Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

"BIOGRAFI KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN dan ALI BIN ABI THALIB"

Dosen Pemngampu : Andi Tarbiyah Hasan, S.Pd.I.,M.Pd

Di Susun Oleh:
Kelompok 3
Nurhidayah (2108010030)
Nurul Adnin (2108010036)
Madiana Putri Oktavia (2108010042)
Alya Zhahira Zahra (2108010028)

FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA'WAH WAL IRSYAD PARE-PARE
2023/2024

Kata Pengantar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah yang telah menciptakan seluruh alam beserta
seluruh isinya. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan
rahmat Allah SWT jugalah, makalah ini kami tulis, semoga
dapat bermanfaat bagi kalangan umat Islam dan mahasiswa khususnya
sebagai bekal di masyarakat.

Kajian terhadap Sejarah Peradaban Islam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya
memahami dan mengenali peran umat Islam di dalam kontak sejarah kemanusiaan. Dengan
pemahaman yang objektif akan dapat lebih meningkatkan kecintaan umat Islam terhadap ajaran
Islam, tidak saja dalam aspek ajarannya, tetapi juga menyangkut terhadap aspek budayanya yang
sangat Global dan komplek.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah yang sederhana ini dipaparkan "Biografi
Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib". Semoga makalah Sejarah Peradaban Islam ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam upaya meningkatkan dan memperluas wawasan tentang
keilmuan di bidang sejarah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Siwa, 8 Maret 2023

Penulis

vi
Daftar Isi
Kata Pengantar .....................................................................................................................vi
Daftar Isi ................................................................................................................................vii
Daftar Isi ................................................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................
A. KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN .....................................................................................2
1. Biografi Utsman Bin Affan .........................................................................................2
1. Biografi Utsman Bin Affan .........................................................................................3
2. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah ......................4
2. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah ......................5
2. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah ......................6
2. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah ......................7
3. Pengangkatan Utsman Bin Affan Sebagai Khalifah ..................................................8
3. Pengangkatan Utsman Bin Affan Sebagai Khalifah ..................................................9
4. Keistimewaan Utsman Bin Affan ...............................................................................10
4. Keistimewaan Utsman Bin Affan ...............................................................................11
4. Keistimewaan Utsman Bin Affan ...............................................................................12
4. Keistimewaan Utsman Bin Affan ...............................................................................13
B. KHALIFAH ALI BIN ABI
THALIB .......................................................................................14
1. Biografi Ali Bin Abi Thalib ...........................................................................................14
2. Ali Bin Abi Thalib di Lantik Sebagai Khalifah ............................................................15
2. Ali Bin Abi Thalib di Lantik Sebagai Khalifah ............................................................16
2. Ali Bin Abi Thalib di Lantik Sebagai Khalifah ............................................................17
3. Kebijakan Khalifah Ali Bin Abi Thalib ........................................................................18
4. Prestasi Khalifah Ali Bin Abi Thalib ...........................................................................19
4. Prestasi Khalifah Ali Bin Abi Thalib ...........................................................................20
vii
5. Akhir Hayat Ali Bin Abi Thalib ....................................................................................21
BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................................22
B. Saran .................................................................................................................................22
Daftar Pustaka ......................................................................................................................23

viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami dan mengetahui kisah dari para Khulafaur Rasyidin adalah termasuk hal yang
sangat perlu dan penting. Karena Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah pertama
agama islam yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah nabi
Muhammad wafat. Dalam bab pembahasan sebagaimana Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat
khalifah, maka dalam bab pembahasan kami akan membahas khalifah yang ke-empat, yaitu Ali
bin Abi Thalib ra. Beliau merupakan khalifah terakhir yang memegang kekuasaan setelah
Utsman bin Affan wafat. Dimana Ali bin Abi Thalib termasuk kerabat dari nabi Muhammad
saw. Beliau tinggal dengan nabi Muhammad dari kecil, diasuh seperti anak sendiri. Terlebih lagi
Ali bin Abi Thalib menjadi menantu nabi Muhammad saw dari putrinya Fatimah az-Zahra. Ali
bin Abi Thalib dipercayakan nabi Muhammad untuk menyelesaikan urusan-urusan yang terkait
dengan amanat Nabi Muhammad saw.
Oleh sebab itu, dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan kami akan menjelaskan
biografi dari Ali bin Abi Thalib. Serta menceritakan perjuangannya dimasa kekhalifahannya
serta prestasi-prestasi yang telah diperolehnya selama menjadi khalifah dan kisah dari
kewafatannya Ali bin Abi Thalib.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Khalifah Utsman bin Affan
2. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
C. Tujuan
1. Memahami biografi, Pembaiatan, Kebijakan Khalifah Utsman bin Affan
2. Memahami biografi, Pembaiatan, Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
1. Biografi Utsman Bin Affan
Nama beliau adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin
Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasab beliau
bertemu dengan Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek ke lima yaitu Abdul Manaf
dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah
Quraisy.[1] Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di Mekah.
Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau lebih muda dari
Rosul SAW selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib
bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai yang
baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan
tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian,
kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya demi untuk
menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan mu’amalahnya, beliau dicintai oleh
Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain (yang mempunyai dua
cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena beliau menikahi dua putri rasulullah yaitu:
Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata ; Sekiranya
kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya
dengan Ruqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika
berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun.
Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Beliau mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru,
Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak perempuan[2]. Utsman
bin’Affan Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy yang menyembah
berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme dinamisme serta adat
istiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoron
2
jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina, membunuh, ataupun meminum
khamer. Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga
dan nyawanya. Beliau sangat senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga
pernah mengirimkan setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan
300 unta dan 50 kuda tunggangan.[3] Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan
langsung kepada Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman
tidak akan merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk
keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber mata air dari Raimah,
[4]seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah
berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika
mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli
sumber air (dari Raimah)” (HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya,
beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata; Sekiranya diriku
berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya akan masuk,
niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah
pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi
cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh
secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu
Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; Mohon jangan
lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang
syahid (HR.Bukhori).

3
2. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera.
Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan haji berkali-kali. Bahkan
seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah yang
pertama kali melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah)
karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar
dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masa Utsman khutbah
Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat
Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-
tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam
melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh.
Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun
armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut
Tengah.
Adapun prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain bagai berikut:
[5]
1. Perluasan wilayah Islam
Perlu diketahui bahwa setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah yang
membelot terhadap pemerintahan Islam. Sebagaimana yang di lakukan oleh Yazdigard yang
berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasa
Islam, akan tetapi pemerintah Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negeri – negeri Persi lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti
Hisrof, Kabul, Turkistan jatuh pada kekuasaan Islam. Juga terdapat daerah lain yang membelot
dari pemerintahan Islam, seperti Khurosan dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari
kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandaria
dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan .
4
Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada kholifah
Utsman untuk mengangkat kembali panglima ‘Amru bin ‘ash yang telah di berhentikan untuk
menangani masalah di Iskandaria. Dan permohonan tersebut di kabulkan, selain itu ,kholifah
Utsman bin ‘Affan juga mengutus Salman Robi’ah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia
berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika
Utara ) di pimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia sudah lama
sebelumnya di kuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan
Mu’awiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri
– negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain : Barqoh, Tripoli Barat, bagian
selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan telah melampui sungai
Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan.
2. Pembentukan Armada laut Islam
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Kholifah Utsman untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui
lautan. Pada saat itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan angkatan laut
Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada khalifah
Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan oleh kholifah. Itulah pembangunan
armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam. Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus
yang melalui lautan, juga ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu
pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul Bahr atau
panglima angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir
melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera mendirikan angkatan laut. Bahkan pada
tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Atas
perintah kholifah ‘Utsman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan
armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir.
3. Kodifikasi al-Qur’an
Pemerintahan Islam semakin meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan para Qori’
pun tersebar di berbagai daerah,
5
sehingga perbedaan bacaan pun terjadi yang di akibatkan berbedanya qiro’at dari qori’ yang
sampai pada mereka.
Sebagian kaum muslimin tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan-
perbedaan tersebut di sandarkan pada Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan
menimbulkan keraguan pada generasi berikutnya yang tidak langsung bertemu Rasul SAW.
Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, Hudzaifah melihat
banyak perbedaan dalam bacaan al-Qur’an. Melihat hal tersebut beliau melaporkannya kepada
kholifah Utsman. Para sahabat khawatir kalau perbedaan tersebut akan membawa perpecahan
pada kaum muslimin. Mereka sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh
kholifah Abu Bakar yang di simpan oleh istri Rosul SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan
menyatukan umat Islam dengan satu bacaan. Selanjutnya Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada
Sayyidah Hafsoh agar mengirimkan lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur’an, kemudian
Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah Utsma. Kholifah ‘Utsman memerintahkan
para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Al-‘Ash, dan
Abdurrohman bin Harits bin Hisyam,untuk menyalin mushaf . Kholifah ‘Utsman berpesan bila
anda berbeda pendapat tentang hal al-Qur’an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena
al-Qur’an diturunkan di Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf, kholifah
‘Utsman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Sayyidah Hafshoh.Selanjutnya ia
menyebarkan mushaf yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agar semua
bentuk lembaran mushaf yang lain di bakar. Mushaf ditulis sebanyak lima buah, empat buah di
kirimkan ke daerah-daerah Islam supaya di salin kembali , satu buah di simpan di Madinah untuk
Kholifah ‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf al-Imam atau mushaf ‘Utsmani.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah
Abu Bakar dan Kholifah ‘Utsman berbeda. Pengumpulan mushaf yang di lakukan oleh Kholifah
Abu Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya al-Qur’an karena banyak huffadz
yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah ‘Utsman
dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan yang di khawatirkan timbulnya perpecahan.
6
4. Periwayatan Hadits Pada Masa Utsman bin Affan
Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan tidak
berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya. Namun, langkah yang
diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan,
Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada
zaman Abu Bakar dan Umar.[6] Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa
pemerintahan ini lebih banyak daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa ini disebut
dengan ‫عصر إكثار رواية الحديث‬.
Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik pribadi Utsman
yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang
semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara
maksimal.
Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam suatu
kitab halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:
1. Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.
2. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke berbagai
daerah kekuasaan Islam.
Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para sahabat berciri pada 2
tipologi periwayatan.
1. Dengan menggunakan lafal haduts asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari Rasulullah.
2. Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal redaksi hadits persis dengan
yang disabdakan Nabi.
Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya meriwayatkan hadits jika ada
permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak meriwayatkan hadits setiap saat, seperti
dalam khutbah. Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang
dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat. Bahkan jika
diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari kebenaran hadits yan
diriwayatkannya.

7
3. Pengangkatan Utsman Bin Affan , Sebagai Khalifah
Seluruh kaum muslimin Anshor, Muhajirin, dan seluruh orang-orang yang ada di
Madinah dimintai untuk hadir dalam majelis syuro yang di adakan pada setelah sholat shubuh
pada akhir bulan Dzulhijah 23 h, yang mana pada saat itu yang menjadi imam sholat shubuh
adalah Ar-Rumi. Abdurrahman bin Auf datang dengan menggunakan sorban pemberian dari
Rasulullah, dan juga dihadiri beberapa pemimpin pasukan diantaranya : Muawiyah bin Abu
Sufyan, Umar bin sa’ad, amir Homsh dan “Amr bin Al Ash yang kebetulan melaksanakan Haji
bersama Umar dan mengikuti Umar ke Madinah. Ketika semuanya berkumpul Abdurrahman bin
Auf membaca sahadat dan berkata : “Wahai Ali, sesungguhnya aku telah memperhatikan urusan
manusia, aku melihat mereka tidak berpindah dari mendukung Utsman. Maka janganlah kamu
bersedih akan hal itu, Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman, “Aku membaiatmu di
atas sunnah Allah dan Rasulnya dan kedua khalifah setelahnya., dan semua kaum Muslimin
mengikuti langkah Abdurrahman bin Auf.
Ada beberapa Langkah yang dilakukan Abdurrahman bin Auf dalam musyawarah pemilihan
khalifah :
· Menyelenggarakan musyawarah bersama dengan majelis Syura dalam waktu yang telah di
tetapkan khalifah Umar. Dengan cara ini masing-masing anggota majelis syura dapat
mengemukakan pendapat, arah dan tujuannnya
· Mundur dari daftar khilafah agar terhindar dari prasangka-prasangka.
· Berusaha mengetajui pendapat akhir masing-masing anggota majelis syuro sehingga seperti
pemilihan parsial yang di menangkan oleh Utsman dengan dukungan suara dari Saad bin Abu
Waqqash dan Zubairbin Al awwam
· Berusaha mengetahui pendapat masing-masing dua tokoh besar Utsman bin Affan daan Ali
bin Abi Thalib.
· Mengetahui pendapat masyarakat di belakang majelis syuro, dari orang orang khusus (para
cendekia), masyarakat awam, dan Kaum dhyafa.Yang hasilnya mayoritas memilih Utsman.
Para sahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka yaitu
Ahlussunnah wal jamaah besepakat bahwa Utsman bin Affan adalah orang yang paling
8
berhak menjabat khalifah setelah Umar bin Al khattab . tidak ada seorang pun yang menentang
hal ini.
Banyak Ulama dari kalangan ahli hadits dan lainnya menukil Ijma’ tersebut antara lain:
-Apa yang diriwayatkan Ibnu Abi dengan sanadnya yang sampai pada Harits bin Madhrab , ia
berkata , “ Aku pergi Haji pada masa khalifah Umar. Orang-orang tidak ragu bahwa
kekhalifahan setelahya adalah untuk Utsman.
-Abu Nuaim Al Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya keada Abu Hudzaifah , ia berkata : “
Sesungguhnya aku berdiri bersama Umar lututku menyentuh lututnya. Umar bertanya, “
Siapakah yang dipilih kaummu untuk menjadi pemimpin? “ Ia menjawab “ sesungguhnya
kaummu untuk menjadi pemimpin” Ia menjawab : “Sesungguhnya orang-orang yang telah
menyerhkan urusan mereka kepada Ibnu Affan.”
- Al Hafidz adz zahabi menukil daril Qadhi bahwa ia berkata : “ Rasulullah wafat . Lalu kaum
muslimin mengangkatAbu Bakar sebagai khalifah. Jika mereka mengetahui bahwa ada seseorang
yang lebih utma dari Abu Bakar ,Maka mereka telah berbuat curang. Kemudian Abu Bakar
mengangkat Umar sebagai kahlifah. Ia menegakkan kebenaran dan keadilan. Ketika ajalnay
hampir tiba , ia menetapkan enam orang untuk melakukan musyawarah. Mereka bersepakat
untuk menjadikan Utsman sebagai khalifah. Andaikala mereka mengetahui ada yang lebih
Utama darpada Utsman, merati mereka berbuat curang kepada kita.
Nukilan-nukilan tersebut menyampaikan keterangan jelas bahwa keutamaan Utsman bin
Affan untuk menjadi Khalifah telah masyhur di kalangan para sahabat Nabi hingga ketika
Utsman bin Affan masih hidup. Hal itu karena mereka mengetahui Nash-nash yang
mengisyaratkan urutan kekhalifahan setelah Nabi dan mereka mengetahui bahwa Utsman adalah
orang yang paling utama secara mutlak setelah Abu Bakar dan Umar.

9
4. Keistimewaan Utsman bin Affan
“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas
dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling
mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran
adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap
umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku
adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga.
Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa
dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab
dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji
terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan dua orang putrinya.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap
beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika
mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan
berprasangka baik di hati kita.
1. Nasab dan Sifat Fisikinya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin
Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).
Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin
Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib,
bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat
dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10
Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan
menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit
bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya.
Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami
anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang
yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.
Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga,
beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang
diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.
Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan
sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan
bentuk mulutnya bagus.
Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi
lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”
Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu,
dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada
kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma
seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin
yang kencang.
2. Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah
kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang
lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa
ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain
meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya
bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang
lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk,
kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang
menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.
11
3. Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku
diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian
diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya,
ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun
timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu
diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia
lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat
Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu
ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka
lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.
4. Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk
memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya.
Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut
kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk
pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu
jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah
engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini
tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar
bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman,
berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau
terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
12
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin,
keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu
masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku
bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau
bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman
berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni
akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
13
B. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1. Biografi Ali in Abi Thalib
Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Ibunya bernama Fatimah bin Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di
Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil. Beliau diasuh
sebagaimana anak sendiri karena kondisi ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan
langsung dari nabi Muhammad saw sehingga menjadi seorang yang berbudi tinggi dan berjiwa
luhur.
Ali bin Abi Thalib masuk islam saat berusia tujuh tahun. Beliau adalah anak kecil yang
pertama masuk islam, sebagaimana Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam, Abu
Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama masuk islam.
Ali bin Abi Thalib mendapat nama panggilan Abu Turab (Bapaknya Tanah) dari Nabi
saw. Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh Akli karena nama itu adalah
kenang-kenangan berharga dari Nabi saw.
Ali adalah salah seorang dsri sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ali adalah laki-
laki pertama masuk islam dan pertama dari golongan anak kecil. Beliau dinikahkan dengan putri
Nabi saw, Fathimah az-Zahra. Lahir dari Fatimah dua anak yaitu Hasan dan Husein.
Sikap pemberani dan pertarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang diikutinya.
Pada perang Badar beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy. Beliau berhasil
membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau merupakan salah
satu pertarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy.
Perang saudara pertama dalam islam, perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya
fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit.
Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, pada
tanggal 17 ramadan 40 hijriyah. Beliau dikuburkan secara rahasia di Najaf.

14
2. Ali bin Abi Thalib Dilantik Sebagai Khalifah
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan maksud
mendukung sebagai khalifah, dipelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir sebagai
kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain yang pantas
menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang merupakan
tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada yang mengklaim
atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan khalifah Usman-
termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib. Disamping itu, mayoritas
umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihannya pada Ali,
kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang tidak mau membaiat
Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada
beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik waktu
itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin. Waktu itu
tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan diantara mereka
menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada mereka.
Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang mengatakan bahwa pagi itu
adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta sahabat-sahabat Rasulullah dari
kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka akan menemui Ali bin Abi Thalib di
rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan tanpa ragu Talhah dan Zubair akan
membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang
terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama
dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat yang
ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu hijrah,
sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang penulis
wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi,
15
dan terus mendampinginya sampai yang terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit
hingga meninggalnya dan memandikan jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya
sampai ke pemakaman yang turun ke lubang lahad
1. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan
menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang
menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan hal
itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah
mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas
kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian
Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu
yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah
bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi anggota
Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang membaiatnya
hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala peristiwa besar yang
terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.
2. Mulai Menghadapi Tugas
Pada masa Usman itu sekitar tahun-tahun 31-34 (655) angkatan laut Rumawi dengan 500-
600 kapal dibawah pimpinan komandan, anak Heraklius berangkat mengarungi laut tengah
endak menyerang armada Muslimin. Perjalanan mereka ini sudah di ketahui oleh pihak
Muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Abi Surh gubernur Mesir ketika itu, dengan 200
kapal yang mengangkut pasukan pemberani, tangkas dan sudah terlartih. Mereka berlabuh jauh
dari Iskandariah, dijalan yang akan dilaui armada Rumawi. Sekarang kedua armada itu maju.
Setelah itu pertempuran luar bagi laut berkobar begitu sengit. Kedua armada itu sydah
bercampur, anggota-anggota oasukan masing-masing dengan pedang ditangan.
Armada laut ini merupakan yang pertama dalam sejarah Islam, dibangun atas inisiatif
Mu’awiyah selaku gubernur Syam waktu itu. Tetapi usahanya itu ditolak oleh

16
Khalifah Umar, yang menganggap belum waktunya. Armada ini dibangun kemudian pada masa
Khalifah Usman.
Tapi kurang pula bahayanya bagi kedaulatan dan umat yang belum mencapai seabad itu umurnya
selain ancaman yang datang dari luar, juga bahaya yang datang dari dalam. Kaum pemberontak
masih leluasa mencabik-cabik Kedaulatan ini-yang daeri Mesir, Kufah dan Basrah- masing-
masing berkuasa sendiri-sendiri dan akan menebarkan teror ditengah-tengah penduduk Medinah.
Ditambah lagi jemaah haji lepas menunaikan ibadah haji dan akan kembali ke daerah masing-
masing, mereka sudah merasa sudah tanpa pemimpin. Masing-masing mereka akan mengangkat
kepemimpinannya sendiri dan kembali kepada
sistem kekuasaan kabilah. Kedualatan islam, persatuan dan kesatuan umat akan hancur,
semua inilah yang kemudian menjadi beban Khalifah yang baru bertugas.

17
3. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih kasih,
atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara teratur
memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri, Ibn
Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan pribadi.
Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra pergi ke
Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.
Amirulmukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan
pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Ubaidullah bin
Abbas untuk Yaman menggantikan Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan, karena
ketika Ubaidullah tiba Ya’la sudah oergi ke Mekkah dengan membawa hartanya. Banyak orang
yang pergi ke Mekah, karena ditempat suci ini, sebagai tempat berlindung orang merasa lebih
aman, tak boleh diganggu.
Sama halnya dengan Usman bin Hunaif ketika sampai di Basrah, wakil Khalifah Usman
di kota ini, Abdullah bin Amir al-Hadrami, sudah lebih dulu berangkat ke Mekah, dengan
membawa haerta yang dapat dibawanya. Yang juga masih menjadimasalah adalah calon
gubernur untuk Kufah. Umarah bin Syihab. Setelah mendekati kota ia dcegat oleh penduduk
Kufah, dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang tidak mengharapkan
kedatangannya, dan memintanya kembali ke medinah.

18
4. Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sepeninggalan khalifah Utsman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin
meminta Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai
prestasi yang telah dicapai
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
1. Said bin Hanif sebagai gubernur Syiria
2. Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
3. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
4. Umrah bin Syahab sebagai gubernur Kufah
5. Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
b. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan
tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.Kebijakan
tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat Utsman bin
Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib.
Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan
seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca,
seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.

19
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin Abi
Thalib memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu,
yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat
membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Alquran
dan Hadis
d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota Kuffah
disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota Kuffah
kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan
lainnya.
20
5. Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib
Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga
memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah untuk memperkuat dan meluaskan
kekuasaanya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya, sungguh sangat fatal bagi Ali. Tentara
Ali semakin lemah. Sementara kekuatan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan Muawiyah
mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi
dari pihak Ali.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui perjanjian
damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti khalifah mengakui keabsahan kepemilikan
Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa disuga ternyata mengeraskan amarah
kaum khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai. Tepat pada 17 Ramadan 40 H
(661 M) khalifah berhasil ditikam oleh Ibn Muljam, seorang anggota khawarij yang sangat
fanatik. Sedangkan wilayah islam sudah meluas bagi baik ke timur, Persia, maupun ke barat,
Mesir.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Hasan berpidato, “ Kalian telah kehilangan sebaik-baik
orang yang jika disuruh Rasulullah untuk memimpin tentara, dia tidak gentar ataupun mundur
dari tugas”. Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hasan, Husain dan Abdullah bin Ja’far.
Setelah itu yang bertugas menjadi imam adalah Hasan bin Ali.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kedudukan khalifah kemudian dijabat oleh
anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara Muawiyah
semakin kuat, makan Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan
umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di
sisi lain, perjanjian itu juga meyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam.
Tahun 41 H (661), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah islam sebagai tahun Jama’ah.
Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafa Rasyidin dan dimulailah kekuasaan
Bani Umayyah dalam sejarah politik islam.

21
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat
menarik kesimpulan bahwasannya:
Pertama, Ali adalah khalifah ke-empat atau terakhir setelah kewafatan Utsman bin Affan.
nama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M.
Kedua, Ali dipercayakan sebagai khalifah oleh kaum muslimin di Madinah dan beliau
dilantik sebagai khalifah.
Ketiga, terdapat beberapa prestasi yang diperoleh Ali bin Abi Thalib selama menjadi
khalifah.
Keempat, penyebab Ali bin Abi Thalib wafat adalah disebabkan pembunuhan yang
dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Beliau wafat pada tanggal 17 ramadan tahun 40
hijriyah.

B. SARAN
Berdasarkan hasil makalah ini diuraikan pada kesimpulan serta hasil penulisan, maka disarankan
pembaca dapat memahami dan mengenal kisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib serta
meneladani sifatnya di kehidupan kita sehari-hari

22
DAFTAR PUSTAKA
Saufi Akhmad, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta, 2015.
Audah Ali, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta, 2013.
Mufrodi Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Islam, Logos, Jakarta, 1997.
Ath-Thahtawi Abdul ‘Aal Ahmad, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta, 2009.
Ahmad Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993.
Khubairi Muhammad Syaikh, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta, 2011.
Mursi Sa’id Muhammad, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta, 2013

23

Anda mungkin juga menyukai