Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DHIYA ULFIKRI AHMAD

NIM : 2040510028
MATA KULIAH : GERAKAN SOSIAL POLITIK PESANTREN

NETRALITAS MUHAMMAHDIYAH DALAM TAHUN POLITIK 2024


Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia nomor 7 tahun 2017 menyatakan
bahwa Pemilihan Umum, yang juga dikenal sebagai Pemilu, adalah "sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila."
Pemilu adalah kesempatan bagi rakyat untuk memilih, menyatakan pendapat mereka
melalui suara, dan berpartisipasi sebagai bagian penting dari negara untuk berkontribusi dalam
menentukan arah negara. Hak-hak warga negara Indonesia dilindungi oleh pemerintah Indonesia.
Nasib bangsa dan negara ditentukan oleh hak-hak tersebut, salah satunya adalah hak suara.
Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam PKPU tercantum dalam
Tahun 2024 adalah tahun politik, dan akan ada pemilihan umum, termasuk pemilihan
presiden. Dalam hal literasi politik, khususnya pemilihan umum (pemilu), Setiawan
Wangsaatmaja, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, menyatakan bahwa ada kemungkinan
penggunaan basis digital di masa mendatang.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, netralitas
adalah salah satu standar yang ditetapkan untuk pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan aparatur
sipil negara. Pasal 2 huruf f UU No. 5 Tahun 2014 mendefinisikan netralitas sebagai suatu
konsep yang bebas dari persuasi dan tidak berpihak pada kepentingan siapapun. Negara yang
netral tidak terpengaruh oleh kepentingan partai politik tertentu, tidak berpartisipasi dalam proses
politik karena khawatir bahwa sumber daya negara dapat disalahgunakan untuk kepentingan
partai politik tertentu.
Pemilihan umum adalah bukti nyata demokrasi di Indonesia, yang memberikan warganya
kesempatan untuk memilih pejabat publik secara langsung. Ini menunjukkan bahwa rakyat
masih memiliki otoritas. Pemilu demokratis dan demokrasi adalah "qonditio sine qua non"; satu
sama lain tidak dapat berfungsi tanpa yang lain. Pemilu dianggap sebagai proses demokrasi atau
pemindahan kedaulatan rakyat kepada kandidat tertentu untuk menduduki jabatan politik.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, menyarankan agar
para politisi tidak menggunakan pernyataan kompetitif dan konsesi politik sebagai standar dalam
perlombaan. Haedar berpendapat bahwa dalam konteks politik, komitmen politik melalui koalisi
politik adalah hal yang wajar, dan statemen yang bersaing di antara para elit politik juga normal.
Namun, dia khawatir bahwa kontestasi yang tidak konstruktif akan muncul jika keduanya
menjadi satu. Oleh karena itu, Muhammadiyah mendorong agar visi kebangsaan yang telah
ditetapkan oleh para pendiri bangsa didiskusikan dan dibawa ke ruang publik. Visi kebangsaan
ini seharusnya menjadi topik pembicaraan bagi para kandidat yang akan maju.
Muhammadiyah percaya bahwa pemilu 2024 akan menjadi kontestasi penting mengenai
pergantian kepemimpinan. Haedar mengharapkan suasana baru pada pemilu yang akan datang,
yang akan membedakannya dari tahun 2019, ketika pemilu hanya menyisakan "pertikaian" yang
tampaknya tidak berakhir. Haedar mengatakan bahwa untuk mencegah hal-hal serupa terjadi
lagi, seseorang harus menghindari hal-hal yang dapat membuat orang berpecah, seperti
menghindari politisasi identitas agama, suku, ras, golongan, atau ideologi tertentu. Jika hal-hal
ini dimasukkan ke dalam urusan politik yang terlalu dalam, itu akan menyebabkan pembelahan.
Muhammadiyah, sebuah organisasi masyarakat sipil yang berpengaruh, memutuskan
untuk bertindak sebagai kelompok yang menekankan sekaligus menguntungkan. Ini
menunjukkan bahwa Muhammadiyah lebih suka menggunakan strategi persuasi yang didasarkan
pada propaganda untuk mengontrol pemerintah. Selain itu, dianggap memiliki kekuatan yang
lebih besar daripada partai politik untuk mencapai tujuan rakyat. Meskipun Muhammadiyah
bukan partai politik, mereka tidak dapat menghindari politik. Namun, penting untuk dicatat
bahwa Muhammadiyah tidak terlibat dalam politik praktis. Sebaliknya, mereka berfokus pada
politik nasional dengan tujuan meningkatkan kondisi bangsa dan negara secara keseluruhan.
Menurut Pangi Syarwi Chaniago, pengamat politik dari Voxpol Center Research and
Consulting, Muhammadiyah akan tetap netral dalam menghadapi pesta demokrasi yang akan
datang. Dia mengatakan organisasi Islam yang didirikan oleh Ahmad Dahlan sangat berpolitik.
Pangi mengatakan kepada Kompas TV pada Selasa (22/11/2022), "Saya lihat Muhammadiyah
sejauh ini tetap netral. Saya pikir selama ini Muhammadiyah termasuk yang tetap berada pada
trayek perbaikan bangsa."

DAFTAR PUSTAKA

https://jabarprov.go.id/berita/tahun-politik-2024-literasi-politik-berbasis-digital-8395
Junaidi, V. Menciptakan Sistem Penegakan Hukum Pemilu Demokratis yang Tinjau
Kewenangan MK untuk Menyelesaikan Perselisihan Terkait Hasil Pemilihan. Jurnal Konstitusi,
Vol. 6, No. 3, 103–143.Hal. 132
https://umsu.ac.id/berita/muhammadiyah-pemilu-2024-diharap-beri-suasana-baru-tanpa-
pertikaian/
https://www.kompas.tv/nasional/350891/pengamat-muhammadiyah-akan-tetap-netral-di-
pemilu-2024-rasional-menyikapi-politik?page=all

Anda mungkin juga menyukai