Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN THYROID

DOSEN PENGAMPU:

NS.BAYU AZHAR, M. KEP

Disusun oleh Kelompok 10

Apriliyan Dwi Sartika (23311003)

Wilda Usakhia (23311025)

PROGRAM B STUDI S1KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG

NEGERI PEKANBARU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menjelaskan “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Endokrin dengan Hipotiroid dan Hipertiroid”

Asuhan keperawatan ini kami buat dengan bekerja sama dengan rekan satu
kelompok demi terselesaikan askep ini dengan waktu yang ditentukan. Sumber-sumber
dalam penyususnan askep ini kami ambil dari referensi buku buku dan situs internet yang
menyangkut bahan materi askep ini. Makalah ini sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah
Keperawatan dewasa yang pada semester ini kami pelajari.

Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karenanya kami mengharapkan
sarran dan kritikmya demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Pekanbaru, 27 September 2023

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
2.1 Konsep Thyroid ................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Thyroid ...................................................................... 4
2.1.2 Etiologi ....................................................................................... 5
2.1.3 Patofisiologi ................................................................................ 7
2.1.4 Manefestasi Klinis ...................................................................... 8
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................. 9
2.1.6 Komplikasi................................................................................ 12
2.1.7 Pathaway................................................................................... 14
2.1.8 Penatalaksanaan Medis.............................................................. 16
2.2 Konsep Dasar Keperawatan ............................................................. 19
2.3 Diagnosis Keperawatan dan Fokus Intervensi .................................. 24
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................... 27
3.1 Laporan Kasus Thyroid ................................................................... 27
3.2 Pembahasan Kasus .......................................................................... 29
3.3 Format MCP Teori /Kasus ............................................................... 33
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Thyroids .................... 30
3.5 Implementasi Dan Evaluasi ............................................................. 33
BAB IV ANALISIS JURNAL KASUS TYHROID .................................. 36
4.1 Analisis Jurnal ................................................................................. 36
4.2 Terapi Komplementer Thyroid ......................................................... 37
4.3 Trend dan Issu Penyakit Thyroid ..................................................... 37
BAB V PENUTUP ................................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 39
5.2 Saran ............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan fungsi tiroid merupakan suatu kondisi dimana produksi hormon
tiroid menjadi tidak seimbang. Gangguan fungsi thyroid yang paling umum
diantaranya hipertiroid dan hipotiroid.

Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin


yang menepati urutan kedua setelah diabetes mellitus , yang merupakan
kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit graves menjadi
penyebab utamanya (Brunner & Suddarth,2002).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolic horon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum
pada masalah ini adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain
adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisi yang menimbulkan sekresi
TSH meningkat, tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kanker tiroid yang
berlebihan (Arief mansjoer,1999)
1.2 Tujuan
A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa


tentang asuhan keperawatan pada gangguan hipotiroid dan
hipertiroid
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teoritis hipotiroid dan hipertiroid
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada hipotiroid dan hipertiroid

4
B. Manfaat
a. Bagi Masyarakat
Menambah informasi pengetahuan tentang apa itu gagguan tiroid, dan
penanganannya. Serta bagaimana penerapan tindakan yang dapat dilakukan
selain obat obatan
b. Institusi pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan dengan
penerapan intervensi dengan diagnosa yang ditegakkan
c. Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
gangguan thyroid

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan
terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar tiroid terdiri
dari dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh ithmus yang tipis di bawah
kartilago trikoidea di leher. Dan merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar,
yang normalnya memiliki panjang kurang-lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat 30
gram (Bruner & Suddarth, 2002).
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktifitas
metabolic seluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan
mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering
ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam
konsumsi oksigen dan oleh perubahan sifat responsive jaringan terhadap hormone
yang lain. Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak. Adanya hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap
metabolisme seluler, maka hormone tiroid sangat mempengaruhi setiap system yang
penting.

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Hipertiroid

2.2.1.1 Pengertian Hipertiroid

Hipertiroidisme adalah suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang


jelas, dan penyakit graves menjadi penyebab utamanya. Pengeluaran hormon
tiroid berlebihan diperkirakan menjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar
tiroid oleh immunoglobulin dalam darah. Hipertiroidisme (hipersekresi
hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid

6
2.2.1.2 Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,


hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfugsi kelenjar tiroid
akandisertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH
terhadap pelepasan keduanya. Hipertirodisme akibat malfungsi hipofisis
memberikangambaran kadar TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah
karena umpan balik negatif ddari HT dan TSH. Hipertiodisme akibat
malfugsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan
TRH yang berlebihan.

2.2.1.3 Patofisiologi hipertiroidisme


Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang timbul oleh sekresi yang
berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotiroin (T3).
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves/goiter toksika.
Penyakit graves adalah gangguan autoimun yang bisanya ditandai dengan
produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel- sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar dan
setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
2.2.1.4 Manifestasi Klinis
Peningkatan frekuensi denyut jantung, gelisah, tidak tahan panas,
terus berkeringat, kulit kemerahan hangat lunak dan basah, peningkatan
selera makan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang
abnormal, tremor, konstipasi/diare, eksoftalmos (mata yang menonjol),
gangguan reproduksi.

2.2.1.5 Komplikasi
1) Demam
2) Kegelisahan
3) Kelemahan
4) Perubahan kesadaran (bahkan terjadi koma)

7
5) Pembesaran hat disertai penyakit kuning ringan
2.2.1.6 Penatalaksanaan
1) Pemeriksaan diagnostic

a) Tiroksin serum (T4) dan triiodotironin (T3) meningkat


b) TSH rendah
c) Ambilan radioaktif iodin (absorbsi) meningkat
d) Penurunan lipid serum dapat menyertai hipertiroidisme
e) Penurunan sensitivitas terhadap insulin
2) Penatalaksanaan
a) Medikasi
Medikasi yang diberikan adalah antitiroid untuk menekan
sintesis hormon tiroid (thioamides)
b) Terapi iodin radioaktif
Penyinaran dengan radioisotop..
c) Pembedahan (tiroidektomi) untuk ibu hamil dengan tiroidisme
dan pasien dengan kanker tiroid.
d) Diet: tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral.
e) Aktifitas : klien dengan hipertiroidisme cepat merasa lelah
sehingga aktivitas harus diselingi dengan istirahat.
2.2.2 Hipotiroid
2.2.2.1 Pengertian hipotiroid
Hipertiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal. (Smeltzer, 2002)
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan
semua fungsi tubuh dan mental secara umum. (Engram, 1999)
2.2.2.2 Etiologi
Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah
tiroidektomi atau terapi radiasi (terutama dengan preparat I131) atau akibat
inflamasi, tiroiditis autoimun yang kronis (penyakit Hashimoto) atau keadaan
seperti amyloidosis serta sarkoidosis (jarang).

8
Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus
memproduksi TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis
hormone tiroid, defisiensi yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian
obat-obat antitiroid, seperti propiltiourasil.
2.2.2.3 Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis,
atau kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan
balik negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan
hipofisis jarang menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang
merupakan gangguan kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis,
terjadi ketika autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis
autoimun kronis yang disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis
Hashimoto. Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas
memainkan peranan dan subtype antigen leukosit manusia yang spesifik
dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.
Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid
melalui dua cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-
Stimulating Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid
yang sitotoksik dapat menyerang sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa
kemungkinan akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per
tahun.
2.2.2.4 Manifestasi klinis
1) Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
2) Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki.
3) Intoleransi terhadap suhu dingin.
4) Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan absorpsi zat gizi yang melewati usus.

9
2.2.2.5 Komplikasi
1) Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran yang menyebabkan koma.
2) Kematian dapat terjadi tanpa penggatian TH dan stabilisasi gejala.
3) Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osreoporosis, dan fibrilasi atrium
2.2.2.6 Penatalaksanaan pemeriksaan diagnostic
1) Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan
kadang-kadang dengan T3.
2) Pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar
tiroid.

10
2.3 MCP Teori/ Kasus

Perubahan Suhu tubuh # Pola Nafas tidak efektif #


Data subjektif: Data subjektif:
 Merasa Kedinginan  Dispnea
Data Objektif :  Ortopnea
 Suhu tubuh menurun Data Objektif:
 Pasien tampak menggigil  Frekuensi nafas
meningkat, dispnea

# MD: Hipotiroid

Key Assessments:

- Kadar T3 menurun
- Kadar T4 menurun

Intoleransi aktivitas
Konstipasi # Data subjektif:
Data subjektif : #  Terbaring di tempat tidur, #
 Pengeluaran fases lama dan ADL dibantu keluarga
sulit Data Objektif :
 Mengejan saat defikasi  Pasien terbaring di
Data objektif : tempat tidur
 Fases keras  Aktivitas dibantu
 BAB tidak teratur keluarga

11
Penurunan curah jantung # Pola Nafas tidak efektif #
Data subjektif: Data subjektif:
 Sakit dada sebelah kiri 
menjalar kepunggung Data Objektif:
belakang  Frekuensi nafas
Data Objektif : meningkat, dispnea
 Bradikardi (Detak jantung
lambat)
 Perubahan preload
# MD: Hipertiroid

Ansietas Key Assessments:


Data subjektif:
- Kadar T3 meningkat
 Cemas akan - Kadar T4 menibgkat
penyakitnya
Data Objektif :
 Cemas
 Kurang konsentrasi
#
#
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Kelelahan #
tubuh Data subjektif:
Data subjektif :  Merasa kurang tenaga
 Mengeluh susah menelan Data Objektif :
Data objektif :  Pasien cepat lelah
 Mual muntah  Aktivitas dibantu
 Penurunan berat badan keluarga
 Tidak nafsu makan

12
2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Hipertiroid
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
hipertiroid menurut Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1) Identitas

Identitas yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.

2) Keluhan Utama,

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan penurunan berat badan


drastis, jantung terasa berdetak cepat, mata sulit untuk tertutup, badan
terasa lemas, sering gemetaran, dan keringat berlebih.

3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang
dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi dileher,
adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi,
riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide,
lithium, amiodarone, interferon alfa.
c) Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara
kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi makan.

4) Pengkajian psikososial

Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana


hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan
menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatkan
gangguan tidur.

5) Pemeriksaan fisik

Data pemeriksaan fisik yang diperoleh sangat tergantung


berat atau lamanya ketidakseimbangan hormone karena
keterlibatan dari organ lain menurut Doenges (1999)

13
antara lain :

a) Aktivitas atau istirahat

Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat. Otot lemah,


gangguan koordinasi. Kelelahan berat.
Tanda : Atrofi otot.

b) Sirkulasi

Gejala : Palpitasi. Nyeri dada (angina).


Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur. Peningkatan tekanan darah dengan tekanan
nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).

c) Eliminasi

Gejala : Urine dalam jumlah banyak. Perubahan dalam feses: diare.

d) Integritas / Ego

Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional


maupun fisik. Tanda : Emosi labil (euphoria sedang
sampai delirium), depresi.

e) Makanan / Cairan

Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak. Nafsu


makan meningkat, makan banyak, makannya sering,
kehausan. Mual dan muntah.
Tanda : Pembesaran tiroid, goiter. Edema non-pitting terutama
daerah pretibial.

f) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri orbital, fotofobia.

g) Pernapasan

Tanda : Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea.


Dispnea. Edema paru (pada krisis tirotoksikosis).

14
h) Keamanan

Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang


berlebihan. Tanda : Suhu meningkat diatas 37,4C
diaphoresis. Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut
tipis, mengkilat, dan lurus. Eksoftalmus: retraksi, iritasi
pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema
(sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat
parah.
b. Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan curah jantung b.d hipotiroid tidak terkontrol, keadaan


hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2) Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme


(peningkatan nafsu makan/ pemasukan dengan penurunan berat badan)

4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b.d perubahan


mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kel opak
mata/eksoftalmus.
5) Ansietas b.d faktor fisiologis; status hipermetabolik.

c. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Penurunan curah jantung Setelah diberikan 1. Catat atau
tindakan keperawatan 2x24 perhatikan kecepatan
jam curah jantung menjadi irama jantung dan
adekuat sesuai dengan adanya distrirnea.
kebutuhan tubuh. Dengan 2. Auskultasi suara
kriteria hasil : jantung, perhatikan
1. Tanda vital stabil. adanya bunyi jantung
2. Denyut nadi perifer tambahan, adanya
normal. irama gallop dan
3. Pengisian kapiler < 3 mumur sistolik.
detik. 3. Observasi tanda
4. Tidak ada distritnea. dan gejala haus yang
hebat, mukosa
membran kering yang

15
lemah.
4. Observasi nadi
atau denyut
jantung pada pada
pasien saat tidur.
5. Berikan cairan IV
sesuai indikasi.
6. Berikan obat sesuai
indikasi.

2. Kelelahan Setelah diberikantindakan 1. Monitoring respon


keperawatanselama 3 x 24 kardiorespirasi terhadap
jam kelelahan tidak terjadi. aktivitas
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake nutrisi
3. Ajarkan teknik dan
Klien manajemen aktivitas
mengungkapkan untuk mencegah
secara verbal kelelahan
peningkatan 4. Kolaborasi dengan
tingkat energi ahli gizi tentang cara
meningkatkan intake
makanan tinggi energi
5. Tingkatkan
pembatasan bedrest dan
aktivitass
3. Perubahan nutrisi 1. Hindari makanan
kurang dari kebutuhan Setelah diberikan
yang dapat
tindakan keperawatan
meningkatkan
selama 3 x 24 jam
peristaltic usus.
keseimbangan nutrisi
2. Auskultasi bising
kembali normal. Dengan
usus.
kriteria hasil:
1. Berat badan stabil. 3. Pantau masukan
makanan setiap hari
2. Tidak malnutrisi.
dan timbang berat
3. Kebutuhan
badan tiap hari.
metabolisme
terpenuhi. 4. Dorong klien
makan dan
meningkatkan jumlah
makan.
5. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
memberikan diet
kalori tinggi.

4. Risiko tinggi terhadap Setelah diberikantindakan 1. Bagian kepala


kerusakan integritas keperawatan tempat tidur
jaringan selama 1 x 24 jam tidak ada ditinggikan dan batasi
resiko kerusakan integritas pemasukan

16
kulit dengankriteria hasil : garam jika ada indikasi.
2. Evaluasi ketajaman
Mampu mengidentifikasi mata.
tindakan untuk
memberikan perlindungan 3. Observasi edema
pada mata dan pencegahan periobital, gangguan
komplikasi. penutupan kelopak
mata.
4. Berikan obat sesuai
indikasi.

5. Ansietas Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi


keperawatan penurunan
selama 3 x 24 jam maka tingkat energi,
ansietas menurun dengan ketidakmampuan
kriteria hasil : berkonsentrasi.
1. Verbalisasi khawatir Atau gejala lain
akibat kondisi yang 2. Identifikasi
dihadapi menurun teknik relaksasi
2. Perilaku gelisah yang pernah
menurun efektif
digunakan
3. Identifikasi
kemampuan dan
penggunaan
teknik
sebelumnya
4. Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah
dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi

2.4.2 Hipotiroid
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
hipotiroid adalah :
1) Identitas
Identitas yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipotiroid

17
2) Keluhan utama (Welsby, 2010)
Klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak tahan dingin, haid yang deras,
keringat berkurang, kulit terasa kering dan dingin, suara parau, edema pada
kelopak mata bawah.
3) Riwayat kkesehatan sekarang
Tanyakan kepada klien apakah mengalami haid yang deras dan lama serta
merasa lemah, keringat berkurang, tidak tahan dingin, odema kelopak mata
bawah. Tanyakan apakah tambah berat pada waktu pagi dan cuaca dingin
serta setelah aktivitas sedang dan berat. Tanyakan pada klien usaha yang
telah dilakukan dalam menangani keluhan nyeri, serta mengkonsumsi obat-
obat hipotiroidisme dan bagaimana pengontrolannya.
4) Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarga klien, kaji kelain kongenital waktu kecil, riwayat persalinan,
riwayat penyakit DM, kardiovaskuler, dan infeksi
6) Pemeriksaan fisik
1. Muskuloskaletal : Mialgia, atralgia, keletihan
2. Kardivaskular : Intoleran pada dingin, penurunan keringat, tekanan
darah menyempit, nyeri prekordial
3. Pernfasan : Sakit tenggorokan, sesak nafas dengan latihan ringan
4. Pencernaan/nutrisi : Peningkatan berat badan yang tidak jelas,
anoreksia, konstipasi, distensi abdomen, asites
5. Integumen : Kulit pucat, kelopak mata atas menurun, pembesaran
lidah dan bibir, rambut kasar dan tipis
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

2. Perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan


penurunan status metabolic sekunder

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal


4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan
penurunan proses kognitif.

18
c. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi,
perawatan selama 2x24 kedalaman, pola
jam, perbaikan sttus pernafasan; oksimetri
respiratorius dan denyut nadi dan gas darah
pemeliharaan pola nafas arterial
yang normal. Dengan 2. Dorong pasien untuk
Kriteria Hasil: nafas dalam dan batuk
- Memperlihatkan 3. Berikan obat (Hipnotik
perbaikan status dan Sedatif) dengan hati-
pernafasan dan hati
pemeliharaan pola 4. Pelihara saluran nafas
pernafasan yang normal pasien dengan
- Menunjukan frekuensi, maelakukan pengisapan
kedalaman dan pola dan dukungan ventilasi
respirasi yang normal jika diperlukan

2. Perubahan suhu tubuh, Setelah dilakukan 1. Berikan tambahan lapisan


hipotermi perawatan selama 2x24 pakaiaan atau tambahan
jam, pemeliharaan suhu selimut
tubuh pasien normal. 2. Pantau suhu tubuh pasien
Dengan KH: dan melaporkan
- Mengalami penurunannya dari nilai
berkurangnya rasa dasar suhu normal pasien
nyaman dan intoleransi 3. Lindungi terhadap hawa
terhadap hawa dingin dingin dan hebusan angin
- Mempertahankan suhu
tubuh dasar
3. Konstipasi Setelah dilakukan 1. Tentukan pola
perawatan selama 2x24 defekasi bagi klien
jam pasien mengalami dan latih klien untuk
pemulihan fungsi usus menjalankannya
yang normal. Dengan 2. Atur waktu yang
Kriteria Hasil: tepat untuk defekasi
- Konsistensi fases klien seperti sesudah
lembut makan
- Eliminasi fases tanpa 3. Berikan cakupan
perlu mengejan nutrisi berserat sesuai
berlebihan dengan indikasi
- Defekasi dilakukan satu 4. kKolaborasi
kali sehari pemberian laksatif
sesuai indikasi
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Atur interfal waktu antar-
perawatan selama 2x24 aktivitas untuk
jam pasien mengalami meningkatkan istirahat dan
peningkatan toleransi latiha yang dapat ditolerir
aktivitas. Dengan Kriteria 2. Bantu aktivitas perawatan
Hasil: mandiri ketika pasien
- Beraktivitas dalam berada dalam keadaan

19
perawatan mandiri lelah
- Melaporkan penurunana 3. Berikan stimulasi melalui
tingkat kelelahan percakapan dan aktivitas
- Memperlihatkan yang tidak menimbulkan
perhatian dan kesadaran stress
pada lingkungan 4. Pantau respon pasien
terhadap peningkatan
aktivitas

d. Pendidikan Kesehatan
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter
meskipun gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk
menigkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk
menpercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental
pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan dijelasakan
tentang tujuan terapi, progra pengobatan serta efek samping yang harus
dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan pedonan ini harus
disamapaikan pula secar tetulis kepada pasien, keluarga, dan perawat kunjungan
rumah.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang wanita PM, usia 51 tahun, BB 52 kg, TB 160 cm, dengan keluhan dada berdebar-
debar. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 3 minggu terakhir ini dan gejalanya hilang timbul
tanpa dipengaruhi oleh aktivitas. Nyeri dada atau dada seperti tertindih beban berat dikatakan
tidak ada. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat walaupun pada saat tidak beraktivitas
berat ataupun cuaca yang terlalu panas, tangan juga dikatakan selalu lembab seperti
berkeringat. Pasien mengatakan lebih nyaman pada suhu ruangan yang dingin. Pasien
mengatakan juga mengalami penurunan berat badan kurang lebih 9 kg selama 3 bulan
terakhir. Penurunan berat badan disertai hilangnya nafsu makan. Pasien mengeluh mudah
lelah tidak bertenaga walaupun hanya melakukan aktivias yang sangat ringan disertai kedua
tangan yang sering bergemetar. Keluarga pasien dan teman-tempat tempat bekerja
mengeluhkan kalau mata pasien lebih telihat melotot dibandingkan yang dahulu, ini dirasakan
sejak 3 minggu terakhir ini.

Pasien sebelumnya pernah mengeluhkan keluhan seperti saat ini pada 6 bulan yang lalu,
tetapi tidak ada bengkak dibagian leher. Riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah
tinggi ataupun penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 60
x/menit, pernapasan 27 x/menit, dan suhu 36,70C, mata eksoftalmus, pemeriksaan leher
didapatkan pembesaran kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar TSH
0,005 uIU/ml, FT4 7,77 mg/dl. Kemudian oleh dokter disarankan untuk melakukan
pemeriksaan iodium radioaktif dan fineddle aspiration biopsy (FNAB)

3.2 Pembahasan

Pada kasus ini pasien merupakan seorang perempuan Ny.PM dengan usia 51 tahun dan
keluhan dada berdebar. Penyakit hipertioroid biasanya lebih sering terjadi pada wanita dengan
perbandingan 8:1 jika dibandingkan dengan kasusnya pada laki-laki. Sebagian besar kasus
penyakit hipertiroid memang terjadi pada kurun usia antara 40 hingga 60 tahun, walapun
demikian penyakit hipertiroid ini dapat terjadi pada semua umur.

Manifestasi klinis muncul akibat kelebihannya hormon hipertiroid dalam jaringan yang
dapat berdampak pada berbagai macam system organ (neuromuscular, cardiovacular,dll) .
Gejala yang paling sering muncul berupa palpitasi , lemas , tremor, anxiety, gangguan tidur,
intoleransi panas, berkeringat, dan polydipsia.

21
Pada pemeriksaan fisik biasanya dapat di temukan takikardi, tremor pada ekstremitas dan
penurunan berat badan. Pada pasien hipertiroid 67% mengalami gangguan neuromuscular dan
62% memiliki gejala klinis berupa kelemahan setidaknya 1 organ yang berhubungan dengan
konsentrasi serum fT4. Pada kasus didapatkan pasien mengalami keluhan berdebar ,kelelahan
, keringat berlebihan , nafsu makan meningkat , berat badan turun , suka udara dingin ,tiroid
teraba , hand moist , nadi <90 x/menit

Dalam mendiagnosa kasus hipertiroid pengukuran serum TSH harus paling pertama di
lakukan, karena memliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosis penyakit
tiroid.12,13 JIka hasilnya rendah, serum konsentrasi freeT4 atau total T3 harus diperiksa.
Pada Overt hipertiroidism terjadi penurunan kadar serum TSH (<0.01mU/L)2 dan
peningkatan serum IT4 dan T3. Subclinical hipertiroid kadar fT4 dan T3 bisa ditemukan
normal. 12 Pada kasus ini sesuai dimana hasil yang diapatkan pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar TSH yang rendah dengan peningkatan serum fT4 yaitu serum TSH 0,005
ulU/ml, FT4 7.77 mg/dl.

22
3.3 MCP Kasus
Pola Nafas tidak efektif
Data subjektif:
#  Dispnea #
Gangguan presepsi sensorik Penurunan curah jantung
Data subjektif:  Ortopnea
Data subjektif:
Data Objektif:
 Pandangan kabur  Dada berdebar-debar
 Frekuensi nafas
 Mata pasien lebih Data Objektif :
meningkat, dispnea
melotot  Bradikardi (Detak jantung
dibandingkan dahulu lambat)
Data Objektif :
 Perubahan preload
 Mata eksoftalmus

# MD: Hipotiroid

Key Assessments:

- Kadar T3 menurun
- Kadar T4 menurun

# Intoleransi aktivitas
Perubahan nutrisi kurang dari # Data subjektif:
kebutuhan tubuh  Mengeluh mudah lelah#
Data subjektif : melakukan aktivitas
 Tidak nafsu makan Data Objektif :
Data objektif :  Aktivitas dibantu
 Berat badan menurun keluarga
 Frekuensi dan porsi makan
sedikit

23
3.4 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh

karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali

sebanyak mungkin informasi antara lain:

a. Identitas pasien :
- Nama: Ny. PM
- Umur : 51 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Pegawai swasta
- Berat badan : 52 kg
- Tinggi badan: 160 cm

b. Keluhan utama :
- Sesak nafas
- Sulit menelan
- Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher
- Berat badan turun
- Pasien tidak nafsu makan
- Rasa capek/lelah
- Keringat Berlebihan
c. Riwayat kesehatan :
- Pernah melakukan pengobatan 6 bulan lalu dengan keluhan terdapat dan
nyeri saat ditekan dibagian pangkal leher.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
- Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan
menurun
2. Pola tidur
- Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
- Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
1. Tanda tanda vital : TD : 150/90 mmHg R: 27 kpm Nadi: 60 kpm
2. Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat,
3. Sistem pulmonary, seperti : dispenia

24
4. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun,
5. Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
6. Sistem musculoskeletal, seperti : relaksasi otot yang melambat.
7. Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat
dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung
8. Gastrointestinal seperti : anoreksia, obstipasi (sembelit), distensi abdomen.

f. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar TSH 0,005 uIU/ml,
FT4 7,77 mg/dl
2. Pemeriksaan TSH Pada Overt hipertiroidism terjadi penurunan kadar
serum TSH (<0.01mU/L)2 dan peningkatan serum IT4 dan T3. Subclinical
hipertiroid kadar fT4 dan T3 bisa ditemukan normal. 12 Pada kasus ini
sesuai dimana hasil yang diapatkan pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar TSH yang rendah dengan peningkatan serum fT4 yaitu serum TSH
0,005 ulU/ml, FT4 7.77 mg/dl.
g. Analisis Data:

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: gangguan Gangguan persepsi
 Pasien mengatakan penglihatan transmisi sensorik
kabur impuls sensorik (penglihatan)
 Keluarga dan teman-teman sebagai akibat
mengatakan kalau mata pasien oftalmopati
lebih terlihat melotot
dibandingkan dahulu
DO:
 Pasien tampak kebingungan
 Berbicara lambat
 Mata eksoftalmus
DS : penurunan volume Penurunan curah
 Pasien mengatakan mudah lelah sekuncup sebagai jantung
DO: akibat bradikardi
 Nadi 60 kpm
 TD : 150/90
 R: 27 kpm
3. DS : penurunan Perubahan nutrisi
 Pasien mengatakan tidak nafsu kebutuhan kurang dari
makan metabolisme, dan kebutuhan tubuh
 Pasien mengatakan sulit napsu makan yang
menelan menurun.
DO:
 Pasien hanya menghabiskan ¼
dari porsi makanan

25
 Berat badan menurun
4. DS: kelelahan dan Intoleran aktivitas
 Pasien mengatakan sekarang penurunan proses
hanya banyak istirahat saja
 Pasien merasa cepat lelah ketika kognitif.
beraktivitas
DO:
 ADL dibantu keluarga
 Pasien terbaring di tempat tidur
DS: ekspansi paru yang Pola nafas tidak
 Pasein mengeluh sesak nafas menurun efektif
 Mudah lelahh
DO:
 Nafas cepat
 RR 27kpm
 Pasien menggunakan oksigen

2. Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan berhubungan dengan


gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati.
b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup
sebagai akibat bradikardi, dan hipoventilasi.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
kebutuhan metabolisme: napsu makan menurun.
d) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
e) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

3. Intervensi

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan 1. Anjurkan pada pasian bila
sensorik (penglihatan) perawatan selama tidur dengan posisi elevasi
2x24 jam pasien kepala.
mengalami 2. Basahi mata dengan
peningkatan visus dan borwater steril.
tidak terjadi trauma 3. Jika ada photophobia,
cedera pada mata anjurkan pasien
menggunakan kacamata
rayben
4. Jika pasien tidak dapat
menutup mata rapat pada
saat tidur, gunakan
plester non alergi.
5. Berikan obat-obatan
steroid sesuai program.
Pada kasus-kasus yang
berat, biasanya dokter
memberikan obat-obat
untuk mengurangi edema

26
seperti steroid dan diuretik.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah,
perawatan selama denyut dan irama jantung
jantung
2x24 jam pasien setiap 2 jam untuk
memepertahankan mengindikasi kemungkinan
fungsi kardivaskuler terjadinya gangguan
tetap optimal dengan hemodinamik
kriteria hasil : jantung
- Tekanan darah 2. Anjurkan pasien untuk
dalam batas memberitahu perawat
normal segera bila pasien
- Irama jantung mengalami nyeri dada
dalam batas 3. Kolaborasi pemberian
normal obat-obatan sesuai indikasi
4. Ajarkan kepada pasien
dan keluarga cara
penggunaan obat serta
tanda-tanda yang harus
diwaspadai bila terjadi
hipertiroid akibat
penggunaan obat yang
berlebihan.

3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Dorong peningkatan


perawatan selama asupan cairan
kurang dari kebutuhan
2x24 jam pasien 2. Berikan makanan yang
tubuh mengalami kaya akan serat
peningkatan nafsu 3. Ajarkan kepada klien,
makan dengan tentang jenis –jenis
kriteria hasil : makanan yang banyak
- Berat badan mengandung air.
bertambah 4. Pantau fungsi usus
- Tekstur kulit 5. Dorong klien untuk
membaik meningkatkan mobilisasi
dalam batas-batas
toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk
pemberian obat pecahar dan
enema bila
diperlukan

4. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan 1. Atur interval waktu antar


perawatan selama aktivitas untuk
2x24 jam pasien meningkatkan istirahat dan
mengalami latihan yang dapat ditolerir.
peningkatan istirahat 2. Bantu aktivitas perawatan
dengan kriteria hasil mandiri ketika pasien
- Beraktivitas berada dalam keadaan lelah.
dalam perawatan 3. Berikan stimulasi melalui
mandiri percakapan dan aktifitas
- Melaporkan yang tidak
penurunana menimbulkan stress.
tingkat 4. Pantau respon pasien
kelelahan terhadap peningkatan
aktivitas.

27
5. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi
perawatan selama kedalaman, pola
2x24 jam,perbaikan pernapasan: oksimetri
staus respiratorius denyut nadi
dan pemeliharaan dan gas darah arterial.
pola nafas yang 2. Dorong pasien untuk
normal dengan napas dalam dan batuk.
kriteria hasil 3. Berikan obat (hipnotik
- Memperlihatkan dan sedatip) dengan hati-
perbaikan status hati.
pernafasan dan 4. Pelihara saluran napas
pemeliharaan pola pasien dengan melakukan
pernafasan yang pengisapan dan
normal dukungan ventilasi jika
- Menunjukan diperlukan.
frekuensi,
kedalaman dan
pola respirasi yang
normal

4. Implementasi dan evaluasi

TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Senin, Gangguan persepsi 1. Mengnjurkan pada DS:
07/09 sensorik pasian bila tidur dengan - Pasien mengatakan
(penglihatan) posisi elevasi kepala. penglihatan kabur
berdasarkan 2. Membasahi mata  - Keluarga
berhubungan dengan dengan borwater steril. mengatakan pasien
gangguan transmisi 3. Jika ada photophobia, mudah lupa dan
impuls sensorik mengaanjurkan pasien sering kebingungan
sebagai akibat menggunakan kacamata DO:
oftalmopati. rayben  Pasien tampak
4. Jika pasien tidak dapat kebingungan
menutup mata rapat  -Berbicara lambat
pada saat tidur,  -Perhatian kurang
gunakan plester non  A: Masalah belum
alergi. teratasi
5. Memberikan obat-
 P: Intervensi
obatan steroid sesuai dilanjutkan
program. Pada kasus-
kasus yang berat,
biasanya dokter
memberikan obat-obat
untuk mengurangi
edema seperti steroid
dan diuretik.
Senin, Penurunan curah 1. memanantau tekanan DS :
07/09 jantung berhubungan darah, denyut dan  -Pasien mengatakan
dengan penurunan irama jantung setiap 2 mudah lelah
volume sekuncup jam untuk DO:
sebagai akibat mengindikasi  -Nadi 60 kpm
bradikardi, dan kemungkinan  -TD : 135/95

28
hipoventilasi. terjadinya gangguan  -R: 27 kpm
hemodinamik jantung  A: Masalah belum
2. Menganjurkan pasien teratasi
untuk memberitahu  P: Intervensi
perawat segera bila dilanjutkan
pasien mengalami nyeri
dada
3. Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai
indikasi
4. Mengajarkan kepada
pasien dan keluarga
cara penggunaan obat
serta tanda-tanda yang
harus diwaspadai bila
terjadi hipertiroid
akibat penggunaan obat
yang berlebihan
Senin, Perubahan nutrisi 1. Mendorong DS :
07/09 kurang dari kebutuhan peningkatan asupan  -Pasien mengatakan
tubuh cairan nafsu makan
2. Membeerikan makanan meningkat
yang kaya akan serat  -Mual & muntah
3. Mengajarkan kepada  Pasien mengatakan -
klien, tentang jenis – -sulit menelan
jenis makanan yang DO:
banyak mengandung  - Pasien
air. menghabiskan ½
4. Memantau fungsi usus dari porsi makanan
5. Mendorong klien untuk - Mual dan muntah
meningkatkan setelah makan
mobilisasi dalam batas- A: Masalah belum
batas toleransi latihan. teratasi
6. Kolaborasi : untuk  P:Intervensi
pemberian obat pecahar dilanjutkan
dan enema bila
diperlukan
Senin, Intoleran aktivitas 1. Mengatur interval DS:
07/09 waktu antar aktivitas - Pasien duduk saat
untuk meningkatkan makan
istirahat dan latihan - Pasien merasa
yang dapat ditolerir. cepat lelah ketika
2. Membantu aktivitas beraktivitas
perawatan mandiri DO:
ketika pasien berada - ADL dibantu
dalam keadaan lelah. keluarga
3. Memberikan stimulasi - Pasien terbaring di
melalui percakapan dan tempat tidur dam
aktifitas yang tidak duduk saat makan
menimbulkan stress.
4. Memantau respon
pasien terhadap
peningkatan aktivitas.
Senin, Pola nafas tidak 1. Memantau frekuensi DS:
07/09 efektif kedalaman, pola - Pasein mengeluh
pernapasan: oksimetri sesak nafas
denyut nadi dan gas - Mudah lelahh

29
darah arterial. DO:
2. Mendorong pasien - Nafas cepat
untuk napas dalam dan RR 27kpm
batuk. -
3. Memberikan obat Pasien
(hipnotik dan sedatip) menggunakan
dengan hati-hati. oksigen
4. Memelihara saluran
napas pasien dengan
melakukan pengisapan
dan dukungan ventilasi
jika diperlukan.

30
BAB IV
JURNAL TERKAIT(NASIONAL ATAU INTERNASIONAL)

4.1 ANALISIS JURNAL

A. Identitas jurnal
1. Nama jurnal: Medika udayana
2. Halaman: 65-69
3. Tahun penerbit: 2023
4. Judul jurnal: KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN FUNGSI TIROID DI
RSUP SANGLAH TAHUN 2019
5. Nama penulis : Rr. Cattleya Allayka Wardana, Made Ratna Saraswati , I Made Pande
Dwipayana , Wira Gotera
B. Abstrak Jurnal
1. Jumlah paragraph: 1 paragraf
2. Halaman: setengah halaman
3. Ukuran Spasi: 1.0
4. Uraian Abstrak: abstrak disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris.
Didalam abstrak sendiri penulis menejlaskan bahwa penelitian ini dilakukan di Poli
Diabetic Center RSUP Sanglah pada tahun 2019, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan fungsi tiroid, usia, jenis
kelamin, dan pola kunjungan pasien
5. Keyword jurnal: Dysfunction., Thyroid., Characteristics.
C. Pendahuluan Jurnal
Didalam pendahuluan jurnal penulis menggambarkan bahwa gangguan pada fungsi
thyroid ini merupakan suatu kelainan endokrin terbesar kedua setelah diabetes. Gangguan
fungsi thyroid yang paling umum diantaranya hipertiroid dan hipotiroid. Kasus hipotiroid
dan hipertiroid berbeda disetiap Negara. Sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh
pasien yang terdata pada data register Poli Diabetic Center RSUP Sanglah yang
mengalami gangguan fungsi tiroid pada 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2019.
Kriteria inklusi yaitu pasien gangguan fungsi tiroid yang memiliki data register lengkap
(nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan fungsi tiroid) di Poli Diabetic Center RSUP
Sanglah pada 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2019. Untuk kriteria eksklusi yaitu
pasien gangguan fungsi tiroid yang memiliki data register diluar RSUP Sanglah atau data
register yang tidak lengkap.
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan fungsi tiroid, usia, jenis
kelamin, dan pola kunjungan pasien di Poli Diabetic Center RSUP Sanglah.

31
E. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan metode deskriptif potong
lintang (cross sectional descriptive) dengan menggunakan data sekunder dari data register
pasien gangguan fungsi tiroid di Poli Diabetic Center RSUP Sanglah.
F. Hasil penelitian & pembahasan
Secara keseluruhan didalam pembahasan penulis sudah bias memberikan data sesuai
dengan tujuan penelitian yang dikemukakan, yaitu:
1. Karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan usia, dikelompokkan dalam suatu
rentangan usia. Sampel dengan rentang usia 11-20 tahun sejumlah 20 orang (3,4%)
yang terdiri dari 15 orang hipertiroid dan 5 orang hipotiroid. Rentang usia 21-30
tahun memiliki total jumlah 95 orang (15,9%) dengan hipertiroid sebanyak 83 orang
dan hipotiroid sebanyak 12 orang. Rentang usia 31- 40 tahun memiliki total 89 orang
(14,9%) yang terdiri dari hipertiroid 78 orang dan hipotiroid 11 orang. Retang usia
41-50 tahun dengan total 178 orang (29,9%) terdiri dari hipertiroid 146 orang dan
hipotiroid 32 orang. Retang usia 51-60 tahun memiliki total 149 orang (25%) terdiri
dari 114 orang hipertiroid dan 35 orang hipotiroid. Retang usia 61-70 tahun terdiri
dari 48 orang (8,1%) terdiri dari 35 orang hipertiroid dan 13 orang hipotiroid. Retang
usia 71- 80 tahun sejumlah 15 orang (2,5%) yang terdiri dari 12 orang hipertiroid dan
3 orang hipotiroid. Rentang usia 81- 90 tahun sejumlah 2 orang (0,3%) yang terdiri
dari 1 orang hipertiroid dan 1 orang hipotiroid
2. Berdasarkan hasil penelitian ini rentang usia yang paling banyak mengalami
gangguan fungsi tiroid yaitu usia 41-50 tahun. (29,9%). Dalam penelitian ini dapat
terlihat bahwa hipertiroid lebih banyak terjadi pada kelompok usia muda yaitu
rentang usia 31-40 tahun (87,6%) dan 21-30 tahun (87,4%). Sedangkan untuk kasus
hipotiroid banyak terjadi pada kelompok usia tua yaitu 61-70 tahun (27,1%) dan 51-
60 tahun (23,5%).
Penelitian ini membagi pasien dengan gangguan fungsi tiroid berdasarkan jenis
kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil sampel pasien gangguan fungsi tiroid di
RSUP Sanglah tahun 2019 yaitu laki-laki sebanyak 138 orang (23,2%) yang terdiri
dari 118 orang hipertiroid dan 20 orang hipotiroid, sedangkan perempuan sebanyak
458 orang (76,8%) yang terdiri dari 366 hipertiroid dan 92 orang hipotiroid.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien perempuan 458 orang
(76,8%) lebih banyak dibandingkan laki-laki 132 orang (23,2%). Pada kasus
hipertiroid didominasi oleh perempuan sebanyak 366 orang (75,6%). Hal ini juga
terjadi pada kasus hipotiroid dimana 92 orang (82,1%) merupakan perempuan.

32
G. Kesimpulan
Simpulan dari penelitian ini yaitu total kasus gangguan fungsi tiroid di RSUP Sanglah
tahun 2019 terdapat 596 kasus, dimana pasien dengan hipertiroid berjumlah 484 (81,2%)
dan pasien dengan hipotiroid berjumlah 112 (18,8%). Gangguan fungsi tiroid dominasi
oleh rentang usia 41-50 tahun (29,9%) dengan kasus hipertiroid lebih banyak terjadi pada
kelompok usia muda yaitu rentang usia 31-40 tahun (87,6%) diikuti dengan 21- 30 tahun
(87,4%), sedangkan untuk kasus hipotiroid banyak terjadi pada kelompok usia tua yaitu
61-70 tahun (27,1%) diikuti dengan 51-60 tahun (23,5%). Dalam penelitian ini
didapatkan bahwa pasien perempuan 458 orang (76,8%) lebih banyak dibandingkan laki-
laki 132 orang (23,2%) dengan hipertiroid didominasi oleh perempuan sebanyak 366
orang (75,6%) dan hipotiroid 92 orang (82,1%) merupakan perempuan. Pola kunjungan
pasien tertinggi yaitu pada Februari 2019 (142 kunjungan).

4.2 Terapi Komplementer Tyhroid


1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori 2600-3000 kalori perhari
2. Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari
seperti susu dan telur.
3. Olahraga secara teratur.
4. Mengurangi rokok,alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan metabolisme.

33
4.3 Trend Dan Isu Penyakit Tyhroid
Trend “Kejadian Kanker Tiroid Di India”
Angka kejadian kanker tiroid meningkat di seluruh dunia, terutama di negara-
negara berpenghasilan tinggi. Di negara-negara yang melaporkan diagnosis kanker tiroid
yang berlebihan, sebagian besar diagnosis ini terjadi pada wanita muda dan paruh baya
(usia <60 tahun). Daerah berkembang mungkin tidak kebal terhadap diagnosis kanker
tiroid yang berlebihan. Kami baru-baru ini melaporkan bahwa diagnosis berlebihan dapat
menjadi alasan meningkatnya kejadian kanker tiroid sebanyak dua kali lipat di negara
bagian Kerala di India Selatan. Kami bertujuan untuk menyelidiki tren kejadian kanker
tiroid di India berdasarkan wilayah, jenis kelamin dan kelompok umur. Metode:Kami
menggunakan data dari Population Based Cancer Registries (PBCRs) yang dikumpulkan
oleh National Cancer Registry Program (NCRP) Pemerintah India, untuk mempelajari
tren epidemiologi kanker tiroid. Kami menganalisis data dari 14 wilayah yang
melaporkan data dari tahun 2004/05 hingga 2013/14.
Kami melakukan standarisasi usia populasi berdasarkan Populasi Standar Dunia
WHO tahun 2000 dan melaporkan tingkat kejadian yang disesuaikan dengan usia per
100.000 orang. Hasil:Selama satu dekade, angka kejadian kanker tiroid di India pada
wanita meningkat dari 2,4 (95% CI) 2,2-2,7) menjadi 3,9 (95%CI 3,6-4,2) dan pada pria
dari 0,9 (95%CI 0,8- 1,1) hingga 1,3 (95%CI 1,2-1,5), peningkatan relatif masing-masing
sebesar 62% dan 48%. Terdapat variasi yang cukup besar dalam angka kanker tiroid pada
wanita di 14 wilayah. Peningkatan relatif kejadian kanker tiroid pada wanita selama masa
studi hingga 10 tahun adalah 121% pada kelompok usia <30 tahun, 107% pada kelompok
usia 30-44 tahun, 50% pada kelompok usia 45-59 tahun, 15% pada kelompok usia 60- 74
dan 27% pada ≥75. Demikian pula, peningkatan relatif terbesar kejadian kanker tiroid
pada pria terjadi pada kelompok usia <45 tahun.
Kesimpulan:
Insiden kanker tiroid meningkat pesat di India khususnya di kalangan penduduk
muda (kelompok usia <45). Kami mendalilkan bahwa peningkatan dramatis dalam
kejadian kanker tiroid di India dapat disebabkan oleh diagnosis yang berlebihan.

34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan fungsi tiroid merupakan suatu kondisi dimana produksi hormon tiroid
menjadi tidak seimbang. Gangguan fungsi thyroid yang paling umum diantaranya
hipertiroid dan hipotiroid.
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofugsi tiroid
yang berjalan labat dan diikuti oleh gejala gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi
akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal (brynner & ssuddarth)
Hipertiroid dikenal juga sebagai tirtoksitosis, yang dapat didefinisikan sebagai
respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan
(Sylvia a. Price, 2006)
B. Saran

Dari penyakit ini, dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok,
tidak mengonsumsi obat obatan smbarangan dan tidak mengonsumsi yodium secara
berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan menyebabkan infeksi karna virus.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anissa Febrian, Meliza Rismayana, Nita Anggriani (2020) Askep


Gangguan Tiroid, Stikes Payung Negeri Pekanbaru

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Egc.

Deoni Vioneery, S.Kep.,Ns, M.Kep (2018) Modul Praktik Klinik Kmb 1, Stikes
Kusuma Husada Surakarta

Ni Made Putri Rahayu Srikandi1 ; I Wayan Suwidnya2 (2020), Hipertiroidismee


Graves Disease:Case Report, Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar,Bali. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Bhayangkara, Denpasar Bali
Https://Ejournal.Unib.Ac.Id/Index.Php/Jukeraflesia

Onkologi Klinis Amerika (2018). Trend Kejadian Kanker Tiroid Di India, Doi:
10.1200/Jco.2018.36.15_Suppl.E18095 Journal Of Clinical Oncology Https://Ascopubs-
Org.Translate.Goog/Doi/Abs/10.1200/Jco.2018.36.15_Suppl.E18095?_X_Tr_Sl=En&_
X_Tr_Tl=Id&_X_Tr_Hl=Id&_X_Tr_Pto=Tc

Rr. Cattleya Allayka Wardana1 , Made Ratna Saraswati2 , I Made Pande


Dwipayana2 , Wira Gotera2 (2023) Karakteristik Pasien Gangguan Fungsi Tiroid Di
Rsup Sanglah Tahun 2019, Jurnal Medika Udayana, Vol. 12 No.4,April, 2023,
Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Eum

36

Anda mungkin juga menyukai