh dan memanfaatkan peluang pendidikan di
guru maupun dosen dalam proses era Revolusi Industri 4.0. Guru menjadi
pembelajaran baik di dalam kelas maupun kunci keberhasilan sistem pendidikan, oleh
diluar kelas. Terdapat berbagai macam sebab itu harus dapat beradaptasi dengan
jenis media, seperti media cetak yaitu; sistem pendidikan yang baru agar memiliki
buku, modul, lks dan juga media kopetensi dan keterampilan. Penguatan

176 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

literasi baru pada guru sebagai kunci kontrol dan kemampuan untuk mengelola
perubahan, termasuk revitalisasi kemajuannya dalam memperoleh
kurikulum berbasis literasi dan penguatan kualifikasi. Guru abad ke-21 diharapkan
peran guru yang memiliki kompetensi dapat menciptakan lingkungan yang tidak
digital. Oleh sebab itu metode Blended hanya mendukung empat Pilar
Learning sangat ideal sebagai metode Pembelajaran (learning to know, learning
pembelajaran di sistem pendidikan to do, learning to be, learning to life
merdeka belajar. Karena antara together), namun juga membuat peserta
penguasaan kopentesi literasi baru, sistem didik diberi kesempatan untuk mengajukan
pengajaran harus tetap membangun pertanyaan terkait dengan pembelajaran.
karakter dengan mengkobinasikan metode- Guru diharapkan dapat membimbing
metode pengajaran yang konvensional, peserta didik menuju kematangan fisik dan
seperti tatap muka atau yang ditawarakan mental yang utuh dan harus membantu
metode Education Mini Club (EMC) mengembangkan pemikiran kritis.
sebagai respon terhadap proses Memposisikan siswa mandiri
pembelajaran monoton (Wulandari et al., adalah dengan cara menempatkannya
2019). sebagai mata pelajaran dalam proses
Metode pembelajaran di era Revolusi pembelajaran. Memberi mereka ruang
Industri 4.0 dapat menentukan kesuksesan untuk membuat keputusan sendiri
pembelajaran. Dan metode yang dalam proses pembelajaran. Hal itu
digunakan beragam, dan dalam artikel ini merupakan salah satu unsur dalam proses
pemangku kepentingan sedapat mungkin Merdeka Belajar. Dalam pendidikan Islam,
menentukan metode pembelajaran yang Nabi Muhammad SAW sering dijadikan
dapat menunjang tujuan dari sistem contoh bagaimana menjadi guru yang
pendidikan merdeka belajar. Maka metode ideal. Dia bukan hanya seorang mudarris,
pembelajaran harus dapat tetapi juga seorang mualaf, muzakki,
merepresentasikan keberagaman yang ada murabbi, mu'addib, murshid dan mutli.
di Indonesia. Supaya capaian tujuan satuan Jadi, tanggung jawab seorang pendidik
pendidikan, yaitu menciptakan sumber sangat besar, karena pendidik tidak hanya
daya manusia yang berkualitas dan unggul. berkewajiban untuk mentransfer ilmu,
Apanbila pendidikan meredeka belajar tetapi juga harus menjaga dan melestarikan
sudah benarbenar program yang baik, aspek fisik dan spiritual siswa.
maka disini dibutuhkan ketegasan dan Pelaksanaan Merdeka Belajar yaitu
keberanian untuk mewujudkan dan berkaitan dengan Ujian Nasional Sekolah
menjalankan program program tersebut Terstandarisasi (USBN), Ujian Nasional
dengan baik. Jangan sampai program yang (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sudah tersusun dengan baik namun dalam (RPP), dan Peraturan Zonasi Penerimaan
pelaksanaannya hanya sebatas formalitas Mahasiswa Baru (PPDB). Dari
belaka (Risdianto, 2019). keempatnya, dua terkait dengan proses
evaluasi, yakni PBB dan USBN. PBB kini
Implementasi Merdeka Belajar dalam telah disingkirkan. Sekarang, proses
Lembaga Pendidikan Islam evaluasi sepenuhnya dikembalikan ke
sekolah (Meke et al., 2022).
Penggunaaan kurikulum yang berpusat
pada peserta didik memberikan ruang yang Evaluasi dalam Merdeka Belajar tidak
banyak bagi peserta didik untuk terlibat lagi secara umum , tetapi dilakukan sesuai
secara aktif dalam memproduksi dengan prestasi dan kemampuan peserta
pengetahuan dan pembelajaran. Hal itu didik dalam menyerap materi.
hanya dapat terjadi jika kepercayaan diri Kebijakan tersebut sejalan dengan
pembelajar didorong dengan perasaan Pendidikan Islam. Sebagaimana tertuang

177 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

dalam Surah Al-Zalzalah dan ayat-ayat Lembaga pendidikan Islam diharapkan


lain dalam Al-Qur'an yang melakukan studi banding ke sekolah lain
menunjukkan adanya kebebasan dalam hal yang telah menerapkan kebijakan Merdeka
bertindak di dunia, padahal ada pahala Belajar. Tujuannya agar dapat memahami
sesuai dengan pilihan yang dibuat di dunia. konsep dan cara mengimplementasikannya
Ayat ini mengajarkan kita tentang dari sekolah yang telah melaksanakan
kebebasan atau kemerdekaan dalam Merdeka Belajar terlebih dahulu. Dengan
bertindak dan bertanggung jawab atas hal itu, ketika dilaksanakan, kebijakan
semua tindakan dan pilihan yang kita buat. Merdeka Belajar dapat dilakukan
Karena, sekecil apapun tindakannya, dengan matang karena ada sudah ada
akan mendapatkan balasan. Dalam survey terlebih dahulu. Dalam kebebasan
analogi pembelajaran, siswa memilih, lembaga pendidikan Islam harus
dibebaskan untuk mendapatkan informasi memiliki ciri khas Islam, memberikan
dan pembelajaran. Karena semuanya akan pengetahuan fardhu a'in yang terkandung
dinilai secara komprehensif oleh sekolah, dalam materi PAI yang juga diterapkan
bukan oleh pemerintah. dalam budaya sekolah, seperti
menyediakan jam untuk menghafal Al-
Lembaga pendidikan Islam sesuai
Qur'an, Hadits, dan pembiasaan sholat
visi sekolah yang religius, cerdas,
Dhuha, Dhuhur dan Asr berjamaah.
mandiri dan memiliki keterampilan
Kegiatan muhadharah dan motivasi
yang ahli atau terampil serta
islami setiap pagi. Kegiatan ini
memiliki karakter yang luhur. Visi
dikendalikan melalui buku pemantau
ini diimplementasikan dalam berbagai
ibadah yang harus dimiliki oleh setiap
program, seperti budaya sekolah,
siswa (Fuadi & Aswita, 2021). Dengan
kegiatan keagamaan, kegiatan
adanya kewajiban tersebut, diharapkan
ekstrakurikuler, dan lain sebagainya.
fardhu a'in ilmu pengetahuan dapat
Budaya sekolah Islam dapat dilihat dari
dikuasai dan dipraktikkan dengan baik
penggunaan seragam, di mana seluruh
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa dan guru wajib mengenakan
tujuan utama pendidikan nasional serta visi
seragam islami; kebiasaan sebelum dan
dan misi lembaga pendidikan Islamdapat
sesudah belajar; penanaman kebersihan
menghasilkan generasi yang religius,
sebagian dari iman; dan pembiasaan
mandiri, terampil dan luhur dapat
salam, senyuman,salam, kesopanan, dan
tercapai.
kesopanan. Kegiatan keagamaan seperti
kegiatan shalat Dhuha, Dzuhur dan Merdeka belajar muncul karena adanya
Ashr, kegiatan muhadharah, pemberian tantangan hidup di masa depan yang
materi hadits di luar materi menuntut penguasaan lebih dari disiplin
pembelajaran PAI, tahfidz, keilmuan dan keterampilan. Merdeka
pengembangan moral, dan sebagainya. belajar juga sesuai dengan konsep
Kegiatan keislaman juga tercermin dari pembelajaran transformatif (Jack
adanya program ekstrakurikuler dan Mazirow), konsep pendidikan
akhlak siswa yang biasanya memerdekakan (Ki Hadjar Dewantara),
melaksanakan berbagai lomba experimental learning (Carl Rogers), dan
keagamaan dan kegiatan belajar baik Contextual Teaching and Learning (Afif,
pada hari kerja maupun di bulan 2022). Sementara itu, para pembelajar
Ramadhan. Pelatihan . Agar pelaksanaan (khususnya peserta didik) memiliki
Merdeka Belajar berjalan dengan kecenderungan positif untuk melakukan
baik, guru juga harus dibekali materi eksplorasi, kolaborasi, dan mencari
baru dan meningkatkan kompetensinya “pengalaman baru ridha Allah SWT.
(Kodrat, 2021).

178 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

Adanya implementasi merdeka baru. Literasi baru tersebut yaitu. Pertama,


belajar, sekolah didorong untuk lebih literasi data. Kedua, literasi teknologi.
produktif dalam menjalin kerjasama dan Terakhir, literasi manusia. Dan sistem dan
kemitraan dengan institusi pendidikan. atau metode pembelajaran pada
Kemajuan bahwa apabila konsep merdeka pendidikan merdeka belajar mempunyai
belajar diterapkan secara komprehensif, target yang sama. Jika perserta didik atau
niscaya peserta didik mempunyai peluang siswa dapat mengusai literasi baru , maka
besar untuk mendapat pengalaman akan menjadi sumber daya manusia yang
keilmuan, keterampilan, dan kemanusiaan berkualitas dan unggul dalam membangun
yang lebih kaya dan komprehensif. masa depan Indonesia. Namun selain
literasi baru, sistem pendidikan merdeka
belajar tetap melakukan pembangunan
SIMPULAN
karakter pada peserta didik, seperti
Implementasi konsep merdeka belajar kejujuran, religius, kerja keras/tekun,
didesain dengan tujuan peserta didik tanggung jawab, adil, disiplin, toleran, dan
mempunyai banyak alternatif kompetensi lain- lain di era Revolusi Industri 4.0.
dan keterampilan yang relevan Dalam hal ini guru menjadi kunci
dikembangkan untuk masa depan. Dengan keberhasilan sistem pendidikan merdeka
merdeka belajar, akselerasi penyelesaian belajar, oleh sebab itu harus dapat
studi dan fleksibilitas peminatan bidang beradaptasi dengan sistem pendidikan
ilmu dan keterampilan menjadi peluang yang baru agar memiliki kopetensi dan
berharga untuk peserta didik untuk keterampilan. Maka metode Blended
mengembangkan karirnya di masa depan. Learning sangat ideal sebagai metode
Islam menghendaki implementasi merdeka pembelajaran di sistem pendidikan
belajar ini dikembangkan berbasis merdeka belajar yang menggabungkan
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keunggulan pembelajaran yang dilakukan
tauhid secara radikal (mengakar kuat), secara tatap-muka dan secara virtual.
kebebasan memilih dalam mengikuti
perkuliahan dan praktik lapangan yang
menjadi kebutuhan dan proyeksinya di REFERENSI
masa depan. Merdeka belajar itu dipahami Afif, N. (2022). Pendidikan Islam Berbasis
secara utuh, menyeluruh, dan strategis, Kearifan Lokal dan Implementasinya
untuk kemudian diamalkan secara konkret, Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar.
berbasis analisis kebutuhan peserta didik Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
di masa depan, dan berbasis kolaborasi Islam, 11(03), 1041–1062.
lintas prodi dan institusi atas dasar take ARIFIN, S., & MUSLIM, M. O. H.
and give, ta’awun ala al-birri wa at-taqwa (2020). Tantangan Implementasi
(kerja sama dalam rangka Kebijakan “Merdeka Belajar, Kampus
mengembangkan budaya kebajikan dan Merdeka” Pada Perguruan Tinggi
takwa). Islam Swasta Di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3(1).
Pembangunan pendidikan merdeka
https://doi.org/10.32529/al-
belajar dalam telaah metode pembelajaran
ilmi.v3i1.589
adalah sistem dan pengajarannya harus
Elihami, E. (2019). Implementasi layanan
memenuhi kecenderungan dalam
bimbingan kelompok dalam
pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Di
meningkatkan higher of think
era Revolusi Industri 4.0 kebutuhan utama
mahasiswa berbasis kampus merdeka.
yang ingin dicapai dalam sistem
Journal of Education, Psychology, and
pendidikan lebih khusus dalam metode
Counseling, 1(1), 79–86.
pembelajaran yaitu siswa atau peserta
Faiz, A., & Kurniawaty, I. (2020). Konsep
didik yaitu penguasaan terhadap literasi

179 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432

Merdeka Belajar Pendidikan Indonesia No, U.-U. (20 C.E.). Tahun 2003 tentang
Dalam Perspektif Filsafat sistem pendidikan nasional.
Progresivisme. Konstruktivisme: Prasetyo, M. A. M., Bashori, B., &
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Lailisna, N. N. (2020). Strategy of
12(2), 155–164. boarding school (Pesantren) education
Fuadi, T. M., & Aswita, D. (2021). in dealing with the COVID-19
Merdeka belajar kampus merdeka pandemic. Khalifa: Journal of Islamic
(Mbkm): bagaimana penerapan dan Education, 4(2), 142–160.
kedala yang dihadapi oleh perguruan Putri, A. R., & Muzakki, M. A. (2019).
tinggi swasta di Aceh. Jurnal Dedikasi Implemetasi kahoot sebagai media
Pendidikan, 5(2), 603–614. pembelajaran berbasis digital game
Ghiffar, M. A. N., Nurisma, E., Kurniasih, based learning dalam mengahadapi era
C., & Bhakti, C. P. (2018). Model revolusi industri 4.0. Prosiding
pembelajaran berbasis blended Seminar Nasional Universitas Muria
learning dalam meningkatkan critical Kudus, 1–7.
thinking skills untuk menghadapi era Risdianto, E. (2019). Analisis pendidikan
revolusi industri 4.0. Prosiding indonesia di era revolusi industri 4.0.
Seminar Nasional STKIP Andi April, 0–16. Diakses Pada, 22.
Matappa Pangkep, 1(1), 85–94. Sudaryanto, S., Widayati, W., & Amalia,
Iman, N., DS, A., Arifin, S., & Cholifah, R. (2020). Konsep Merdeka Belajar-
U. (2021). Generosity Education for Kampus Merdeka dan Aplikasinya
Children (Case Study At Mi dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra)
Muhammadiyah Dolopo Madiun). Indonesia. Kode: Jurnal Bahasa, 9(2).
Kodrat, D. (2021). Industrial mindset of Sumarni, W., Iswantir, I., Simbolon, A. M.
education in merdeka belajar kampus Y., & Wijaya, N. A. P. (2023).
merdeka (MBKM) Policy. Islamic Karakteristik Dan Konsep Manajemen
Research, 4(1), 9–14. Madrasah. Jurnal Manajemen
Meke, K. D. P., Astro, R. B., & Daud, M. Pendidikan, 8(1), 1–10.
H. (2022). Dampak Kebijakan Supriani, Y., Meliani, F., Supriyadi, A.,
Merdeka Belajar Kampus Merdeka Supiana, S., & Zaqiah, Q. Y. (2022).
(MBKM) pada Perguruan Tinggi The Process of Curriculum Innovation:
Swasta di Indonesia. Edukatif: Jurnal Dimensions, Models, Stages, and
Ilmu Pendidikan, 4(1), 675–685. Affecting Factors. Nazhruna: Jurnal
Meliani, F., Alawi, D., Yamin, M., Syah, Pendidikan Islam, 5(2), 485–500.
M., & Erihadiana, M. (2021). Tohir, M. (2020). Buku Panduan Merdeka
Manajemen Digitalisasi Kurikulum di Belajar-Kampus Merdeka.
SMP Islam Cendekia Cianjur. JIIP- Wulandari, A., Handayani, P., & Prasetyo,
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(7), D. R. (2019). Pembelajaran ilmu
653–663. pengetahuan alam berbasis EMC
Meliani, F., Iqbal, A. M., Ruswandi, U., & (education mini club) sebagai solusi
Erihadiana, M. (2022). Konsep menghadapi tantangan pendidikan di
Moderasi Islam dalam Pendidikan era revolusi industri 4.0. Thabiea:
Global dan Multikultural di Indonesia. Journal of Natural Science Teaching,
Eduprof: Islamic Education Journal, 2(1), 51–56.
4(1), 195–211.
Mustopa, A. M. Y. S., & Iswantir, I.
(2023). Pengembangan Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam di Era
Disrupsi. Al-Qalam: Jurnal Kajian
Islam Dan Pendidikan, 15(1), 1–12.

180 | JURNAL KEPEMIMPINAN DAN KEPENGURUSAN SEKOLAH


Vol. 8, No. 3, September 2023

Anda mungkin juga menyukai