Anda di halaman 1dari 13

UAS SEMSTER GENAP 2022/2023

MATA KULIAH: PROFESI KEPENDIDIKAN


WAKTU: 15.30-17.00 WITA

Nama : Mizratul Audah


NIM : 2210120120004
Kelas : A2 2022

Petujuk:
Kerjakan secara mandiri, tidak diperkenankan copy-paste hasil pekerjaan
mahasiswa lain. Pekerjaan yang terindikasi copy-paste tidak dinilai atau dikurangi
nilaianya. Jawaban dikumpulkan paling lambat hari Jumat tanggal 16 Juni 2023,
Jam 16.00 melalui E-LEARNING SIMARI.

1. Saat ini kemdikbud sedang menerapkan kebijakan merdeka belajar di sekolah.


Sebagai seorang yang berprofesi guru,
a. Deskripsikan apa yang harus anda lakukan untuk menyukseskan kebijakan
tersebut yang berhubungan dengan penerapan kompetensi seorang guru.
b. Analisislah apa kelemahan kebijakan merdeka belajar menurut anda!
Jawaban:
a. Sebagai seorang guru, ada beberapa yang harus dilakukan untuk
menyukseskan penerapan kebijakan merdeka belajar di sekolah yang
berhubungan dengan penerapan kompetensi seorang guru yaitu:
1. Memfokuskan ke Materi Esensial dan Pengembangan Kompetensi
Siswa
Kurikulum Merdeka berfokus terhadap materi esensial, yaitu literasi
dan numerasi. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan materi esensial
yang berhubungan dengan kompetensi siswa. Guru diberi kebebasan
dalam memilih materi yang akan difokuskan, tetapi harus memenuhi
kriteria Kurikulum Merdeka.
2. Memahami Karakteristik dan Potensi Siswa
Guru perlu memahami karakter dan potensi yang dimiliki siswa agar
memudahkan memilih materi esensial yang akan disampaikan pada
siswa. Dengan begitu, guru dapat menumbuhkan semangat belajar pada
siswa. Kurikulum Merdeka memiliki kebebasan berpikir, kebebasan
memilih materi, dan kebebasan dalam mengeksplorasi kompetensi
maupun potensi yang dimiliki siswa seluas-luasnya. Oleh karena itu,
guru harus mampu memahami siswa dengan baik agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemilihan materi maupun pemahaman terhadap siswa.
3. Memiliki Peta Kemampuan Siswanya
Dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka, guru harus mengetahui atau
memiliki peta kemampuan siswanya agar dapat memudahkan guru
dalam mengetahui potensi, kompetensi, dan kemampuan siswa
sekaligus mengelompokkannya dengan tepat.
4. Mengembangkan Keterampilan Siswa
Untuk mengembangkan keterampilan, guru harus membuat siswa bebas
bereksplorasi seluas-luasnya dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa
harus mampu berkembang secara utuh dalam pengetahuan yang akan
dikembangkan untuk menumbuhkan potensi dirinya tanpa batasan
materi ataupun batasan kurikulum yang harus mendapatkan nilai sesuai
KKM atau standar dari guru. Siswa dituntut untuk melakukan kerja
nyata atau mampu mengkolaborasikan materi dengan praktik. Dalam
hal ini, siswa akan dituntut memahami pengetahuan yang akan
digabungkan dalam proyek.
5. Menumbuhkan Karakter Pelajar Pancasila
Kurikulum Merdeka ini berintregasi untuk mewujudkan karakter
Pelajar Pancasila yang berkarakter mandiri dengan pengetahuan yang
luas dan merdeka, bebas memilih minat, bakat, dan kemampuan yang
dimiliki sehingga mampu bertumbuh dan berkembang sesuai dengan
Pancasila.memahami konsep merdeka belajar: Guru harus memiliki
pemahaman yang kuat tentang konsep dan prinsip dasar merdeka
belajar.
6. Menyesuaikan strategi pembelajaran
Guru harus menyesuaikan strategi pembelajaran yang mendukung
merdeka belajar termasuk menyediakan sumber daya pembelajaran
yang beragam, seperti materi pembelajaran online, buku, jurnal, dan
lainnya. Selain itu, guru juga perlu memberikan panduan yang jelas
kepada siswa tentang cara mengakses dan menggunakan sumber daya
tersebut.
7. Berkolaborasi dengan rekan guru
Kolaborasi antar guru dapat menyukseskan penerapan merdeka belajar.
Guru dapat bertukar ide, pengalaman, dan strategi pembelajaran yang
efektif. Melalui kolaborasi ini, guru dapat saling mendukung dan
belajar satu sama lain untuk meningkatkan praktik pengajaran mereka.

b. Kelemahan kebijakan merdeka belajar yaitu persiapannya masih belum


matang sehingga diperlukan pengkajian. dan evaluasi yang lebih mendalam
agar penerapannya efektif dan tepat. Selain itu, dapat menghasilkan
ketimpangan akses terhadap sumber daya pembelajaran yang diperlukan
misalnya siswa dengan latar belakang sosiol ekonomi yang lebih tinggi atau
akses yang lebih baik ke teknologi akan memiliki keuntungan dalam
mengakses sumber daya tambahan, seperti buku, materi online, atau tutor
pribadi dibandingkan siswa yang memiliki keterbatasan akses. Kebijakan
merdeka belajar juga mengakibatkan kurangnya bimbingan dan
pengawasan: Dalam lingkungan merdeka belajar, siswa mengambil
tanggung jawab yang lebih besar atas proses pembelajaran mereka.
Kurangnya pengawasan dan bimbingan dapat mengakibatkan siswa
kehilangan arah atau kehilangan motivasi untuk belajar dengan baik. Serta
dengan adanya kebijakan ini dapat menyebabkan kurangnya interaksi
sosial, pembelajaran mandiri, dapat mengurangi interaksi sosial langsung
antara siswa dan guru serta antara siswa satu sama lain. Interaksi sosial
adalah aspek penting dalam pembelajaran, karena melalui interaksi inilah
siswa dapat belajar dari pendapat dan perspektif yang berbeda,
berkolaborasi dalam tugas, dan mengembangkan keterampilan sosial.

2. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berkewajiban


meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (Pasal 14, UU No. 14 tahun 2005). Jelaskan:
a. Apa yang yang harus dilakukan guru agar dapat melakukan publikasi
ilmiah sebagai bagian dari pengembangan kompetensi berkelanjutan?
b. Apa pentingnya publikasi ilmiah guru bagi peningkatan pendidikan?
Jawaban:
a. Sebagai bagian dari pengembangan kompetensi berkelanjutan, yang harus
dilakukan guru untuk mempublikasikan karya ilmiah adalah dengan
melakukan kegiatan pulblikasi ilmiah, diantaranya presentasi pada forum
ilmiah, publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan ilmu di bidang
pendidikan formal dan publikasi buku pelajaran, buku pengayaan, dan
pedoman guru.
b. Publikasi ilmiah penting dilakukan bagi peningkatan pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan profesi mereka
supaya lebih maju. Publikasi ilmiah dapat dimaknai sebagai upaya untuk
menyebarluaskan suatu karya pemikiran atau gagasan seseorang atau
sekelompok orang dalam bentuk ulasan ilmiah dan laporan penelitian baik
yang sederhana seperti Penelitian Tindakan Kelas dan juga penelitian yang
lebih kompleks, makalah, buku atau artikel. Publikasi ilmiah yang
dilakukan guru pada dasarnya merupakan wujud dari profesionalisme
guru. Publikasi ilmiah juga merupakan salah satu bentuk upaya untuk
memperbaharui mental.

3. Buatlah gagasan maksimal antara 1000 – 2000 kata, apa yang harus dilakukan
oleh guru/sekolah dalam rangka mendukung pencapaian kompetensi abad 21
bagi peserta didik yang meliputi kompetensi berpikir kritis (ctitical thinking),
kolaborasi (collaboration), komunikasi (communication) dan kreativitas
(creativity).
Catatan:
a. Jika anda mengutip pendapat ahli baik dari referensi buku maupun jurnal
ilmiah, tuliskan sumber referensi tersebut dan tulis juga dalam daftar pustaka
secara lengkap.
b. Gunakan spasi 1,5 dengan huruf Arial 12
Jawaban:
Gagasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru/sekolah dalam rangka
mendukung pencapaian kompetensi abad 21 bagi peserta didik yang meliputi
kompetensi berpikir kritis (ctitical thinking), kolaborasi (collaboration),
komunikasi (communication) dan kreativitas (creativity) yaitu: (terlampir)
TERLAMPIR (Jawaban No. 3)

Di era revolusi industri 4.0 diperlukan suatu keterampilan yang


dapat mengantarkan seseorang untuk sukses dalam
kehidupannya. Keterampilan tersebut adalah keterampilan 4C
yaitu keterampilan Critical Thinking, Communication, Creative
Thinking, dan Collaboration. Keterampilan 4C ini dibutuhkan di
abad 21 (Arnyana, 2019). Pada abad ke-21 ini perkembangan
teknologi semakin pesat sehingga diperlukan keterampilan yang
tidak dimiliki oleh robot yaitu keterampilan kompetensi 4C. SIDH
(Sekolah Indonesia Den Haag) merupakan salah satu sekolah
Indonesia luar negeri yang sangat memperhatikan kompetensi
4C. Pada sekolah tersebut selalu berupaya untuk meningkatkan
kompetensi 4C dengan berbagai strategi. Dengan cara diskusi
saat pembelajaran, mengikuti ekstrakulikuler, dan bekerjasama
dengan pusdatin. Meningkatkan kompetensi 4C di SIDH juga
dapat melalui melalui pembelajaran PAI (Partono, et al, 2021).
Keterampilan 4C dapat dilatih melalui pembelajaran di
lembaga pendidikan yaitu sebagai berikut:
1). Critical Thinking dan Creative Thingking, dapat dilatih dengan
pendekatan yang diawali dengan masalah seperti dengan
strategi pembelajaran problem based learning, project based
learning, cooperatif group investigation, inquiry learning yang
dalam penerapan strategi tersebut, dilanjutkan dengan
tantangan berupa cara pemecahan masalahnya secara
berbeda-beda dengan melihat masalah tersebut dari berbagai
sudut pandang.
2). Collaboration atau bekerjasama dapat dilatih melalui strategi
coopererative learning dan strategi pembelajaran lain yang
dilaksanakan secara berkelompok dengan memunculkan
nilai-nilai pembelajaran kooperatif.
3). Communication dapat dilatih melalui: menyusun laporan hasil
kegiatan, presentasi tugas proyek, diskusi kelompok/kelas,
pembelajaran dalam jaringan (daring), dan kegiatan lain yang
menimbulkan interaksi antar peserta didik dengan peserta
didik lain, dosen, dan dengan sivitas sekolah/kampus lainnya
(Arnyana, 2019).

Sebagai bentuk antisipasi pengangguran yang semakin


banyak, pada abad 21 ini dibutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki ketrampilan yang memang tidak bisa dimiliki oleh robot
(teknologi) atau bahkan memiliki suatu keterampilan yang jauh
lebih mumpuni dibandingkan robot. Adapun keterampilan-
keterampilan yang harus dimiliki tenaga kerja pada abad 21 yakni
meliputi 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaborative dan
Creativity) (Redhana, 2019). Sehingga pada abad ini sumber daya
manusia harus memiliki setidaknya 4 kompetensi guna
mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam dunia
kerja yang serba berbasis teknologi. Pembekalan softskill
keterampilan 4C tidaklah mudah, sehingga perlu adanya sebuah
strategi yang digunakan dalam rangka memudahkan seluruh
lembaga pendidikan dalam membekali softskill kepada peserta
didik.

Revolusi industri 4.0 mengakibatkan terjadinya perubahan


paradigma pendidikan yang berfokus pada knowledge production
dan innovation applications of knowledge. Salah satu elemen
penting yang harus menjadi perhatian untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era revolusi
industri 4.0 adalah mempersiapkan sistem pembelajaran yang
lebih inovatif, dan meningkatkan kompetensi lulusan yang
memiliki keterampilan abad ke-21 (Learning and Innovations
Skills). Terdapat banyak pendapat tentang apa saja keterampilan
abad ke-21, salah satu pendapat adalah 4C (Critical thinking,
Creativity, Collaboration, dan Communication).

a. Critical thinking (berpikir kritis) adalah semua hal tentang


keterampilan memecahkan masalah.
b. Creativity (kreativitas) adalah hal tentang keterampilan
berpikir outside the box, mencoba pendekatan baru untuk
menyelesaikan sesuatu, inovasi, dan penemuan.
c. Collaboration (kolaborasi) adalah keterampilan bagaimana
seseorang bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi
dalam berbagai peran dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama.
d. Communication (komunikasi) adalah keterampilan
seseorang untuk menyampaikan dan berbagi pemikiran,
pertanyaan, gagasan, dan solusi mereka dengan cara
terbaik.
Gagasan ini akan memaparkan berbagai keterampilan
tersebut agar dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengembangan keterampilan sehingga dapat bermanfaat
dalam menyiapkan anak didik untuk menghadapi
perubahan zaman yang tak terelakkan (Zubaidah, 2018).

A. Critikal Thinking
Langkah yang dapat dilakukan guru dalam melatih
keterampilan berpikir. sebagai berikut:
1. Mengajarkan HOTs secara spesifik dalam ranah
pembelajaran. Guru seharusnya tidak hanya mengajarkan
bahasa dan konsep tetapi juga memberi tahu siswa tentang
apa yang harus mereka lakukan dalam berpikir tingkat tinggi.
Misalnya, siswa dapat mengenali keterampilan yang akan
dilatihkan dengan tingkat kerumitan pertanyaan. Ketika
mereka mendengar kata-kata seperti 'definisikan',
'gambarkan', 'identifikasikan', 'pahami', dan 4 'jelaskan',
mereka secara otomatis akan mengetahui tugas berpikir
seperti apa yang harus dilakukan, seperti mengingat fakta
dan pengetahuan tentang konten materi.
2. Melaksanakan tanya-jawab dan diskusi pada skala kelas.
Guru perlu merancang item-item pertanyaan yang dapat
mendorong HOTs siswa Bentuk pertanyaan seperti Socratic
Dialogue, 12 bentuk pertanyaan Toth & Harmin, ataupun
Taxonomi pertanyaan Tofade (Afandi, Akhyar, Suryani, &
Sajidan, 2016; Afandi & Sajidan, 2017) dinilai mampu
mendorong HOTs secara maksimal. Guru juga bisa
menyediakan waktu diskusi secara klasikal dengan tujuan
melatih siswa berkomunikasi dan berargumentasi yang pada
akhirnya mendorong HOTs secara lebih luas.
3. Mengajarkan konsep secara eksplisit Guru dapat melatih
siswa dengan menghibungkan konsep-konsep dari materi
yang dipelajari dan menggunakannya sebagai sumber
pertanyaan. Sebagai contoh: bandingkan konsep, berikan
contoh, identifikasikan persamaan dan perbedaan dan
sebagainya.
4. Memberikan scaffolding. Guru perlu membantu siswa dalam
memahami konsep ataupun pertanyaan yang diajukan dan
secara perlahan memberikan kesempatan siswa untuk
belajar secara mandiri
5. Mengajarkan HOTs secara kontinu. Guru dapat
mempergunakan berbagai strategi antara lain: (1) ajarkan
keterampilan melalui konteks dunia nyata, (2) variasikan
konteks di mana siswa menggunakan keterampilan yang
baru diajarkan, (3) tekankan pada pemikiran tingkat tinggi,
(3) bangun pengetahuan dasar, (4) mengklasifikasikan
kategori, (4) membuat hipotesis, (5) membuat kesimpulan,
(6) menganalisis komponen, (7) menyelesaikan masalah.

B. Creativity
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih
keterampilan berpikir kreatif siswa, adalah
a) Memberikan pertanyaan dan mengajak siswa berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
b) Mengeksplorasi topik dan materi dengan data primer atau nyata
c) Memikirkan cara baru untuk menginformasikan temuan baru
(Coffman, 2013).
Salah satu asessment yang dapat dipedomani untuk mengukur
keterampilan berpikir kreatif adalah penilaian berpikir kreatif
Torrance atau dikenal juga dengan The Torrance Test for
Creativity. Greenstein (2012) menjelaskan bahwa guru dapat
menilai sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
beberapa strategi seperti: melalui daftar ceklist atau melalui
observasi. Guru dapat melakukan pengamatan untuk proses
membantu melacak dan mencatat 9 kemajuan kreativitas siswa.
Sementara itu siswa sendiri dapat membuat jurnal dan log book
pembelajaran sebagai strategi dalam menilai kemajuan
kreativitasnya sendiri.

C. Communication
Memberdayakan keterampilan komunikasi membutuhkan
banyak waktu dan latihan. Oleh karena itu, keterampilan
komunikasi dapat dilatih secara terus menerus, baik secara
eksplisit ataupun tertanam dalam pengajaran dan materi.
Kegiatan membaca, mendengarkan dan mengamati merupakan
stimulus kegiatan yang sangat penting dalam melatih
keterampilan komunikasi. Keterampilan utama yang sangat terkait
dengan keterampilan komunikasi adalah mengkonversi informasi
dan memecahkan masalah melalui bahasa. Selain itu,
kemampuan siswa dalam menilai, menganalisis dan mensintesis
informasi dalam komunikasi menjadi hal yang tidak kalah penting.
Trilling dan Fadel (2009) menyarankan beberapa strategi yang
harus dilakukan guru dalam untuk membangun keterampilan
komunikasi abad 21 pada diri siswa dengan efektif. Beberapa
strategi tersebut meliputi
1. Mengajarkan siswa bagaimana mengartikulasikan pikiran dan
gagasan secara lisan, tulis dan keterampilan komunikasi non-
verbal dalam berbagai bentuk dan konteks.
2. Mengajarkan siswa bagaimana mendengar aktif dan efektif. Hal
ini akan membantu siswa menafsirkan dan memahami makna
dalam komunikasi, dengan mempertimbangkan latar belakang
budaya, nilai, sikap, dan niat.
3. Mengajarkan siswa bagaimana menggunakan komunikasi
untuk berbagai tujuan.
4. Mengajarkan siswa bagaimana memanfaatkan berbagai media
dan teknologi, serta bagaimana menilai efektivitas dan dampak
dari media dan teknologi tersebut.
5. Melatih siswa untuk berkomunikasi secara efektif di lingkungan
yang beragam, termasuk juga menggunakan berbagai bahasa.
Komunikasi mengekspresikan pikiran dengan jelas,
mengartikulasikan dengan tajam pendapat, berkomunikasi
koheren dalam pembelajaran, memotivasi orang lain melalui
ucapan yang kuat. Untuk membangun kemampuan Komunikasi
Siswa yang efektif harus belajar untuk:

• Berkomunikasi menggunakan media digital dan lingkungan


untuk mendukung pribadi dan kelompok belajar.
• Bagikan informasi secara efisien dan efektif menggunakan
media digital dan lingkungan yang tepat.
• Komunikasikan pikiran dan ide dengan jelas dan jelas efektif
untuk audiens yang berbeda menggunakan berbagai media
dan format (Berryessa Union School District Education
services. 21st Century Learning and the 4Cs)

D. Collaboration
Beberapa strategi yang dapat ditempuh guru dalam
menumbuhkan ketempilan kolaboratif dalam pembelajarannya
yaitu:
a. Mengajarkan siswa untuk bekerja dengan hormat dengan tim
yang berbeda, tidak hanya secara fisik tetapi juga psikis.
b. Mengajarkan fleksibilitas dan keinginan untuk berkompromi
sehingga tujuan yang menguntungkan semua pihak yang
berkolaborasi dapat tercapai.
c. Melatih dan mendorong siswa untuk mengambil tanggung
jawab untuk bekerja bersama dengan orang lain.
d. Mengajarkan siswa untuk menghargai ide dan kontribusi dari
setiap anggota tim dimana mereka menjadi bagian dari tim
tersebut.
e. Menekankan lima prinsip pembelajaran kooperatif yaitu
ketergantungan positif, akuntabilitas individu, partisipasi yang
sama, pengolahan kelompok dan interaksi simultan dalam
pengembangan keterampilan kolaboratif.
DAFTAR PUSTAKA

Arnyana, I. B. P. (2019). Pembelajaran Untuk Meningkatkan


Kompetensi 4c (Communication, Collaboration, Critical
Thinking Dancreative Thinking) Untuk menyongsong Era Abad
21. Prosiding: Konferensi Nasional Matematika dan IPA
Universitas PGRI Banyuwangi, 1(1), i-xiii.

Partono, P., Wardhani, H. N., Setyowati, N. I., Tsalitsa, A., & Putri, S.
N. (2021). Strategi Meningkatkan Kompetensi 4C (Critical
Thinking, Creativity, Communication, & Collaborative). Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, 14(1), 41-52.
https://doi.org/10.21831/jpipfip.v14i1.35810.

Redhana, I.W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21


Dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia,13(1), 2239-2240. https://journal.unnes.ac.id>article>view

Zubaidah, S. (2018). Mengenal 4C: Learning And Innovation Skills


Untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. In 2nd Science
Education National Conference, 13(2), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai