Anda di halaman 1dari 26

SOSIOLOGI OLAHRAGA SEBAGAI ILMU

DOSEN PENGAMPUH :

Yan Indra Siregar, S.Pd., M.Pd.


Putra Arima,S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : STEFANUS TARIGAN

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu, menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Medan, April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI OLAHRAGA...........................................4
B. BIDANG KAJIAN OLAHRAGA.......................................................................6
C. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI OLAHRAGA.............................................8
D. SOSIOLOGI OLAHRAGA SEBAGAI ILMU..................................................9
E. KELOMPOK SOSIAL DALAM OLAHRAGA...............................................13
F. LEMBAGA SOSIAL DALAM OLAHRAGA..................................................14
G. MASA DEPAN SOSIOLOGI OLAHRAGA....................................................18
H. TRADISI AGONISTIK, MANFAAT DAN TUJUAN SOSIOLOGI OLAHRAGA. .19

BAB III PENUTUP..............................................................................................21


KESIMPULAN.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi olahraga adalah bidang studi yang mempelajari peran dan dampak
olahraga dalam masyarakat. Ini mencakup analisis tentang bagaimana olahraga
mempengaruhi hubungan sosial, nilai budaya, dan identitas individu dan
kelompok dalam masyarakat.

Sebagai ilmu, sosiologi olahraga menawarkan kerangka konseptual dan


metodologi untuk memahami fenomena sosial yang terkait dengan olahraga,
seperti hubungan antara olahraga dan kelas sosial, gender, etnis, dan politik.
Selain itu, sosiologi olahraga juga mempelajari struktur organisasi dalam
olahraga, termasuk aspek ekonomi dan bisnisnya.
Latar belakang munculnya sosiologi olahraga sebagai ilmu berasal dari
pemahaman bahwa olahraga bukan hanya aktivitas fisik semata, tetapi juga
sebuah fenomena sosial yang kompleks dan signifikan dalam masyarakat modern.
Sebagai bidang studi yang berkembang pesat, sosiologi olahraga terus
memperkaya pemahaman kita tentang cara olahraga berinteraksi dengan
kehidupan sosial dan bagaimana kita dapat memanfaatkan olahraga secara positif
dalam masyarakat.

Sosiologi olahraga merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara


olahraga dan masyarakat, serta bagaimana olahraga mempengaruhi masyarakat
dan sebaliknya. Ilmu ini muncul karena semakin berkembangnya dunia olahraga
dan semakin luasnya dampak sosial yang dihasilkan oleh olahraga.

Sosiologi olahraga sebagai ilmu memiliki latar belakang yang sangat penting.
Pertama, olahraga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial
dan budaya manusia. Kedua, olahraga menjadi ajang pertandingan yang
mengakibatkan terjadinya interaksi antar individu dan kelompok, serta terjadinya

1
konflik-konflik sosial. Ketiga, olahraga juga menjadi alat penting dalam
membangun hubungan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, perkembangan teknologi dan media massa juga memberikan


dampak besar pada olahraga. Olahraga kini tidak hanya menjadi kegiatan fisik,
tetapi juga menjadi ajang hiburan dan bisnis yang menghasilkan keuntungan
besar. Dalam hal ini, sosiologi olahraga dapat membantu kita memahami dampak
sosial, ekonomi, dan budaya yang dihasilkan dari fenomena olahraga modern.

Dalam menjalankan fungsinya, sosiologi olahraga mengembangkan berbagai


teori dan metode penelitian yang memungkinkan kita untuk memahami lebih
dalam tentang olahraga dan hubungannya dengan masyarakat. Beberapa topik
yang biasa dikaji dalam sosiologi olahraga antara lain kekerasan dalam olahraga,
diskriminasi rasial dan gender, olahraga sebagai alat politik, dan pengaruh media
massa dalam olahraga.
Dalam kesimpulannya, sosiologi olahraga sebagai ilmu memiliki latar
belakang yang sangat penting, karena membantu kita memahami peran olahraga
dalam kehidupan sosial dan budaya manusia. Dengan memahami fenomena
olahraga secara lebih dalam, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam membangun masyarakat yang lebih sehat, adil, dan berbudaya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sosiologi olahraga?
2. Bagaimana konsep Bidang Kajian olahraga ?
3. Apa saja dan bagaimana ruang lingkup sosiologi olahraga ?
4. Bagaimana Sosiologi Olahraga sebagai Ilmu ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu sosiologi olahraga.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep bidang kajian olahraga.
3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana ruang lingkup sosiologi olahraga.
4. Untuk mengetahui bagaimana ilmu dalam sosiologi olahraga.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Olahraga


Pengertian sosiologi olahraga merupakan sosiologi terapan yang
dikenakan pada olahraga, sehingga dapat dikatakan sebagai sosiologi khusus
yang berusaha menaruh perhatian pada permasalahan olahraga.. Sebagai ilmu
terapan, sosiologi olahraga merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu
sosiologi dan olahraga, yang oleh Donald Chu disebut sebagai perpaduan
antara sosiologi dan olahraga.

Sebagai ilmu murni yang bersifat non-etis, teori-teori sosiologi berpeluang


untuk dicercap oleh disiplin ilmu lain, dan sebagai disiplin ilmu yang relatif
baru, olahraga masih menggunakan teori-teori dari disiplin ilmu lain untuk
menyusun teori ataupun hukum-hukum keilmuannya. Dalam hal ini ilmu
olahraga bersifat integratif, yaitu berusaha menerima dan mengkombinasikan
secara selaras keberadaan ilmu lain untuk mengkaji permsalahan yang
dihadapi.

Sosiologi olahraga berupaya membahas perilaku sosial manusia, baik


sebagai individu maupun kelompok, dalam situasi olahraga, artinya, saat
melakukan kegiatan olahraga, pada dasarnya manusia melakukan kegiatan
sosial yang berupa interaksi sosial dengan manusia lainnya. Dalam
berinteraksi ia terikat oleh nilai atau norma yang berlaku pada komunitas
dimana ia berada dan pranata-pranata yang berlaku pada cabang olahraga yang
sedang dilakukan.

Pelanggaran terhadap nilai dan norma atau perilaku yang menyimpang


dari peran yang dimainkannya akan berakibat adanya sangsi, penentuan jenis
sangsi ini ditentutan atas kesepakatan bersama, atau aturan yang telah
dibakukan, kesemuanya itu dilakukan agar aktivitas olahraga yang dimainkan
bisa berjalan secara aman, tertib dan lancar.

Latar belakang munculnya kajian sosiologi olahraga ini dapat dikaji dari
fenomena yang ada dalam dunia keolahragaan, yaitu: pertama ilmu
keolahragaan menggunakan pendekatan inter-disiplin dan cross-disiplin dalam

4
memecahkan permasalahan yang dihadapi, kedua, telah diyakini dan diakui
kebenarannya suatu teori yang menyatakan: “sport is reflect the social
condition” atau “ sport is mirror of society”.

Sebagai disiplin ilmu baru, dan masih dalam proses memperoleh


pengakuan dari komunitas masyarakat ilmuwan, keberadaan olahraga telah
berkembang sedemikian pesat. Kajian terhadapnya dilakukan dalam frekuensi
dan intensitas yang tinggi, baik secara mikro, maupun makro.

1. Secara mikro
Kajian ilmu olahraga difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan
kualitas dan kuantitas teori dan hukum pendukung ilmu olahraga,
sehingga dihasilkan temuan-temuan yang dapat memperkokoh
keberadaan olahraga sebagai fenomena aktivitas gerak insani yang
berbentuk pertandingan ataupun perlombaan, guna mencapai
prestasi yang tinggi. Kajian secara mikro dilakukan dalam konteks
internal keolahragaan, yang secara epistemologi diarahkan pada
proses pemerolehan ilmu yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas gerak insani secara lebih efektif dan efisien.

2. Secara makro
Kajian ilmu olahraga diarahkan pada aspek fungsional kegiatan
olahraga bagi siapapun yang terlibat langsung maupun tidak
langsung, seperti pelaku (atlet), penikmat (penonton), pemerintah,
pebisnis dan sebagainya. Pada konteks itu, olahraga dikaji secara
aksiologis untuk mengetahui pengaruh olahraga pada pelakunya
sendiri atau khalayak luas, terutama pengaruh sosial yang
mengakibatkan posisi olahraga tidak lagi dipandang sebagai
aktivitas gerak insani an sich, melainkan telah berkembang secara
cepat merambah pada aspek-aspek perikehidupan manusia secara
luas. Olahraga pada era kini telah diakui keberadaan sebagai suatu
fenomena yang tidak lagi steril dari aspek politik, ekonomi, sosial,

5
dan budaya. Sehingga tidak berlebihan dikatakan bahwa
pemecahan permasalahan dalam olahraga mutlak diperlukan
pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah
sosiologi

Beragam kondisi obyektif di masyarakat dapat dijadikan bukti bahwa


olahraga telah merambah pada kehidupan sosial manusia, misalnya: tak ada
satupun media massa yang tidak memuat berita olahraga, bahkan di Amerika
telah diyakini bahwa tanpa berita olahraga, banyak massa media yang akan
bangkrut, karena tidak akan dibaca oleh khalayak.

Suatu pertandingan atau perlombaan olahraga telah menyita perhatian


berjuta manusia sebagai penikmatnya, telah memakan jutaan dolar untuk
penyelenggaraannya, belum lagi tenaga dan waktu yang tersita untuk
melaksanakan atau menikmatinya.

Pengaruh olahraga di masyarakat tidak sekedar penghayatan menang atau


kalah, tetapi lebih luas lagi menyangkut harga diri, kebanggaan, penyaluran
potensi-potensi destruktif, bahkan pada komunitas tertentu, olahraga telah
diakui kesejajarannya dengan agama. Dari paparan tersebut, olahraga telah
diakui sebagai mikrokosmos kehidupan masyarakat. Upaya pengkajian
terhadap masyarakat sebagai whole system dapat dilakukan dengan mengakaji
fenomena olahraga sebagai part systemnya. Oleh karena itu, memecahkan
masalah olahraga merupakan suatu upaya pendekatan terhadap masyarakat
luas, dan ini hanya mampu dilakukan dengan menggunakan sosiologi sebagai
salah satu disiplin ilmu yang dilibatkan.

B. Bidang Kajian Olahraga


Bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas, mengingat hal itu, para ahli
terkait berupaya mencari batasan-batasan bidang kajian yang relevan,
misalnya:

a. Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan


dalam ilmu olahraga meliputi:

6
 Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis-garis sosial
dalam kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim,
klub dan sebagainya.
 Masalah figur sosial, scperti figur olahragawan, pembina, yang
berkaitan dengan usia, pendidikan, pengalaman dan
sebagainya.
b. Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya
perhatian yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan
kehidupan dalam industri modem dengan mengkaji teori kompensasi
c. Philips dan Madge menulis buku "Women and Sport"
menguraikan tentang fenomena kewanitaan yang aktif melakukan
dipandang dari sudut sosiologi.
d. G. Magname yang menulis buku "Sosiologie Van de Sport"
menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan sehari-
hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara
olahraga dan kebudayaan.
e. John C. Phillips dalam bukunya yang berjudul Sociology of Sport,
mengkaji tema-tema yang berhubungan dengan olahraga dan
kebudayaan, pertumbuhan dan rasionalisasi dalam olahraga, pengaruh
olahraga terhadap pelakunya, olahraga dalam lembaga pendidikan,
wanita dalam olahraga, dan bisnis olahraga.
f. Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga
yang meliputi pranata sosial, seperti sekolah dan organisasi lain, dan
proses sosial, seperti perkembangan status sosial atau prestise dalam
kelompok dan masyarakat.

Dalam bidang penelitian, sosiologi olahraga membuka peluang bagi


pengkajian topik yang berkenaan dengan pranata sosial seperti sekolah dan
kehidupan politik, stratifikasi sosial, penonton dan motivnya, sosialisasi, etika
bertanding, dan masih banyak lagi. Beberapa isu pokok yang dicoba angkat
adalah masalah hubungan individu dan kelompok dalam olahraga yang

7
berkaitan dengan peranan dan isu gender, masalah ras, agama, nilai, norma,
aspek politik, ekonomi, dan rasionalisasi kegiatan olahraga di negara maju.

Berikut ini ditampilkan contoh-contoh penelitian sosiologi olahraga yang


dinyatakan oleh Abdul Kadir Ateng:

 Pelepasan emosi (dengan cara yang dapat diterima masyarakat)


 Pembentukan pribadi (mengembangkan identitas diri)
 Kontrol sosial (penyerasian dan kemampuan prediksi)
 Sosialisasi (membangun perilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)
 Perubahan sosial (interaksi sosial, asimilasi dan mobilitas)
 Kesadaran (pola tingkah laku yang benar)
 Keberhasilan (cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai penikmat)

C. Ruang Lingkup Sosiologi Olahraga


Ruang lingkup kajian dalam sosiologi olahraga, antara lain membahas hal-hal
sebagai berikut;

1. Sistem sosial
Sistem sosial dalam kajian sosiologi olahraga adalah semua hal yang
memiliki hubungan dengan garis sosial di dalam kehidupan masyarakat.
Sistem sosial dalam studi sosiologi olahraga ini menyangkut tentang
kelompok sosial, tim dalam olahraga, klub dan hal lainnya yang
berhubungan erat dengan interaksi dan proses integrasi sosial dalam
masyarakat.

2. Masalah figur sosial


Kajian sosiologi olahraga selanjutnya adalah masalah figur sosial. Masalah ini
menyangkut tentang ketokohan atau olahragawan, mengenai pembina olahraga
dana hal-hal lainnya yang sesuai dengan hubungan dalam kehidupan masyarakat.

Penjelasan mengenai ruang lingkup kajian dalam sosiologi olahraga ini


sebagimana yang disampaikan oleh Heizemann. Sebagai teori sekaligus tokoh
dalam kemunculan sejarah sosiologi olahraga sebagai ilmu pengetahuan.

8
Berikut ini adalah bidang kajian sosiologi olahraga. Bidang kajian sosiologi
olahraga sangat luas, mengingat hal itu para ahli berupaya mencari batasan bidang
kajian yang relevan misalnya:

a. Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam


ilmu olahraga meliputi: Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis sosial
dalam kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim, dan klub olahraga
lainnya. Masalah figure sosial, seperti figure olahragawan, Pembina, yang
berkaitan dengan usia, pendidikan, dan pengalaman.

b. Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian


yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam
industri modern dengan mengkaji teori kompensasi.

c. G Magname menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan


sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara
olahraga dengan kebudayaan.

d. John C.Phillips mengkaji tema yang berhubungan dengan olahraga dan


kebudayaan, pertumbuhan, dan rasional dalam olahraga.

e. Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang


meliputi pranata sosial, seperti sekolah, dan proses sosial seperti
perkembangan status sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat.

D. SOSIOLOGI OLAHRAGA SEBAGAI ILMU


Telaah yang lebih dalam tentang sifat hakiki sosiologi akan menampakkan
beberapa karakteristiknya yaitu :

1. Sosiologi adalah ilmu sosial berbeda jika dibandingkan dengan ilmu alam /
kerohanian.

2. Sosiologi merupakan disiplin ilmu kategori bukan normatif, artinya bersifat


non etis yakni kajian dibatasi pada apa yang terjadi, sehingga tidak ada
penilaian dalam proses pemerolehan dan penyusunan teori.

3. Sosiologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan murni, bukan ilmu


pengetahuan terapan, artinya kajian sosiologi ditujukan untuk membentuk dan
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak.

9
4. Sosiologi meupakan ilmu pengetahuan empiris dan rasional artinya
didasarkan pada observasi obyektif terhadap kenyataan dengan menggunakan
penalaran.

5. Sosiologi bersifat teoritis yaitu berusaha menyusun secara abstrak dari


hasil observasi. Abstrak merupakan kerangka unsur yang tersusun secara
logis, bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat berbagai fenomena.

6. Sosiologi bersifat komulatif, artinya teori yang tersusun didasarkan pada


teori yang mendahuluinya.

Obyek suatu disiplin ilmu dibedakan menjadi obyek material dan obyek
formal. Obyek material adalah sesuatu yang menjadi bidang/kawasan kajian ilmu,
sedang obyek formal adalah sudut pandang / paradigma yang digunakan dalam
mengkaji obyek material. Sebagai ilmu sosial,obyek material sosiologi adalah
masyarakat, sedang obyek formalnya adalah hubungan antar manusia, dan proses
yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Konsepsi masyarakat (society) dibatasi oleh unsur – unsur :

 Manusia yang hidup bersama.


 Hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.
 Mereka sadar sebagai satu kesatuan.
 Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang
mampu melahirkan kebudayaan.

Secara khusus, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat


dipandang dari aspek hubungan antara individu atau kelompok. Hubungan yang
terjadi karena adanya proses sosial dilakukan oleh pelaku dengan berbagai
karakter, dilakukan melalui lembaga sosial dengan berbagai fungsi dan struktur
sosial. Keadaan seperti ini ternyata juga terdapat dalam dunia olahraga sehingga
sosiologi dilibatkan untuk mengkaji masalah olahraga.
Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis pada
masalah keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik
perilaku dalam bersaing dan kerjasama membangun suatu permainan yang
dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial
dalam olahraga mempelajari adanya tipe-tipe perilaku anggotannya dalam
mencapai tujuan bersama, kelompok sosial biasanya terwadahi dalam lembaga

10
sosial, yaitu organisasi sosial dan pranata. Beragam pranata yang ada ternyata
terkait dengan fenomena olahraga.

Sesuatu ilmu pengetahuan harus mempunyai tiga syarat pokok:

1. Mempunyai objek tertentu

2. Menggunakan metode ilmiah tertentu

3. Memiliki sistematika tertentu.

Setiap ilmu pengetahuan harus mempunyai suatu masalah khusus yang


menjadi lapangart pembahasannya. Inilah yang disebut objek atau sasaran dari
ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Objek dari sesuatu ilmu itu ada 2 macam
yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah bahan atau masalah
yang menjadi sasaran pembahasna atau penelitian yang bersifat umum dari suatu
ilmu pengetahuan. Misalnya, manusia, masyarakat, hukum, ekonomi, dan
sebagainya. Sedangkan objek formal merupakan suatu segi dari objek material
yang difokuskan oleh suatu ilmu pengetahuan tetentu untuk diteliti dan dibahas.
Dengan kata lain merupakan sudut pandang dari ilmu pengetahuan tertentu
terhadap objek materialnya.

Beberapa jenis ilmu pengetahuan mungkin mempunyai objek material yang


sama tetapi objek formalnya haris berbeda dengan tajam antara satu dengan lain.
Sebagai contoh, manusia adalah objek material dari berbagai jenis ilmu
pengetahuan seperti anatomi, fisiologi dan psikologi. Namun masing-masing ilmu
tersebut mengkaji manusia dari sudut pandang masing-masing. Anatomi
memandang manusia dari sudut bagian dan struktur tubunya, fisiologi dari sudut
fungsi organ-organ tubuhnya, dan psikologi dari sudut gejala- gejala jiwanya.
Itulah objek formal dari masing-masing ilmu tersebut.

Mengenai metode ilmiah setiap ilmu pengetahuan harus mengaplikasikan


metode- metode yang bersifat ilmiah, jadi bukan dengan menggunakan perasaan
atau pendapat yang subjektif. Sementara itu konsep-konsep dalam sesuatu ilmu
harus dapat disusun secara Sistemik dengan alur pikir yang logis. Dengan
memakai syarat-syarat pokok itu sebagai tolak ukur berikut ini akan dicoba untuk
menganlisis dan membuktikan apakah sosiologi olahraga dapat disebut sebagai
ilmu pengetahuan atau tidak atau karena masih relatif muda.

Dengan dibukanya program doktorat dalam bidang studi sosiologi olahraga


pada beberapa universitas di Amerika dan Eropa, sebenarnya tidak perlu
diragukan lagi bahwa siologi olahraga itu sudah kredibel sebagai salah satu
cabang ilmu pengetahuan. Ternyata idaklah mudah untuk menemukan suatu

11
defenisi sosiologi olahraga yang akseptabel bagi mus ilmuan yang menggeluti
ilmu ini. Loy dan Kenyon (1969) menemukan adanya dua kotub orientasi yang
berbeda di kalangan ilmuan tersebut dalam menetapkan tujuan dari sosiologi
olahraga yakni:

1. Kelompok yang berorientasi normatif dan

2. Kelompok yang berorientasi non-normatif

Kelompok yang berorientasi normatif memandang olahraga dan latihan


sebagai wahana untuk pembentukan watak, kepribadian dan corak masayarakat
yang diinginkan, Dalam aliran berorientasi normatif ini terdapat dua sekelompok
yang berbeda karena ideology negaranya berbeda. Sub kelompok pertama adalah
para Ilmuan Amerika Serikat, Inggris dan Negara-negar Barat lainnya yang
memandang olahraga dan latihan sebagai wahana pembentukan watak dalam
tradisi moralitas Sedangkan Sub kelompok ke dua adalah ilmuan di Uni Soviet
dan Negara-negara di Eropa Timur yang memandang olahraga apat dimanfaatkan
memperkuat ideology komunis, bung Karno Presiden RI berorientasi pada
kelompok normatif karena 1960-an ia menyatakan olahraga sebagai alat revolusi
untuk Nation & Character Building" berdasarkan ideology Negara Pancasila. AS
Daniels sebagai salah seorang yang dapat digolongkan ke dalam sub kelompok
pertama dari kelompok yang berorientasi normatif menyatakan olahraga sebagai
unsur kebudayaan. Daniels (1969) meluncurkan defenisi sebagai berikut

Sosiologi olahraga merupakan kajian tentang olahraga dalam masyarakat yang


mempengaruhi perkembangan, bentuk-bentuk ekspresi, dan system nilai manusia
serta kesaling terkaitan antara olahraga dengan unsur-unsur budaya lainnya. Dari
sub kelompok kedua kita dapat mengambil Gunter Erbach (1969) mendefenisikan
siologi olahraga sebagai berikut: Sosiologi olahraga mengkaji dialektrika dari
perkembangan yang umum dan yang khusus dalam bidang budaya jasmani
(physical culture) dan sport, kertentaitannya dengan fenomena sosial lainnya dan
perilaku orang-orang yang dipengaruhi oleh budaya jasmani dan sport yaitu
orang-orang yang bergabung dengan perkumpulan olahraga dan kelompok-
kelompok dan yang secara teratur melakukan kegiatan olahraga.

Berdampingan dan sekaligus berseberangan dengan aliran normatif di Eropa


Barat dan Amerika Serikat adalah aliran non normatif. Mereka setuju kalau
pendidikan jasmani bersifat normatif tetapi sosiologi olahraga bukanlah sebagai
ilmu harus objektif. Togas sosiolog olahraga bukanlah sebagai propagandis atau
pendakwah gerakan olahraga Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kenyon dan
Lay (1969), fungsi sosiolog olahraga bakan untuk membentuk sikap dan nilai

12
tetapi memaparkan dan menjelaskan perilaku sosial manusia dalam konteks
olahraga.

Gerald S Kenyon dan John W. Loy sebagai dua orang tokoh dari kelompok
non- normatif, dalam suatu karya tulis patungan berpendapat bahwa sosiologi
olahraga banyak diilhami oleh sosiologi dan psikologi sosial. Kenyon dan Loy
(1969) mendefenisikan sosiologi olahraga sebagai "kajian tentang tingkah laku
sosial manusia dalam konteks olahraga" dapat disimpulkan bahwa kelompok
berorientasi normatif lebih mementingkan nilai ekstrinsik dari kegiatan olahraga,
sedangkan kaum yang berorientasi non-formatif lebih mementingkan nilai
instrinsiknya Namun kedua kelompok tersebut telah menunjukkan adanya objek
formal dari sosiologi olahraga yang tidak tersentuh oleh ilmu- ilmu lainnya.

Sementara itu defenisi-defenisi tersebut juga memberikan implikasi tentang


metode- metode apa yang dipakai atau diadopsi untuk penelitian dalam sosiologi
olahraga. Penelitian-penelitian dalam sosiologi olahraga dapat dikategorikan ke
dalam penelitian sosiologik dan penelitian historical Universitas Wisconsin telah
melakukan proyek penelitian dalam konteks sosiologi olahraga dalam empat
bidang:

1. Diffusi inovasi dalam olahraga Amerika

2. Makna kegiatan fisik bagi orang dewasa sebagai fungsi umur, jantung,
terhadap kegiatan jasmani sebagi lungsi pendidikan, status sosio ekonomik
dan daerah asal

3. Pengembangan model model untuk perwatakan nilai

4 Studi lintas nasional tentang sikap terhadap kegiatan jasmani sebagai


fungsi dan faktor-faktor pendidikan dan cultural tertentu.

Kajian tentang olahraga dalam masyarakat sedang berkembang menjadi


mapan sebagai penelitian ilmiah yang berdasarkan atas ilmu-ilmu sosial (Daniels,
1969). Kita juga harus mengkaji olahraga dari dasar-dasar filsafat dan humanitas.
Dengan demikian dari segi metode penelitian, sosiologi olahraga telah memenuhi
syarat sebagai ilmu pengetahuan. Mengenai sistematika, setiap lapangan studi
harus mempunyai konsep-konsep kunci yang membantu menjelaskan beberapa
aspek realitas yang menjadi garapan dari cabang ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan menghubungkan konsep-konsep kunci tersebut satu sama lain dapatlah
disusun suatu taksonomi yang sangat berguna dalam mengklasifikasikan dan
melukiskan aspek-aspek dari arah penelitiannya. Konsep-konsep kunci dalam
sosiologi olahraga antara lain adalah "bermain", "permainan, "sport" dan
"kegiatan jasmani" ternyata sudah ada dan diharapkan, untuk masa yang akan

13
datang akan banyak ilmuan olahraga, sosiologi dan psikologi sosial yang
mengadakan pembahasan tentang konsep- konsep kunci tersebut. Para ilmua
dalam bidang ini, termasuk yang dari ICSSPE sedang bekerja keras, antara lain,
merumuskan model teoritik tentang perilaku kelompok dan individu dalam
konteks olahraga.

E. KELOMPOK SOSIAL DALAM OLAHRAGA


Menyadari keterkaitan dan keterikatannya dengan individu lain, manusia
membentuk kelompok sosial untuk memecahkan permasalahan hidupnya. Naluri
untuk hidup bersama orang lain disebut gregariousness. Kelompok sosial
merupakan kesatuan atau himpunan manusia yang hidup bersama dalam
hubungan yang yang saling mempengaruhi dan kesadaran untuk saling menolong.
Persyaratan suatu dapat disebut sebagai kelompok sosial adalah:

 Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari


kelompok.

 Ada hubungan timbal-balik antara anggota satu dengan lainnya.

 Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, yang mempererat hubungan.


Faktor
itu misalnya nasib, kepentingan, tujuan, ideologi politik yang sama.

 Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

 Bersistem dan berproses.

Untuk memperoleh kejelasan karakteristik berbagai tipe kelompok sosial yang


ada dalam masyarakat, perlu dilakukan klasifikasi terhadapnya. Klasifikasi
kelompok sosial bisa didasarkan pada ukuran besar kecilnya jumlah
anggota,derajat interaksi sosial, tinggi rendahnya derajat kelekatan, kepentingan
dan berdasarkan wilayah. Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota dapat
dianalisis bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang yang disebut monad,
kemudian berkembang menjadi dua atau tiga orang (dyad dan triad). Berdasarkan
derajat interaksi sosial dibedakan kelompok yang anggotanya saling mengenal
(face to face groupings), kemudian dikembangkan lebih 'lanjut berdasarkan
derajat kelekatan hubungan antara anggotanya. Ukuran lainnya adalah
berdasarkan wilayah, sehingga terbentuk suatu komuniti (kesatuan masyarakat
setempat) yang tidak mempunyai suatu kepentingan khusus.Ukuran kepentingan
bisa dijadikan ukuran untuk mengklasifikasikan suatu kelompok. Asosiasi
merupakan kelompok dengan kepentingan tertentu, berbeda dengan kerumunan
(crowd) yang mempunyai kepentingan sesaat.
Tipe-tipe umum kelompok sosial dapat dikatagorikan berdasarkan hal-
hal berikut:

14
a) Katagori statistik: pengelompok atas dasar cm tertentu yang relatif sama,
misalnya usia, jenis kelamin dan sebagainya.
b) Katagori sosial: merupakan kelompok individu yang sadar akan adanya
ciriciri yang dimiliki bersama, misalnya lsori, 1Dl, PWI dan sebagainya.
c) Kelompok sosial: didasarkan atas kekerabatan, misalnya keluarga, batih,
dan sebagainya.satu dengan lainnya. Dibandingkan dengan cabang olahraga
bola voli, struktur dan fungsi teknis sepak bola juga tidak sama. Sama-sama
melakukan passing bola, passing dalam bola voli menunjukkan perbedaan
dibandingkan dengan passing dalam sepak bola.
F. LEMBAGA SOSIAL DALAM OLAHRAGA
Konsep lembaga sosial secara sosiologis dipandang sebagai dua hal,
pertama sebagai suatu lembaga atau organisasi, kedua sebagai pranata atau
seperangkat nilai, norma atau aturan yang digunakan pada suatu kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan khusus; atau sebagai suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi komplek
kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat, Konsekuensi
penggunaan konsep lembaga sosial dalam dunia olahraga adalah pemahaman
lembaga olahraga sebagai suatu organisasi keolahragaan seperti KONI dan klub -
klub olahraga; sebagai suatu pranata keolahragaan, disikapi sebagai nilai atau
norma-norma yang sudah melembaga dan digunakan untuk mengatur proses
penyelenggaraan aktivitas olahraga. Konsep melembaga berarti bahwa aturan itu
telah diketahui, dipahami, diakui, disepakati, ditaati dan dihargai untuk digunakan
sebagai aturan baku bagi pelaksanaan aktivitas olahraga. Organisasi keolahragaan
formal yang ada mencakup kawasan dari tingkat lokal, daerah, nasional, regional
sampai internasional, misalnya di Indonesia dikenal KONl sebagai organisasi
independen yang mengelola olahraga prestasi.Pada skala internasional dikenal
IOC yang mengelola kegiatan olimpiade, Pada lingkup cabang olahraga, dikenal
organisasi kecabangan, misalnya pada cabang sepak bola, di Indonesia dikelola
oleh PSSI, di Eropa dengan UEFAnya, sedang FIFA mengelola pada skala
internasional. Organisasi keolahragaan dalam bentuk lainnya dapat berupa klub-
klub olahraga, yang keberadaannya sangat beragam sesuai dengan visi dan
misinya masing-masing, sehingga dapat dikalsifikasikan menjadi klub olahraga
prestasi, klub kebugaran jasmani dan rekreasi, klub olahraga massal, dan
sebagainya. Melihat karakteristik visi dan misi, cakupan wilayah dan jenis cabang
olahraga yang dikelola, menyebabkan perbedaan pranata yang digunakannya,
artinya pada masing-masing kegiatan tersebut selalu diikat oleh nilai-nilai dan
norma-norma yang spesifik.
Menurut Koentjaraningrat, jenis pranata sosial antara lain :
a) Domestic institution yaitu pranata yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan
kekerabatan. Olahraga dalam konteks ini dapat difungsikan sebagai sarana
pemersatu bangsa, meningkatkan kecintaan terhadap bangsa dan negara,
membangkitkan semangat gotong royong.

15
b) Economic institution yaitu pranata yang berfungsi untuk memenuhi
Keperluan hidup manusia dalam bidang mata pencaharian. Dimensi olahraga
telah melebar sebagai pangsa pasar yang prospektif, mengingat animo
khalayak sebagai pelaku, penyelenggara dan penikmat kian bertambah,
sehingga peluang bisnis komersial berkembang kondusif di dalamnya.
c) Education institution yaitu pranata yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan sosialisasi, penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi
warga masyarakat yang memiliki kemampuan seperti yang diharapkan.
Olahraga bisa dimanfaatkan sebagai media untuk pendidikan, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia sesuai dengan yang dicita-citakan
masyarakat.
d) Scientific institution yaitu pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
ilmiah manusia sebagai upaya memahami semesta lingkungannya. Olahraga
sebagai obyek penelitian guna verifikasi kebenaran nilai/kebermaknaannya
bagi manusia, kedua, aktivitas olahraga juga berkenaan dengan pelibatan diri
pada alam sekitar, artinya pencapaian tujuan secara efektif dan efisien dalam
olahraga sangat ditentukan oleh kemampuan ilmiah dalam memahami
medan laganya, ketiga, integritas ilmiah, seperti keberanian, kejujuran dan
keterbukaan dalam melaksanakan dan melaporkan kajian ilmiahnya, identik
dengan nilai-nilai positif dalam olahraga.
e) Religious institution yaitu pranata yang berfungsi .memenuhi keperluan
manusia untuk berhubungan dan berbakti kepada Tuhan atau alam ghaib.
Tumbangnya rekor memberi pelajaran bahwa masih ada yang lebih tinggi di
atas sana, kedua,sebelum, selama dan sesudah menghadapi event olahraga,
pelaku yang terlibat di dalamnya lebih intensif dalam "mendekatkan diri"
kepadaNya, menggunakan segala cam supranatural untuk meraih sukses dan
sebagainya.
f) Esthetic and recreational institution yaitu pranata yang berfungsi
memenuhikeperluan manusia unti menghayati rasa keindahan dan untuk
rekreasi. Aspekkeindahan merupakan unsur essensial dalam melakukan
gerakan, bahkan merupakan faktor penentu/indikator prestasi tinggi (senam
ritmik, loncat indah dsb ), juga kegiatan seremonial dan sarana prasarana
yang digunakan, salah satu perimbangannya adalah segi keindahannya
(upacara pembukaan, pakaian, sepatu, acesoris, stadion dsb ). Beberapa
modifikasi aturan, alat dan lapangan olahraga memungkinkan terciptanya
bentuk permainan yang menyenangkan, mudah, meriah, menarik dan massal
untuk kegiatan rekreasi, sebagai imbangan terhadap aktivitas sehari-hari
yang penuh dengan ketegangan, kejenuhan dan tekanan.
g) Political institution yaitu pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan da1am
kehidupan masyarakat. Ekshibisi/pertandingan persahabatan dalam olahraga
di antara dua kubu yang bermusuhan sangat kental muatan politisnya;
kesuksesan salah satu warganya dalam event olahraga internasional

16
membangkitkan jiwa patriotisme, cinta tanah air dan kebanggaan bagi warga
lainnya, bahkan sebagai saran untuk menunjukkan hegemoni dalam segi
politisnya; kesuksesan suatu daerah sebagai juara umum event olahraga
regional, secara sempit kadang diartikan sebagai . kesuksesan kepemimpinan
daerah tersebut dalam me1aksanakan pembangunan; bahkan pemboikotan
terhadap event olahraga dilakukan karena alasan politis.
h) Somatic institution yaitu pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
fisik dan kenyamanan hidup manusia. Obyek olahraga adalah gerak fisik
manusia, dan salah satu tujuan olahraga yang paling nyata adalah
perubahan-perubahankepadaNya, menggunakan segala cam supranatural
untuk meraih sukses dan sebagainya.
f) Esthetic and recreational institution yaitu pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia unti menghayati rasa keindahan dan untuk
rekreasi. Aspek keindahan merupakan unsur essensial dalam melakukan
gerakan, bahkan merupakan factor penentu/indikator prestasi tinggi (senam
ritmik, loncat indah dsb ), juga kegiatan seremonial dan sarana prasarana
yang digunakan, salah satu perimbangannya adalah segi keindahannya
(upacara pembukaan, pakaian, sepatu, acesoris, stadion dsb ). Beberapa
modifikasi aturan, alat dan lapangan olahraga memungkinkan terciptanya
bentuk permainan yang menyenangkan, mudah, meriah, menarik dan massal
untuk kegiatan rekreasi, sebagai imbangan terhadap aktivitas sehari-hari
yang penuh dengan ketegangan, kejenuhan dan tekanan.

g) Political institution yaitu pranata yang berfungsi memenuhi keperluan


manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan da1am
kehidupan masyarakat. Ekshibisi/pertandingan persahabatan dalam olahraga
di antara dua kubu yang bermusuhan sangat kental muatan politisnya;
kesuksesan salah satu warganya dalam event olahraga internasional
membangkitkan jiwa patriotisme, cinta tanah air dan kebanggaan bagi warga
lainnya, bahkan sebagai saran untuk menunjukkan hegemoni dalam segi
politisnya; kesuksesan suatu daerah sebagai juara umum event olahraga
regional, secara sempit kadang diartikan sebagai. kesuksesan kepemimpinan
daerah tersebut dalam me1aksanakan pembangunan; bahkan pemboikotan
terhadap event olahraga dilakukan karena alasan politis.

h) Somatic institution yaitu pranata yang berfungsi memenuhi keperluan


fisik dan kenyamanan hidup manusia. Obyek olahraga adalah gerak fisik
manusia, dan salah satu tujuan olahraga yang paling nyata adalah
perubahan-perubahan Pada fisik
Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu . kajian sosiologis pada
masalah keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik
perilaku dalam bersaing dan bekerjasama membangun suatu permainan yang
dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial

17
dalam olahraga mempelajari adanya tipe-tipe perilaku anggotanya dalam
mencapai tujuan bersama, Kelompok sosial biasanya terwadahi dalam lembaga
sosial, yaitu organisasi sosial dan pranata Beragam pranata yang ada ternyata
terkait dengan fenomena Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu kajian
sosiologis pada masalah keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan
karakteristik perilaku dalam bersaing dan bekerjasama membangun suatu
permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata yang sudah melembaga.
Kelompok sosial dalam olahraga mempelajari adanya tipe-tipe perilaku
anggotanya dalam mencapai tujuan bersama, Kelompok sosial biasanya terwadahi
dalam lembaga sosial, yaitu organisasi sosial dan pranata Beragam pranata yang
ada ternyata terkait dengan fenomena olahraga.

G. MASA DEPAN SOSIOLOGI OLAHRAGA


Sosiologi Olahraga yang masih sangat Muda usia ini sangat pontensial untuk
berkembang dimasa depan. Para peneliti yang berminat dalam bidang ini
meyadari akan banyaknya kemungkinan untuk itu

Peran teori bagi Sosiolog Olahraga sama saja dengan perannya bagi Ilmuan
lain. Teori merupakan dasar bagi penelitian. Ia merumuskan hipotesis,
menggabungkan beberapa temuan penelitian untuk membuat generalisasi dan
menimbun celah-celah pengetahuan. Beruntunglah sosiolog olahraga karena
beberapa teori sosiolog matahir sangat relevan untuk mengkaji aspek-aspek
sosiologis dalam olahraga pada masyarakat modern. Sebagai contoh teori prilaku
kolektif (collective behavior) dari sosiologi sangat membantu untuk diterapkan
dalam setting olahraga misalnya dalam menjelaskan prilaku Supporter sebagai
kelompok penonton yang terkadang sangat fanatic dengan tim pujaannya.

Banyaknya lapangan penelitian yang masih menanti penggarapan dari


sosiolog Olahraga untuk perkembangan masa depannya. Beberapa diantaranya
sebagai ditunjukkan oleh Kenyon dan loy (1969) adalah sebagai berikut:

1. Simulasi komput
Teknik simulasi computer dapat di terapkan dalam mengungkap dinamika
tim, perkembangan dan penurunan spotr, maupun dalam hal prilaku
penonton
2. Laboratorium situasi permainan
Dalam laboratorium sekarang ini orang sudah dapat membuat simulasi
mengenai lingkungan yang mengelilingi permainan.
3. Kajian-kajian Interdisipliner

18
Kerja sama antara para ilmuan fsiologi latihan, fisiologi,sosiologi dan
sosiologi olahraga diharapkan dapat membuahkan pengetahuan yang
tadinya tidak diketahui
4. Pengembangan model sosial
Perlu diciptakan model-model, baik yang statis maupun dinamis untuk
dapat dijadikan landasan bagi pemaparan dan penjelasan atas keberartian
olahraga bagi individu maupun kelompok.
5. Kajian lintas-nasional dan lintas Budaya
Hukum-hukum yang di temui dan teori-teori yang dibangun dapat
digeneralisir ke Negara-negara dan budaya lain
6. Teori Bermain
Sekarang ini teori bermain seperti dianaktirikan oleh para ilmuwan yang
lebih banyak menumpahkan perhatiannya kepada sport. Padalah dalam
sosiologi olahraga, teori-teori bermain justru perlu digali
7. Makna Olahraga dan Kegiatan Fisik dalam Waktu Senggang
Dewasa ini semakin marak minat orang dalam sosiologi waktu luang. Ini
perlu dimanfaatkan oleh sosiolog olahraga
8. Perubahan sosial dan Sport
Diantara ciri-ciri peradban (terutama peradaban barat) dewasa ini adalah
terjadinya perubahan sosial yang sangat cepat, baik perubahan dalam
hakekat lembaga sosial maupun dalam nilai-nilai sosial.

H. TRADISI AGONISTIK, MANFAAT DAN TUJUAN SOSIOLOGI


OLAHRAGA
Agon adalah sejenis kontes yang merupakan kompetisi yang diwarnai oleh
perjuangan keras untuk memperoleh keunggulan dari lawan. Dalam agon,
kontestan bernafsu sekali unruk keluar sebagai yanng terbaik dengan
mengerahkan kemampuannya sendiri sehingga keunggulannya sebegai pemenang
tak dapat dibantah. Dalam agon terdapat persaingan tetapi tidak semua persaingan
dapat dikategorikan agon.

Dalam agon terdapat persaingan (rivalry) tetapi tidak semua bentuk


persaingan dikategorikan sebagai agon. Yang pertama, adalah tradisi seremoni
”kayasa” yang terdapat pada masyarakat robiand, suatu pulau di sebelah baratdaya
Melanesia. Warga desa kan berjalan berkeliling untuk membanding-bandingkan,
mengkritik dan memuji hasil panen siapa yang paling banyak dan paling baik
mutunya. Kepala suku lalu mengadakan perlombaan dalam pameran kekayaan itu

19
untuk menetapkan siapa yang akan dinobatkan sebagai petani terbaik pada musim
panen itu. Ini merupakan bagaian dari gaya hidup mereka yang terbuka,
bersahabat dan koperatif.

Berbeda dengan kompetisi alturistik dari masyarakat Trobriand, terdapat


bentuk kompetisi yang juga merupakan pameran kompetitif tetapi tidak bersifat
persahabatan dan santai. Kompetisi ini merupakan pameran kekayaan yang
dinamakan gejala “potlatch” Inilah bentuk persaingan yang kedua. Kedudukan
sosial di kalangna masyarakat Kwakiutl sangat kompetitif dan didasarkan atas
kekayaan yang dimiliki seseorang berupa kulit kerang dan lempengan tembaga
yang berupa mata uang, selimut dari kulit kayu cedar, perahu dan minyak ikan
yang digunakan sebagai bahan bakar.

Yang penting bukan memiliki kekayaan itu tetapi memamerkannya dalam


kompetisi. Pertama, memberikan hadiah dalam jumlah sangat besar kepada
seorang saingan dan bila sipenerima tak dapat membalas dengan jumlah yang
seimbanga maka ia akan mendapat malu.

Jenis yang ke tiga dalam bentuk persaingan adalah partisipasi manusia


dalam perjuangan dewa-dewa. Inilah panorama permainan itu, pada candi
Papremis, lebih dari seribu orang pengikut Osiris berbaris pada jarak tertentu di
atas kereta-kereta kuda. Tiap orang membawa gada yang besar, terbuat dari kayu.
Tujuannya adalah untuk menerobos masuk ke dalam candi. Tetapi di pintu masuk
berdiri sebaris pendeta yang juga bersenjatakan gada.

Begitu permainan dinyatakan selesai, kedua belah pihak kembali rukun


sebagai sediakala. Sebagai permainan, event ini merupakan model dari permainan
beregu. Konflik damai antara tim diciptkan dalam perlawanan ritual antara dua
kelompok untuk mendramtisasi konflik antara musim dingin yang pergi dengan
musim semi yang dating.

Ketiga bentuk persaingan tersebut menunjukkan unsure emulasi, yaitu


hasrat untuk menyamai atau megungguli orang lain. Tetapi tidak semuanya
bersifat agonistic. Salah satu sumber inspirasi dari sport yang kita kenal sekarang

20
ini adalah tradisi agonistic dari zaman Yunani kuno. Kontes yang serius telah
menjadi inti kehidupan sosial Yunani Kuno. Kontes yang serius telah menjadi inti
kehidupan sosial

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

21
DAFTAR PUSTAKA

Adi, S. (2001). SOSIOLOGI OLAHRAGA. MALANG: UNIVERSITAS NEGERI


MALANG.

Arifahmi, D. H. (2011, april kamis). Sosiologi olahraga. Retrieved from


http://doddybedeper.blogspot.com:
http://doddybedeper.blogspot.com/2011/04/sosiologi-olahraga.html?m=1

JAMBI, U. (2010, NOVEMBER SABTU). IMABIO UNIVERSITAS JAMBI.


Retrieved from http://imabio-unja.blogspot.com: http://imabio-
unja.blogspot.com/2010/11/pengertian-sosiologi-dan-sosiologi.html?m=1

MATERI SOSIOLOGI. (2022, NOVEMBER). DOSEN SOSIOLOGI.COM.


Retrieved from DOSEN SOSIOLOGI.COM:
https://dosensosiologi.com/pengertian-sosiologi-olahraga-ruang-lingkup-
manfaat-dan-tujuannya-lengkap/

UNIMED, T. D. (2020). Sosiologi Olahraga. Medan: Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Medan.

22
23

Anda mungkin juga menyukai