Kelompok 10 (Thyroid)
Kelompok 10 (Thyroid)
GANGGUAN THYROID
DOSEN PENGAMPU:
NEGERI PEKANBARU
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menjelaskan “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Endokrin dengan Hipotiroid dan Hipertiroid”
Asuhan keperawatan ini kami buat dengan bekerja sama dengan rekan satu
kelompok demi terselesaikan askep ini dengan waktu yang ditentukan. Sumber-sumber
dalam penyususnan askep ini kami ambil dari referensi buku buku dan situs internet yang
menyangkut bahan materi askep ini. Makalah ini sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah
Keperawatan dewasa yang pada semester ini kami pelajari.
Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karenanya kami mengharapkan
sarran dan kritikmya demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan fungsi tiroid merupakan suatu kondisi dimana produksi hormon
tiroid menjadi tidak seimbang. Gangguan fungsi thyroid yang paling umum
diantaranya hipertiroid dan hipotiroid.
1. Tujuan Umum
4
B. Manfaat
a. Bagi Masyarakat
Menambah informasi pengetahuan tentang apa itu gagguan tiroid, dan
penanganannya. Serta bagaimana penerapan tindakan yang dapat dilakukan
selain obat obatan
b. Institusi pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan dengan
penerapan intervensi dengan diagnosa yang ditegakkan
c. Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
gangguan thyroid
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.2.1 Hipertiroid
6
2.2.1.2 Etiologi
2.2.1.5 Komplikasi
1) Demam
2) Kegelisahan
3) Kelemahan
4) Perubahan kesadaran (bahkan terjadi koma)
7
5) Pembesaran hat disertai penyakit kuning ringan
2.2.1.6 Penatalaksanaan
1) Pemeriksaan diagnostic
8
Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus
memproduksi TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis
hormone tiroid, defisiensi yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian
obat-obat antitiroid, seperti propiltiourasil.
2.2.2.3 Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis,
atau kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan
balik negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan
hipofisis jarang menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang
merupakan gangguan kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis,
terjadi ketika autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis
autoimun kronis yang disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis
Hashimoto. Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas
memainkan peranan dan subtype antigen leukosit manusia yang spesifik
dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.
Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid
melalui dua cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-
Stimulating Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid
yang sitotoksik dapat menyerang sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa
kemungkinan akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per
tahun.
2.2.2.4 Manifestasi klinis
1) Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
2) Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki.
3) Intoleransi terhadap suhu dingin.
4) Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan absorpsi zat gizi yang melewati usus.
9
2.2.2.5 Komplikasi
1) Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran yang menyebabkan koma.
2) Kematian dapat terjadi tanpa penggatian TH dan stabilisasi gejala.
3) Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osreoporosis, dan fibrilasi atrium
2.2.2.6 Penatalaksanaan pemeriksaan diagnostic
1) Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan
kadang-kadang dengan T3.
2) Pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar
tiroid.
10
2.3 MCP Teori/ Kasus
# MD: Hipotiroid
Key Assessments:
- Kadar T3 menurun
- Kadar T4 menurun
Intoleransi aktivitas
Konstipasi # Data subjektif:
Data subjektif : # Terbaring di tempat tidur, #
Pengeluaran fases lama dan ADL dibantu keluarga
sulit Data Objektif :
Mengejan saat defikasi Pasien terbaring di
Data objektif : tempat tidur
Fases keras Aktivitas dibantu
BAB tidak teratur keluarga
11
Penurunan curah jantung # Pola Nafas tidak efektif #
Data subjektif: Data subjektif:
Sakit dada sebelah kiri
menjalar kepunggung Data Objektif:
belakang Frekuensi nafas
Data Objektif : meningkat, dispnea
Bradikardi (Detak jantung
lambat)
Perubahan preload
# MD: Hipertiroid
12
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Hipertiroid
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
hipertiroid menurut Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1) Identitas
Identitas yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
2) Keluhan Utama,
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang
dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi dileher,
adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi,
riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide,
lithium, amiodarone, interferon alfa.
c) Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara
kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi makan.
4) Pengkajian psikososial
5) Pemeriksaan fisik
13
antara lain :
b) Sirkulasi
c) Eliminasi
d) Integritas / Ego
e) Makanan / Cairan
f) Nyeri / Kenyamanan
g) Pernapasan
14
h) Keamanan
c. Intervensi Keperawatan
15
lemah.
4. Observasi nadi
atau denyut
jantung pada pada
pasien saat tidur.
5. Berikan cairan IV
sesuai indikasi.
6. Berikan obat sesuai
indikasi.
16
kulit dengankriteria hasil : garam jika ada indikasi.
2. Evaluasi ketajaman
Mampu mengidentifikasi mata.
tindakan untuk
memberikan perlindungan 3. Observasi edema
pada mata dan pencegahan periobital, gangguan
komplikasi. penutupan kelopak
mata.
4. Berikan obat sesuai
indikasi.
2.4.2 Hipotiroid
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
hipotiroid adalah :
1) Identitas
Identitas yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipotiroid
17
2) Keluhan utama (Welsby, 2010)
Klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak tahan dingin, haid yang deras,
keringat berkurang, kulit terasa kering dan dingin, suara parau, edema pada
kelopak mata bawah.
3) Riwayat kkesehatan sekarang
Tanyakan kepada klien apakah mengalami haid yang deras dan lama serta
merasa lemah, keringat berkurang, tidak tahan dingin, odema kelopak mata
bawah. Tanyakan apakah tambah berat pada waktu pagi dan cuaca dingin
serta setelah aktivitas sedang dan berat. Tanyakan pada klien usaha yang
telah dilakukan dalam menangani keluhan nyeri, serta mengkonsumsi obat-
obat hipotiroidisme dan bagaimana pengontrolannya.
4) Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarga klien, kaji kelain kongenital waktu kecil, riwayat persalinan,
riwayat penyakit DM, kardiovaskuler, dan infeksi
6) Pemeriksaan fisik
1. Muskuloskaletal : Mialgia, atralgia, keletihan
2. Kardivaskular : Intoleran pada dingin, penurunan keringat, tekanan
darah menyempit, nyeri prekordial
3. Pernfasan : Sakit tenggorokan, sesak nafas dengan latihan ringan
4. Pencernaan/nutrisi : Peningkatan berat badan yang tidak jelas,
anoreksia, konstipasi, distensi abdomen, asites
5. Integumen : Kulit pucat, kelopak mata atas menurun, pembesaran
lidah dan bibir, rambut kasar dan tipis
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
18
c. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi,
perawatan selama 2x24 kedalaman, pola
jam, perbaikan sttus pernafasan; oksimetri
respiratorius dan denyut nadi dan gas darah
pemeliharaan pola nafas arterial
yang normal. Dengan 2. Dorong pasien untuk
Kriteria Hasil: nafas dalam dan batuk
- Memperlihatkan 3. Berikan obat (Hipnotik
perbaikan status dan Sedatif) dengan hati-
pernafasan dan hati
pemeliharaan pola 4. Pelihara saluran nafas
pernafasan yang normal pasien dengan
- Menunjukan frekuensi, maelakukan pengisapan
kedalaman dan pola dan dukungan ventilasi
respirasi yang normal jika diperlukan
19
perawatan mandiri lelah
- Melaporkan penurunana 3. Berikan stimulasi melalui
tingkat kelelahan percakapan dan aktivitas
- Memperlihatkan yang tidak menimbulkan
perhatian dan kesadaran stress
pada lingkungan 4. Pantau respon pasien
terhadap peningkatan
aktivitas
d. Pendidikan Kesehatan
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter
meskipun gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk
menigkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk
menpercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental
pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan dijelasakan
tentang tujuan terapi, progra pengobatan serta efek samping yang harus
dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan pedonan ini harus
disamapaikan pula secar tetulis kepada pasien, keluarga, dan perawat kunjungan
rumah.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang wanita PM, usia 51 tahun, BB 52 kg, TB 160 cm, dengan keluhan dada berdebar-
debar. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 3 minggu terakhir ini dan gejalanya hilang timbul
tanpa dipengaruhi oleh aktivitas. Nyeri dada atau dada seperti tertindih beban berat dikatakan
tidak ada. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat walaupun pada saat tidak beraktivitas
berat ataupun cuaca yang terlalu panas, tangan juga dikatakan selalu lembab seperti
berkeringat. Pasien mengatakan lebih nyaman pada suhu ruangan yang dingin. Pasien
mengatakan juga mengalami penurunan berat badan kurang lebih 9 kg selama 3 bulan
terakhir. Penurunan berat badan disertai hilangnya nafsu makan. Pasien mengeluh mudah
lelah tidak bertenaga walaupun hanya melakukan aktivias yang sangat ringan disertai kedua
tangan yang sering bergemetar. Keluarga pasien dan teman-tempat tempat bekerja
mengeluhkan kalau mata pasien lebih telihat melotot dibandingkan yang dahulu, ini dirasakan
sejak 3 minggu terakhir ini.
Pasien sebelumnya pernah mengeluhkan keluhan seperti saat ini pada 6 bulan yang lalu,
tetapi tidak ada bengkak dibagian leher. Riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah
tinggi ataupun penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 60
x/menit, pernapasan 27 x/menit, dan suhu 36,70C, mata eksoftalmus, pemeriksaan leher
didapatkan pembesaran kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar TSH
0,005 uIU/ml, FT4 7,77 mg/dl. Kemudian oleh dokter disarankan untuk melakukan
pemeriksaan iodium radioaktif dan fineddle aspiration biopsy (FNAB)
3.2 Pembahasan
Pada kasus ini pasien merupakan seorang perempuan Ny.PM dengan usia 51 tahun dan
keluhan dada berdebar. Penyakit hipertioroid biasanya lebih sering terjadi pada wanita dengan
perbandingan 8:1 jika dibandingkan dengan kasusnya pada laki-laki. Sebagian besar kasus
penyakit hipertiroid memang terjadi pada kurun usia antara 40 hingga 60 tahun, walapun
demikian penyakit hipertiroid ini dapat terjadi pada semua umur.
Manifestasi klinis muncul akibat kelebihannya hormon hipertiroid dalam jaringan yang
dapat berdampak pada berbagai macam system organ (neuromuscular, cardiovacular,dll) .
Gejala yang paling sering muncul berupa palpitasi , lemas , tremor, anxiety, gangguan tidur,
intoleransi panas, berkeringat, dan polydipsia.
21
Pada pemeriksaan fisik biasanya dapat di temukan takikardi, tremor pada ekstremitas dan
penurunan berat badan. Pada pasien hipertiroid 67% mengalami gangguan neuromuscular dan
62% memiliki gejala klinis berupa kelemahan setidaknya 1 organ yang berhubungan dengan
konsentrasi serum fT4. Pada kasus didapatkan pasien mengalami keluhan berdebar ,kelelahan
, keringat berlebihan , nafsu makan meningkat , berat badan turun , suka udara dingin ,tiroid
teraba , hand moist , nadi <90 x/menit
Dalam mendiagnosa kasus hipertiroid pengukuran serum TSH harus paling pertama di
lakukan, karena memliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosis penyakit
tiroid.12,13 JIka hasilnya rendah, serum konsentrasi freeT4 atau total T3 harus diperiksa.
Pada Overt hipertiroidism terjadi penurunan kadar serum TSH (<0.01mU/L)2 dan
peningkatan serum IT4 dan T3. Subclinical hipertiroid kadar fT4 dan T3 bisa ditemukan
normal. 12 Pada kasus ini sesuai dimana hasil yang diapatkan pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar TSH yang rendah dengan peningkatan serum fT4 yaitu serum TSH 0,005
ulU/ml, FT4 7.77 mg/dl.
22
3.3 MCP Kasus
Pola Nafas tidak efektif
Data subjektif:
# Dispnea #
Gangguan presepsi sensorik Penurunan curah jantung
Data subjektif: Ortopnea
Data subjektif:
Data Objektif:
Pandangan kabur Dada berdebar-debar
Frekuensi nafas
Mata pasien lebih Data Objektif :
meningkat, dispnea
melotot Bradikardi (Detak jantung
dibandingkan dahulu lambat)
Data Objektif :
Perubahan preload
Mata eksoftalmus
# MD: Hipotiroid
Key Assessments:
- Kadar T3 menurun
- Kadar T4 menurun
# Intoleransi aktivitas
Perubahan nutrisi kurang dari # Data subjektif:
kebutuhan tubuh Mengeluh mudah lelah#
Data subjektif : melakukan aktivitas
Tidak nafsu makan Data Objektif :
Data objektif : Aktivitas dibantu
Berat badan menurun keluarga
Frekuensi dan porsi makan
sedikit
23
3.4 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali
a. Identitas pasien :
- Nama: Ny. PM
- Umur : 51 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Pegawai swasta
- Berat badan : 52 kg
- Tinggi badan: 160 cm
b. Keluhan utama :
- Sesak nafas
- Sulit menelan
- Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher
- Berat badan turun
- Pasien tidak nafsu makan
- Rasa capek/lelah
- Keringat Berlebihan
c. Riwayat kesehatan :
- Pernah melakukan pengobatan 6 bulan lalu dengan keluhan terdapat dan
nyeri saat ditekan dibagian pangkal leher.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
- Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan
menurun
2. Pola tidur
- Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
- Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
1. Tanda tanda vital : TD : 150/90 mmHg R: 27 kpm Nadi: 60 kpm
2. Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat,
3. Sistem pulmonary, seperti : dispenia
24
4. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun,
5. Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
6. Sistem musculoskeletal, seperti : relaksasi otot yang melambat.
7. Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat
dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung
8. Gastrointestinal seperti : anoreksia, obstipasi (sembelit), distensi abdomen.
f. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar TSH 0,005 uIU/ml,
FT4 7,77 mg/dl
2. Pemeriksaan TSH Pada Overt hipertiroidism terjadi penurunan kadar
serum TSH (<0.01mU/L)2 dan peningkatan serum IT4 dan T3. Subclinical
hipertiroid kadar fT4 dan T3 bisa ditemukan normal. 12 Pada kasus ini
sesuai dimana hasil yang diapatkan pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar TSH yang rendah dengan peningkatan serum fT4 yaitu serum TSH
0,005 ulU/ml, FT4 7.77 mg/dl.
g. Analisis Data:
25
Berat badan menurun
4. DS: kelelahan dan Intoleran aktivitas
Pasien mengatakan sekarang penurunan proses
hanya banyak istirahat saja
Pasien merasa cepat lelah ketika kognitif.
beraktivitas
DO:
ADL dibantu keluarga
Pasien terbaring di tempat tidur
DS: ekspansi paru yang Pola nafas tidak
Pasein mengeluh sesak nafas menurun efektif
Mudah lelahh
DO:
Nafas cepat
RR 27kpm
Pasien menggunakan oksigen
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
26
seperti steroid dan diuretik.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah,
perawatan selama denyut dan irama jantung
jantung
2x24 jam pasien setiap 2 jam untuk
memepertahankan mengindikasi kemungkinan
fungsi kardivaskuler terjadinya gangguan
tetap optimal dengan hemodinamik
kriteria hasil : jantung
- Tekanan darah 2. Anjurkan pasien untuk
dalam batas memberitahu perawat
normal segera bila pasien
- Irama jantung mengalami nyeri dada
dalam batas 3. Kolaborasi pemberian
normal obat-obatan sesuai indikasi
4. Ajarkan kepada pasien
dan keluarga cara
penggunaan obat serta
tanda-tanda yang harus
diwaspadai bila terjadi
hipertiroid akibat
penggunaan obat yang
berlebihan.
27
5. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi
perawatan selama kedalaman, pola
2x24 jam,perbaikan pernapasan: oksimetri
staus respiratorius denyut nadi
dan pemeliharaan dan gas darah arterial.
pola nafas yang 2. Dorong pasien untuk
normal dengan napas dalam dan batuk.
kriteria hasil 3. Berikan obat (hipnotik
- Memperlihatkan dan sedatip) dengan hati-
perbaikan status hati.
pernafasan dan 4. Pelihara saluran napas
pemeliharaan pola pasien dengan melakukan
pernafasan yang pengisapan dan
normal dukungan ventilasi jika
- Menunjukan diperlukan.
frekuensi,
kedalaman dan
pola respirasi yang
normal
28
hipoventilasi. terjadinya gangguan -R: 27 kpm
hemodinamik jantung A: Masalah belum
2. Menganjurkan pasien teratasi
untuk memberitahu P: Intervensi
perawat segera bila dilanjutkan
pasien mengalami nyeri
dada
3. Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai
indikasi
4. Mengajarkan kepada
pasien dan keluarga
cara penggunaan obat
serta tanda-tanda yang
harus diwaspadai bila
terjadi hipertiroid
akibat penggunaan obat
yang berlebihan
Senin, Perubahan nutrisi 1. Mendorong DS :
07/09 kurang dari kebutuhan peningkatan asupan -Pasien mengatakan
tubuh cairan nafsu makan
2. Membeerikan makanan meningkat
yang kaya akan serat -Mual & muntah
3. Mengajarkan kepada Pasien mengatakan -
klien, tentang jenis – -sulit menelan
jenis makanan yang DO:
banyak mengandung - Pasien
air. menghabiskan ½
4. Memantau fungsi usus dari porsi makanan
5. Mendorong klien untuk - Mual dan muntah
meningkatkan setelah makan
mobilisasi dalam batas- A: Masalah belum
batas toleransi latihan. teratasi
6. Kolaborasi : untuk P:Intervensi
pemberian obat pecahar dilanjutkan
dan enema bila
diperlukan
Senin, Intoleran aktivitas 1. Mengatur interval DS:
07/09 waktu antar aktivitas - Pasien duduk saat
untuk meningkatkan makan
istirahat dan latihan - Pasien merasa
yang dapat ditolerir. cepat lelah ketika
2. Membantu aktivitas beraktivitas
perawatan mandiri DO:
ketika pasien berada - ADL dibantu
dalam keadaan lelah. keluarga
3. Memberikan stimulasi - Pasien terbaring di
melalui percakapan dan tempat tidur dam
aktifitas yang tidak duduk saat makan
menimbulkan stress.
4. Memantau respon
pasien terhadap
peningkatan aktivitas.
Senin, Pola nafas tidak 1. Memantau frekuensi DS:
07/09 efektif kedalaman, pola - Pasein mengeluh
pernapasan: oksimetri sesak nafas
denyut nadi dan gas - Mudah lelahh
29
darah arterial. DO:
2. Mendorong pasien - Nafas cepat
untuk napas dalam dan RR 27kpm
batuk. -
3. Memberikan obat Pasien
(hipnotik dan sedatip) menggunakan
dengan hati-hati. oksigen
4. Memelihara saluran
napas pasien dengan
melakukan pengisapan
dan dukungan ventilasi
jika diperlukan.
30
BAB IV
JURNAL TERKAIT(NASIONAL ATAU INTERNASIONAL)
A. Identitas jurnal
1. Nama jurnal: Medika udayana
2. Halaman: 65-69
3. Tahun penerbit: 2023
4. Judul jurnal: KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN FUNGSI TIROID DI
RSUP SANGLAH TAHUN 2019
5. Nama penulis : Rr. Cattleya Allayka Wardana, Made Ratna Saraswati , I Made Pande
Dwipayana , Wira Gotera
B. Abstrak Jurnal
1. Jumlah paragraph: 1 paragraf
2. Halaman: setengah halaman
3. Ukuran Spasi: 1.0
4. Uraian Abstrak: abstrak disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris.
Didalam abstrak sendiri penulis menejlaskan bahwa penelitian ini dilakukan di Poli
Diabetic Center RSUP Sanglah pada tahun 2019, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan fungsi tiroid, usia, jenis
kelamin, dan pola kunjungan pasien
5. Keyword jurnal: Dysfunction., Thyroid., Characteristics.
C. Pendahuluan Jurnal
Didalam pendahuluan jurnal penulis menggambarkan bahwa gangguan pada fungsi
thyroid ini merupakan suatu kelainan endokrin terbesar kedua setelah diabetes. Gangguan
fungsi thyroid yang paling umum diantaranya hipertiroid dan hipotiroid. Kasus hipotiroid
dan hipertiroid berbeda disetiap Negara. Sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh
pasien yang terdata pada data register Poli Diabetic Center RSUP Sanglah yang
mengalami gangguan fungsi tiroid pada 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2019.
Kriteria inklusi yaitu pasien gangguan fungsi tiroid yang memiliki data register lengkap
(nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan fungsi tiroid) di Poli Diabetic Center RSUP
Sanglah pada 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2019. Untuk kriteria eksklusi yaitu
pasien gangguan fungsi tiroid yang memiliki data register diluar RSUP Sanglah atau data
register yang tidak lengkap.
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan fungsi tiroid, usia, jenis
kelamin, dan pola kunjungan pasien di Poli Diabetic Center RSUP Sanglah.
31
E. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan metode deskriptif potong
lintang (cross sectional descriptive) dengan menggunakan data sekunder dari data register
pasien gangguan fungsi tiroid di Poli Diabetic Center RSUP Sanglah.
F. Hasil penelitian & pembahasan
Secara keseluruhan didalam pembahasan penulis sudah bias memberikan data sesuai
dengan tujuan penelitian yang dikemukakan, yaitu:
1. Karakteristik gangguan fungsi tiroid berdasarkan usia, dikelompokkan dalam suatu
rentangan usia. Sampel dengan rentang usia 11-20 tahun sejumlah 20 orang (3,4%)
yang terdiri dari 15 orang hipertiroid dan 5 orang hipotiroid. Rentang usia 21-30
tahun memiliki total jumlah 95 orang (15,9%) dengan hipertiroid sebanyak 83 orang
dan hipotiroid sebanyak 12 orang. Rentang usia 31- 40 tahun memiliki total 89 orang
(14,9%) yang terdiri dari hipertiroid 78 orang dan hipotiroid 11 orang. Retang usia
41-50 tahun dengan total 178 orang (29,9%) terdiri dari hipertiroid 146 orang dan
hipotiroid 32 orang. Retang usia 51-60 tahun memiliki total 149 orang (25%) terdiri
dari 114 orang hipertiroid dan 35 orang hipotiroid. Retang usia 61-70 tahun terdiri
dari 48 orang (8,1%) terdiri dari 35 orang hipertiroid dan 13 orang hipotiroid. Retang
usia 71- 80 tahun sejumlah 15 orang (2,5%) yang terdiri dari 12 orang hipertiroid dan
3 orang hipotiroid. Rentang usia 81- 90 tahun sejumlah 2 orang (0,3%) yang terdiri
dari 1 orang hipertiroid dan 1 orang hipotiroid
2. Berdasarkan hasil penelitian ini rentang usia yang paling banyak mengalami
gangguan fungsi tiroid yaitu usia 41-50 tahun. (29,9%). Dalam penelitian ini dapat
terlihat bahwa hipertiroid lebih banyak terjadi pada kelompok usia muda yaitu
rentang usia 31-40 tahun (87,6%) dan 21-30 tahun (87,4%). Sedangkan untuk kasus
hipotiroid banyak terjadi pada kelompok usia tua yaitu 61-70 tahun (27,1%) dan 51-
60 tahun (23,5%).
Penelitian ini membagi pasien dengan gangguan fungsi tiroid berdasarkan jenis
kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil sampel pasien gangguan fungsi tiroid di
RSUP Sanglah tahun 2019 yaitu laki-laki sebanyak 138 orang (23,2%) yang terdiri
dari 118 orang hipertiroid dan 20 orang hipotiroid, sedangkan perempuan sebanyak
458 orang (76,8%) yang terdiri dari 366 hipertiroid dan 92 orang hipotiroid.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien perempuan 458 orang
(76,8%) lebih banyak dibandingkan laki-laki 132 orang (23,2%). Pada kasus
hipertiroid didominasi oleh perempuan sebanyak 366 orang (75,6%). Hal ini juga
terjadi pada kasus hipotiroid dimana 92 orang (82,1%) merupakan perempuan.
32
G. Kesimpulan
Simpulan dari penelitian ini yaitu total kasus gangguan fungsi tiroid di RSUP Sanglah
tahun 2019 terdapat 596 kasus, dimana pasien dengan hipertiroid berjumlah 484 (81,2%)
dan pasien dengan hipotiroid berjumlah 112 (18,8%). Gangguan fungsi tiroid dominasi
oleh rentang usia 41-50 tahun (29,9%) dengan kasus hipertiroid lebih banyak terjadi pada
kelompok usia muda yaitu rentang usia 31-40 tahun (87,6%) diikuti dengan 21- 30 tahun
(87,4%), sedangkan untuk kasus hipotiroid banyak terjadi pada kelompok usia tua yaitu
61-70 tahun (27,1%) diikuti dengan 51-60 tahun (23,5%). Dalam penelitian ini
didapatkan bahwa pasien perempuan 458 orang (76,8%) lebih banyak dibandingkan laki-
laki 132 orang (23,2%) dengan hipertiroid didominasi oleh perempuan sebanyak 366
orang (75,6%) dan hipotiroid 92 orang (82,1%) merupakan perempuan. Pola kunjungan
pasien tertinggi yaitu pada Februari 2019 (142 kunjungan).
33
4.3 Trend Dan Isu Penyakit Tyhroid
Trend “Kejadian Kanker Tiroid Di India”
Angka kejadian kanker tiroid meningkat di seluruh dunia, terutama di negara-
negara berpenghasilan tinggi. Di negara-negara yang melaporkan diagnosis kanker tiroid
yang berlebihan, sebagian besar diagnosis ini terjadi pada wanita muda dan paruh baya
(usia <60 tahun). Daerah berkembang mungkin tidak kebal terhadap diagnosis kanker
tiroid yang berlebihan. Kami baru-baru ini melaporkan bahwa diagnosis berlebihan dapat
menjadi alasan meningkatnya kejadian kanker tiroid sebanyak dua kali lipat di negara
bagian Kerala di India Selatan. Kami bertujuan untuk menyelidiki tren kejadian kanker
tiroid di India berdasarkan wilayah, jenis kelamin dan kelompok umur. Metode:Kami
menggunakan data dari Population Based Cancer Registries (PBCRs) yang dikumpulkan
oleh National Cancer Registry Program (NCRP) Pemerintah India, untuk mempelajari
tren epidemiologi kanker tiroid. Kami menganalisis data dari 14 wilayah yang
melaporkan data dari tahun 2004/05 hingga 2013/14.
Kami melakukan standarisasi usia populasi berdasarkan Populasi Standar Dunia
WHO tahun 2000 dan melaporkan tingkat kejadian yang disesuaikan dengan usia per
100.000 orang. Hasil:Selama satu dekade, angka kejadian kanker tiroid di India pada
wanita meningkat dari 2,4 (95% CI) 2,2-2,7) menjadi 3,9 (95%CI 3,6-4,2) dan pada pria
dari 0,9 (95%CI 0,8- 1,1) hingga 1,3 (95%CI 1,2-1,5), peningkatan relatif masing-masing
sebesar 62% dan 48%. Terdapat variasi yang cukup besar dalam angka kanker tiroid pada
wanita di 14 wilayah. Peningkatan relatif kejadian kanker tiroid pada wanita selama masa
studi hingga 10 tahun adalah 121% pada kelompok usia <30 tahun, 107% pada kelompok
usia 30-44 tahun, 50% pada kelompok usia 45-59 tahun, 15% pada kelompok usia 60- 74
dan 27% pada ≥75. Demikian pula, peningkatan relatif terbesar kejadian kanker tiroid
pada pria terjadi pada kelompok usia <45 tahun.
Kesimpulan:
Insiden kanker tiroid meningkat pesat di India khususnya di kalangan penduduk
muda (kelompok usia <45). Kami mendalilkan bahwa peningkatan dramatis dalam
kejadian kanker tiroid di India dapat disebabkan oleh diagnosis yang berlebihan.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan fungsi tiroid merupakan suatu kondisi dimana produksi hormon tiroid
menjadi tidak seimbang. Gangguan fungsi thyroid yang paling umum diantaranya
hipertiroid dan hipotiroid.
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofugsi tiroid
yang berjalan labat dan diikuti oleh gejala gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi
akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal (brynner & ssuddarth)
Hipertiroid dikenal juga sebagai tirtoksitosis, yang dapat didefinisikan sebagai
respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan
(Sylvia a. Price, 2006)
B. Saran
Dari penyakit ini, dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok,
tidak mengonsumsi obat obatan smbarangan dan tidak mengonsumsi yodium secara
berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan menyebabkan infeksi karna virus.
35
DAFTAR PUSTAKA
Deoni Vioneery, S.Kep.,Ns, M.Kep (2018) Modul Praktik Klinik Kmb 1, Stikes
Kusuma Husada Surakarta
Onkologi Klinis Amerika (2018). Trend Kejadian Kanker Tiroid Di India, Doi:
10.1200/Jco.2018.36.15_Suppl.E18095 Journal Of Clinical Oncology Https://Ascopubs-
Org.Translate.Goog/Doi/Abs/10.1200/Jco.2018.36.15_Suppl.E18095?_X_Tr_Sl=En&_
X_Tr_Tl=Id&_X_Tr_Hl=Id&_X_Tr_Pto=Tc
36