Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN


ESENSIALISME DAN PROGRESIVISME

Diajukan untuk tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu :

Dr. Habib Anwar Al Anshori MP.d

Disusun Oleh :

NAMA : MOHAMAD ADAM ASHADI ( 2311203033 )

NAMA : FAIZAL AMIN AL- AZIZ ( 2311203008 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

‫ سيد نا و‬. ‫احلمد اﷲ رب العاملني الصالة و السال م على اشرف األ نبياء و املر سلني‬
‫ قالوا‬.‫موالنا حممد و على أله وأصحابه و قرابته و من تبعهم با حسان اىل يوم الدين‬
‫ رب زدنا علما نافعا وارقنا‬.‫سبحانك ال علم لنا اال ما علمتنا انك انت العليم احلكيم‬
‫فهما واسعا يا فتاح يا عليم‬
Puji syukur pami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pendidikan islam dalam
perspektif filsafat pendidikan Esensialisme dan Progresivime.
Shalawat serta salam marilah kita curahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Adapun penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
oleh mata kulia Filsafat Pendidikan sekaligus sebagai bahan pelajaran kepada
siapa saja yang membacanya, serta terlebih kepada kami yang membuatnya.
dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi kesempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Bapak Dosen Dr. Habib Anwar Al Anshori, M. Pd
selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Samarinda, 19 September 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Pengertian progresivisme dan esensialisme.............................

B. Tokoh-tokoh aliran progresivisme dan esensialisme.............

C. Tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme dan

esensialisme......................................................................................
D. Pandangan progresivisme dan esensialisme dalam

Pembelajaran…………………………………………….

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perspektif filsafat pendidikan esensialisme, pendidikan Islam


menekankan pada kemampuan individu untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, dan kemauan bebasnya. Setiap individu dianggap unik
dan harus mengambil tanggung jawab pribadi atas nasibnya sendiri.
Pendidikan Islam dalam perspektif ini bertujuan untuk mendorong setiap
individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk mendidik diri
dan kebebasan manusia.
Sementara itu, dalam perspektif filsafat pendidikan progresivisme,
pendidikan Islam menekankan pada aktivitas siswa dalam proses pendidikan
dan pengembangan kepribadian seutuhnya. Prinsip-prinsip pendidikan
partisipatif yang dianut oleh progresivisme dapat diterapkan pada pendidikan
Islam dengan memfilternya melalui pandangan Islam. Pendidikan Islam dalam
perspektif ini bertujuan untuk mengubah praktik pendidikan yang selama ini
terkesan otokratis menjadi demokratis dan partisipatif.
Keduanya memiliki kesamaan dalam mengutamakan pengembangan potensi
individu dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk kebaikan diri dan
masyarakat. Tujuan pendidikan Islam dalam kedua perspektif ini adalah untuk
mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya
untuk mendidik diri dan kebebasan manusia.
Dalam pendidikan Islam, esensialisme dan progresivisme dapat diterapkan
dengan memfilternya melalui pandangan Islam. Pendidikan Islam dalam
perspektif esensialisme tekanan pada kemampuan individu untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, dan kemauan bebasnya,
sementara pendidikan Islam dalam perspektif progresivisme tekanan pada
aktivitas siswa dalam proses pendidikan dan pengembangan kepribadian
seutuhnya. Keduanya memiliki kesamaan dalam mengutamakan
pengembangan potensi individu dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk
kebaikan diri dan masyarakat. Tujuan pendidikan Islam dalam kedua
perspektif ini adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk mendidik diri dan kebebasan
manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian progresivisme dan esensialisme?
2. Sebukan tokoh-tokoh aliran progresivisme dan esensialisme?
3. Jelaskan tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme dan
esensialisme?
4. Jelaskan pandangan progresivisme dan esensialisme dalam pembelajaran?

C. TUJUAN
1. Dari sudut pandang esensialisme, tujuan pendidikan Islam adalah
mendorong individu untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya serta mencapai kesempurnaan dan kelengkapan makna
kemanusiaan yang mencakup aspek jasmani, rohani, intelektual,
emosional, moral, dan keterampilan.
2. Dari sudut pandang progresivisme, tujuan pendidikan Islam adalah untuk
menciptakan individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, dan memiliki kemampuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Progresivisme dan Esensialisme

1. Pengertian Progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif
yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkatnaik.
Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai
suatu gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah
progresivisme dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya
progesivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu
kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang
mengingikan kemajuan-kemajuan secara cepat.1

Aliran progresivisme adalah aliran filsafat pendidikan yang


sangat berpengaruh pada abad ke-20 hingga saat ini. Pengaruh itu terasa
di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan
di lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran
progresivisme ini. Aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup
liberal (The liberal road to culture).2 Yaitu pandangan hidup yang
mempunyai sifat-sifat berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak
perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin
mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (berhati
terbuka). Aliran progresivisme mengakui dan berusaha

1
Muhmidayeli, 2011:151
2
Theodore Brameld, dalam Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan, 20
mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan,
agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup.
Progresivisme juga disebut instrumentalisme dan eksperimentalisme.
Dinamakan instrumentalisme, karena intelegensi manusia sebagai alat
untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini
menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji
kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, karena
aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan
kepribadiaan.3

2. Pengertian Esensialisme
Filsafat pendidikan esensialisme ini muncul pada awal tahun
1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley,
Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983,
mereka membentuk suatu lembaga yang disebut "The esensialist
commite for the advanced of American Education". Bagley sebagai
pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college",
Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.4

Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri


yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.5 Nilai-nilai di dalamnya adalah berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang.
Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut esensialisme, yaitu
3
Noor Syam, Pengantar Filsafat, 228-229
4
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal 158.
5
Jalaluddin dan Abdullah idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
(Jogjakarta: Usaha Nasional, 1988), hal. 99.
terletak pada kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya
dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu.
Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak diinginkan sekarang,
hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan,
yaitu kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita
boleh optimis terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan
umat manusia.6

B. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme dan Esensialisme

1. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme

Filsafat pendidikan progresivisme dikembangkan oleh para ahli


pendidikan seperti John Dewey, William Kilpatrik, George Count, dan
Harold Rugg diawal abad 20. Tokoh-tokoh progresivisme antara lain:

a. William James (11 Januari 1842-26 Agustus 1910)

William James seorang Psychologist dan seorang filosof Amerika


yang terkenal. Sebagai penulis yang brilian, dosen serta penceramah
dibidang filsafat juga dikenal sebagai pendiri pragmatisme. Dia
menegaskan bahwa fungsi otak dan pikiran itu dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokokdari ilmu pengetahuan alam Buku
karangannya adalah Prnciple of Psichology yang terbit tahun 1890
yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut. dengan cepat
menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar
William James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan
Empirisme Radikal.

b. John Dewey (20 Oktober 1859-1 juni 1952)


John Dewey adalah scorang professor di Universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
6
Muhammad Noor Syam, Filsafat kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila, (Surabaya : Usaha Nasional, 1988), hal. 260.
"Progresivisme" yang lebih menekankan pada anak didik dan
minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curriculum" dan "Child Centered School". Adapun
ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan
problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktek.
diantara karya-karya Dewey dianggap penting adalah Freedom and
Cultural. Art and Experience. The Quest of Certainty Human Nature
and Conduct (1922), Experience and Nature (1925), dan yang paling
fenomenal Democracy and Education (1916).7

c. Hans Vaihinger (1852-1933)


Hans Vaihinger menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan,
satusatunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa
yunani pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata jika pengertian
itu berguna untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal
orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan
yang berguna saja.

d. George Santaya dan Ferdinant Schiller Kedua tokoh ini amat sukar
untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena banyak
pengaruh yang bertentangan dengan apa yang dialaminya.

2. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme


a. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)
Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesaikan jiwa
seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaiann
dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan
itu oleh Herbart disebut pengajaran.
b. Wiliam T. Harris (1835-1909)

7
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: CV.Al-Fabeta, 2003), Him: 142.
Tugas pendidikan adalah menjadikan terbentuknya realitas
berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke
kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-
nilai yang turun menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian
orang pada masyarakat.

c. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)


Ia mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan
agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan
spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai
sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap
tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis.
Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari
berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi
mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya
nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari
gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.

d. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu
tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat,
perhatian dan pengalaman seseorang menentukanb adanya kualitas
tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-
nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat
menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih,
melaksanakan). Dia memadukan antara aliran idealisme dan realisme
dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai tidak dapat
ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.8

8
http://One.Indoskripsi.com/Aliran -Aliran Pendidikan. di akses pada 12 Mei 2020.
C. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivisme dan
Esensialisme.

1. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivisme

Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivesme Berkaitan dengan


tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme lebih menekankan pada
memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga
terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat. 9 Maksudnya
pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman
kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya,
seorang pendidik harus dapat melatih anak didiknya untuk mampu
memecahkan problem-problem yang ada dalam kehidupan. Sejalan
dengan itu, tujuan pendidikan progresivisme harus mampu memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan
lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan secara terus
menerus.Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan
pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh
individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan
masalah.Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar
yang berada dalam proses perubahan. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, maka tujuan pendidikan menurut progresivisme ini sangat
senada dengan tujuan pendidikan nasional yang ada di Indonesia.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

9
Muhmidayeli, 2012:156)
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Jadi berdasarkan pengertian ini,
maka aliran progresivisme sangat sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ada di Indonesia.

2. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Esensialisme


Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk
meneruskan warisan buda ya da n warisan sejarah melalui pengetahuan
inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang
lama. Budaya tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji
oleh waktu dalam tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan
esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun
demikian bukan berarti sekolah lepas tanggung jawab, akan tetapi
memberi kontribusi tentang bagaimana merancang sasaran mata
pelajaran sedemikian rupa, yang pada akhirnya memenuhi kebutuhan
peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
kehidupan.10

D. Pandangan Progresivisme dan Esensialisme dalam


Pembelajaran.

1. Pandangan Progresivisme dalam Pembelajaran


Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari
asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia
seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, yang berbeda
kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89).
Dalam konteks ini, belajar semestinya dilaksanakan dengan
memperhatikan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak didik. Oleh

10
H.A YUNUS , TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016, 36
karena itu, dalam pandangan progresivisme belajar harus dipusatkan
pada diri siswa, bukan guru atau bahan pelajaran.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut
pandangan progresivisme, di antaranya:
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui
pengalaman.
c. Memberi motivasi dan bukan perintah.
d. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang
merupakan kebutuhan pokok anak.
e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin
dan Abdullah Idi, 2012:88).
Selain itu, aliran progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah
suatu proses yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat
kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan
berbagai persolan kehidupan (Muhmidayeli, 2011:157). Belajar dalam
konteks ini harus dapat meberikan pengalaman yang menarik bagi anak,
sehingga mampu diaplikasikannya dalam kehidupan nyata.11
Aliran progresivisme memandang bahwa masalah pendidikan
adalah masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses
yang satu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Rupert C. Lodge:
“life is education and education is life”, yang berarti bahwa seluruh
proses hidup dan kehidupan itu adalah proses pendidikan. Segala
pengalaman sepanjang hidup seseorang memberikan pengaruh
pendidikan baginya.12

2. Pandangan Esensialisme dalam Pembelajaran.

11
M. fadlillah, ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 , 23
12
Rupert C. Lodge, Philosophy of Education (New York: Harer and Brother, 1974), 23.
Esensialisme menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan
peserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung
jawab atas diri dan nasibnya sendiri.
Pandangan esensialisme tentang pendidikan disimpulkan oleh Van
Cleve Morris, bahwa esensialisme tidak menghendaki adanya aturan-
aturan pendidikan dalam segala bentuk.13 Oleh karena itu
eksistensialisme menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang
ada sekarang. Namun bagaimana konsep pendidikan esensialisme yang
diajukan oleh Morris sebagai “existentialism’s concept of freedom in
education”, menurut Bruce F. Baker, tidak memberikan kejelasan.
Barangkali Ivan Illich dengan Deschooling Society, yang banyak
mengundang reaksi di kalangan ahli pendidikan, merupakan salah satu
model pendidikan yang dikehendaki aliran esensialisme. Di sini agaknya
mengapa aliran esensialisme tidak banyak dibicarakan dalam
filsafat pendidikan.14
Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Pendidikan haruslah dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja
timbul
dari dalam diri siswa.
b. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
c. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan
mendorong
individu merealisasikan potensialitasnya.
d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang
bertautan
dengan disiplin mental.

13
Joe Park, Selected Readings,128.
14
Zuhairini, Filsafat Pendidikan, 31
e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
f. Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental
merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah15

BAB III
15
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat..., hal. 163-164. Lihat juga dalam Tim Pengajar
UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2010, hal. 35-36
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang


artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan sekarang dan bertingkat-tingkatnaik.
Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu
gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme
dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya progesivisme
merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang
mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan. Sedangkan
Filsafat pendidikan esensialisme ini muncul pada awal tahun 1930,
dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas
Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983, mereka
membentuk suatu lembaga yang disebut "The esensialist commite for
the advanced of American Education". Bagley sebagai pelopor
esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college",
Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.

2. Berikut adalah beberapa tokoh kunci dalam gerakan pendidikan


progresivesme
a. William James (1842-1910): James adalah seorang filsuf dan
psikolog yang merupakan salah satu pendiri gerakan Pragmatisme.
Ia percaya bahwa otak, seperti aspek organik lainnya dari
keberadaan, harus dipelajari fungsinya sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan alam. James membantu membebaskan psikologi dari
prasangka teologis dan menempatkannya pada basis perilaku
b. John Dewey (1859-1952): Dewey adalah seorang profesor di
Universitas Chicago dan Universitas Columbia yang sering dianggap
sebagai bapak pendidikan progresif. Ia percaya bahwa pendidikan
harus berpusat pada anak dan fokus pada kepentingan siswa, bukan
pada mata pelajaran itu sendiri. Teori pendidikan Dewey adalah
progresivisme, yang menekankan mempersiapkan anak-anak untuk
masa kini daripada masa depan yang tidak pasti
c. Hans Vaihinger (1852-1933): Vaihinger adalah seorang filsuf Jerman
yang percaya bahwa pengetahuan hanya memiliki makna praktis.
Satu-satunya ukuran pemikiran adalah kegunaannya dalam
mempengaruhi peristiwa-peristiwa di dunia.
Sedangkan, Aliran esensialisme adalah aliran dalam filsafat pendidikan
yang berpendapat bahwa pendidikan harus fokus pada pengajaran nilai-
nilai dasar yang abadi dan universal, seperti moralitas, etika, dan
pengetahuan dasar. Aliran ini memandang bahwa pendidikan harus
membentuk manusia yang berguna dan berkomitmen untuk berbuat
banyak kebaikan untuk sesama. Beberapa tokoh terkemuka yang
memelopori lahirnya aliran esensialisme adalah William C. Bagley,
Thomas Briggs, Frederick Breed, Isac L. Kandel, Johann Henrich
Pestalozzi, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Desiderius Erasmus, Johann
Amos Comenius, John Locke, dan William T. Harris.

3. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivesme Berkaitan dengan


tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme lebih menekankan pada
memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik, sehingga
terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat. 16 Maksudnya
pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman kepada
peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya,
seorang pendidik harus dapat melatih anak didiknya untuk mampu

16
Muhmidayeli, 2012:156)
memecahkan problem-problem yang ada dalam kehidupan. Sedangkan
Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan
warisan buda ya da n warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya
tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
tempo lama.
4. Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari
asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia
seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, yang berbeda
kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89).
Sedangkan Eksistensialisme menghendaki agar pendidikan selalu
melibatkan peserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung
jawab atas diri dan nasibnya sendiri.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberi manfaat


khususnya bagi kami yang membuat dan umumnya bagi pembaca. Adanya
pembahasan tentang DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
PROGRESIVISME DAN EKSENSIALISME

diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut mengenai sejarah


hadits dan dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun, kami harapkan. Dan tentunya kami meminta maaf
apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun isi dalam makalah
ini.

Daftar Pustaka
YunusH.A. Telaah aliran pendidikan progresivisme dan esensialisme
dalam prspektip filsafat pendidikan Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1
Januari 2016
ManafAbdul 142
Penerapan model inside outside circle dapat meningkatkan daya serapmateri
ajarSTIT Al-Hilal SigliJl. Lingkar Keunire Kec. PidieVol. 15. No. 2, Januari 2021
FadlillahM.Aliran progresivisme dalam pendidikan di indonesiaJurnal
Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai