Anda di halaman 1dari 14

MENYANDARKAN AKTIVITAS HANYA KEPADA ALLAH SWT

Memenuhi Tuga Mata Kuliah:

Studi Materi Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah

Oleh:

Ikman Baktarudin : 22010016

Sri Novia Hariyani : 22010019

Nurhikmah : 22010020

Kholijar : 22010015

Dosen Pengampu:
Elida Purnama, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya sepantasnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
yang maha kuasa, sehingga dengan kekuasaannya dapatlah kita menjalankan
aktivitas sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat Islam
dari segala penjuru dunia amin.
Limpahan rahmat dari Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu dan kesugguhan hati. Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Studi Materi Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah, juga berniat
membagi wawasan kepada para pembaca.
Sejalan dengan itu, pemakalah mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga kepada kedua orang tua, dengan kerja keras, dukungan serta doa yang
ikhlas, sampailah kami di titik sekarang ini. Terimakasih kepada dosen pengampu
yang sudi memberikan kami ilmu pengetahuan, semangat dan dukungan yang
tidak pernah padam, juga sabar menghadapi kami yang fakir dengan ilmu
pengetahuan ini. Terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan
semangat terhadap berbagai kegiatan yang memberi manfaat, semoga kebaikan
yang kita lakukan dengan hati yang ikhlas, mendapatkan ridha Allah SWT amin.
Pemakalah menyadari, dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Demi perbaikan dan perubahan yang terbaik,
kritik dan saran yang membangun semangat, sangat kami harapkan.
Akhir kata, kepada Allah SWT kami memohon ampun, semoga makalah
ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Panyabungan, 14 September 2023


Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebesaran Allah di Alam Semesta......................................................


B. Allah Esa...............................................................................................
C. Isi kandungan QS. Al-fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas..........

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid dalam bahasa Arab adalah penyatuan, Sedangkan dalam
Islam, Tauhid bermaksud menegaskan penyatuan dengan Allah. Lawan
dari Tauhid adalah menghindar.
Tauhid secara bahasa artinya mengetahui dengan sebenarnya Allah
itu ada dan Esa. Secara istilah, Tauhid adalah suatu ilmu yang
membentangkan tentang wujud (adanya Allah) dengan sifat-sifat-Nya
yang wajib.
Allah SWT yang menciptakan sendiri kerajaan-Nya, Tidak ada
Tuhan selain Allah. Maksudnya, manusia hanya bersandar kepada Allah
SWT, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tiada pemberi dan
menolak melainkan Allah SWT. Syariat menyuruh kita beribadah hanya
kepada Allah.
Tauhid bukanlah hanya sekedar ucapan, akan tetapi harus
dibuktikan dengan cerminan sikap seorang manusia. Tentu apapun
kegiatan yang dilakukan, disamping berusaha, haruslah beserah diri
kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang maha berkuasa atas
penciptaan-Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan kebesaran Allah di alam semesta?
2. Bagaimana yang dikatakan Allah itu Esa?
3. Apa isi kandungan Surah Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan kebesaran Allah di alam semesta.
2. Untuk mengetahui penjelasan Allah itu Esa.
3. Untuk mengetahui kandungan dari Surah Al-Fatihah, An-Nas, Al-
Falaq dan Al-Ikhlas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebesaran Allah di Alam Semesta
Manusia harus mempunyai keyakinan yang kuat, karena dengan
keyakinan yang kuat akan membawa umat manusia menuju jalan
kebahagiaan yang di sertai ridha-Nya Allah SWT.1 Mempunyai keyakinan,
akan Allah sebagai pencipta dan pengendali alam semesta,
‫اْسَتٰو ى َع َلى اْلَع ْر ِۗش َم ا َلُك ْم ِّم ْن ُد ْو ِنٖه ِم ْن َّو ِلٍّي َّو اَل َش ِفْيٍۗع َاَفاَل َتَتَذَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemasyam
di atas ‘Ars. Bagimu tidak ada seorangpun penolong maupun
pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?.” (QS. As.sajdah: 4)
Juga dalam surah lain Allah SWT berfirman,
‫ًۚة‬
‫مَْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَب َو َلَنْج ِز َيَّنُهْم َاْج َر ُهْم‬
‫ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو ن‬

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Firman Allah di atas menyatakan, siapa yang mengerjakan


kebaikan dengan mengharapkan ridha-Nya Allah SWT, akan mendapatkan
kebahagiaan yang sesunggunhnya. Bukan hanya kesenangan yang tiada
tara, akan tetapi dilengkapi dengan ridha-Nya Allah SWT. Karena seperti
yang di sampaikan dalam Hadis Rasulullah SAW,

‫ َو اَل َأَنا ِإاَّل ِبَر ْح َم ٍة ِم َن ِهللا‬، ‫ َو اَل ُيِج يُر ُه ِم َن الَّناِر‬،‫ال ُيْد ِخ ُل َأَح ًدا ِم ْنُك ْم َع َم ُلُه اْلَج َّنَة‬

1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah.
(Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan dan Kementerian Agama
Republik Indonesia, 2014), hal. 12-14
Artinya: “Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke
dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga
denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah”. (HR Muslim)

Manusia dimasukkan Allah ke dalam surga, tidak cukup dengan


beribadah saja, karena dalam beberapa kisah dijelaskan, ada manusia yang
beribadah dengan taatnya, namun sombong, lisannya menyakiti orang lain
dan masih banyak lagi penghalang.
Tentu manusia yang dimasukkan Allah SWT ke dalam surge
adalah orang yang beribadah kepada Allah, lalu dengan ibadahnya itu
menjadikan perilakunya mencerminkan keabaikan, bukan menyakiti orang
di sekitar, barulah mendapatkan ridha dari Allah SWT. Kemudian
dikuatkan kembali dengan Firman Allah SWT,
‫َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َس ُنْد ِخ ُلُهْم َج َّناٍت َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتَها اَألْنَهاُر َخاِلِد يَن ِفيَها‬
‫َأَبدًا َلُهْم ِفيَها َأْز َو اٌج ُم َطَّهَر ٌة َو ُنْد ِخ ُلُهْم ِظ ًّال َظِليًال‬
Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selamanya.
Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang suci, dan
Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.”
(QS. An-Nisa: 57).
Beberapa penjelasan sebelumnya, Pemakalah menyatakan, di dunia
ini hanya ada dua posisi, yaitu Tuhan dan hamba, jika tanpa pertolongan
Tuhan maka hamba tidak bisa berbuat apa-apa. Segala yang dikerjakan
hendaklah diiringi dengan hati yang ikhlas dan semata-mata tanamkan
dalam hati, kegiatan yang dilakukan haruslah mengharapkan ridha-Nya
Allah SWT. Karena masuknya umat manusia kedalam kebahagiaan yang
tiada henti, yanki surga, bukanlah orang-orang sembarangan, akan tetapi
orang yang di rahmati oleh Allah SWT. Karena manusia dimasukkan ke
dalam surga bukan semata-mata karena ibadah mereka, melainkan karena
kasih sayang dari Allah SWT.
B. Allah Esa
Tauhid berasal dari bahasa Arab, ‫َو َّحَد – ُيَو ِّح ُد – َتْو ِح ْيد‬, yang artinya
mengesakan, Menurut istilah Tauhid ialah meyakini bahwa Allah SWT
hanya satu, tidak ada yang sama dengan-Nya.
Tauhid ialah kesempurnan iman yang pertama kepada Allah SWT,
tanpa bertauhid yang kuat, maka gugurlah iman seseorang dan keyakinan
kepada Allah adalah rukun iman yan pertama. Artinya, menghambakan
diri hanya kepada Allah SWT, menaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.2
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah Esa, satu,
tiada Tuhan selain Dia. Sebagaimana firman Allah SWT,

‫ِاَّنِنْٓي َاَنا ُهّٰللا ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُبْد ِنْۙي َو َاِقِم الَّص ٰل وَة ِلِذ ْك ِرْي‬
Artinya: “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.”
(QS. Taha: 14)

Pemakalah menyimpulkan, Allah telah menyatakan tiada Tuhan


melainkan Dia, maka beribadahlah kepadanya dan mengharap keridhan-
Nya. Tidak ada satupun yang sama dengannya.

C. Isi Kandungan QS. Surah: Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-


Ikhas
1. Isi kandungan Surah Al-Fatihah
Berikut surah al-fatiha ayat 1-7,
‫ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيم‬
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan
maha penyanyang.”

‫َاْلَحْم ُد ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَن‬


“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

‫ٰم ِلِك َي ْو ِم الِّد ْي ِن‬


“Pemilik hari pembalasan.”
2
Kementerian Agama Republik Indonesia… hal. 14
‫ِاَّيا َك َنْعُبُد َو ِا َّيا َك َنْسَتِع ْيُن‬
“Hanya kepadaMu kami memohon dan hanya kepadaMu kami
meminta pertolongan.”

‫ِاْهِد َنا الِّص َر ا َط اْلُم ْسَتِقْيَم‬


“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
‫ِص َر ا َط اَّلِذ ْيَن َاْنَعْم َت َع َلْيِهْم ۙ  َغْيِر اْلَم ْغ ُضْو ِب َع َلْيِهْم َو اَل الَّض ٓاِّلْيَن‬
“Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya.
Bukan jalan orang-orang yang dimurkai, bukan pula jalan mereka
yang sesat.”
Ayat pertama dan ketiga bermaksud, meyakini Allah SWT
dengan segala sifat dan keutamaannya.
Ayat kedua menyatakan bahwa Allah sudah mencurahkan kasih
saying-Nya dan mencipatkan serta mengatur alam semesta. Karena
Allah adalah sang pengasa alam.
Ayat keempat, meyakini bahwa hanya Allah yang mengetahui
dan menentukan hari akhir.
Ayat kelima, meyakini bahwa tidak ada Zat yang lain yang
pantas disembah dan dimintai pertolongan kecuali hanya kepada
Allah SWT. Maksudnya, harus berharap hanya kepada Allah SWT
dengan hati yang ikhlas, tulus dan pasrah.
Ayat keenam dan ketujuh, hendaknya manusia hidup dengan
mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Agar Allah selalu menunjukan umatnya dengan jalan yang benar dan
mudah.
Kandungan surah al-fatihah, secara umum ialah pandangan
hidup bagi manusia.3
Pemakalah menyatakan dari penjelasan-penjelasan di atas
bahwa, Surah al-fatihah mengandung pujian dan pengagungan
terhadap Allah SWT. Sejalan dengan itu, membimbing hamba-Nya
agar memohon, tunduk serta melepaskan upaya dan keegoisan diri,

3
Yunahar Ilyas dkk, Tafsir At-Tanwir. (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, 2016), hal. 6
dengan ikhlas dan tulus mengabdi kepada-Nya, mengesakan dan
menyucikan dari siapa saja yang menantangnya. Karena Allah lah
yang mengatur dunia dan seisinya dan menguasai hari pembalasan,
Dialah yang maha kuasa atas segalanya.
Surah al-fatihah juga menuntun umat manusia menjadi hamba
yang shalih, agar dapat bergabung bersama orang-orang yang di ridhai
Allah SWT. Artinya, agar manusia tidak menempuh jalan kesesatan
yang mendatangkan mudharat bagi dirinya sendiri.4
2. Isi kandungan Surah An-Nas
Berikut surah An-Nas ayat 1-6 dan terjemahannya,

‫ُقْل َأُعوُذ ِبَر ِّب الَّناس‬


Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
.menguasai) manusia

‫َم ِلِك الَّناِس‬


Raja manusia
‫َٰل‬
‫ِإ ِه الَّناِس‬
Sembahan manusia.

‫ِم ْن َش ِّر اْلَو ْس َو اِس اْلَخ َّناِس‬


,Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi

‫اَّلِذ ي ُيَو ْس ِو ُس ِفي ُصُدوِر الَّناِس‬


Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

‫ِم َن اْلِج َّنِة َو الَّناِس‬


Dari (golongan) jin dan manusia.
Surah An-Nas mengandung, permohonan dan perlindungan,
perlindungan kepada Zat yang bisa melindungi dan perlindungan dari
sesuatu yang mencelakai.
Memohon perlindungan hanyalah kepada Allah SWT, karena
Allah yang berkuasa, mampu mendatangkan manfaat bagi
makhluknya.

4
M. Abdul Gofar, Tafsir Ibnu Katsir. (Kairo: Mu-Assasah Daar Al-Hilaal, 1994), hal. 31
Raja manusia itu bermaksud, Zat yang mengatur dan menguasai
manusia. Dia berbuat sekehendaknya, pemilik segala kekuatan dan
kekuasaan.
Sembahlah dia maksudnya, Dialah yang berhak diseru, tempat
berharap dan menciptakan.
Bisikan setan yang biasa bersembunyi maksudnya, jika manusia
lalai, maka muncul dalam dirinya keraguan yang menjadi awal
keburukan dari setan, jika ia berzikir memohon perlindungan dari
Allah, maka perasaan tersebut hilang.
Pemakalah menyimpulkan, dalam surah an-Nas diperintahkan
kepada manusia oleh Allah SWT, jika memohon perlindungan
bermohonlah kepada-Nya, karena Allah yang maha berkuasa atas
segala sesuat, raja dia atas raja, tiada yang mampu menandinginya.5
3. Isi kandungan surah Al-Falaq
Berikut surah Al-Falaq ayat 1-5 dan terjemahannya,

‫ۡل‬
‫ُقۡل َاُعۡو ُذ ِبَر ِّب ا َفَلِق‬.
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh
(fajar).”
‫ِم ۡن َش ِّر َم ا َخ َلَۙق‬
“Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.”
‫َو ِم ۡن َش ِّر َغاِس ٍق ِاَذ ا َو َقَۙب‬
“Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.”
‫َو ِم ۡن َش ِّر الَّنّٰف ٰث ِت ِفى اۡل ُع َقِۙد‬
“Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup
pada buhul-buhul (talinya)”
‫َو ِم ۡن َش ِّر َح اِسٍد ِاَذ ا َح َس َد‬
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki."
As-Singkili mengatakan, bahwa nabi Muhammad SAW
diperintahkan untuk berlindung kepada Tuhan penguasa suasana

5
Rizal Mubit, Tafsir dan Keutamaan Surah An-Nas. (Gresik: Universitas Kiai Abdullah
Faqih Manyar, 2019), hal. 1-3
subuh dari segala kejahatan yang diciptakan-Nya. Dari segala bentuk
yang mencelakainya.
Ayat selanjutnya ditafsirkan oleh Hamka, adanya kemungkinan
hal-hal yang buruk terjadi pada malam hari. Karena kegelapan
membuat suasana semakin mencengkam.
Hamka juga mengatakan pada ayat keempat, harus selalu
memohon perlidungan kepada Allah dari berbagai macam mantra dan
sihir, yang digunakan oleh orang lain berniat mencelakai.6
Menurut pemakalah, kandungan dari surah al-falaq adalah,
menuntun manusia agar memohon perlindungan kepada Allah SWT,
khususnya pada malam gelap, waktu subuh dari siapa saja yang
berniat untuk mencelakai. Sesungguhnya Allah lagi maha kuat atas
segala sesuatu. Maka mohon perlindunganlah kepada-Nya.
4. Isi kandungan Surah Al-Ikhlas
Berikut surah Al-Ikhlas ayat 1-4 dan terjemahannya,
 ‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد‬

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.”

‫ُهّٰللَا الَّص َم ُد‬


“Allah tempat meminta segala sesuatu.”
‫َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْۙد‬

“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”4

‫َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُكُفًو ا َاَح ٌد‬

“Serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Surat Al-ikhlas menengaskan keesaan Allah dan sifat-Nya. Artinya


setiap manusia harus percaya bahwa Allah SWT tidak terdiri dari unsur
bagian-bagian. Karena jika masih terdiri dari unsur dan baian-bagian, hal

6
Jurnal Wendi Purwanto, Penafsiran Surah Al-falaq. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2018), Vol. 03. No. 2, hal. 215-216
ini bertentangan dengan sifat ketuhanan yang tidak membutuhkan
siapapun.
Allah adalah Tuhan, yang mana kepada-Nyalah bergantung segala
makhluk. Sedangkan dia tidak butuh kepada siapapun, melainkan
makhluklah yang membutuhkannya, karena tanpa pertolongan dari Allah
SWT, makhluk tidak akan tercipta dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Allah tidak beranak, tidak pula diperanakkan dan tidak mempunyai
istri, tidak ada suatu zat pun yang menyerupainya.
Surat al-ikhlas menyatakan, tidak ada yang sebanding dan setara
dengan Allah SWT, baik dalam hakikat wujudnya maupun dalam sifat
Zat-Nya.
Pemakalah menarik kesimpulan dari beberapa penjelasan di atas
bahwa, Surah al-ikhlas berisi kandungan, menguatkan kepada manusia
untuk meyakini Allah itu esa, kepada-Nyalah bergantung semua makhluk,
makhluklah yang membutuhkannya, tidak ada yang sebanding dan setara
dengan-Nya. Maka manusia, bersandarlah hanya kepada Allah SWT
semata, agar memperoleh kebahagiaan di sisi-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia harus menyadari dan menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari bahwa, segala usaha yang dilakukan hendaknya berserah diri
kepada Allah SWT, karena usaha tanpa berserah diri kepada Allah
adalah orang yang sombong.
2. Menyadari tentang keagungan, kemuliaan Allah SWT, hanya Allah
yang pantas di puja puji, karena segala yang ada di dunia ini tercipta
atas kehendak dan dalam kendalinya. Hanya kepada-Nya lah manusia
meminta pertolongan.
3. Allah itu berdiri dengan sendirinya, tidak ada yang sebanding dan
setara dengan-Nya, haruslah manusia bersandar kepada Allah semata,
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang
dilarang-Nya. Agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
B. Saran
Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan
para pembaca, kritik dan masukan yang memberi semangat sangat
pemakalah harapkan, guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gofar, Abdul M, 1994. Tafsir Ibnu Katsir. Kairo: Mu-Assasah Daar Al-Hilaal.
Ilyas, Yunahar dkk, 2016. Tafsir At-Tanwir. Yogyakarta: Majelis Tarjih dan
Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Jurnal Purwanto, Wendi, 2018. Penafsiran Surah Al-Falaq. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, Vol. 3. No. 2.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-qur’an Hadis Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jendral
Pendidikan dan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Mubit, Rizal, 2019. Tafsir dan Keutamaan Surah An-Nas. Gresik: Universitas
Kiai Abdullah Faqih Manyar.

Anda mungkin juga menyukai