Filsafat Pendidikan Islam Makalah
Filsafat Pendidikan Islam Makalah
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
سيد نا و. احلمد اﷲ رب العاملني الصالة و السال م على اشرف األ نبياء و املر سلني
قالوا.موالنا حممد و على أله وأصحابه و قرابته و من تبعهم با حسان اىل يوم الدين
رب زدنا علما نافعا وارقنا.سبحانك ال علم لنا اال ما علمتنا انك انت العليم احلكيم
فهما واسعا يا فتاح يا عليم
Puji syukur pami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pendidikan islam dalam
perspektif filsafat pendidikan Esensialisme dan Progresivime.
Shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Adapun penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
oleh mata kulia Filsafat Pendidikan sekaligus sebagai bahan pelajaran kepada
siapa saja yang membacanya, serta terlebih kepada kami yang membuatnya.
dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi kesempurnaan pembuatan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
esensialisme......................................................................................
D. Pandangan progresivisme dan esensialisme dalam
Pembelajaran…………………………………………….
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian progresivisme dan esensialisme?
2. Sebukan tokoh-tokoh aliran progresivisme dan esensialisme?
3. Jelaskan tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme dan
esensialisme?
4. Jelaskan pandangan progresivisme dan esensialisme dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Dari sudut pandang esensialisme, tujuan pendidikan Islam adalah
mendorong individu untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya serta mencapai kesempurnaan dan kelengkapan makna
kemanusiaan yang mencakup aspek jasmani, rohani, intelektual,
emosional, moral, dan keterampilan.
2. Dari sudut pandang progresivisme, tujuan pendidikan Islam adalah untuk
menciptakan individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, dan memiliki kemampuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif
yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkatnaik.
Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai
suatu gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah
progresivisme dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya
progesivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu
kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang
mengingikan kemajuan-kemajuan secara cepat.1
1
Muhmidayeli, 2011:151
2
Theodore Brameld, dalam Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan, 20
mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan,
agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup.
Progresivisme juga disebut instrumentalisme dan eksperimentalisme.
Dinamakan instrumentalisme, karena intelegensi manusia sebagai alat
untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini
menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji
kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, karena
aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan
kepribadiaan.3
2. Pengertian Esensialisme
Filsafat pendidikan esensialisme ini muncul pada awal tahun
1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley,
Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983,
mereka membentuk suatu lembaga yang disebut "The esensialist
commite for the advanced of American Education". Bagley sebagai
pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college",
Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.4
d. George Santaya dan Ferdinant Schiller Kedua tokoh ini amat sukar
untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena banyak
pengaruh yang bertentangan dengan apa yang dialaminya.
7
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: CV.Al-Fabeta, 2003), Him: 142.
Tugas pendidikan adalah menjadikan terbentuknya realitas
berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke
kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-
nilai yang turun menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian
orang pada masyarakat.
d. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu
tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat,
perhatian dan pengalaman seseorang menentukanb adanya kualitas
tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-
nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat
menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih,
melaksanakan). Dia memadukan antara aliran idealisme dan realisme
dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai tidak dapat
ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.8
8
http://One.Indoskripsi.com/Aliran -Aliran Pendidikan. di akses pada 12 Mei 2020.
C. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivisme dan
Esensialisme.
9
Muhmidayeli, 2012:156)
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Jadi berdasarkan pengertian ini,
maka aliran progresivisme sangat sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ada di Indonesia.
10
H.A YUNUS , TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016, 36
karena itu, dalam pandangan progresivisme belajar harus dipusatkan
pada diri siswa, bukan guru atau bahan pelajaran.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut
pandangan progresivisme, di antaranya:
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui
pengalaman.
c. Memberi motivasi dan bukan perintah.
d. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang
merupakan kebutuhan pokok anak.
e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin
dan Abdullah Idi, 2012:88).
Selain itu, aliran progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah
suatu proses yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat
kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan
berbagai persolan kehidupan (Muhmidayeli, 2011:157). Belajar dalam
konteks ini harus dapat meberikan pengalaman yang menarik bagi anak,
sehingga mampu diaplikasikannya dalam kehidupan nyata.11
Aliran progresivisme memandang bahwa masalah pendidikan
adalah masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses
yang satu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Rupert C. Lodge:
“life is education and education is life”, yang berarti bahwa seluruh
proses hidup dan kehidupan itu adalah proses pendidikan. Segala
pengalaman sepanjang hidup seseorang memberikan pengaruh
pendidikan baginya.12
11
M. fadlillah, ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 , 23
12
Rupert C. Lodge, Philosophy of Education (New York: Harer and Brother, 1974), 23.
Esensialisme menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan
peserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung
jawab atas diri dan nasibnya sendiri.
Pandangan esensialisme tentang pendidikan disimpulkan oleh Van
Cleve Morris, bahwa esensialisme tidak menghendaki adanya aturan-
aturan pendidikan dalam segala bentuk.13 Oleh karena itu
eksistensialisme menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang
ada sekarang. Namun bagaimana konsep pendidikan esensialisme yang
diajukan oleh Morris sebagai “existentialism’s concept of freedom in
education”, menurut Bruce F. Baker, tidak memberikan kejelasan.
Barangkali Ivan Illich dengan Deschooling Society, yang banyak
mengundang reaksi di kalangan ahli pendidikan, merupakan salah satu
model pendidikan yang dikehendaki aliran esensialisme. Di sini agaknya
mengapa aliran esensialisme tidak banyak dibicarakan dalam
filsafat pendidikan.14
Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Pendidikan haruslah dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja
timbul
dari dalam diri siswa.
b. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
c. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan
mendorong
individu merealisasikan potensialitasnya.
d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang
bertautan
dengan disiplin mental.
13
Joe Park, Selected Readings,128.
14
Zuhairini, Filsafat Pendidikan, 31
e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
f. Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental
merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah15
BAB III
15
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat..., hal. 163-164. Lihat juga dalam Tim Pengajar
UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2010, hal. 35-36
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
Muhmidayeli, 2012:156)
memecahkan problem-problem yang ada dalam kehidupan. Sedangkan
Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan
warisan buda ya da n warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya
tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
tempo lama.
4. Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari
asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia
seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, yang berbeda
kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89).
Sedangkan Eksistensialisme menghendaki agar pendidikan selalu
melibatkan peserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung
jawab atas diri dan nasibnya sendiri.
B. Saran
Daftar Pustaka
YunusH.A. Telaah aliran pendidikan progresivisme dan esensialisme
dalam prspektip filsafat pendidikan Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1
Januari 2016
ManafAbdul 142
Penerapan model inside outside circle dapat meningkatkan daya serapmateri
ajarSTIT Al-Hilal SigliJl. Lingkar Keunire Kec. PidieVol. 15. No. 2, Januari 2021
FadlillahM.Aliran progresivisme dalam pendidikan di indonesiaJurnal
Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017