Anda di halaman 1dari 12

LITERATURE REVIEW

SELF TRANSCENDENCE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

WELL BEING

ABSTRAK

Self Transcendence berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai


kehidupan sehingga tercapai kesejahteraan (Well-Being) dalam kehidupannya. Tulisan
ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai Self Transcendence dalam kaitannya dengan
Well Being. Literatur yang digunakan diperoleh dari hasil pencarian internet sebanyak
16 artikel dan 1 buku. Dari seluruh literatur yang dikaji didapatkan bahwa Self
Transcendece memiliki hubungan yang signifikan terhadap Well-Being. Aspek Self-
Transcendence yang terkaji meliputi intrapersonal, interpersonal, temporal dan
transpersonal. Self Transcendece itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi
usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, jumlah anak dan status kesehatan.Well
Being didefinisikan sebagai keadaan sejahtera secara bio,psiko, sosial, spiritual.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan sejahtera, baik secara fisik maupun mental adalah harapan setiap

individu.Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan suatu upaya. Salah satunya adalah

dengan meningkatkan Self-Transcendence. Self-Transcendence adalah kemampuan

individu untuk dapat mengembangkan diri menjadi individu yang lebih baik. Pada

beberapa penelitian telah dibuktikan adanya keterkaitan antara Self Transcendence

dengan keadaan sejahtera secara emosional (emotional well being) pada kelompok

orang yang dianggap rentan (vulnerabel), misalnya pada lansia atau pasien-pasien yang

menderita penyakit terminal. Namun, masing-masing kelompok sampel pada penelitian

tersebut memiliki pandangan yang berbeda mengenai makna Self Transcendence dan

Well-Being itu sendiri. Selain itu, penelitian mengenai Self Transcendence pada

kelompok individu yang sehat secara fisik mulai diselidiki.


Tujuan

Tujuan dari literatur review ini adalah untuk mengetahui apakah makna self

transcendence bagi kelompok inividu yang berada pada akhir kehidupan, seperti lansia

dan pasien dengan terminal ill, berusaha untuk menarik kesimpulan sementara tentang

faktor yang mempengaruhi self transcendence dan emotional well being.

Metode

Pencarian database dilakukan di Medical Literature Analysis and Retrieval

System Online (Medline), the Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature

(CINHAL), PubMed, Google Scholar. Pencarian dilakukan dengan menggunakan kata

kunci seperti self transcendence AND well being .Literatur yang digunakan pada tulisan

ini adalah buku, artikel, hasil penelitian dan beberapa abstrak penelitian mengenai Self

Transcendence dan Well being yang dipublikasikan pada tahun 1995 sampai 2010.

Desain penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

SELF TRANSCENDENCE

Self transcendence adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan

batasan diri yang meliputi intrapersonal, interpersonal, temporal dan transpersonal

(12).Dengan mengembangkan transcendence, batasan diri tersebut menjadi tipis

sehingga seorang individu mampu untuk mengembangkan diri menjadi individu yang

lebih baik (6).


Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan aspek Self Transcendence.

Aspek tersebut antara lain:

- Intrapersonal

Aspek intrapersonal berkaitan dengan bagaimana seorang individu menilai

atau mengintrospeksi diri terhadap nilai-nilai, filososfi, atau harapan-harapan

(12).Aspek tersebut meliputi kesadaran diri , pertumbuhan personal (2,7),

selalu memiliki harapan , optimis , positif (4,5,7,8,9,16), menghargai diri

sendiri, meyakini nilai-nilai yang dianut (1,7), menghargai orang sekitar kita,

menjadi sehat, selalu berusaha keras, bersikap baik, bertanggungjawab dan

memelihara diri (7)

- Interpersonal

Reed menyebutkan bahwa aspek interpersonal merupakan aspek yang

berkaitan dengan bagaimana seorang individu menjalin hubungan dengan

orang lain. Bisa keluarga, teman atau petugas kesehatan (16). Beberapa

penlitian memiliki hasil yang sama dengan apa yang dikemukakan oleh

Reed. Aspek tersebut antara lain hubungan dengan keluarga dan teman (

1,2,7,8,9,17), bersikap baik terhadap orang lain, menghargai orang lain (7),

memberi dan menerima orang lain (4).

- Temporal:

Konsep ini dilandaskan pada Teori Roger, bahwa manusia itu merupakan

unitary human being, satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

termasuk di dalamnya adalah masa lalu, saat ini dan masa depan (6). Aspek

yang berkaitan dengan temporal adalah ketersediaan finansial (7,16),

mengambil hikmah atau palajaran dari pengalaman di masa lalu yang dapat
meningkatkan motivasi (1). Mengenai hal ini, Hoshi memiliki perbedaan

pandangan, dimana justru sesorang itu tidak boleh melihat ke masa lalunya

(7).

Berkaitan dengan masa lalu, terdapat suatu terapi modalitas yang berkaitan

dengan konsep ini yaitu Structured Reminiscence. Dimana terapi ini

dilakukan dengan cara merecall pengalaman-pengalaman atau kejadian-

kejadian di masa lalu, yang dapat meningkatkan self transcendence (13).

- Transpersonal

Aspek ini berkaitan dengan hubungan dengan dimensi lain selain duniawi

(12). Hal yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan spiritualitas

(1,7,15), meningkatkan hubungan dengan Tuhan (2,8,16).

Faktor-yang berhubungan dengan Self Transcendence

- Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, wanita memiliki Self-Transcendence yang

lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (2,7,10,16)

- Usia

Dari beberapa penelitian terdapat adanya perbedaan. Beberapa penelitian

menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan Self Transcendence

(213,).Namun penelitian yang dilakukan oleh Suk Sun Kim terhadap Family

Caregiver di Taiwan didapatkan adanya hubungan yang positif antara usia

dengan Self Transcendence(14).

- Faktor lain yang diteliti oleh Suk Sun Kim antara lain jumlah anak, income,

Status kesehatan, Pendidikan (14)


WELL-BEING

Well Being didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik

fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu

kesejahteraan dan keadan yang baik. Contoh indikator well being antara lain

kepuasan hidup, konsep diri positif, bahagia, penuh harapan, dan kehidupan

yang penuh makna (12)

SELF TRANSCENDENCE DAN WELL BEING

Beberapa penelitian telah membuktikan adanya keterkaitan antara Self-

Transcendence dengan Well Being (tabel 1), namun dengan indikator well being

yang berbeda-beda, antara lain status kesehatan (2), penurunan depresi

(7,8,13,14,17), spiritual well being (15), kepuasan hidup (7,14) .

Penelitian lain menjadikan Self Transcendence sebagai mediator antara

vulnerabelity dengan Well being (1,7,16), mediasi antara optimisme dengan

Emotional Well Being (9), dan studi terakhir yang dilakukan oleh Palmer et al

(11) mendapatkan bahwa perawat dengan ST tinggi memiliki energi yang lebih

dan memiliki dedikasi yang tinggi dan lebih menjiwai pekerjaannya.


Tabel I
Peneliti Sampel Metode Hasil
B. Nygren, L. 125 responden Analisis: analisis multipel - Hubungan yang signifikan antara RS, SOC, PLT
Kriteria inklusi: lansia di
Alex, E. Jonsen, regresi simultan dan STS.
Y.Gustafson, atas 85 tahun, mampu - Hub siginifkan dengan SF 36 mental health pd
A.Norberg, & menjawab pertanyaan dan wanita tp tidak pada laki2.
B. Lundman memiliki kemampuan - Tdk ada hub antara penerimaan fisik dan kesh
untuk berpartisipasi dalam mental.
interview
Kathy B. Bean 786 sampel Mixed methode: - Tdp hub positif antara ST dg QOL, Stat
& Kim Wagner Usia di atas 18 thn yg korelasional,cross Kesh,jenis kelamin perempuan dan being
menerima transplantasi sectional, kualitatif employed
hati - Hub negatif antara STS dgn illness distres scale
- Respon narative berkaitan dgn ST meliputi aspek
interpersonal,intrapersonal dan transpersonal
- Tdk ada hub antara usia dg ST
- Perempuan memiliki ST yg lebih tinggi
-
Cynthia kellam 24 sampel wanita lansia Eksperimental, 2 grup - Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat
stinson, (12 grup kontrol, 12 grup
(kontrol dan eksperimen) depresi pada kelompok kontrol dan eksperiment
Edythe kirk eksperimen) Instrumen; GDS dan STS meskipun ada kecenderungan kelompok
Kriteria inklusi: Dilakukan pengukuran eksperiment meningkat
Usia di atas 60 thn pada awal, minggu ke 3 - Terdapat hubungan antara ST dengan depresi
Tinggal di fasilitas peldan ke 6.
lansia Intervensi 2 kali seminggu
selama 6 minggu
Hoshi 105 orang lansia yang Non eksperimental- - Hubungan antara vulnerability dengan ST
menjalani hospitalisasi deskriptif korelasional Peningkatan vulnerability akan menurunkan ST
- Hubungan Vulnerability dengan Well being
Peningkatan vulnerability akan meningkatkan
depresi dan menurunkan kepuasan hidup sebagai
indikator Well Being
- Hubungan ST dengan Well being
Peningkatan ST akan meningkatkan Well Being

Weathersby 9 wanita Afro— Studi kualitatif - Faktor yang meningkatkan depresi: situasi
Amerika,usia >40 tahun stresful, penyakit kronik, finansial, stres keluarga
yang menderita Kanker dan tidak adanya dukungan sosial
payudara - Cara untuk meningkatkan transcnendce:
spiritualitas dan harapan, mencari dukungan,
menjadi individu ynag kuat, dan beradaptasi
dengan kondisi saat ini.
Larson 64 wanita di atas 60 tahun Retrospective, - ST dan sosial support menjadi penghubung antara
yang menderita kanker correlational design gejala distress dengan depresi
payudara stadium 1-3, 8-
24 bulan post kemoterapi
atau radiasi
Ya-Chuan Hsu 193 lansia >65 tahun Deskriptif korelasional - St berhubungan positif dengan aktivitas sosial
- ST menjadi mediator antara penerimaan terhadap
stres dengan depresi
Baird Martha 10 wanita Sudan yang Kualitatif-ethnogrfi - Wanita pengungsi yang memiliki anak termasuk
berasal dari Dinka yang kedalam kelompok Vulnerabel
memiliki anak - Konsep Well-Being; tubuh yang sehat, damai,
Usia 25-44 tahun tenang dan aman
- Fasilitator antara vulnerabel dengan Well being
memiliki makna yang sama dengan self
transcendence meliputi intrapersonal,
interpersonal, temporal dan transpersonal
Suk Sun Kim 157 lansia dan family Deskriptif korelasonal, - Predictor utama pada ST lansia adalah kepuasan
caregiver di seoul Korea cross sectional terhadap hubungan keluarga, sedangkan pada
caregiver yaitu partisipasi di kegiatan sosial
- ST lansia berhubungan dengan ST caregiver
- Well being lansia berhubungan dengan well being
care givers
- Spiritualitas berhubungan dengan well being
Thomas, JC;87 wanita lansia di - Terdapat hubungan yang signifikan antara self
Burton M;komunitas yang telah transcendence dan kesejahteraan spiritual
Griffin MT; didiagnosa ca mamae Praktek spiritual yang dijalankan: latihan, mengunjugni
Fitzpatrick JJ dalam kurun waktu 5 rumah ibadah dan berdoa sendiri.
tahun terakhir
Matthews EE, 93 sampel Analisis korelasi dan - optimisme berhubungan positif dengan EWB
Cook PF multipel regresi 3 mediator:
- ST menjadi penghubung antara optimisme dengan
EWB
- Hub antara optimisme dan PFC tidak signifikan
- Optimisme berhubungan dengan SS, tetapi efek
tidak langsung thd EWB melalui SS tidak
signifikan
Palmer B, et al. 84 staf Corelational Level ST tinggi dibandingkan dengan non perawat
Convenience Level ―work engagement‖ tinggi
Terdapat hubungan positif antara ST dengan work
engagemnet

Coward DD 10 sampel Studi eksploratif dengan Wanita dg HIV AIDS terus mencari makna dan tujuan
studi fenomenologi hidup dengan cara menerima orang lain, memberi kepada
yg lain dan tetap mempertahankan harapan. ST menjadi
sumber bagi kesehatan mental dan akhir kehidupan
Coward DD 16 wanita yg didiagnosa Desain Pre experimental Terdapat hubungan antara self transcendence dengan well
breast cancer 1 grup being
KESIMPULAN

Self-Transcendence memiliki hubungan yang positif terhadap Well-Being. Aspek yang

dapat meningkatkan Self Transcendence meliputi aspek intrapersonal, interpersonal,

temporal dan transpersonal. Sedangakan konsep Well-Being memiliki makna yang

berbeda-beda bagi setiap individu. Well- Being bisa diartikan sebagai kesejahteraan

secara komprehensif meliputi aspek biopsiko sosial dan spiritual.


DAFTAR PUSTAKA

1. Baird, Martha. 2009. Resettlement Transition Experiences Among Sudanese


Refugee Women. Diakses tanggal 2 Mei di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/091_Baird_martha.pdf
2. Bean, Kathy B. & Wagner, Kim. Self Transcendence, Illness Distress, and
Quality of Life Among Liver Transplant Resipient. Diakses tanggal 7 Mei
2011 di http://www.lib.utexas.edu/etd/d/2003/wrightkb032/wrightkb032.pdf
3. Budin, Wendy C. 2001. Birth and Death: Opportunities for Self
Transcendence. Diakses tanggal 3 Mei 2011 di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17273252
4. Coward, DD. 1995. The lived experience of self-transcendence in women
with AIDS. Diakses tanggal 5 Mei 2011 di
http://ukpmc.ac.uk/abstract/MED/7643262
5. . 1998. Facilitation of self-transcendence in a breast cancer
support group. Diakses tanggal 9 Mei 2011 di
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=3464d5a3-27a4-480f-a7ad-
2eaadc4e3df2%40sessionmgr111&vid=16&hid=19&bdata=JnNpdGU9ZWh
vc3QtbGl2ZQ%3d%3
6. Gulliver, Kevin M. 2007. Middle Rang Theory of Self Transcendence: A
graphic representation. Diakses tanggal 5 Mei 2011 di
http://www.faculty.unlv.edu/.../SelfTranscendence/Theory%20of%20SelfT
ranscendene%20Graphic.htm
7. Hoshi, Miwako. 2008. Self-Transcendence, Vulnerability, and Well-Being in
Hospitalized Japanese Elders.Diakses tanggal 2 Mei 2011 di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/084_Hoshi_Miwako.pdf
8. Larson, CA. 2004. Spiritual, Psychosocial and Physical Correlates of Well
Being Across the Breast Cancer Experience.Diakses tanggal 2 Mei 2011 di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/Larson_CA.pdf
9. Matthews EE, Cook PF. 2009. Relationships among optimism, well-being,
self –transcendence, coping, and social support in women during treatment
for breast cancer. Diakses tanggal 9 Mei 2011 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=d4e6280e-d1f1-
4d7f-94ab-d55849b6aa35%40sessionmgr15&vid=1&hid=15
10. Nygren B. et al. 2005. Resilience, sense of coherence, purpose in life and
self transcendence in relation to perceived physical and mental health among
the oldest old. Diakses tanggal 9 Mei 2011 di
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=107e8ec4-a0ea-
4b26-8b5b-bc5e57381428%40sessionmgr15&vid=4&hid=15
11. Palmer B., Quinn Griffin, Reed,P., Fitzpatrick, JJ. 2010. Self transcendence
and work engagement in acute care staff registered nurses. Diakses tanggal 3
Mei 2011 di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20234203
12. Smith & Liehr. 2008. Middle Range Theory for Nursing. Second Edition.
New York: Springer Publishing Company.
13. Stinson, CK & Kirk, Edythe. 2006. Structured reminiscence: an intervention
to decrease depression and increase self-transcendence in older women.
Diakses tanggal 9 Mei 2011 di
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=3464d5a3-27a4-480f-a7ad-
2eaadc4e3df2%40sessionmgr111&vid=13&hid=19&bdata=JnNpdGU9ZWh
vc3QtbGl2ZQ%3d%3d
14. Suk,Sun Kim. 2008. Interdependence of Spirituality and Well-Being Among
Korean Elders and Family Caregivers. Diakses tanggal 2 Mei 2011 di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/081_Kim_Suk-Sun.pdf
15. Thomas JC; Burton M; Griffin MT; Fitzpatrick JJ. 2010.
Self-transcendence, spiritual well-being, and spiritual practices of women
with breast cancer. Diakses tanggal 3 Mei 2011 di
http://www.medscape.com/medline/abstract/20644178
16. Weathersby, Joda. 2008. Transcending The Now: A Grounded Theory Study
of Depressive Symptoms in African American Women with Breast Cancer.
Diakses tanggal 2 Mei di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/084_Weathersby_Joda.pdf
17. Ya, Chuan Hsu. 2009. A Cultural, Psychosocial Model for Depression in
Elder Care Institutions: The Roles of Sociallly Supportive Activity and Self-
Transcendence. Diakses tanggal 2 Mei 2011 di
http://www.nursing.arizona.edu/Library/Hsu_YaCHuan_Dissertation.pdf

Anda mungkin juga menyukai