Livia Konsep Dan Teknik
Livia Konsep Dan Teknik
Pembelajaran mikro masih dapat dipandang sebagai salah satu bentuk inovasi dalam
pendidikan keguruan untuk mempersiapkan, membina, dan meningkatkan keterampilan
mengajar bagi guru maupun calon guru. Pembelajaran mikro pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan atau kegiatan pembelajaran di mana segala sesuatunya “dikecilkan” atau
disederhanakan dan dilaksanakan dalam situasi laboratoris yang terencana, terkontrol, dan
berkelanjutan untuk membentuk/ mengembangkan keterampilan mengajar guru atau calon
guru. Penyederhanaan tersebut di antaranya mencakup jumlah peserta didik, waktu, bahan
pelajaran, dan jenis keterampilan mengajar yang dilatihkan.
Teknik Peerteaching
Proses peer teaching melibatkan tiga tim untuk topik penelitian kolaborasi enam siswa.Dihubungkan
untuk sebuah kurikulum atau pokok kerja pengajar-pengajar, dan pengajar untuk Grup tutor mereka.
Model dalam ruang kerja pembelajaran dan pengajaran, peerteaching harus interaktif dan student-
centred. Kuliah provokatif dianggap tidak dapat diterima. Mengikuti peer teaching dan pengkajian,
para siswa secara individu diwajibkan melengkapi tanggapan mereka tentang proses yang telah
dijalani. Dengan kata lain, tugas mereka disini meliputi :
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan teknik peer teaching:
1. Besar Kelompok
Besar kelompok mempengaruhi terlibat atau tidaknya semua peserta didik dalam aktifitas yang
dimaksudkan. Besar optimal yang dianjurkan untuk kebanyakan kelompok peer teaching adalah lima
sampai sepuluh anggota karena kelompok dengan ukuran seperti itu kemungkinan akan lebih
kohesif, lebih interaktif, dan memungkinkan dilakukannya pemfokusan bersama, yang akan
mempengaruhi pembentukan hubungan (Johnson and Johnson, 1991; Dimock and Devine, 1996;
Westberg and Jason, 1996; Hare, Blumberg, Davies, and Keent, 1994)
2. Lingkungan Fisik
Ada sejumlah faktor di dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Warnawarna
terang yang menyolok, pencahayaan yang terlalu redup atau terlalu terang dalam sebuah ruangan,
suara dari luar, suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, dan penghawaan yang tidak adekuat,
dapat mepengaruhi derajat partisipasi beberapa anggota kelompok dan dapat meghambat atau
memfasilitasi dialog kelompok (Johnson and Johnson, 1991).
Faktor-faktor desain mata ajaran yang perlu dipertimbangkan adalah lama semester, frekuensi sesii,
durasi setiap sesi, dan pengalaman sama pembimbing. Peserta didik membutuhkan jadwal yang
memberikan mereka waktu untuk menyelidiki dan menganalisis informasi. Selain itu, harus ada
setidaknya satu hari diantara mata ajaran yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk
menyelesaikan isu pembelajaran mereka dan memeprsiapkan diri untuk sesi selanjutnya.
a. Pengamat dan pencatat yang pasif menjadi pendengar aktif dan terlibat aktif dalam diskusi
b. Persiapan diri yang minimal sebelum mata ajaran dimulai menjadi persiapan diri yang lebih
baik
c. Dari individu yang sekedar hadir menjadi individu yang berani mengambil resiko
d. Individu yang sesuka hati hadir dalam kelas menjadi individu yang memenuhi harapan
kelompok dalam hal kehadiran
e. Kompetisi menjadi kerja sama dalam rekan
f. Pembelajaran dimotivasi diri menjadi pembelajran saling ketergantungan
g. Menganggap otoritas pengetahuan diperoleh dari teks dan pengajar menjadi sikap
menerima diri sendiri dan rekan sebagai sumber pembelajaran yang relevan