Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Pemisahan kekuasaan dapat disebut dengan istilah Trias Politika. Trias politika yaitu
sebuah ide atau gagasan bahwa suatu pemerintahan yang berdaulat harus terpisah antara doa
atau lebih kesatuan yang bebas, mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kekuasaan
yang terlalu banyak. Pemisahan kekuasaan merupakan suatu cara pembagian dalam
tubuh pemerintahan agar tidak ada ini kekuasaan antara legislatif,e ksekutif dan
yudikatif. Pemisahan kekuasaan juga merupakan suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-
kekuasaan itu harus tidak diserahkan kepadaorang yang sama, untuk mencegah terjadinya
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang saat
ini banyakdianut oleh berbagai negara di seluruh belahan bumidunia. Trias Politika
yang saatini banyak diterapkan adalah pemisahan kekuasaan dengan 3 lembaga berbeda, yaitu:
1. Legislatif yaitu lembaga untuk membuat undang-undang.
2. Eksekutif yaitu lembaga yang melaksanakan undang-undang.
3. Yudikatif yaitu lembaga yang mengawasi pemerintahan dannegara secara keseluruhan,
mengininterprestasikan undang-undang apabilaterjadi perselisihan, serta menjatuhkan
sanksi bagi lembaga ataupun siapapun yang melanggar undang-undang.
Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang
dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis
kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara yaitu
konstitutif, eksaminatif dan moneter.
Dimana konstitutif kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD, Eksaminatif
kekuasaan terhadap pemeriksaan keuangan negara, dan moneter untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

PEMBAHASAN
Kekuasaan konstitutif, yaitu suatu kekuasaan negara yang diemban oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam mengubah Undang-Undangan Dasar Negara Republik
Indonesia, dan Mengangkat atau melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilihan Umum
sebagaimana diatur dalam Bab II Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Dasar tahun 1945, jo
UU No. 2 tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Kekuasaan eksekutif, yaitu suatu kekuasaan negara yang diemban oleh pemerintah
dalam penyelenggaraan negara sebagaimana diatur dalam Bab III Pasal 4 sampai dengan Pasal
18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Kekuasaan legislatif, yaitu suatu kekuasaan negara yang diemban oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah termasuk Dewan Perwakilan Rakyat
daerah sebagaiman diatur dalam Bab VII dan Bab VIIA Pasal 19 sampai dengan Pasal 22D
Undang-Undang Dasar tahun 1945.
Kekuasaan yudikatif, yaitu suatu kekuasaan negara yang diemban oleh Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial, untuk menjalankan kekuasaan kehakiman
sebagaimana diamanatkan dalam Bab IX Pasal 24 sampai dengan Pasal 25 Undang-Undang
Dasar tahun 1945 (Puspita et al., 2020).
Berdasarkan pada pembagian kekuasaan seperti yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar tahun 1945 tersebut maka setelah menelaah berbagai rincian kekuasaan, fungsi,
tugas dan wewenang dari kedelapan lembaga tinggi negara tersebut (MPR, Pemerintah, DPR,
DPD, BPK, MA, MK, dan KY) dan/atau yang terbagi dalam kelompok diatas kekuasaan negara
seperti yang disebutkan di atas dapat diketahui bahwa secara yuridis konstitusional hanya
terdapat satu lembaga tinggi negara yang memiliki kekuasaan dan kewenangan/kompetensi
yang mutlak atau original compentence untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Ketentuan mengenai hal tersebut diatur secara tegas dalam
Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 23E yang
dengan tegas menetapkan: (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri; (2) Hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya; (3)
Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undangundang (Ruhenda et al., 2020).
Selain itu terdapat kekuasaan eksaminatif yaitu Lembaga yang mempunyai fungsi
memeriksa keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan negara ini bersifat bebas dan mandiri
yang mana hasil dari pemeriksaan diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Daerah sesuai dengan fungsi dari masing-masing Lembaga tersebut. Anggota
Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan disahkan oleh Presiden.
Terakhir ada kekuasaan moneter yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di
Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa “negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang (DIKDAS,
2020)”.

KESIMPULAN
Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang awalnya hanya 3
menjadi 6 yaitu :
a. Kekuasaan Eksekutif
b. Kekuasaan Legislatif
c. Kekuasaan Yudikatif
d. Kekuasaan KOnstitutif
e. Kekuasaan Eksaminatif
f. Kekuasaan Moneter
Daftar Pustaka

DIKDAS, T. G. (2020). Modul Pembelajaran PPKn. In Modul Belajar Mandiri Bidang Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar PPKN. https://cdn-
gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/PGSD/PPKN/Modul Pembelajaran/PPKn_Pembelajaran-3.pdf
Puspita, Y., Fitriani, Y., Astuti, S., & Novianti, S. (2020). Selamat Tinggal Revolusi Industri
4.0, Selamat Datang Revolusi Industri 5.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang, 122–130. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/3794/3565
Ruhenda, R., Heldi, H., Mustapa, H., & Septiadi, M. A. (2020). Tinjauan Trias Politika
Terhadap Terbentuknya Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia. Journal of
Governance and Social Policy, 1(2), 58–69. https://doi.org/10.24815/gaspol.v1i2.18221

Anda mungkin juga menyukai