1432 4518 1 PB
1432 4518 1 PB
php/kp
DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432
p-ISSN: 2502-6437 DOI: http://dx.doi.org/10.34125/kp.v8i3.1432
Novri Agus Parta Wijaya1), Zulfani Sesmiarni2), Darul Ilmi3 ), Supratman Zakir4), Ali Mustopa Yakub
Simbolon5), Ezi Mulia6)
1,2,3,4,5,6
Universitas Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
email: novriaguspartawijaya253@gmail.com
Abstract
The purpose of this article is to explain in simple terms the concept of independent learning offered by
the Minister of Education, Culture, Research and Technology and Higher Education (Menristekdikti)
and its implementation in Islamic educational institutions. Free Learning Education is a response to
the needs of the education system in the Industrial Revolution 4.0 era. In the era of the Industrial
Revolution 4.0, the main need to be achieved in the education system or more specifically in learning
methods, namely students or students, is mastery of new literacy. The new literacy is First, data
literacy. Second, technological literacy. Finally, human literacy. In addition, the Free Learning
Education system also prioritizes character education. This article uses library research. With data
sources from journals, research reports, scientific magazines, newspapers, relevant books, results of
seminars, unpublished scientific articles, sources, bibliographical letters, and so on. So in this study,
learning methods in the era of the Industrial Revolution 4.0 can determine the success of learning
because one of the characteristics of the concept of education 4.0 is the position of students as
educational subjects (student centered), integration of material and teaching and learning processes
(PBM) with the demands of modern knowledge, society and the world of work. And the methods used
vary, but in the independent education system learning the Blended Learning method is ideal as a
learning method.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dengan sederhana konsep pembelajaran merdeka
belajar yang ditawarkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta
Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) dan implementasinya di lembaga pendidikan Islam. Pendidikan
merdeka belajar merupakan respons terhadap kebutuhan sistem pendidikan pada era Revolusi
Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0, kebutuhan utama yang harus dicapai dalam sistem
pendidikan, atau lebih spesifik lagi dalam metode pembelajaran, adalah penguasaan literasi baru
oleh siswa atau mahasiswa. Literasi baru tersebut meliputi literasi data pertama, literasi teknologi
kedua, dan literasi manusia terakhir. Selain itu, sistem Pendidikan Belajar Bebas juga
mengutamakan pendidikan karakter. Artikel ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan sumber
data dari jurnal-jurnal, laporan penelitian, majalah-majalah ilmiah, surat kabar, buku-buku terkait,
hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasikan, sumber-sumber, surat-surat bibliografi, dan
sebagainya. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran pada era Revolusi Industri 4.0 dapat
menentukan keberhasilan pembelajaran karena salah satu karakteristik konsep pendidikan 4.0 adalah
posisi siswa sebagai subjek pendidikan (siswa berpusat), integrasi materi dan proses pengajaran dan
pembelajaran (PBM) dengan tuntutan pengetahuan modern, masyarakat, dan dunia kerja. Dan
metode yang digunakan bervariasi, tetapi dalam sistem pendidikan mandiri, metode Blended
Learning adalah metode pembelajaran yang ideal.
Kata Kunci: Revolusi Industri 4.0; Merdeka Belajar; Blended Learning.
adalah ,meningkatkan kompetensi lulusan, untuk belajar dengan tenang, santai, dan
baik itu soft skill maupun hard skill. Hal bahagia tanpa stres dan tekanan dan
ini akan membuat siswa lebih siap memperhatikan bakat alami mereka, yaitu
menghadapi tuntutan dan kebutuhan tanpa memaksa peserta didik untuk belajar
zaman (Sudaryanto et al., 2020). atau menguasai suatu bidang ilmu di luar
hobi dan kemampuannya, sehingga
Konsep Merdeka Belajar Nadiem masing-masing memiliki portfolio yang
Makarim sesuai dengan passion. Hal ini bukan
berarti peserta didik menindaklanjuti ilmu
Program Merdeka Belajar yang
dan pengetahuan yang didapatkan
digagas Menteri Pendidikan diharapkan
seenaknya (Faiz & Kurniawaty, 2020).
menjadi solusi atas berbagai masalah yang
terjadi, terutama hal penetapan orientasi Pada awal kebijakan ini, banyak
dan tujuan pendidikan. Kebijakan tentang kalangan meragukan penerapan Merdeka
merdeka belajar muncul di era revolusi Belajar. Muncul beberapa pertanyaan
industry 4.0 dan society 5.0 saat ini. Era mendasar, di antaranya adalah (1)
revolusi industry 4.0 dan society 5.0 yang bagaimana mekanisme penerapan
memiliki tantangan sekaligus peluang bagi kebijakan ekstrim ini di lembaga
semua lembaga pendidikan di Indonesia. pendidikan? dan (2) apakah perubahan
Dalam konteks era revolusi industry 4.0, besar pada beberapa aspek Kurikulum
syarat utama untuk maju dan berkembang 2013 justru tidak merusak dan
sebuah lembaga pendidikan harus meiliki memperlambat peningkatan kualitas
daya inovasi dan berkolaborasi. Inovasi pendidikan? Keraguan ini tidak lain
dan kolaborasi diperlukan dalam era didasari dari latar belakang Nadiem
revolusi industry 4.0 dan society 5.0, Makarim selaku Kemendikbud yang tidak
dengan kata lain jika tidak mampu memiliki riwayat belajar pada fakultas dan
berinovasi dan berkolaborasi maka program studi pendidikan. Berdasarkan
kemungkinan akan tertinggal. penelusuran yang penulis lakukan Nadiem
Makarim memiliki latar belakang
Sebuah lembaga pendidikan akan
pendidikan pada jurusan Hubungan
mampu menciptakan Sumber Daya
Internasional dan Bisnis (Arifin dan
Manusia (SDM) yang dapat memajukan,
Muslim, 2020). Riwayat pendidikan
mengembangkan, dan mewujudkan cita-
Nadiem Makarim di Amerika Serikat
cita bangsa dalam kebijakna pendidikan
tampaknya memberikan pengaruh pada
yaitu membelajarkan manusia yang
paradigma pengembangan pendidikan di
merdeka. Maksudnya, lembaga pendidikan
era modern. Salah satu pendekatan yang
harus mampu menyeimbangkan sistem
dianut oleh Nadiem Makarim adalah
pendidikan dengan perkembangan zaman.
pendekatan progresivisme yang
Sistem pendidikan diharpkan dapat
dipopulerkan oleh John Dewey.
mewujudkan peserta didik untuk dapat
Pendekatan progresivisme menekankan
memiliki kemampuan berfikir kritis,
pada potensi manusia untuk
memecahkan masalah, kreatif, inovatif,
mengembangkan dirinya secara mandiri
ketrampilan komunikasi, keterampilan
dan menolak model pendidikan otoriter
kolaborasi, keterampilan mencari,
yang membatasi peserta didik untuk
keterampilan mengelola, keterampilan
berkembang sesuai dengan bakat, minat,
menyampaikan informasi serta
dan potensinya. Walaupun latar belakang
keterampilan menggunakan informasi dan
Nadiem Makarim yang nonpendidikan,
teknologi sangat dibutuhkan zaman.
namun keberanian untuk melakukan
Merdeka belajar adalah kebebasan belajar,
yaitu memberikan kesempatan kepada perombakan pada kurikulum lama pada
beberapa aspek yang dirasakan
peserta didik belajar sebebas mungkin
menghambat perkembangan kualitas
Namun satu kepastian dalam era Revolusi elektronik yaitu; video, audio, presentasi
Industri 4.0 kebutuhan utama yang ingin multimedia dan juga bisa menggunakan
dicapai dalam sistem pendidikan atau lebih konten daring atau online. Pada akhir
khusus dalam metode pembelajaran yaitu proses pembelajaran, setiap pendidik
siswa atau peserta didik yaitu penguasaan melakukan evaluasi pembelajaran untuk
terhadap literasi baru. lembaga pendidikan mengukur sejauh mana kemampuan siswa
tidak cukup menerapkan literasi lama dalam memahami apa yang sudah
(membaca, menulis, berhitung), tetapi diterangkan dengan berbagai macam cara,
harus menerapkan literasi baru (literasi bisa dengan memberi kuis, presentasi
data, literasi teknologi dan literasi sumber secara berkelompok, test tertulis dan juga
daya manusia atau humanisme). Literasi menggunakan berbagai media
baru tersebut yaitu. Pertama, literasi data. pembelajaran.
Literasi ini merupakan kemampuan untuk Terdapat sembilan tren atau
membaca, menganalisis dan menggunakan kecenderungan terkait dengan pendidikan
informasi (big data) di dunia digital. di era Revolusi Industri 4.0 yaitu antara
Kedua, literasi teknologi. Literasi ini lain. Pertama, belajar pada waktu dan
memahami cara kerja mesin, aplikasi tempat yang berbeda. Kedua,
teknologi (Coding Artificial Intelligence & pembelajaran individual. Ketiga, siswa
Engineering Principles). Untuk yang memiliki pilihan dalam menentukan
terakhir adalah literasi manusia. Literasi bagaimana mereka belajar. Empat,
berupa penguatan humanities, komunikasi, pembelajaran berbasis proyek. Lima,
dan desain. Berbagai aktivitas literasi pengalaman lapangan. Enam, interpretasi
tersebut dapat dilakukan oleh siswa dan data. Tujuh, penilaian beragam. Delapan,
guru. Sistem atau metode pembelajaran keterlibatan siswa. Terakhir, mentoring.
pada pendidikan merdeka belajar Blended Learning merupakan metode
mempunyai target yang sama. Jika perserta pembelajaran yang digunakan dalam
didik atau siswa dapat mengusai literasi sistem pendidikan merdeka belajar.
baru ini, maka akan menjadi sumber daya Berdasarkan kesimpulan dari berbagai
manusia yang berkualitas dan unggul riset dan perdebatan scholar, Blended
dalam membangun masa depan Indonesia. learning dapat merespon sistem dan
Namun selain literasi baru, sistem metode pembelajaran di era Revolusi
pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 Industri 4.0. Secara khusus, konsep ini
tetap melakukan pembangunan karakter, menerapkan konsep cara belajar yang
seperti kejujuran, religius, kerja aktif, inovatif, dan nyaman harus dapat
keras/tekun, tanggung jawab, adil, disiplin, mewujudkan perserta didik sesuai
toleran, dan lain-lain. kebutuhan zaman atau era industri 4.0
Menurut Putri dan Muzakki, (2019) (Ghiffar et al., 2018). Untuk tercapainya
Setelah pembangunan metode tujuan pendidikan yaitu mewujudkan
pembelajaran dalam pendidikan era murid atau peserta didik yang berfikir
Revolusi Industri 4.0 menyempurnakan kritis dan memecahkan masalah, kreatif
dengan menawarkan media pembelajaran. dan berinovasi, terampil berkomunikasi
Dalam metode pembelajaran, media dan berkolaborasi, dan berkarakter. Maka,
pembelajaran membuat peserta didik dalam rencana pelaksanaan kegiatan
(siswa/mahasiswa) akan lebih mudah belajar harus mampu melewati tantangan
memahami apa yang di terangkan oleh dan memanfaatkan peluang pendidikan di
guru maupun dosen dalam proses era Revolusi Industri 4.0. Guru menjadi
pembelajaran baik di dalam kelas maupun kunci keberhasilan sistem pendidikan, oleh
diluar kelas. Terdapat berbagai macam sebab itu harus dapat beradaptasi dengan
jenis media, seperti media cetak yaitu; sistem pendidikan yang baru agar memiliki
buku, modul, lks dan juga media kopetensi dan keterampilan. Penguatan
literasi baru pada guru sebagai kunci kontrol dan kemampuan untuk mengelola
perubahan, termasuk revitalisasi kemajuannya dalam memperoleh
kurikulum berbasis literasi dan penguatan kualifikasi. Guru abad ke-21 diharapkan
peran guru yang memiliki kompetensi dapat menciptakan lingkungan yang tidak
digital. Oleh sebab itu metode Blended hanya mendukung empat Pilar
Learning sangat ideal sebagai metode Pembelajaran (learning to know, learning
pembelajaran di sistem pendidikan to do, learning to be, learning to life
merdeka belajar. Karena antara together), namun juga membuat peserta
penguasaan kopentesi literasi baru, sistem didik diberi kesempatan untuk mengajukan
pengajaran harus tetap membangun pertanyaan terkait dengan pembelajaran.
karakter dengan mengkobinasikan metode- Guru diharapkan dapat membimbing
metode pengajaran yang konvensional, peserta didik menuju kematangan fisik dan
seperti tatap muka atau yang ditawarakan mental yang utuh dan harus membantu
metode Education Mini Club (EMC) mengembangkan pemikiran kritis.
sebagai respon terhadap proses Memposisikan siswa mandiri
pembelajaran monoton (Wulandari et al., adalah dengan cara menempatkannya
2019). sebagai mata pelajaran dalam proses
Metode pembelajaran di era Revolusi pembelajaran. Memberi mereka ruang
Industri 4.0 dapat menentukan kesuksesan untuk membuat keputusan sendiri
pembelajaran. Dan metode yang dalam proses pembelajaran. Hal itu
digunakan beragam, dan dalam artikel ini merupakan salah satu unsur dalam proses
pemangku kepentingan sedapat mungkin Merdeka Belajar. Dalam pendidikan Islam,
menentukan metode pembelajaran yang Nabi Muhammad SAW sering dijadikan
dapat menunjang tujuan dari sistem contoh bagaimana menjadi guru yang
pendidikan merdeka belajar. Maka metode ideal. Dia bukan hanya seorang mudarris,
pembelajaran harus dapat tetapi juga seorang mualaf, muzakki,
merepresentasikan keberagaman yang ada murabbi, mu'addib, murshid dan mutli.
di Indonesia. Supaya capaian tujuan satuan Jadi, tanggung jawab seorang pendidik
pendidikan, yaitu menciptakan sumber sangat besar, karena pendidik tidak hanya
daya manusia yang berkualitas dan unggul. berkewajiban untuk mentransfer ilmu,
Apanbila pendidikan meredeka belajar tetapi juga harus menjaga dan melestarikan
sudah benarbenar program yang baik, aspek fisik dan spiritual siswa.
maka disini dibutuhkan ketegasan dan Pelaksanaan Merdeka Belajar yaitu
keberanian untuk mewujudkan dan berkaitan dengan Ujian Nasional Sekolah
menjalankan program program tersebut Terstandarisasi (USBN), Ujian Nasional
dengan baik. Jangan sampai program yang (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sudah tersusun dengan baik namun dalam (RPP), dan Peraturan Zonasi Penerimaan
pelaksanaannya hanya sebatas formalitas Mahasiswa Baru (PPDB). Dari
belaka (Risdianto, 2019). keempatnya, dua terkait dengan proses
evaluasi, yakni PBB dan USBN. PBB kini
Implementasi Merdeka Belajar dalam telah disingkirkan. Sekarang, proses
Lembaga Pendidikan Islam evaluasi sepenuhnya dikembalikan ke
sekolah (Meke et al., 2022).
Penggunaaan kurikulum yang berpusat
pada peserta didik memberikan ruang yang Evaluasi dalam Merdeka Belajar tidak
banyak bagi peserta didik untuk terlibat lagi secara umum , tetapi dilakukan sesuai
secara aktif dalam memproduksi dengan prestasi dan kemampuan peserta
pengetahuan dan pembelajaran. Hal itu didik dalam menyerap materi.
hanya dapat terjadi jika kepercayaan diri Kebijakan tersebut sejalan dengan
pembelajar didorong dengan perasaan Pendidikan Islam. Sebagaimana tertuang
Merdeka Belajar Pendidikan Indonesia No, U.-U. (20 C.E.). Tahun 2003 tentang
Dalam Perspektif Filsafat sistem pendidikan nasional.
Progresivisme. Konstruktivisme: Prasetyo, M. A. M., Bashori, B., &
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Lailisna, N. N. (2020). Strategy of
12(2), 155–164. boarding school (Pesantren) education
Fuadi, T. M., & Aswita, D. (2021). in dealing with the COVID-19
Merdeka belajar kampus merdeka pandemic. Khalifa: Journal of Islamic
(Mbkm): bagaimana penerapan dan Education, 4(2), 142–160.
kedala yang dihadapi oleh perguruan Putri, A. R., & Muzakki, M. A. (2019).
tinggi swasta di Aceh. Jurnal Dedikasi Implemetasi kahoot sebagai media
Pendidikan, 5(2), 603–614. pembelajaran berbasis digital game
Ghiffar, M. A. N., Nurisma, E., Kurniasih, based learning dalam mengahadapi era
C., & Bhakti, C. P. (2018). Model revolusi industri 4.0. Prosiding
pembelajaran berbasis blended Seminar Nasional Universitas Muria
learning dalam meningkatkan critical Kudus, 1–7.
thinking skills untuk menghadapi era Risdianto, E. (2019). Analisis pendidikan
revolusi industri 4.0. Prosiding indonesia di era revolusi industri 4.0.
Seminar Nasional STKIP Andi April, 0–16. Diakses Pada, 22.
Matappa Pangkep, 1(1), 85–94. Sudaryanto, S., Widayati, W., & Amalia,
Iman, N., DS, A., Arifin, S., & Cholifah, R. (2020). Konsep Merdeka Belajar-
U. (2021). Generosity Education for Kampus Merdeka dan Aplikasinya
Children (Case Study At Mi dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra)
Muhammadiyah Dolopo Madiun). Indonesia. Kode: Jurnal Bahasa, 9(2).
Kodrat, D. (2021). Industrial mindset of Sumarni, W., Iswantir, I., Simbolon, A. M.
education in merdeka belajar kampus Y., & Wijaya, N. A. P. (2023).
merdeka (MBKM) Policy. Islamic Karakteristik Dan Konsep Manajemen
Research, 4(1), 9–14. Madrasah. Jurnal Manajemen
Meke, K. D. P., Astro, R. B., & Daud, M. Pendidikan, 8(1), 1–10.
H. (2022). Dampak Kebijakan Supriani, Y., Meliani, F., Supriyadi, A.,
Merdeka Belajar Kampus Merdeka Supiana, S., & Zaqiah, Q. Y. (2022).
(MBKM) pada Perguruan Tinggi The Process of Curriculum Innovation:
Swasta di Indonesia. Edukatif: Jurnal Dimensions, Models, Stages, and
Ilmu Pendidikan, 4(1), 675–685. Affecting Factors. Nazhruna: Jurnal
Meliani, F., Alawi, D., Yamin, M., Syah, Pendidikan Islam, 5(2), 485–500.
M., & Erihadiana, M. (2021). Tohir, M. (2020). Buku Panduan Merdeka
Manajemen Digitalisasi Kurikulum di Belajar-Kampus Merdeka.
SMP Islam Cendekia Cianjur. JIIP- Wulandari, A., Handayani, P., & Prasetyo,
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(7), D. R. (2019). Pembelajaran ilmu
653–663. pengetahuan alam berbasis EMC
Meliani, F., Iqbal, A. M., Ruswandi, U., & (education mini club) sebagai solusi
Erihadiana, M. (2022). Konsep menghadapi tantangan pendidikan di
Moderasi Islam dalam Pendidikan era revolusi industri 4.0. Thabiea:
Global dan Multikultural di Indonesia. Journal of Natural Science Teaching,
Eduprof: Islamic Education Journal, 2(1), 51–56.
4(1), 195–211.
Mustopa, A. M. Y. S., & Iswantir, I.
(2023). Pengembangan Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam di Era
Disrupsi. Al-Qalam: Jurnal Kajian
Islam Dan Pendidikan, 15(1), 1–12.