Anda di halaman 1dari 84

Modul

EPIDEMIOLOGI LANJUTAN

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan
Universitas Prima Indonesia

i
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga modul penunjang perkuliahan pada mata epidemiologi lanjutan dapat diselesaikan.
Modul ini dibuat sebagai salah satu bahan ajar bagi mahasiswa Program Studi Magister
Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia Medan. Tim penulis berharap modul ini
dapat berguna sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa sehingga dapat lebih mudah untuk
mengikuti dan memahami materi perkuliahan Sistem Pembiayaan Kesehatan.
Tim penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam modul ini, untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan modul ini sangat diharapkan. Semoga modul ini dapat memberi
maanfaat bagi mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima
Indonesia Medan khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2022

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

Petunjuk Umum Modul ...........................................................................................................iv

Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................... 1

a. Deskripsi Mata Kuliah .................................................................................................... 1

b. Capaian Pembelajaran Lulusan ....................................................................................... 1

Bab 2 Uraian Materi ................................................................................................................. 3

Pertemuan 1 .......................................................................................................................... 3

Pertemuan 2,3 ..................................................................................................................... 14

Pertemuan 4 ........................................................................................................................ 21

Pertemuan 5,6 ..................................................................................................................... 33

Pertemuan 7 ........................................................................................................................ 37

Pertemuan 9 ........................................................................................................................ 39

Pertemuan 10, 11 ................................................................................................................ 42

Pertemuan 12 ...................................................................................................................... 45

Pertemuan 14 ...................................................................................................................... 64

Pertemuan 15 ...................................................................................................................... 69

iii
Petunjuk Umum Modul

Petunjuk Bagi Dosen


Dalam setiap kegiatan belajar dosen berperan untuk:
1. Membantu mahasiswa dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing mahasiswa dalam memahami konsep, analisa, dan menjawab pertanyaan
mahasiswa mengenai proses belajar.
3. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok

Petunjuk Bagi Mahasiswa


Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan dalam modul ini antara lain:
1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar. Bila ada materi yang
belum jelas, mahasiswa dapat bertanya pada dosen.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada dosen.

iv
Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN, KEDOKTERAN GIGI, DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Jl. Sampul No.3, Sei Putih Tengah, Kota Medan,
Sumatera Utara 20118
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Jenis Dokumen: Disusun Oleh: Disetujui Oleh:
Koordinator Ketua Program Studi

FORMULIR MUTU

(Prof. Dr. dr. Thomson Nadapdap, M.S (Epid)) (Prof. Dr. Ermi Girsang, SKM., M.Kes)
Tanggal: 09 Maret 2021 Tanggal: 09 Maret 2021
Program Studi: Kode: Nama Matakuliah: SKS: Dosen Pengampu:
[S2 Kesehatan Masyarakat] [MKD 113] [Epidemiologi Lanjutan] [2] (Prof. Dr. dr. Thomson Nadapdap, M.S
(Epid))

Capaian Pembelajaran CPL Kode CPL


Lulusan yang dibebankan Sikap S03 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan
kepada mata kuliah peradaban berdasarkan Pancasila
S04 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung
jawab pada negara dan bangsa
S05 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan
orisinal orang lain
Pengetahuan P02 Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek-aspek substansial ilmu kesehatan masyarakat. Ini
mencakup kesehatan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, ilmu gizi, dan kesehatan reproduksi dalam
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga dapat mereview dan menilai berbagai program dan
kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitasnya.
P03 Mampu memecahkan permasalahan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan pendekatan inter atau
multidisiplin. Mereka mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional. Lulusan juga mampu
mengelola riset yang hasilnya berpotensi untuk diaplikasikan dan layak dipublikasikan dalam bentuk publikasi
saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi.
P05 Lulusan memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim multidisipliner dan memecahkan permasalahan

5
kesehatan masyarakat dengan pendekatan inter- atau multidisiplin. Mereka mampu mengelola riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mendapatkan pengakuan baik di tingkat
nasional maupun internasional. Selain itu, lulusan juga mampu menghasilkan penelitian yang berpotensi untuk
diaplikasikan dan layak dipublikasikan dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi.
Keterampilan KK01 Mampu memodifikasi dan mengintegrasikan kajian serta analisis situasi dalam bidankesehatan
Khusus masyarakat/UKM dengan pendekatan interdisiplin dan multidisiplin, sehingga meningkatkan kualitas
program pelayanan kesehatan sekunder.
KK03 Mampu memecahkan permasalahan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan pendekatan inter atau
multidisiplin. Mereka mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional. Lulusan juga mampu
mengelola riset yang hasilnya berpotensi untuk diaplikasikan dan layak dipublikasikan dalam bentuk publikasi
saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi.
Keterampilan KU02 Mampu melakukan validasi akademik atau kajian sesuai bidang keahliannya dalam menyelesaikan masalah di
Umum masyarakat yang relevan melalui pengembangan pengetahuan dan keahliannya
KU03 Mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan argumen saintifik secara bertanggung jawab dan berdasarkan etika
akademik, serta mengkomunikasikannya melalui media kepada masyarakat akademik dan masyarakat luas
KU04 Mampu mengidentifikasi bidang keilmuan yang menjadi objek penelitiannya dan memposisikan ke dalam
suatu peta penelitian yang dikembangkan melalui pendekatan interdisiplin atau multidisiplin
KU05 Mampu mengambil keputusan dalam konteks menyelesaikan masalah pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora berdasarkan kajian analisis atau eksperimental
terhadap informasi dan data
KU12 Mampu menggunakan minimal satu bahasa internasional untuk berkomunikasi lisan dan tulis
Deskripsi Matakuliah Matakuliah ini membahas tentang ruang lingkup epidemiologi, konsep epidemiologi, model perjalanan penyakit (riwayat alamiah penyakit),
variabel epidemiologi, pengukuran masalah kesehatan, upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit, surveilans epidemiologi, penelitian
epidemiologi, desain epidemiologi dan skrining epidemiologi.
Prasyarat Matakuliah -
1. Bonita R et all; 2006; Basic Epidemiology
Sumber Belajar
2. David G, Kleinbam, Lawrence L.Kupper, Hal Morgenstern; Epidemiologic Research, Principles and Quantitative Methods
(Refrensi)
3. Norman Vetter; Ian Matthews, 1999; Epidemiology and Public Health
4. Rothman KJ, Greenland S; Modern Epidemiologi

6
Prasyarat Matakuliah -
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition,
February 1999).
Sumber Belajar 2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
(Refrensi) 3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

7
Metode Sumber
Kemampuan Akhir Alokasi Waktu Evaluasi / Penilaian
Pertemu Sesi Pembelajaran Belajar
yang diharapkan Indikator capaian Bahan Kajian
an Ke dan Pengalaman I/ Bobo
(SUB CPMK) T P Jenis Kriteria
Belajar K t
(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
- -
Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Latar 1. Kuliah 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,2,4
Penerapan konsep dasar menyimpulkan Belakang 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
dan pendekatan Penerapan konsep Epidemiologi 3. Kolaboratif dan
epidemiologi dasar dan pendekatan 2. Definisi Kejelasan
Epidemiologi.
epidemiologi
3. Tujuan
epidemiologi.
4. Manfaat
epidemiologi.
1 5. Ruang
lingkup
epidemiologi.
6. Pendekatan
epidemiologi.
7. Strategi
epidemiologi.
8. Parameter
epidemiologi.

Mampu menghitung 1. Ketepatan dalam 1. Kalkulasi 1. Kuliah 2 x 100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3
Kalkulasi ukuran menghitung ukuran 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
epidemiologi: Kalkulasi ukuran epidemiologi 3. Kolaboratif dan
menguraikan risiko epidemiologi 2. risiko 4. Studi kasus Kejelasan
pajanan; rate, risiko, 2. Ketepatan dalam pajanan
2,3
potensi impak menguraikan risiko 3. rate
pajanan; rate, 4. risiko
risiko, potensi 5. potensi
impak impak

8
Mampu menguraikan 1. Ketepatan dalam 1. Pengertian 1. Kuliah 2 x 100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3,5
dan membedakan Aspek menguraikan dan proses sosial 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Sosial & Perilaku Dalam membedakan dan interaksi 3. Kolaboratif dan
Kesehatan Masyarakat Aspek Sosial sosial. 4. Studi kasus Kejelasan
Dalam Kesehatan 2. Unsur-unsur
Masyarakat interaksi sosial.
2. Ketepatan dalam 3. Faktor-faktor
menguraikan dan dalam interaksi
membedakan sosial.
Aspek perilaku 4. Syarat-syarat
Dalam Kesehatan interaksi sosial.
3,4
Masyarakat 5. Bentuk-bentuk
interaksi sosial.
6. Prinsip dasar
perubahan
perilaku.
7. Unsur-unsur
perubahan
perilaku.
8. Model-model
perubahan
perilaku.
Mampu menganalisa dan Ketepatan dalam 1. Faktor 1. Kuliah 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,3
Menguraikan dan Faktor menjelaskan dan Psikososial 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Psikososial pada Menguraikan dan pada 3. Belajar Mandiri dan
Faktor Psikososialpada Kesehatan 4. Kolaboratif Kejelasan
Kesehatan dan Penyakit
5 Kesehatan dan 2. Faktor
Penyakit Psikososial
pada penyakit
yang ada
dimasyarakat
Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Konsep 1. Studi Kasus 2x 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,2,3,4
dan membahas menyimpulkan dan Perspektif 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Perspektif kehidupan dan membahas kehidupan 3. Kolaboratif dan
pedoman untuk Perspektif kehidupan 2. Definisi Kejelasan
Kesehatan dan pedoman untuk Perspektif
6,7 Kesehatan kehidupan
kesehatan
3. Pedoman
untuk
Kesehatan

8 Ujian Tengah Semester (UTS)

9
Mampu menganalisis Ketepatan dalam 1. Peningkatan 1. Studi Kasus 2x100 Penugasan Ketepatan, 20% 1,2,3,4
Peningkatan KesMas menganalisis KesMas 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
melalui Inovasi Sosial, Peningkatan KesMas melalui 3. Kolaboratif dan
Perilaku, teknologi dan melalui Inovasi Inovasi Sosial Kejelasan
Pendekatan Sosial, Perilaku, 2. Peningkatan
teknologi dan KesMas
Pendekatan melalui
Inovasi
Perilaku
3. Peningkatan
9,10
KesMas
melalui
Inovasi
teknologi
4. Peningkatan
KesMas
melalui
Inovasi
Pendekatan

Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Pengantar 1. Kuliah 2x100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3,4
dan membahas menyimpulkan dan Komunikasi 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Pengantar Komunikasi membahas Pengantar Persuasif : 3. Belajar Mandiri dan
Persuasif : Teori & Komunikasi Persuasif 2. Teori Persuasif 4. Kolaboratif Kejelasan
11,12
Praktek : Teori & Praktek 3. Praktek
komunikasi
dan persuasif

Mampu menganalisis Ketepatan dalam 1. Literasi 1. Kuliah 3x100 Penugasan Ketepatan, 20% 3,4,5
Literasi Kesehatan : menganalisis Literasi Kesehatan 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Tantangan dan Strategi Kesehatan : Tantangan 2. Definisi 3. Kolaboratif dan
literasi 4. Studi kasus Kejelasan
dan Strategi
kesehatan
13,14,15
3. Tantangan
literasi
kesehatan
4. Strategi
kesehatan
16 Ujian Akhir Semester (UAS)

10
Bab 1
Pendahuluan

a. Deskripsi Mata Kuliah


Matakuliah ini membahas tentang ruang lingkup epidemiologi, konsep
epidemiologi, model perjalanan penyakit (riwayat alamiah penyakit), variabel
epidemiologi, pengukuran masalah kesehatan, upaya pencegahan dan ukuran
frekuensi penyakit, surveilans epidemiologi, penelitian epidemiologi, desain
epidemiologi dan skrining epidemiologi.
b. Capaian Pembelajaran Lulusan
Sikap
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, S03
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap S06
masyarakat dan lingkungan
Pengetahuan
Lulusan memiliki pemahaman yang mendalam dan penguasaan P01
prinsip-prinsip dan praktik ilmu kesehatan masyarakat pada tingkat
evaluasi. Ini mencakup pengetahuan yang berkaitan dengan
epidemiologi, biostatistik dan kependudukan, administrasi/manajemen
dan kebijakan kesehatan, serta ilmu sosial dan perilaku yang digunakan
sebagai alat utama dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
10 fungsi kesehatan masyarakat yang esensial.
Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek-aspek substansial P02
ilmu kesehatan masyarakat. Ini mencakup kesehatan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, ilmu gizi, dan kesehatan reproduksi
dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga dapat
mereview dan menilai berbagai program dan kebijakan kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitasnya.
Keterampilan Khusus

1
2

Mampu memodifikasi dan mengintegrasikan kajian serta analisis KK01


situasi dalam bidankesehatan masyarakat/UKM dengan pendekatan
interdisiplin dan multidisiplin, sehingga meningkatkan kualitas
program pelayanan kesehatan sekunder.
Lulusan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, KK04
teknologi, dan/atau seni dalam bidang kesehatan masyarakat melalui
riset yang inovatif dan teruji, sejalan dengan wawasan
Sociotechnopreneurship. Lulusan mampu merancang, mewujudkan,
dan mengendalikan sistem dan proses yang relevan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Keterampilan Umum
Mampu melakukan validasi akademik atau kajian sesuai bidang KU02
keahliannya dalam menyelesaikan masalah di masyarakat yang relevan
melalui pengembangan pengetahuan dan keahliannya
Mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan argumen saintifik secara KU03
bertanggung jawab dan berdasarkan etika akademik, serta
mengkomunikasikannya melalui media kepada masyarakat akademik
dan masyarakat luas
Mampu mengambil keputusan dalam konteks menyelesaikan masalah KU05
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan
dan menerapkan nilai humaniora berdasarkan kajian analisis atau
eksperimental terhadap informasi dan data
Bab 2
Uraian Materi

Pertemuan 1
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan konsep
dasar dan pendekatan epidemiologi untuk kajian pelayanan kesehatan primer, terdiri dari
beberapa bagian yaitu:
1. Latar Belakang Epidemiologi
2. Definisi Epidemiologi.
3. Tujuan epidemiologi.
4. Manfaat epidemiologi.
5. Ruang lingkup epidemiologi.
6. Pendekatan epidemiologi.
7. Strategi epidemiologi.
8. Parameter epidemiologi
Uraian Materi
Pengertian Dan Peranan Epidemiologi
Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Epi yang berarti
pada atau tentang, kata demos yang berarti penduduk, dan kata logia yang berarti ilmu.
Sehingga diartikan menjadi ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.
Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah) aja. Pengertian
lain menjelaskan bahwa epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan
determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk
pengendalian masalahmasalah kesehatan. Distribusi penyakit disini adalah bahwa
epidemiologi mempelajari pola penyebaran, kecenderungan, dan dampak penyakit
terhadap kesehatan populasi. Sedangkan determinan penyakit adalah epidemiologi
mempelajari faktor-faktor risiko dan faktor etiologi penyakit.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
Epidemiologi klasik
Epidemiologi klasik mempelajari tentang penyakit menular wabah
(epidemi) serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.

3
4

1. Epidemiologi modern
Konsep epidemiologi modern sering digunakan dalam studi
epidemiologi yang bersifat analitik, selain untuk penyakit menular
wabah, juga dapat diterapkan untuk penyakit menular bukan wabah,
penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan lainnya.
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode, yaitu:
1. Epidemiologi deskriptif
Studi epidemiologi tentang kejadian penyakit atau masalah
lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi. Studi ini pada
umumnya dirancang untuk mempelajari distribusi, kecenderungan,
dan dampak penyakit menurut orang (person), tempat (place), dan
waktu (time). Karakteristik-karakteristik yang diamati dalam
epidemiologi deskriptif meliputi umur, seks, ras, jenis pekerjaan,
kelas sosial, waktu dan lokasi geografis. a. Orang (person)
Variabel orang disini meliputi umur, jenis kelamin, kelas
sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga dan paritas.
b. Tempat (place)
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia
menunjukkan variasi yang besar dan berbeda dalam distribusi
geografisnya. Distribusi geografis dapat berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit. Di dalam mempelajari
etiologi penyakit, peranan tempat sangat penting dalam
menggambarkan secara jelas pada penyelidikan suatu wabah.
Beberapa penyakit antar wilayah tertentu dapat berbeda
frekuensinya, ada yang tinggi frekuensinya pada penyakit
tertentu di wilayah tertentu, bahkan hanya ada penyakit yang
didapatkan pada wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya,
terdapat penyakit Schistosomiasis dan Filariasis hanya
didapatkan pada wilayah tertentu. Schistosomiasis terdapat di
wilayah dimana terdapat keong sebagai vektornya. Faktor tempat
dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, tanah/geografis,
5

penyebaran dan kepadatan penduduk, flora dan fauna, sistem


pelayanan kesehatan, agama dan adat istiadat.
c. Waktu (time)
Waktu erat kaitannya dengan penyakit, karena dengan
perubahan penyakit menurut waktu dapat menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis penyakit. Data penyakit
berdasarkan waktu dapat menunjukkan adanya kecenderungan
tertentu, misalnya adanya peningkatan atau penurunan angka
morbiditas dan mortalitas. Penyakit dapat mengalami perubahan
dari waktu ke waktu, dapat dipengaruhi oleh keberadaan
penyebab, perubahan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, perubahan pada alat diagnosis, dan perubahan pada
usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit. Variabel waktu
meliputi: jam, hari, bulan, tahun, dan musim (musim kemarau dan
musim penghujan).

2. Epidemiologi analitik
Studi epidemiologi yang dirancang untuk mempelajari paparan,
faktor risiko, kausa, dan faktor-faktor yang dihipotesiskan mempunyai
hubungan dengan kejadian penyakit.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu
direnungkan, yaitu:
a. Who (siapa), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit
itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Where (dimana), dimana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. When (kapan), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit
tersebut.

Kegunaan Epidemiologi
Epidemiologi memiliki kegunaan yaitu sebagai:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat
6

2. Mengetahui faktor kausa yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi derajat


kesehatan dan yang menyebabkan terjadinya penyakit
3. Mengetahui riwayat alamiah penyakit
4. Mendeskripsikan status kesehatan masyarakat yaitu dengan
menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut
waktu, dan perubahan menurut umur.
5. Menyediakan data yang diperlukan untuk membuat perencanaan
kesehatan dan pengambilan keputusan.
6. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit.
7. Mengevaluasi hasil intervensi yaitu dengan menilai bagaimana
keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan dan upaya
pencegahan.

Konsep Penyebab Penyakit


Dalam Epidemiologi pengertian penyebab penyakit menurut trias
epidemiologi adalah suatu proses interaksi antara:
1. Pejamu (host)
Faktor pejamu (host) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya
yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.
yang ada pada diri pejamu yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi
sakit adalah:
a. Umur, jenis kelamin, ras dan etnik
b. Bentuk anatomi dan faal tubuh
c. Imunologis yaitu kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi
sebelumnya, memperoleh antibody dari ibu atau karena pemberian
vaksinasi.
d. Tingkah laku atau Kebiasaan hidup, personal hygiene dan gaya
hidup.
2. Penyebab (agent)
a. Penyebab primer, yang termasuk dalam penyebab primer yaitu:
1) Faktor biologis seperti: bakteri, protozoa, fungi dan virus.
2) Faktor fisik seperti radiasi dan trauma.
3) Faktor kimiawi seperti asbes dan cobal.
7

4) Faktor social seperti perilaku dan gaya hidup.


5) Faktor psikologis seperti stress dan tekanan batin.
b. Penyebab sekunder adalah unsur pembantu/penambah yang
menyebabkan penyebab primer dapat menimbulkan penyakit.
3. Lingkungan (environment)
Lingkuangan yang dapat menjadi faktor terjadinya sakit dapat
dibedakan menjadi:
a. Lingkungan biologis, misalnya kepadatan penduduk, flora dan
fauna.
b. Lingkungan fisik, meliputi tanah, air, udara, iklim, keadaan
geografi dan topografi
c. Sosial ekonomi dan budaya, meliputi mata pencaharian, status
ekonomi, kepadatan, sistem pelayanan kesehatan, agama, adat
istiadat, dan perilaku.
Keadaan interaksi antara host, agent dan environment dapat digambarkan
berikut ini pada gambar 1.1

Agent

Host Environment

Gambar Segitiga Epidemiologi

Beberapa model dari trias epidemiologi dapat dilihat pada gambar 1.2
berikut:
8

-
Kemampuan agent
meningkat - Agent
mendapat kemudahan
menimbulkan penyakit

-
Terjadi pada penyakit
infeksi, yaitu munculnya
strain baru dari agent
-
Misalnya mutasi pada virus

A
E

- Adanya peningkatan kepekaan host


A terhadap suatu penyakit
- Perubahan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin
H - Peningkatan jumlah penduduk usia
rentan.
E

A
- Ketidakseimbangan disebabkan oleh
bergesernya lingkungan yang
H memberatkan Host
E
- Pergeseran/perubahan kualitas
lingkungan merugikan atau
menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh
- Contoh pencemaran udara,
menyebabkan saluran nafas
menyempit dan mudah terkena infeksi
9

- Pergeseran kualitas lingkungan


memberatkan Agent
- Perubahan kualitas lingkungan
H mempermudah/menguntungkan
penyebaran Agent
- Contoh: terjadinya banjir
A menyebabkan air kotor yang
mengandung kuman pathogen akan
E mengontaminasi manusia dan lebih
mudah masuk ketubuh manusia

Hubungan penyebab penyakit dapat juga disebut dengan hubungan


kausalitas saling terkait antara satu penyebab dengan penyebab yang lainnya,
hal ini dikarenakan bahwa penyebab suatu penyakit bersifat multikausal yang
artinya bahwa penyebab penyakit lebih dari satu dan dapat saling
berhubungan. Beberapa jenis hubungan antara penyebab adalah sebagai
berikut:
1. Hubungan semu, hubungan semu dapat terjadi karena kebetulan atau bias
pada penilaian maupun metode yang digunakan. Seperti berhubungan
akibat kesalahan dalam pengambilan sampling.

2. Hubungan non kausal, terjadi karena kedua variabel mempunyai


hubungan erat dengan faktor lain dan seolah-olah faktor tersebut memiliki
hubungan.
Seperti :
Merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kanker paru
Minum kopi dikatakan ada hubungan dengan merokok, jadi seolah-olah
ada hubungan antara minum kopi dengan kanker paru.
3. Hubungan kausal, terjadi akibat adanya hubungan sebab-akibat dengan
disirikan adanya keterpaparan yang memegang peranan dan adanya
penyebab diikuti oleh akibat/dampak.
10

Untuk mengetahui besarnya suatu masalah kesehatan baik data morbiditas


dan mortalitas di suatu wilayah, diperlukan berbagai macam ukuran frekuensi.
Dalam epidemiologi ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas
dan mortalitas adalah rasio, proporsi dan rate.
RASIO
Rasio merupakan angka perbandingan atau dapat diterjemahkan sebagai
“dibanding dengan”. Jadi rasio adalah perbandingan suatu peristiwa (event)
sebagai numerator (x) dan peristiwa lainnya yang tidak berhubungan sebagai
denominator (y). Ratio juga digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian,
contoh sex ratio.Rumus rasio sebagai berikut:

x
---------------- x
k
Rasio =
y

Dimana: x = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu.
y = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu, tetapi dalam hal ini berbeda atributnya dengan
anggota x. k = konstanta (1) karena k = 1, maka rumus rasio dapat
disederhanakan menjadi Rasio = x/y Contoh soal:
Jumlah kejadian keracunan makanan di desa X adalah 100 orang, dengan rincian
pria sebesar 25 dan wanita 75. Berapakah rasio kasus keracunan makanan laki-
laki terhadap wanitadi desa X tersebut?
Penyelesaian:

Rasio kasus laki-laki : wanita = 25/75


= 1/3
Jadi rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan
adalah 1:3
11

PROPORSI
Proporsi adalah bagian dari suatu peristiwa atau ukuran yang
membandingkan suatu peristiwa sebagai numerator (x) dan peristiwa lainnya
sebagai denominator (y) yang mengandung peristiwa numerator (x+y). Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi. Contohnya
adalah proporsi kejadian gizi buruk diantara masalah gizi lainnya. Rumus
proporsi sebagai berikut:

x
------------------x
Proporsi =
k (x+y)

Dimana: x = banyaknya peristiwa atau orang dll yang terjadi dalam kategori
tertentu atau sub kelompok dari kelompok yang lebih besar y =
banyaknya peristiwa atau orang dll, yang terjadi dalam semua
kategori dari kelompok data tsb.
k = konstanta (selalu sama 100)
Contoh soal:
Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak
25 orang dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi
penderita laki-laki?
Penyelesaian :
Proporsi penderita laki-laki = 25/(25+10) x 100%
= 71,43%
RATE
Rate adalah besarnya peristiwa/kejadian yang terjadi pada keseluruhan
populasi dalam waktu tertentu. Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian
dalam populasi terhadap beberapa peristiwa tertentu, misalnya kasus atau
kematian karena penyakit infeksi. Rumus rate sebagai berikut:
12

X
Rate = ---------------- x
ky

Terdapat berbagai macam ukuran frekuensi masalah kesehatan dengan


mengunakan rasio, proporsi dan rate. Berikut adalah penggunaan dari ketiganya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Penggunaan rasio, proporsi dan rate
INDEKS RASIO PROPORSI RATE
Morbiditas a. Risk ratio a. Attributable a. Incidence rate

(kesakitan) (relative risk) proportion b. Attack rate


b. Point prevalence c. Secondary attack
b. Rate ratio
c. Odd ratio rate
d. Period prevalence
a. Death-to-case Case Fatality rate a. Crude mortality rate
ratio b. Cause specific

b. Maternal mortality rate

mortality rate c. Age specific

c. Proportionate mortality rate

mortality ratio d. Age-adjusted

d. Postneonatal mortality rate


mortality rate e. Neonatal mortality
rate
f. Infant mortality rate
Natalitas a. Crude birth rate
b. Crude fertility rate
(kelahiran)
13

Pustaka
1. 1Bustan, M.N. 2012. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Najmah. 2015. Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
3. Nugrahaeni, D.K. 2014. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC:
14

Pertemuan 2,3
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Aspek
Kalkulasi ukuran epidemiologi: menguraikan risiko pajanan; rate, risiko, potensi impak, terdiri
dari beberapa bagian yaitu::
1. Kalkulasi ukuran epidemiologi
2. Risiko pajanan
3. rate
4. risiko
5. potensi impak
Uraian Materi
INDEKS KESAKITAN
Digunakan untuk menggambarkan kejadian penyakit di populasi atau
peluang (risiko) terjadinya penyakit. Indeks kesakitan terdiri dari insidensi dan
prevalensi.
a. Insidensi
1) Insidence rate (Angka Insidensi) adalah suatu ukuran frekuensi kejadian
kasus baru penyakit dalam suatu populasi tertentu selama suatu periode
waktu tertentu atau jumlah kejadian baru dalam kurun waktu tertentu
dibagi penduduk yang mempunyai risiko (population at risk) terhadap
kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu dikalikan dengan
konstanta
“k”.

Jumlah penderita baru pada waktu tertentu


Insidence rate= ------------------------------------------------------------- x k
Jumlah population at risk waktu tertentu

Contoh:
Pada tahun 2009 terdapat kasus tuberkulosis paru sebesar 90 orang yang
dilaporkan terjadi di kota berpenduduk 200.000 orang. Berpakah angka
insidensi per 100.000 penduduk di kota tersebut?
Penyelesaian:
15

Insidence rate= 90/200.000 x 100.000


= 45
Jadi Insidence ratetuberkulosis paru di kota tersebut pada tahun 2009
adalah 45 per 100.000 penduduk
2) Attack rate adalah angka insidensi, biasanya dinyakatan dalam persen dan
digunakan untuk mengamati kejadian penyakit di populasi pada waktu
yang terbatas, contohnya adalah selama terjadinya wabah atau KLB.

Jumlah penderita baru pada suatu saat


Attack rate= -------------------------------------------------------------------- x k

Jumlah population at risk penyakit tersebut pada saat itu

*k = hampir selalu 100, meskipun mungkin 1000. Jika k = 100, attack


rate dapat dinyatakan baik sebagai jumlah kasus per 100 penduduk maupun
sebagai persen (%)
b. Prevalensi
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
pada jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
1) Angka prevalensi periode (PeriodPrevalenceRate) adalah jumlah
penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada jangka waktu yang
bersangkutan dikalikan konstanta.

Jumlah penderita lama dan baru

Period Prevalence rate=


----------------------------------------------------------
---- x Jumlah penduduk pertengahan tahun
2) Angka Prevalensi poin (Point prevalence rate) adalah jumlah kasus yang
ditemukan pada suatu titik waktu tertentu dibagi dengan populasi berisiko
pada suatu waktu tertentu dikali konstanta
16

Jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat


Point Prevalence rate= -------------------------------------------------------------
--- x k
Jumlah penduduk pada saat itu

c. Rasio dan Risiko


Ukuran epidemiologi digunakan untuk melihat hubungan paparan
dengan penyakit. Ukuran ini dapat diekpresikan dalam rasio yaitu risk rasio,
odds rasio, dan rasio prevalensi.
1) Risk Rasio
Risk rasio disebut juga relative risk (RR) sebagai ukuran yang dapat
menunjukkan berapa kali risiko untuk mengalami penyakit pada populasi
terpapar dibandingkan dengan populasi yang tidak terpapar.

Insiden kumulatif kelompok terpapar


Risk Rasio = -----------------------------------------------------
--------- Insiden kumulatif kelompok tidak
terpapar

2) Odds Rasio
Adalah perbandingan odds subjek sakit dengan odds subjek tidak sakit. Odds
rasio merupakan sebuah pendekatan risiko relatif yang digunakan dalam
penelitian kasus kontrol. Pada penelitian case control, laju insidensi hampir
tidak mungkin diketahui karena paparan tidak diamati dari awal penelitian.
Odds Kasus (a/b)
Odds Rasio = ----------------------------------------------------

Odds Kontrol (c/d)

3) Rasio Prevalensi
Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan rumus odds rasio maupun risk
rasio akan tetapi daya yang digunakan adalah data prevalensi bukan data
17

kumulatif insidensi. Penghitungan rasio prevalensi dengan menggunakan


pendekatan risk rasio dan odds rasio.
Angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya kematian dalam
suatu populasi tertentu selama suatu masa jeda tertentu.
1) Case Fatality Rate adalah jumlah seluruh kematian akibat satu penyebab
dalam jangka waktu tertentu dibagi jumlah seluruh penderita pada waktu
yang sama dalam persen (per 100 kasus).
Jumlah kematian penyakit x
Case Fatality rate= --------------------------------------------------------- x
k
(100%)
Jumlah kasus penyakit x

2) Crude Death Rate atau angka kematian kasar adalah sebuah estimasi
proporsi orang yang meninggal pada suatu populasi selama periode waktu
tertentu. Angka kematian kasar tidak mempertimbangkan kematian
berdasarkan variasi pada umur, jenis kelamin atau faktor lain.

Jumlah kasus kematian yang dicatat selama 1 tahun


CDR = -------------------------------------------------------------------------
--- x 1.000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama

3) Angka kematian ibu, Neonatal dan Bayi


Kematian ibu dan kematian bayi merupakan indikator utama dalam
menentukan status kesehatan masyarakat.
a. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
Angka kematian ibu adalah kematian perempuan yang mengandung atau
meninggal dalam 42 hari setelah akhir kehamilannya (sampai 42 hari
postpartum), terlepas dari lamanya kehamilan atau letak kehamilannya.
Angka kematian ibu merupakan risiko meninggal dari penyebab yang
berhubungan dengan kelahiran anak.
18

Jumlah kasus kematian ibu akibat kehamilan,


persalinan dan nifas
Maternal Mortality rate= --------------------------------------------------------- x 100.000
Jumlah Kelahiran Hidup

b. Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate)


Adalah jumlah kematian bayi usia kurang dari 28 hari (< 28 hari) pada
periode tertentu, biasanya dalam satu tahun per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Angka kematian neonatal menunjukkan
buruknya perawatan neonatal, berat badan lahir rendah, infeksi,
kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, cidera, premature dan cacat
lahir.

Jumlah Kematian Bayi usia dibawah 28 hari


Neonatal Mortality rate= -----------------------------------------------------
--- x 1.000
Jumlah Kelahiran hidup

c. Angka Kematian Bayi


Adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia < 1 tahun) pada jangka waktu
tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup.

Jumlah Seluruh Kematian Bayi


Infant Mortality rate= -------------------------------------------------------- x 1.000
Jumlah Kelahiran hidup

d. Angka Kematian Balita


Under Five Mortality Rate adalah jumlah seluruh kematian balita pada
satu jangka waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita pada tahun yang
sama.

Jumlah Seluruh Kematian Balita dalam 1


th
19

Angka Kematian Balita= --------------------------------------------------------- x


1.000
Jumlah penduduk balita pada tahun yang
sama
e. Angka Kematian Perinatal

Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28


minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari yang dicatat selama satu tahun per 1000 kehamilan
hidup pada tahun yang sama. Angka kematian perinatal digunakan untuk
menggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi karena faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya angka ini adalah banyaknya kasus
BBLR, Status gizi ibu dan bayi, sosial ekonomi, penyakit infeksi dan
pertolongan persalinan. Angka kematian ini dapat dihitung dengan:

Jumlah kematian Janis yang dilahirkan


pada kehamilan 28 minggu atau lebih +
jumlah kematian bayi usia kurang dari 7
hari yang dicatat selama 1
tahun Angka Kematian Perinatal = --------------------------------------------------
--x

4) Angka Kematian Menurut Golongan Umur (Age Specific Death


Rate/ASDR) Angka kematian berdasarkan golongan umur ini disebut angka
kematian spesifik. Spesifikasi dapat pula dilakukan berdasarkan jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan.
ASDR dapat dihitung dengan rumus berikut:

Jumlah Kematian yang dicatat selama 1 tahun berdasarkan umur x


Angka Kematian Spesifik = -------------------------------------------------------------- x 1.000

Jumlah penduduk pertengahan tahun pada golongan umur x


20

ASDR dapat digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan derajat


kesehatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi terletak pada golongan
umur dan dapat digunakan juga untuk menghitung rata-rata angka harapan hidup.
5) Angka Kematian Karena Sebab Tertentu
Adalah jumlah kematian karena sebab penyakit tertentu yang dicatat selama
satu tahun per 100.000 penduduk pertengahan tahun yang sama. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Jumlah kematian karena sebab tertentu yang


dicatat selama 1 tahun
Angka Kematian Sebab Tertentu = ------------------------------------------------------ x

1.000 Jumlah penduduk pertengahan pada


tahun yang sama

Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing
Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
21

Pertemuan 4
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Menguraikan dan
kesmas menurut magnitud/besaran, orang, waktu, tempat (Studi Epidemiologi Deskriptif),
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Deskripsi masalah kesmas menurut magnitud/besaran
2. Deskripsi masalah kesmas menurut orang
3. Deskripsi masalah kesmas menurut waktu
4. Deskripsi masalah kesmas menurut tempat (Studi Epidemiologi Deskriptif)
Uraian Materi
Definisi Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi deskriptif merupakan studi terhadap
frekuensi dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, kematian atau
masalah/peristiwa/ kondisi kesehatan lainnya dalam populasi. Untuk melakukan studi ini,
epidemiologi harus mengkaji semua aspek waktu (time), tempat (place) dan orang (person).
Dalam upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif timbul
berbagai pertanyaan berikut:

1. Siapa yang terkena?

2. Kapan hal tersebut terjadi?

3. Bagaimana terjadinya?

4. Di mana kejadian tersebut?

5. Berapa jumlah orang yang terkena?

6. Bagaimana penyebarannya?

7. Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?

b. Tujuan  Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga


kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserangmengetahui kelompok populasi
berisiko tinggi
22

b. Untuk menggambarkan besarnya beban penyakit (disease burden), dan kecenderungan


(trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan alokasi sumber daya
untuk intervensi kesehatan

c. Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit

d. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

e. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatansehingga dapat merumuskan hipotesis tentang penyebab penyakit/ masalah
kesehatan 

Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:

a. Bertujuan untuk menggambarkan

b. Tidak terdapat kelompok pembanding (hanya menggambarkan satu kelompok saja mis :
hanya pada kelompok yang sakit)

c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi

d. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam 

Hasil penelitian deskriptif dapat digunakan untuk:

a. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

b. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan

c. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut

d. Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau
satu wilayah dalam waktu yang berbeda.

VARIABEL ORANG

Karakteristik pribadi yang biasanya tersedia untuk epidemiologi deskriptif yaitu umur, jenis
kelamin, ras dan suku, status sosioekonomi, pekerjaan, agama, dan status perkawinan.
Karakteristik ini memiliki variasi frekuensi dalam kejadian penyakit/ masalah kesehatan.
23

a. UMUR

Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas
yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.  Hubungan Umur Dengan Mortalitas
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan umur, tetapi dari berbagai
catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda, yaitu
kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak pada
golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke atas. Dari
gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan meningkat dengan
meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu pengalaman terpapar oleh fakor
penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam
kekebalan.  Hubungan Umur Dengan Morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu
penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-
penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit
kronis mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan
penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Anak berumur 1-5
tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).

Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu yang melahirkannya hanya
sampai pada 6 bulan pertama setelah dilahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan menghilang
dan ISPA mulai menunjukkan peningkatan. Sebelum ditemukan vaksin, imunisasi penyakit-
penyakit seperti morbili, varisela, dan parotitis, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda,
tetapi setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua.
Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena kesadaran dan
pengetahuan masyarakat yang masih rendah terutama di daerah pedesaan sering kali target
cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih banyak anak atau bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi. Gambaran ini tidak hanya terjadi pada negara negara berkembang
seperti Indonesia, tetapi terjadi juga pada negara maju. Penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan karsinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut
usia, sedangkan penyakit kelamin, AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang
banyak terjadi pada golongan umur produktif yaitu remaja dan dewasa.

Hubungan antara umur dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat
beratnya penyakit, misalnya staphylococcus dan escheria coli akan menjadi lebih berat bila
24

menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap infeksi.
 Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas Dalam perkembangan secara
alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya senantiasa mengalami
perubahan baik fisik maupun psikis. Secara garis besar, perkembangan manusia secara alamiah
dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase bayi dan anak- anak, fase remaja dan dewasa
muda, fase dewasa dan lanjut usia.

Dalam setiap fase perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi
dan frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam
kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.

b. Jenis Kelamin

Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondis
fisiologis. Adanya variasi dari frekuensi dan distribusi penyakit berdasarkan sexadalah karena
adanya faktor hormonal dan sistem reproduksi yang berbeda yang dapat bertindak sebagai
prediktor ataupun protektor. Penyakit jantung koroner (PJK) lebih sering pada pria dari pada
wanita muda, kondisi tersebut tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan akibat adanya
perbedaan hormonal dan faktor-faktor lain yang dapat memberi kontribusiadanya perbedaan
PJK. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK antara lain seperti konsentrasi darah
lipid, tekanan darah, merokok, diabetes dan obesitas.

Pada usia menopause tidak ada perbedaan yang bermakna antara frekwensi PJK pada pria dan
wanita sehingga difikirkan faktor estrogen merupakan faktor prediktor bagi PJK. Disamping
perbedaan hormonal terdapat beberapa perbedaan antara pria dan wanita seperti kebiasaan,
hubungan sosialdan keterpaparan dengan lingkungan. Sebagai contoh Lebih tingginya
prevalens penyakit cirrhosis hepatis dan bronchitis kronis pada pria dari pada wanita berkaitan
dengan faktor kebiasaan pria lebih suka minum alkohol dan merokok dari pada wanita Selain
itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit yang berkaitan
dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma
serviks, kista ovary serta terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti
karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
25

c. Suku Bangsa

Berbagai golongan suku bangsa dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan angka kesakitan
dan kematian. Penelitian pada suku bangsa dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya penyakit. Contohnya : Penelitian mengenai angka kesakitan
kanker lambung di kalangan penduduk asli Jepang dan keturun Jepang yang tinggal di Amerika
Serikat. Penelitian ini menemukan bahwa frekuensi kejadian penyakit kanker lambung lebih
rendah pada keturunan Jepang yang tinggal di Amerika dibandingkan penduduk asli di Jepang.
Hal ini dikarenakan terjadi perubahan pola makan bagi keturunan Jepang di Amerika. Pada
umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik
atau faktor lingkungan, misalnya :  Penyakit sickle cell anemia  Hemophilia  Kelainan
biokimia seperti glukosa 6 fosfatase dan  Karsinoma lambung

d. Sosial Ekonomi Status sosioekonomi juga merupakan karakteristik yang menonjol terhadap
bervariasinya penyakit. Secara umum ukuran status sosioekonomi yaitu memasukkan tingkat
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Tenggelamnya kapal Titanik merupakan contoh
sejarah pada disparitas (perbedaan) kesehatan antara yang miskin dan kaya. Angka kematian
diantara penumpang yang status sosioekonomi rendah dua kali lebih tinggi bila dibandingkan
dengan penumpang yang status sosioekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan ketersediaan
pelampung yang sedikit hanya diutamakan pada penumpang dengan status sosioekonomi kaya
terutama wanita dan anak-anak. Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang
mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut
gastrointestinal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi yang rendah.

e. Budaya/Agama Dalam beberapa hal terdapat hubungan anatara kebudayaan masyarakat atau
agama dengan frekuensi penyakit tertentu. Misalnya:  Balanitis, karsinoma penis banyak
terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan hygiene perorangan yang
jelek.  Trisinensis jarang terdapat pada orang islam dan orang yahudi karena mereka tidak
memakan daging babi. f. Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya
penyakit, karena:  Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan. Seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.  Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang
26

telah dikenal sebagai faktor yang berperan timbulnya hipertensi, ulkus lambung).  Ada
tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan, di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana
kurang adanya gerak badan.  Karena berkerumunan di suatu tempat yang relatif sempit maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.  Penyakit karena cacing tambang
telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada
frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat
pekerjaan dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang
banyak menderita karsinoma paru-paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan
fibrosis paru paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon bebas, atau zat
radioaktif sperti petugas dibagian radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerja di bidang
pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan bermotor
mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan
dengan pekerja kantor. g. Status Marital (status perkawinan) Adanya hubungan antara status
marital dengan frekuensi distribusi mordibitas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya
belum diketahui.

Ada yang berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan
faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan,
melahirkan, dan laktasi. Secara umum ditemukan bahwa insidensi karsinoma mammae lebih
banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan yang
menikah, sebaliknya, karsinoma serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang
menikah daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering
berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan
praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih
cukup tinggi dibandingkan dengan Negara lain.

VARIABEL WAKTU

Kejadian penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ada yang mengalami perubahan
secara teratur, tetapi ada juga yang tidak terprediksi. Contohnya yaitu penyakit influenza
bersifat musiman setiap tahunnya yaitu ketika musim dingin, dan west nile infection yang
terjadi setiap bulan Agustus-September. Untuk penyakit yang bersifat musiman, tenaga
27

kesehatan dapat mengantisipasi kejadian penyakit dan menerapkan pengendalian dan


pencegahan seperti kampanye vaksinasi atau fogging. Menyajikan pola penyakit/ masalah
kesehatan berdasarkan waktu dapat menggambarkan tren (kecendrungan) penyakit. Data waktu
biasanya disajikan dam bentuk gambar, seperti grafik garis dan histogram. Waktu paling
mudah dimengerti jika disakikan dalam bentuk grafik. Skala waktu yang digunakan bergantung
pada penyakit dan berkisar dari dekade, tahun, bulan, minggu, hari atau jam Peristiwa
kesehatan/ penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh :

a. Keberadaan penyebab pada waktu tertentu

b. Perubahan lingkungan

c. Perubahan kriteria dan alat diagnosis serta kemajuan IPTEK

d. Perubahan pada penyakit karena usaha pencegahan & penanggulangan Variabel waktu
merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam
studi epidemiologi.

Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan
pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan
prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
penanggulangan masalah kesehatan. Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting
untuk mengetahui hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya
perubahan kelembapan udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada
waktu malam hari. Perubahan penyakit berdasarkan pekembangan waktu penting dalam upaya
mencari etiologi suatu penyakit. Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari :

1. Tren Jangka pendek

2. Tren/Kecenderungan sekuler (secular trend) atau tren jangka panjang

3. Tren siklik/ siklus

4. Tren musiman
28

1. Tren jangka pendek.

Tren angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan, artinya dalam
jangka waktu tersebut terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit. Misal, epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa hari minggu), epidemik cacar
(bulanan). Tren jangka pendek dikaitkan dengan masa inkubasi penyakit menular atau faktor
risiko pada penyakit tidak menula

2. Kecenderungan Sekuler

Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa
dalam waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa
(dianggap berlangsung lebih dari satu tahun). Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada
penyakit menular maupun penyakit infeksi non menular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola
penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa
dasawarsa terakhir. Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga
dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.

Dalam mempelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan


sejauh mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan
kelangsungan hidup penderita. Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi (incidence
rate) pada penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya
karsinoma paru- paru, karena memenuhi kriteria di atas. Penyelidikan mengenai
kecenderungan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat telah dilakukan antara lain
penyakit-penyakit TB, tipus abdominalis, influensa, pneumonia, difteni, gastritis, duodenitis,
entenitis, kolitis, penyakit-penyakit jantung, kanker paru, kanker prostat, kanker usus besar,
kanker lambung, hepatitis virus, sirosis hepatis, kolera,leukemia,serta kecelakaan-kecelakaan,
dan bahkan umur mulal menstruasi.

Kemungkinan untuk menerangkan perubahan-perubahan ini adalah adanya program


intervensi terhadap penyakit-penyakit tersebut

3. Variasi Siklik

Perubahan secara siklis adalah keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-
angka kesakitan atau kematian terjadi berulang ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau
29

setiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun
pada penyakit bukan infeksi. Perubahan angka kesakitan atau kematian secara siklis ini lebih
mudah dijelaskan bila penyakit tersebut ditularkan melalui vektor.

Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur dan kelembaban memungkinkan transmisi. Disamping
itu perlu diperhatikan:

a. Terdapatnya tempat perkembang biakan alami vektor, sedemikian rupa sehingga


dapat mencapai jumlah yang dapat menimbulkan penyakit (adanya kepadatan vektor yang
perlu untuk transmisi).

b. Selalu adanya kerentanan atau individu-individu yang rentan.

c. Adanya kemungkinan individu yang rentan ini tertular penyakit karena kegiatan-
kegiatan berkala yang mereka lakukan.

d. Kemampuan infektif yang tetap untuk menimbulkan penyakit.

e. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus
berarti adanya perubahan dan salah satu atau lebih hal-hal diatas. Pengetahuan tentang
perubahan siklis pada penyakit-penyakit yang bukan vector borne masih kurang dibandingkan
dengan vector borne disease yang telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat
diterangkansecara pasti mengapa wabah influensa A bertendensi untuk timbulsetiap 2-3 tahun,
mengapa influensa B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di
Amerika Serikat). Sebagai salah satu sebab yang mungkin ialah berkurangnya penduduk
yangkebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak
penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan
secara musiman, pengamatan ini dapat membantu dalam mencan etiologi penyakit-penyakit
tersebut.

Namun akan timbul kesulitan dalam melakukan mterpretasi karena banyak keadaan keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan muslim. Misal:
perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-. tumbuhan yang berperan di dalam
microclimate dan suatu vektor, perubahan tempat berkembangbiakan, perubahan dalam
susunan reservior penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang
menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya. Perubahan siklis dan beberapa
30

penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi
musiman ini diperkirakan berperan dalam perubahan produksi, distribusi, dan konsumsi dan
bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan
dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya. Contoh : tren siklus penyakit 4. Tren
musiman Pola konsisten dapat dilihat pada beberapa penyakit atau kondisi yang terjadi dalam
satu tahun kalender apakah terjadi pada musi hujan atau musim kemarau, apakah terjadi pada
musim panas atau musim dingin, apakah terjadi pada bulan-bulan tertentu. Contoh : Puncak
penyakit influenza terjadi pada bulan Januari dan Februari sementara titik terendahnya adalah
pertengahan musim panas.

Sebaliknya puncak meningitis aseptik terjadi di musim panas, yang mungkin lebih
berhubungan dengan perilaku penduduk bukan cuaca. Di musim panas, lebih banyak orang
yang berenang yang berarti memaparkan diri mereka pada air tercemar di kolam renang, kolam,
dan danau yang mungkin mengandung bakteri atau berbagai jenis patogen lain seperti amuba,
dalam jumlah banyak Perubahan atau variasi musiman mempunyai efek yang sangat besar pada
penyakit. Distribusi berdasarkan waktu dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis sebab akibat. Jika penyakit hanya terjadi pada musim panas, pada saat itulah ahli
epidemiologi mencari faktor penyebab yang hanya akan ada pada periode tersebut. Apakah
peningkatan kasus penyakit terjadi karena pajanan terhadap sumber air baru, misalnya minum
dari air sungai di pegunungan, jika benar, kapan? Apakah akibat berenang saat musim panas
di kolam renang umum atau danau yang tercemar?apakah penyakit tersebut termasuk penyakit
bawaan vektot dari serangga yang hanya aktif di musim panas?

VARIABEL TEMPAT

Variabel tempat merupakan salah satu veriabel penting dalam epidemiologi dekskriptif karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau lokasi penyakit – penyakit
endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai
penyakit di suatu wilayah. Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit. Faktor ini dipengaruhi oleh :

a. Iklim
31

b. Sifat tanah/ geografi

c. Flora dan fauna

d. Penyebaran dan kepadatan penduduk

e. Sistem pelayanan kesehatan

f. Agama, adat istiadat

Perbandingan pola penyakit didasarkan:

a. Batas daerah pemerintahan

b. Kota dan pedesaaan

c. Daerah berdasarkan alam (gunung, laut, padang pasir)

d. Negara atau regional Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan :

1. Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi,


dan instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan negara yang berilklim tropis, subtropis,
dan negara dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi maupun jenis
penyakit. Batas alam lebih penting, karena memberi lingkungan yang khusus misal:

a. Pengaruh variasi geografis pada timbulnya penyakit

b. Lingkungan fisis, khemis, biologis sosial dan ekonomi

c. Konstitusi genetis dan etnis yang berbeda.

d. Variasi kultural berpengaruh pada: kebiasaan, pekerjaan praktek higierns


perorangan, pengerlian sakit/sebat.

e. Variasi administrasi: tersedianya RS, pelayanan kesehatan, program higiene


(sarntasi) dll.

2. Dari batas administratif dapat ditentukan batas provinsi, kabupaten, kecamatan, atau
desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan, dan lainnya sebagai batas fisik, batas institusi
dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah
kesehatan.
32

Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing Company
(ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
33

Pertemuan 5,6
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Desain
Studi Epidemiologi analitik : Cross Sectional untuk Kesehatan, terdiri dari beberapa negara
yaitu:
1. Pengertian Studi Epidemi ologi Analitik
2. Tujuan Studi Epidemiologi Analitik
3. Jenis Studi
4. Epidemiolog i Analitik
5. Langkah– langkah penelitian cross sectional
6. Ciri khas rancangan cross sectional
7. Kelebihan rancangan cross sectional
8. Kekurangan rancangan cross sectional
Uraian Materi
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross
asectional) dan studi Kohort.
2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial
/RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi). Kasus Kontrol (case control) Rancangan Kasus Kontrol
adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab suatu
penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya. Penelitian case control adalah suatu
penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektif.
Tahap-tahap penelitian case control :
- Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)
- Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
- Identifikasi kasus - Pemilihan subjek sebagai control
- Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko
- Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian
dengan variabel-variabel kontrol Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara
konsumsi kafein dan penyakit jantung koroner.
34

Ciri rancangan kasus kontrol :


- Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus
yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut dibandingkan
- Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab)
- Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama
- Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang terkena
penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif
- Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama dengan
kasus
- Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti Kelebihan rancangan
penelitian case control :
- Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya Panjang
- Hasil dapat diperoleh dengan cepat
- Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
- Subjek penelitian sedikit
- Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
- Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
- Sulit menentukan kontrol yang tepat
- Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
- Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
- Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
- Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan

Studi Kasus Kohort


Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort
adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
35

- Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek


- Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
- Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
- Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
- Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
- Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok
kontrol
Ciri khas dari rancangan kohort :
- Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
- Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti
dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
- Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
- Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
- Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat)
- Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif Kelebihan Rancangan kohort :
- Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek yang
diteliti
- Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek
secara temporal
- Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
- Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang
- Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan
- Dapat menetapkan hubungan temporal
- Mendapat incidence rate
- Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
- Memerlukan waktu yang lama
- Sarana dan biaya yang mahal
- Rumit
- Kurang efisien untuk kasus yang jarang
36

- Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis


- Menimbulkan masalah etika - Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab Desain Studi
Kohort
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing
Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
Pertemuan 7
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Epidemiologi analitik : Case Control, terdiri dari beberapa bagian
yaitu:
1. Langkah– langkah penelitian Case Control
2. Cirikhas rancangan Case Control
3. Kelebihan rancangan Case Control
4. Kekurangan rancangan Case Control
Uraian Materi
Tahap-tahap penelitian case control :
- Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)
- Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
- Identifikasi kasus - Pemilihan subjek sebagai control
- Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor
resiko
- Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel
objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol Contoh : Peneliti ingin
membuktikan hubungan antara konsumsi kafein dan penyakit jantung koroner.
Ciri rancangan kasus kontrol :
- Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol)
suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok
tersebut dibandingkan
- Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas
(penyebab)
- Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama
- Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus)
yang terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif
- Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang
sama dengan kasus

37
38

- Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti Kelebihan
rancangan penelitian case control :
- Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya
Panjang
- Hasil dapat diperoleh dengan cepat
- Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
- Subjek penelitian sedikit
- Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
- Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian
lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
- Sulit menentukan kontrol yang tepat
- Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
- Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
- Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
- Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan.

Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield
Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February
1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
39

Pertemuan 9
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Epidemiologi analitik : Cohort, terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Langkah– langkah penelitian Cohort
2. Ciri khas rancangan Cohort
3. Kelebihan rancangan Cohort
4. Kekurangan rancangan Cohort
Uraian Materi
Studi Kasus Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar
status penyakitnya. Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui
pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
- Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
- Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
- Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
- Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
- Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
- Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif
dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif
maupun kelompok kontrol
Ciri khas dari rancangan kohort :
- Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju
ke depan
40

- Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian
diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada
tiap kelompok
- Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
- Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara
prospektif
- Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat
(akibat)
- Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif Kelebihan Rancangan kohort :
- Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau
efek yang diteliti
- Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efek secara temporal
- Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
- Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang
- Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan
- Dapat menetapkan hubungan temporal
- Mendapat incidence rate
- Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
- Memerlukan waktu yang lama
- Sarana dan biaya yang mahal
- Rumit
- Kurang efisien untuk kasus yang jarang
- Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis
- Menimbulkan masalah etika - Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab
Desain Studi Kohort
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield
Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February
1999).
41

2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
42

Pertemuan 10, 11
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Intervensi : Quasi Experiment dari beberapa bagian yaitu:
1. Pengertian Studi Intervensi
2. Tujuan Studi intervensi
3. Jenis Studi intervensi
4. Langkah– langkah penelitian Quasi Experiment
5. Ciri khas rancangan Quasi Experiment
6. Kelebihan rancangan Quasi Experiment
7. Kekurangan rancangan Quasi Experiment
Uraian Materi
Metode quasi eksperimen berbeda dengan metode pre eksperimen dan true
eksperimen. Pada metode quasi peneliti harus memberikan perlakukan dan meneliti
perubahan dari perlakukan yang sudah diberikan.
Namun sampel yang digunakan tidak menggunakan secara acak dan peneliti
tak bisa memanipulasi subjek. Dalam penelitian ini, harus ada kelompok
eksperimen dan kontrol yang ditetapkan dengan menggunakan kelompok acak.
Penelitian Quasi Eksperimen bertujuan untuk mencari tau antar variabel
yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Maka dari itu, quasi
eksperimen bisa digunakan untuk penelitian yang ingin menyelidiki hubungan antar
variabel dan mengklarifikasi penyebab hubungan tersebut.

Desain Metode Penelitian Quasi Eksperimen


The Times Series Experiment
Pada desain quasi eksperimen ini peneliti melakukan beberapa kali
observasi kepada subjek yang akan diteliti sebelum melakukan perlakuan kepada
subjek berupa pre test.
Pemberian pre test ini bertujuan untuk mengetahui kesetabilan kelompok.
Jika kelompok sudah stabil baru bisa melakukan perlakukan kepada subjek. Pada
43

metode Times Series Eksperimen, hanya ada kelompok eksperimen tanpa adanya
kelompok kontrol.
The non-equivalent grup design
Berbeda dengan desain sebelumnya, desain The non-equivalent grup design
mengharuskan adanya kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini karena penentuan
hasil hipotesa berdasarkan hasil pengamatan kedua kelompok ini.
Kendati demikian penentuan kelompok eksperimen dan kontrol tidaklah
acak. Kedua kelompok ini nantinya akan diuji menggunakan instrumen yang sama
dan menganalisis perlakukan mana yang lebih optimal. Apakah pada kelas
eksperimen lebih baik atau bahkan sebaliknya.
The Equivalent Time Serier Samples Design
Tak jauh berbeda dengan The Times Series Experiment, penelitian ini sama
menggunakan satu kelas eksperimen. Namun yang membedakannya adalah
pengulangan perlakukan yang lebih banyak dan harus diselingi dengan jeda waktu
saat tak diberikan perlakukan.

Ciri-ciri metode penelitian quasi eksperimen


Quasi eksperimen memang terlihat mirip dengan metode pre eksperimen.
Namun ada ciri-ciri yang mencolok yang jadi perbedaan Quasi dengan metode
eksperimen lainnya.
Pemlihan kelompok yang menjadi subjek penelitian tidak bisa secara acak
Bisa menguji subjek penelitian dengan beberapa kondisi dan metode
Menggunakan beberapa metode yang nantinya akan dibandingkan hasilnya

Langkah melakukan penelitian quasi eksperimen


Untuk melakukan penelitian menggunakan quasi eksperimen, peneliti harus
mengikuti beberapa langkah untuk menyelsaikannya. Kendati demikian, langkah
ini tak jauh berbeda dengan jenis penelitian menggunakan metode lainnya. Namun
langkah pengerjaannya sesuai dengan kaidah dari metode quasi itu sendiri.
1. Penyusunan proposal atau naskah penelitian
44

Sebelum melakukan penelitian tentu saja peneliti harus membuat proposal


atau naskah penelitian. Langkah ini bertujuan untuk mencari kajian ilmiah,
pembuatan instrumen dan analisis pengolahan data.

Biasanya seorang mahasiwa harus menyusun proposal penelitian sebelum


melakukan penelitian dalam bentuk skripsi.

2. Pelaksanaan penelitian
Setelah menyusun proposal atau naskah penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan penelitian menggunakan metode quasi. Pada langkah ini, peneliti
harus melakukan pretest atau obsevasi dan melakukan post test untuk memberikan
perlakukan kepada subjek.

3. Pengolahan data hasil penelitian


Setelah penelitian dilakukan, langkah selanjutnya adalah menolah data dari
metode quasi. Pada quasi eksperimen umumnya menggunakan metode kuantitatif,
jadi analisis data menggunakan pendekatan statistika.
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield
Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Pertemuan 12
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Intervensi : true Experiment dari beberapa bagian yaitu:
1. Langkah – langkah penelitian true Experiment
2. Ciri khas rancangan true Experiment
3. Kelebihan rancangan true Experiment
4. Kekurangan rancangan true Experiment
Uraian Materi
Penelitian eksperimen dapat saja dibagi menjadi tiga jenis penelitian, yakni
pre-eksperimen (pra-eksperimen), true-eksperimen (eksperimen sesungguhnya),
dan quasi eksperimen (penelitian semu). Namun, pada tulisan ini memfokuskan
pada bahasan true eksperimen (eksperimen sesungguhnya). Dinamakan penelitian
eksperimen sesungguhnya karena kelompok subyek dipilih secara random , adanya
kelompok pembanding terhadap kelompok yang diberi perlakuan serta, adanya
pengontrolan terhadap kondisi guna meminimalisir pengaruh variabel lain
(pengganggu) .
Dengan demikian, harapan yang muncul adalah hasil penelitian yang
diperoleh merupakan pengaruh dari faktor treatment. Sehingga hubungan antara
variabel bebas (yang berupa treatment) dengan variabel terikat dapat menjelaskan
hubungan sebab-akibat.

B. Kriteria Penelitian Eksperimen Sesungguhnya


Menurut Arikunto (2003:273) ciri-ciri dari ekperimen sesungguhnya
meliputi:
Kondisi-kondisi yang ada di sekitar atau yang diperkirakan mempengaruhi
subjek yang digunakan untuk eksperimen “seyogianya dibuang (dijauhkan)”
sehingga apabila perlakuan selesai dan ternyata ada perbedaan antara hasil pada
kelompok ekperimen dan kelompok pembanding, perbedaan hasil ini merupakan
akibat adanya perlakuan.

45
46

Ada kelompok yang tidak diberi perlakuan yang difungsikan sebagai


pembanding bagi kelompok yang diberi perlakuan. Pada akhir ekperimen, hasil
pada kedua kelompok dibandingkan. Perbedaan hasil merupakan efek dari
pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen.
Sebelum dilaksanakan eksperimen, diusahakan kondisi kedua kelompok
sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada
dan tidaknya perlakuan.
Apabila penelitian eksperimen dilakukan terhadap orang, diharapkan agar
anggota kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding tidak terpengaruh
akan status mereka sehingga hasil ekperimen tidak terkena Hawthorne effect dan
John Herry Effect (efek sampingan yang disebabkan anggota kelompok tergantung
[pembanding] menyadari statusnya sehingga ada upaya ekstra dari mereka untuk
menyamai hasil kelompok eksperimen dan hasil akhir tidak semurni yang
diharapkan).

C. Desain Penelitian Eksperimen Sesungguhnya


Penelitian eksperimen sesungguhnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
1. Randomized Subject, Control-Group Pretest-Posttest Design
Desain penelitian ini merupakan desain penelitian yang cukup banyak
dilakukan dalam penelitian eksperimen sesungguhnya. Desain dalam penelitian
eksperimen ini, menggunakan kelompok pembanding. Antara kelompok
eksperimen dan kelompok pembanding dilakukan secara acak dengan prinsip
random assignment. Dalam desain ini dapat dipahami, bahwa peneliti melakukan
uji atau pengukuran terlebih dahulu sebelum melakukan perlakuan (pre-test) dan
setelah perlakuan (post-test).
Desain adalah sebagai berikut:
Pre-test Kelompok Post-test
O11 X1 O12
O21 X2 O22
Keterangan:
47

O11 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok


yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai
kelompok pembanding)
X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O12 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan (sebagai kelompok
pembanding)
O21 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/ intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
X2 = kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)
O22 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
Desain ini memiliki kelemahan yaitu peneliti tidak dapat menyelidiki efek
interaksi perlakuan karena tidak memiliki kelompok yang tanpa diberi pretest.
Analisis data pada desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola
kovarians, dimana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas.
Bila tidak memenhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji
peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.

2. Solomon Three – Group Design


Pada desain penelitian ini peneliti menggunakan tiga kelompok, dimana dua
kelompok tersebut merupakan kelompok pembanding. Salah satu kelompok
pembanding ada yang diukur sebelum eksperimen dilakukan (pre-test). Ketiga
kelompok diacak dengan prinsip random asigment. Peneliti melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok
perlakuan/kelompok ekperimen. Pada desain ini salah satu kelompok pembanding
48

tidak melakukan pretest tetapi terkena perlakuan X, meskipun menerima perlakuan


eksperimen tetap berfungsi sebagai kelompok pembanding.
Desain adalah sebagai berikut:
Pre-test Kelompok Post-test
O11 X1 O12
X1 O13
O21 X2 O22
Keterangan:
O11 = Pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai
kelompok pembanding)
X1 = Kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
O12 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang tidak diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/ intervensi (sebagai
kelompok pembanding)
O13 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan/intervensi X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi
(sebagai kelompok pembanding)
O21 = Pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
X2 = Kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)
O22 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
Desain ini mengatasi kelemahan yang melekat dalam desain sebelumnya
yaitu dapat dapat mengetahui efek interaki pre-test dengan perlakuan penelitian
meskipun tidak secara langsung.
49

Analisis data dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola
kovarians, dimana pretes dijadikan konvariabel, termasuk bila desainnya diperluas,
dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan perlakuan. Bila
tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji
peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.

3. Solomon Four – Group Design


Desain ini dapat membuat beberapa perbandingan untuk mengetahui
pengaruh dari perlakuan penelitian X. Pada desain ini memiliki kelompok
pembanding yang lebih banyak dan merupakan perluasan dari desain sebelumnya
yaitu dengan memasukan satu lagi kelompok pembanding. Dengan empat
kelompok menjadikan kekuatan yang lebih besar karena menggabungkan
keuntungan beberapa desain lainnya. Desain ini memiliki dua kelompok yang diberi
pretest dan dua kelompok tanpa pretest, salah satu kelompok yang diberi pretest
dan salah satu kelompok tidak diberi pre-test menerima perlakuan eksperimen, hal
ini menjadikan peneliti menggunakan dua kelompok/grup pembanding. Ketiga
kelompok diacak dengan prinsip random asigment. peneliti melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok
perlakuan/kelompok eksperimen.
Desain adalah sebagai berikut;
Pre-test Kelompok Post-test
O11 X1 O12
X1 O13
O21 X2 O22
X2 O23
Keterangan :
O11 = Pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok
yang tidak diberi perlakuan/intervensi X1 atau tidak diberi perlakuan (sebagai
kelompok pembanding)
X1 = Kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)
50

O12 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok


yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai
kelompok pembanding)
O13 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai
kelompok pembanding)
O21 = Pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/ intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
X2 = Kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi
perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)
O22 = Pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok
perlakuan)
O23 = pengukuran/observasi setelah perlakua/intervensi pada kelompok
yang diberi perlakuan X2 yang tanpa pengukuran sebelum eksperimen.
Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena dapat
mengetahui efek interaksi pretest dengan perlakuan secara langsung dan kesulitan
dalam pelaksanaannya dalam situasi praktis, lebih banyak waktu dan usaha yang
diperlukan dua percobaan secara bersamaan serta masalah pada peningkatan jumlah
subjek yang sama yang akan diperlukan untuk empat kelompok.
Analisis data dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola kovarians,
dimana pretest dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas,
dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan perlakuan. Bila
tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji
peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-whitney.

4. Factorial Design
Penelitian faktorial desain adalah modifikasi dari true experiment, yaitu
memungkinkan adanya variabel moderator yang mempengaruhi treatment terhadap
hasil. Penelitian ini harus terdapat pengukuran sebelum treatment, jika masuk ke
51

dalam true eksperiment. Penelitian ini disebut juga penelitian bifaktor karena
melibatkan lebih dari satu variabel bebas yang dijadikan faktor. Dan kedua faktor
tersebut secara teoritik teradapat interaksi. Penelitian ini diketahui terbagi dalam
dua jenis, yaitu ekperimen bifaktorial yang merupakan melibatkan dua faktor,
sedangkan eksperimen faktorial trifaktor yang melibatkan tiga faktor.

D. Bias yang dapat muncul dalam Penelitian Eksperimen Sesungguhnya


Beberapa contoh faktor yang dapat muncul dan mempengaruhi penelitian
eksperimen sesungguhnya adalah:
1. Historis
Historis mungacu pada munculnya suatu kejadian yang bukan dari
perlakuan eksperimen, tetapi dapat mempengaruhi performansi pada variabel
bebas. Sesuatu yang agak lama, faktor historis mungkin menjadi suatu masalah.
Sebagai contoh faktor historis adalah latar belakang atau pengalaman belajar pada
jenjang pendidikan sebelumnya.
2. Maturation (Maturasi)
Maturasi mengacu pada perubahan fisik atau mental pada diri subyek
selama suatu periode waktu. Perubahan ini dapat mempengaruhi performansi
subyek pada pengukuran variabel terikat. Khususnya dalam studi yang diselesaikan
dalam waktu yang panjang, subyek dapat menjadi (sebagai contoh) lebih
terkoordinasi, lebih termotivasi, tidak termotivasi atau bosan. Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengakibatkan bias pada hasil pengukuran.
3. Regresion (Regresi)
Regresi statistik biasanya muncul bila subyek yang dipilih berdasarkan skor
ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyek yang memiliki skor yang paling
tinggi pada pre-test ke skor yang lebih rendah pada post-test, dan subyek yang
memiliki skor paling rendah pada pre-test ke skor yang lebih tinggi pada post-test.
Kecenderungannya adalah skor bergerak mundur (regresi) atau bergerak kea rah
rata-rata (mean) atau skor yang diharapkan.
52

4. Pre-Testing
Interaksi pre-test muncul bila respons subyek atau mengalami reaksi
berbeda pada perlakuan karena mereka mengikuti pre-test. Suatu pre-test mungkin
membuat peka atau mengingatkan subyek pada hakikat perlakuan. Oleh karena itu,
hal ini diupayakan untuk dikontrol atau dikendalikan pada penelitian eksperimen
sesungguhnya karena juga menguji kelompok yang tidak menggunakan pre-test,
baik pada kelopmpok eksperimen maupun kelompok pembanding.
Dengan demikian, faktor-faktor tersebut perlu dikontrol atau dikendalikan.
Sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat menunjukkan
hubungan sebab-akibat tanpa ada pengaruh dari variabel lain.

E. Subyek Penelitian
Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi.
Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen.
Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan
perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara
maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas
dalam hal dapat dipahami misalnya seperti, seluruh siswa (populasi) berasal dari
sekolah yang sama, tingkat satuan pendidikan yang sama, jenjang kelas yang sama,
konsentrasi keilmuan (jurusan) yang sama.

Teknik Sampling
Sebagaimana yang telah dijelaskan, teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah random sampling. Teknik random sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang memungkinkan seluruh anggota populasi terpilih
menjadi sampel dalam penelitian. Pada umumnya teknik random sampling yang
biasa digunakan adalah Simple Random Sampling (random sederhana), yang
merupakan pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
53

F.Teknik Analisa Data


Dalam penelitian kuantitatif, analisa data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi daya berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikkan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian eksperimen sesungguhnya,
yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik Deskriptif
Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan menyajikan,
mendeskripsikan, serta mengkomunikasikan data mentah menjadi bentuk tabel,
grafik atau gambar. Dari pengolahan data mentah tersebut, maka diperoleh nilai
mean, median, modus, dan simpangan baku atau standar deviasi. Pada umumnya
ditampilkan pula distribusi frekuensi yang kemudian divisualiasasikan dalam
bentuk histogram dan poligon.

2. Statistik Inferensial
Merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini tepat digunakan bila sampel
diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara
random. Untuk mennentukan statistik inferensial yang digunakan (parametris
maupun non-parametris) beberapa literatur merekomendasikan agar data diuji
normalitasnya terlebih dahulu untuk menguji normal atau tidaknya suatu data
distribusi. Namun, literatur lain menyatakan tidak perlu menguji distribusi normal
atau normalitas data tetapi hanya cukup dengan membuat asumsi saja.
Berdasarkan literatur, analisa data yang digunakan dalam eksperimen
sesungguhnya dilakukan dengan uji ragam multi jalur pola kovarians. Hal tersebut
menunjukan bahwa statistik yang digunakan adalah statistik parametris, yang
memiliki beberapa asumsi dalam melakukan teknik analisanya.
54

G. Kelebihan Penelitian Eksperimen


Metode eksperimental merupakan pendekatan yang terbaik untuk
menentukan efek kausal dari treatment.
Memilki potensi tingkat kontrol yang tinggi terhadap lingkungan (variabel
asing atau variabel perancu)
Pemilihan secara acak terhadap subjek yang memilki sampel yang luas
Metode ini juga memiliki kekuatan untuk memanipulasi variabel. Ketelitian
kontrol menjadi ciri dalam penelitian eksperimental yang baik diterapkan dalam
bidang pendidikan
Ketersediaan waktu yang cukup dalam memberikan intervensi (treatment)
Kelas eksperimen dan kelas pembanding berada dalam kondisi yang sama
H. Masalah-Masalah yang dapat Muncul dalam Penelitian Eksperimen
Sesungguhnya
1. Adanya kekompleksan dalam mengontrol lingkungan penelitian
2. Faktor luar dapat memberikan intervensi yang mempengaruhi hasil
penelitian
3. Interaksi yang terjadi antara kelas eksperimen dan kelas pembanding
4. Cenderung dilakukan selama periode waktu yang lebih singkat. Namun,
dapat juga penelitian dilakukan terlalu lama
I. Contoh Penelitian Eksperimen Sesungguhnya
a. Judul : Penerapan Pembelajran Thing Pair Share untuk
Meningkatkan Motivasi Bbelajar Biologi SMAN
BERNAS Pada Kelas XI IPA
b. Latar Belakang : Masih rendahnya motivasi belajar Biologi Siswa
c. Tujuan : Meningkat motivasi Belajar Biologi Siswa
d. Desain penelitian : Randomiized Subyek, Control Grup Pretest and
Posttest Desain
e. Populasi : Siswa Kelas XI IPA SMAN BERNAS, berjumlah
100 siswa
f. Sampel : Sampel di ambil dengan teknik simple
random sampling terhadap 100 siswa
55

g. Pelaksanaan :
Peneliti telah meyakini bahwa populasi bersifat homogen, maka
dilakukanlah pengambilan sampel yang kemudian dilakukan pembagian kelas,
yakni kelas yang akan diberi treatment dan kelas pembanding (tidak diberi
treatment) Kedua kelompok di berikan pre-tes. Selanjutnya kelas treatment di
berikan perlakuan dengan mengunakan metode think-pair-share. Sedangkan, kelas
pembanding melakukan pembelajaran dengan metode konversional. Setelah selesai
proses pembelajaranterkait materi yang dipelajari, dilakukan post-test dan
kemudian data yang di dapatkan di olah teknik pengolah data mengunakan uji
statistik deskripttif dan statistik inferensial. Kemudian, barulah data disimpulkan.
Pustaka
1. Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
2. Hermawan, Edi. 2012. Pengantar Statistika Non-Parametrik. Bandung:
LPPM Universitas Siliwangi
3. Kadir, 2010. Statistika (Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial). Jakarta:
Rosemata Sampurna
4. Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi.
Makalah. Yogyakarta: Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNY
5. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
6. Modul Pembekalan Kemampuan Statistika. 2014. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Pertemuan 13
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Confounding dan Interaksi dari beberapa bagian yaitu:
1. Pengertian Confounding dan interaksi
2. Arah Confounding
3. Mengontrol confounding
4. Macam-
5. Macam interaksi
6. Efek modifikasi dan konfounding
7. Deteksi
8. Konfounding dan interaksi
9. Syarat dan contoh confounding
Uraian Materi
Konfonding
Konfonding dan interaksi merupakan sebuah fenomena yang berbeda,
tetapi kondisi ini menyebabkan kebingunggan mana yang disebut konfonding
dan mana yang disebut interaksi. Pemahaman tentang konfonding tidak
terlepas dari keadaan penyakit yang dapat disebabkan oleh multi kausal,
artinya suatu penyakit yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor tidak
hanya satu faktor saja. Asumsi beberapa faktor yang ikut menjadikan suatu
variable atau faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan konfonding dibahas
dalam bab ini. Sebagai ilustrasi misalkan kejadian penyakit jantung dapat
disebabkan oleh 3 faktor antara lain kolesterol, merokok dan obesitas. Jika
diasumsikan ketiga variabel ada hubungan yang signifikan terhadap penyakit
jantung maka konfonding terjadi.
Keadaan ini memberikan arti bahwa jika ketiga variabel (kolesterol,
merokok dan obesitas) signifikan berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung maka variable konfonding terjadi. Hal yang perlu difikirkan mana
diantara ketiga variabel tersebut sebagai konfonding dan mana variabel

56
57

tersebut yang tidak sebagai konfonding. Pijakan teori yang digunakan sebagai
dasar untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Beberapa asumsi yang perlu diketahui bahwa variabel tersebut
dianggap sebagai konfonding atau variabel tersebut tidak sebagai konfonding.
Variabel dapat disebut sebagai konfonding jika (woodward, 1999):
1. Variabel tersebut berhubungan dengan penyakit (variable dependent),
tetapi tidak memiliki konsekuensi penyebab penyakit.
2. Variabel berhubungan dengan faktor risiko (variable independent),
tetapi variabel tersebut tidak memiliki konsekuensi terhadap faktor
risiko (variabel independent).

Untuk lebih jelas memahami apakah variabel tersebut tergolong


sebagai variabel konfonding atau bukan variabel konfonding maka kita dapat
memperhatikan ilustrasi gambar berikut (Schlesselman, 1982).

Gambar A

Variabel Bebas Variabel Terikat


Penyapihan dini Kejadian ISPA

Variabel luar
Status gizi

Gambar B
58

Variabel Bebas Variabel Terikat


Penyapihan dini Kejadian ISPA

Variabel luar
Status gizi

Gambar C
Variabel Bebas Variabel Terikat
Penyapihan dini Kejadian ISPA

Variabel luar
Status gizi

Gambar Variabel konfonding terletak pada gambar C

Gambar yang dikategorikan sebagai variabel konfonding adalah pada


gambar C. pada gambar C memeberikan informasi bahwa variable status gizi
berkaitan dengan ISPA dan penyapihan dini.
Ilustrasi yang dikatakan bahwa variabel tidak dikatakan sebagai
variable konfonding adalah sebagai berikut:

A B C D

Gambar Situasi yang menerangkan bahwa variabel C bukan merupakan


variabel konfonding (Woodward, 1999).
59

Pada gambar Hal yang menarik untuk diperlajari adalah bahwa


variabel konfonding lebih diidentifikasikan pada gambar (a) bahwa variabel
F dan C adalah independent sehingga tidak perlu mengontrol variabel C jika
melihat hubungan antara variabel D dengan F. Pada gambar (b) menunjukkan
bahwa variabel C menyebabkan terjadinya variabel F sedangkan variabel D
merupakan variabel perantara saja. Gambar (c) dan (d) menjelaskan bahwa
variabel D menyebabkan terjadinya variabel F baik secara langsung maupun
melalui variabel C, jadi variabel C tidak selalu harus dikontrol. Pada (d)
menjelaskan bahwa variabel F justru sebagai variabel perantara untuk
terjadinya C. Untuk melakukan identifikasi apakah variabel itu sebagai
konfonding atau bukan diperlukan pijakan teori. Sebuah variabel dapat
dikatakan sebagai variabel konfonding jika variabel tersebut berkaitan dengan
variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat). Perlu diketahui
bahwa variabel tersebut yang dianggap sebagai konfonding bukan merupakan
variabel utama sebagai kausal (penyebab).
Dalam penelitian, pengendalian variabel dapat dilakukan sebelum
kegiatan pengumpulan data melalui pemilihan kriteria inklusi dan eksklusi,
tetapi jika asumsi untuk kriteria inklusi dan eksklusi tidak terpenuhi karena
faktor tertentu seperti sampel yang tidak mencukupi maka pengendalian
variabel dapat dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data dengan
melakukan estimasi nilai OR (odds rasio) atau nilai kemaknaan
(alfa).
Estimasi untuk menilai efek variabel konfonding dapat dilakukan
dengan melihat perbandingan dari nilai risiko unajusted dengan nilai risiko
adjasted atau (Ec/E).
Sebagai ilustrasi kasus gambar berikut
60

Variabel Bebas Variabel Terikat


Penyapihan dini Kejadian ISPA

Variabel luar
Status gizi

Bagaimana mengendalikan variabel status gizi (jika diasumsikan status


gizi merupakan variabel penganggu. Apakah variabel status gizi merupakan
variabel konfonding untuk hubungan antara variabel penyapihan dini dengan
kejadian ISPA...?
Untuk mengetahui apakah variabel tersebut sebagai konfonding kita bisa
melakukan estimasi untuk nilai variabel status gizi. Untuk melakukan estimasi
diperlukan analisis stratifikasi untuk masing-masing tahapan strata. Untuk
lebih jelasnya kita dapat perhatikan ilustrasi berikut:
Tabel 4.1 model analisis stratifikasi
Tabel 1
Gizi buruk
ISPA (+) ISPA (-
)
Penyapihan dini M1 Tidak A B
penyapihan M2 C D
dini

Untuk menilai apakah variabel status gizi merupakan variabel


konfonding atau bukan variabel konfonding dapat digunakan perbandingan
nilai risiko atau tingkat kemaknaan pada masing-masing strata. Untuk
melakukan pengujian hubungan antara penyapihan dengan kejadian ISPA
dengan menyertakan variabel status gizi, maka kita dapat melihat hasil tes
untuk adjasted hubungan antara penyapihan dini dengan kejadian ISPA yang
sering diinterprestasikan sebagai efek hubungan antara penyapihan dini
dengan kejadian ISPA. Hasil perbandingan nilai hubungan antara sebelum
61

adjusted dan setelah adjusted yang digunakan sebagai pengambilan keputusan


apakan variabel status gizi sebagai variabel konfonding atau bukan.
Sebagai contoh misalkan hubungan antara penyapihan dini dengan
kejadian ISPA nilai p < 0,001), tetapi setelah dilakukan adjusted nilai (p >
0,1). Kondisi ini yang dapat disebut variabel konfonding telah nyata terjadi
atau variabel status gizi merupakan variabel konfonding untuk hubungan
penyapihan dini dengan kejadian ISPA.

Interaksi

Pengukuran interaksi dilakukan antara dua faktor risiko ketika efek


satu faktor risiko berbeda tingkatan dengan faktor risiko kedua (Woodward,
1999). Keadaan ini memberikan arti bahwa efek risiko terlihat pada
masingmasing strata sehingga keadaan ini yang menimbulkan efek interaksi
antar variabel. Kondisi tidak ada interaksi jika tidak didapatkan efek
modifikasi diantara masing-masing faktor risiko artinya masing-masing level
faktor risiko konsisten (homogen). Pengertian homogen lebih diartikan
sebagai kondisi hasil yang sama antara sub-sub strata.

Pengendalian Variabel Konfonding

Pengendalian variabel konfonding dapat dilakukan dengan melakukan


analisis stratifikasi. Analisis stratifikasi merupakan satu dari dua model
pendekatan yang umum yang mengunakan variabel pembanding pada setiap
tahap analisis, disamping itu stratifikasi ini merupakan salah satu pendekatan
model secara matematik (Klainbaum, 1982). Analisis stratifikasi dilakukan
untuk mengelompokan masing-masing responden dalam strata yang
dimaksudkan untuk mengetahui variabel pengganggu. Variabel yang
dianggap sebagai pengganggu jika ada selisih antara RR crude dengan RR M-
H lebih dari 10%.
Terdapat 5 langkah dalam mengunakan pendekatan stratifikasi dalam
analisis.
62

1. Melakukan kategori untuk masing-masing variable dengan menjadikan variable


tersebut sebagai control.
2. Mendefinisikan masing-masing variable pada langkah pertama, kemudian
mengelompokan subjek penelitian kedalam masingmasing kategori untuk
masing-masing control. Kombinasi ini yang sering disebut sebagai strata.
Tabel 4.2 pendekatan analisis stratifikasi

D(+) D(-)
E (+) M1 A B
E (-) M2 C D
N1 N2 N

3. Melakukan analisis sederhana untuk masing-masing stratum dengan


mengunakan analisis manthel Hansel X2 test untuk melihat hubungan dan untuk
mengestimasi adanya efec (missal; OR, RR, Risk Diferent) pendekatan yang
sering digunakan.

4. Melakukan interpretasi dari semua hasil analisis stratifikasi untuk masing-


masing stratum untuk melihat hubungan antara paparan dengan penyakit dan
keadaan ini merupakan langkah untuk mengendalikan variable konfonding
(perancu). Analisis statistik yang direkomendasikan untuk menyimpulkan
adalah manthel hanzel.

5. Jika ada interaksi, akumulasikan informasi pada masing-masing strata dengan


melakukan akumulasi berdasarkan interval untuk semua efek.
63

Pustaka
1. Eisenberg, J.N.S., Desai, M.A., Levy, K., Bates, S.J., Liang,S., Naumoff, K., and
James C. Scott, J.C., (2007) Environmental Determinants of Infectious Disease: A
Framework for Tracking Causal Links and Guiding Public Health Research,
Environmental determinants of infectious disease, VOL. 115 (8) August 2007.
2. Gordis, L. (2004) Epidemiology 3th Edition. Philadelpia: Elsever Saunders, USA.
3. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research,
Van Nostrand Reinhold Company, New York.
4. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research,
Van Nostrand Reinhold Company, New York.
5. Last, J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University
6. Murti, B. (2003) Prinsip dan metode riset epidemiologi edisi 2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
7. WHO (2004) A Practical Guide for Health Researchers, Regional Office for the
Eastern Mediterranean, Cairo.
8. Woodward, M (1999) Texts in Statistic Science; Epidemiology Study Design and
Data Analysis, United Kingdom, Washington D.C.
9. Woodward, M. (1999) Epidemiology Study Design and Data Analysis. London:
United Kingdom. 4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
10. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Pertemuan 14
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Aplikasi Epidemiologi ( Knowledge Manajemen Data Menjadi Informasi Sebagi
Evidence Base Polices) dari beberapa bagian yaitu:
Konsep Aplikasi Epidemiologi ( Knowledge Manajemen Data Menjadi Informasi
Sebagi Evidence Base Polices)
Uraian Materi
“Epidemiologi” berasal dari dari kata Yunani epi= atas, demos= rakyat,
populasi manusia, dan logos = ilmu (sains), bicara. Secara etimologis, epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa
yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatkannya
yang disebut epidem. Kemudian pada tahap perkembangan berikutnya, banyak ahli
mendefinisikan epidemiologi dalam berbagai cara, antara lain: 1. Hirsch (1883):
Suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit manusia, pada saat tertentu
di bumi dan kaitannya dengan kondisi eksternal. 2. Frost (1927): Ilmu fenomena
massal penyakit infeksius, atau seperti riwayat alamiah penyakit infeksius ... suatu
ilmu induktif yang tidak hanya mendeskripsikan distribusi penyakit, tetapi juga
kesesuaiannya dalam suatu filosofi yang konsisten 3. Greenwood (1934):
Epidemiologi adalah studi penyakit sebagai fenomena massal. 4. Lilienfeld (1957):
Epidemiologi boleh didefinisikan sebagai studi distribusi suatu penyakit atau
kondisi dalam populasi dan faktor yang memengaruhi distribusi ini. 5. Taylor
(1963): Studi kesehatan atau penyakit dalam populasi. 6. Pada 1970, MacMahon
dan Pugh mendefinisikan epidemiologi sebagai berikut: Epidemiologi mempelajari
penyebaran dan penentu dari frekuensi penyakit pada manusia. (Epidemiologi is the
study of the distribution and determinants of disease frequency in man). 7. Pada
1983, International Epidemiological Association mendefinisikan epidemiologi “the
study of the distribution and determinants of health-related states or events in
specified populations, and the application of this study to control of health
problems” – Epidemiologi adalah “studi tentang distribusi dan determinan keadaan
dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan penerapannya untuk

64
65

mengendalikan masalah kesehatan”. 8. Prof. DR. Nur Nasry Noor, M.PH (2008)
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.

Sejarah Perkembangan Epidemiologi


Epidemiologi berkembang seiring dengan perkembangan penyakit dan lingkungan
masyarakat. Setiap transisi penyakit maupun perubahan lingkungan yang memberi
peluang berkembang biaknya penyakit pastilah secara sadar maupun tidak sadar
selalu kita menggunakan epidemiologi baik sebagai ilmu maupun alat yang
menuntun kita untuk mengetahui frekuensi, distribusi, ataupun hubungan kausasi
penyebab penyakit dengan faktor paparan. Berikut ini adalah rentetan peristiwa
dalam sejarah yang sudah dicapai antara lain:
1. Cacar pada 1790-an telah dibuktikan bahwa infeksi karena cowpox dapat
memberikan kekebalan terhadap penyakit cacar (smallpox), tetapi baru 200 tahun
kemudian prinsip ini diterima dan diterapkan di seluruh dunia sehingga penyakit
cacar dapat dibasmi dari seluruh dunia (pada 1978 sudah tidak ada lagi kasus cacar).
Program pembasmian cacar ini dikoordinasikan oleh WHO dan dimulai pada 1967
(suatu program pembasmian 10 tahun). Epidemiologi terutama berperan dalam hal:
menentukan distribusi kasus dan model mekanisme serta derajat penyebaran,
dengan jalan pemetaan meletupnya penyakit tersebut dan melakukan evaluation
program penanggulangan. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan
pembasmian cacar adalah: kemauan politik, tujuan yang jelas, jadwal yang tepat,
staf yang terlatih, dan strategi yang luwes, di samping itu juga terdapatnya vaksin
yang tahan terhadap panas dan efektif.
2. Methymercury mercury atau air raksa adalah logam yang beracun dan telah
dikenal sejak abad pertengahan. Sekarang dia merupakan simbol tentang bahaya
polusi lingkungan. Pada 1950-an diketahui bahwa air raksa dibuang dalam limbah
pabrik di Minamata, Jepang ke dalam teluk kecil. Ini mengakibatkan bertumpuknya
methilmercury dalam ikan yang kemudian menyebabkan keracunan yang hebat
66

pada penduduk yang memakannya. Epidemiologi berperan dalam mengidentifikasi


penyebabnya dan dalam penanggulangannya, suatu epidemi penyakit yang
disebabkan oleh polusi lingkungan.
3. Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Rheumatic fever dan rheumatic
heart disease berhubungan dengan kemiskinan, khususnya dengan perumahan yang
buruk dan overcrowding, yang memudahkan penyebaran streptococcus yang
menimbulkan infeksi pada jalan pernapasan bagian atas. Di negara-negara maju
penyakit ini sudah hampir lenyap, tetapi di sebagian Negara-negara berkembang
rheumatic heart disease merupakan penyakit jantung yang umum. Epidemiologi
membantu pemahaman tentang sebab rheumatic fever dan rheumatic heart disease
dan pengembangan cara-cara pencegahan rheumatic heart disease. Epidemiologi
juga mengungkapkan tentang peran faktor faktor sosial dan ekonomi dalam
timbulnya kejadian luar biasa (KLB) rheumatic fever dan penyebaran infeksi
tenggorokan yang disebabkan oleh streptococcus. Jelas bahwa penyaebab penyakit
ini kompleks bila dibandingkan dengan keracunan methilmercury, yang
mempunyai satu penyebab.
4. Iodine deficiency disease. Defisiensi yodium yang umumnya terdapat pada
daerah pegunungan tertentu, menyebabkan hilangnya energi jasmani dan mental
dihubungkan dengan tidak cukupnya hormon thyroid yang mengandung yodium.
Goite dan cretinism telah digambarkan secara rinci kira-kira sejak 400 tahun yang
lalu, tetapi baru pada abad ke 20 diperoleh pengetahuan yang cukup untuk usaha-
usaha pencegahan dan pemberantasannya. Pada 1915 endemic goitre disebut
sebagai penyakit yang paling mudah dicegah dan diusulkan untuk menggunakan
garam yang diberi yodium untuk pemberantasannya. Tidak lama setelah itu
dilakukan uji coba pertama yang berskala besar di Akron, Ohio, USA. Uji coba ini
melibatkan 5.000 gadis berusia 11 sampai 18 tahun. Efek profilaktik dan
terapoetiknya sangat mengesankan dan pada 1924 garam yang diberi yodium yang
diberikan kepada komunitas dilakukan pada banyak negara. Penggunaan garam
beryodium dapat berhasil karena garam digunakan oleh semua kelompok
masyarakat dengan kadar yang kira-kira sama sepanjang tahun. Keberhasilan usaha
ini bergantung pada pruksi yang efektif, distribusi garam, dan pelaksanaan
67

peraturan, pengendalian mutu, dan kesadaran masyarakat. Epidemiologi membantu


mengidentifikasikan dan memecahkan masalah defisiensi yodium,
memdemonstrasikan tentang efektifnya usaha-usaha pencegahan yang dapat
digunakan pada skala luas, dan cara-cara memantau program pemberian yodium.
Namun demikian, masih terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan di negara-negara
berkembang di mana berjuta-juta orang menderita defisiensi yodium masih
endemik.
5. High blood pressure. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah masalah
kesehatan yang penting. Di negara maju maupun negara berkembang, sampai 20%
penduduk berumur 35–64 tahun yang mempunyai tekanan darah tinggi dari
Amerika Serikat sampai bagian-bagian tertentu dari Republik Rakyat China.
Epidemiologi menjelaskan besarnya masalah, menetapkan riwayat alamiah
penyakit, dan akibatnya bila hipertensi tidak diobati, menunjukkan kegunaan
pengobatan, dan membantu menentukan pada tekanan berapa (yang tepat)
pengobatan itu harus dimulai dan mengevaluasi berbagai strategi pencegahan.
Ketentuan tentang tekanan darah ini akan memengaruhi perkiraan jumlah yang
diobati dan juga biayanya. Di Amarika Serikat bila digunakan batas di atas 140/190,
maka akan ada 53% penduduk kulit putih berumur 65–74 tahun yang harus diobati,
padahal bila digunakan ketentuan yang lebih konservatif, angka akan sama dengan
17% (di atas 170/95).
6. Smoking asbestos and lung cancer. Kanker paru biasanya jarang, tetapi sejak
pada 1930-an terjadi kenaikan yang mencolok terutama di negara-negara industri.
Penelitian epidemiologi yang pertama yang mengaitkan kanker dengan rokok
dipublikasikan pada 1950. Hasil-hasil yang kemudian menyusul menunjang kaitan
ini dan ini terjadi di populasi yang berbeda-beda. Telah banyak bahan yang
diidentifikasi yang dianggap dapat menyebabkan kanker paru. Sekarang ini sudah
jelas bahwa rokok dapat menyebabkan kanker paru, tetapi masih bantak bahan lain
yang dapat juga menyebabkan kanker paru seperti debu asbestos dan polusi udara
di daerah perkotaan. Rokok dan asbestos berinteraksi sehingga mereka yang
merokok dan juga exposed terhadap asbestos mempunyai risiko tinggi. Kegunaan
Ilmu Epidemiologi Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai
68

penyakit, tetapi juga mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi


tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan yang bersifat populasi,
tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya bersifat individual atau bersifat
populasi maka populasinya terbatas dan berciri khusus, yaitu para penderita klinik
tersebut.
Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program-program
pelayanan Kesehatan Dalam buku Epidemiologi Suatu Pengantar karangan Thomas
C. Timmreck (2005) dikemukakan bahwa ada tujuh poin dan manfaat epidemiologi,
yakni:
1. untuk mempelajari riwayat penyakit;
2. diagnosis masyarakat;
3. mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat memengaruhi
kelompok maupun populasi;
4. pengkajian, evaluasi, dan penelitian;
5. melengkapi gambaram klinis;
6. identifikasi sindrom; dan
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.

Pustaka
1. Eisenberg, J.N.S., Desai, M.A., Levy, K., Bates, S.J., Liang,S., Naumoff, K., and James
C. Scott, J.C., (2007) Environmental Determinants of Infectious Disease: A
Framework for Tracking Causal Links and Guiding Public Health Research,
Environmental determinants of infectious disease, VOL. 115 (8) August 2007.
2. Gordis, L. (2004) Epidemiology 3th Edition. Philadelpia: Elsever Saunders, USA.
3. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
4. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
5. Last, J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University
Pertemuan 15
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Kejadian Luar Biasa dari beberapa bagian yaitu:
1. Regulasi KLB
2. Definisi KLB
3. Urgency
4. Klasifikasi
5. Faktor yang memperngaruh i KLB
6. Sistem kewaspadaan dini KLB’
7. Tujuan sistem kewaspadaan
8. Langkah”peny elidikan KLB
9. Penanggulangan KLB
Uraian Materi

PENGERTIAN WABAH (KLB)

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat


yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU
No 4. Tahun 1984).

PENGERTIAN KLB

Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen
No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Misalnya : wabah malaria

69
70

A. Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB)

KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya,
maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia
melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria
kerja KLB yaitu :

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan periode
sebelumnya
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali bila
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali
dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
6. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50
% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
7. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis) Terdapat satu/lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit tersebut Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida.

B. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)


Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :

• Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh
agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen
dalam populasi tersebut.
71

• Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

C. Langkah-Langkah yang Dilakukan Jika Terjadi Wabah


Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini mungkin
setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau penyelidikan wabah
telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang penyebab
terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan
wabah, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu
pengujian hipotesis. Tetapi jika pada investigasi wabah belum memberikan fakta
yang jelas maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Wabah

Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak


daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien,
kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang terjadinya wabah
bisa juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi). Pada
dasarnya wabah merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah
ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata
jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya wabah. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah kasus “tampak” meningkat: (1)
Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau ketika air bersih
langka) (2) Perubahan dalam pelaporan kasus; (3) Kesalahan diagnosis (misalnya,
kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium); (4) Peningkatan kesadaran petugas
kesehatan (meningkatkan intensitas pelaporan); (5) Media yang memberikan
informasi bias dari sumber yang tidak benar. Terjadinya wabah dan
teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu ditanggapi dengan tepat. Jika
terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga disebut wabah, maka pihak dinas
kesehatan yang berwewenang harus membuat keputusan apakah akan melakukan
investigasi wabah. Sejumlah faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya
investigasi wabah: (1) Keparahan penyakit; (2) Potensi untuk menyebar; (3)
Perhatian dan tekanan dari masyarakat; (4) Ketersediaan sumber daya. Beberapa
penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan berhenti dengan
sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu biasa. Implikasinya, tidak perlu
dilakukan investigasi wabah maupun tindakan spesifik terhadap wabah, kecuali
kewaspadaan. Tetapi wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak ditanggapi
72

dengan langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain menunjukkan


virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat dan fatal, misalnya flu
burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu melakukan investigasi wabah dan
mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut penyakit itu.

2. Melakukan Investigasi Wabah Pada Investigasi wabah dilakukan dua investigasi,


yaitu investigasi kasus dan investigasi penyebab. Pada investigasi kasus, peneliti
melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis dengan
benar (valid). Peneliti wabah mendefinisikan kasus dengan menggunakan
seperangkat kriteria sebagai berikut: (1) Kriteria klinis (gejala, tanda, onset); (2)
Kriteria epidemiologis karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu
terjadinya wabah); (3) Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan)
Dengan menggunakan definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami
penyakit akan dimasukkan dalam salah satu klasifikasi kasus. Berdasarkan tingkat
ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi: (1) kasus suspek
(suspected case, syndromic case), (2) kasus mungkin (probable case, presumptive
case), dan (3) kasus pasti (confirmed case, definite case). Klasifikasi kasus (yang
berbeda tingkat kepastiannya tersebut) memungkinkan dilakukannya upaya untuk
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pelaporan. Kasus suspek bersifat
sensitive tetapi kurang spesifik, dengan tujuan mengurangi negatif palsu. Kasus
mungkin dan kasus pasti bersifat lebih sensitif dan lebih spesifik daripada kasus
suspek, dengan tujuan mengurangi positif palsu. Investigasi selanjutnya adalah
investigasi penyebab terjadinya wabah. Pada investigasi penyebab terjadinya
wabah dapat dilakukan dengan wawancara dan epidemiologi deskriptif. Pada
wawancara intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan nara sumber terkait kasus
adalah untuk menemukan penyebab terjadinya wabah. Dengan menggunakan
kuesioner dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter,
laboratorium, melakukan wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh
informasi berikut: (1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada); (2)
Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan); (3) Kemungkinan sumber, paparan, dan
kausa; (4) Faktor-faktor risiko; (5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi
kasus, catat tanggal onset gejala untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi
dan kematian akibat penyakit); (6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi
tambahan dan laporan balik hasil investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu
dilakukan terhadap kasus yang meragukan atau tidak didiagnosis dengan benar
(misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium).

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah mendeskripsikan frekuensi dan pola


penyakit pada populasi menurut karakteristik orang, tempat, dan waktu. Dengan
menghitung jumlah kasus, menganalisis waktu, incidence rate, dan risiko, peneliti
wabah mendeskripsikan distribusi kasus menurut orang, tempat, dan waktu,
73

menggambar kurva epidemi, mendeskripsikan kecenderungan (trends) kasus


sepanjang waktu, luasnya daerah wabah, dan populasi yang terkena wabah. Dengan
epidemiologi deskriptif peneliti wabah bisa mendapatkan hipotesa penyebab dan
sumber wabah.

3. Melaksanakan penanganan wabah Bila investigasi kasus dan penyebab telah


memberikan fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah
pengendalian hendaknya segera dilakukan, tidak perlu melakukan studi analitik
yang lebih formal. Prinsipnya, makin cepat respons pengendalian, makin besar
peluang keberhasilan pengendalian. Makin lambat repons pengendalian, makin
sulit upaya pengendalian, makin kecil peluang keberhasilan pengendalian, makin
sedikit kasus baru yang bisa dicegah. Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah
sebagai berikut: (1) Mengeliminasi sumber patogen; (2) Memblokade proses
transmisi; (3) Mengeliminasi kerentanan. Eliminasi sumber patogen mencakup: (1)
Eliminasi atau inaktivasi patogen; (2) Pengendalian dan pengurangan sumber
infeksi (source reduction); (3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan
orang atau binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya); (4)
Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak
daging dengan benar, dan sebagainya); (5) Pengobatan kasus.
Blokade proses transmisi mencakup: (1) Penggunaan peralatan pelindung
perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan, respirator); (2) Disinfeksi/
sinar ultraviolet; (3) Pertukaran udara/ dilusi; (4) Penggunaan filter efektif untuk
menyaring partikulat udara; (5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida
nyamuk Anopheles, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu
berinsektisida, larvasida, dan sebagainya). Eliminasi kerentanan penjamu (host
susceptibility) mencakup: (1) Vaksinasi; (2) Pengobatan (profilaksis, presumtif);
(3) Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”); (4)
Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).

4. Menetapkan Berakhirnya WabahPada tahap ini, langkah yang dilakukan sama


dengan langkah pada mengidentifikasi wabah. Pada tahap ini, dilakukan dengan
mencari informasi tentang terjadinya wabah biasanya datang dari sumber-sumber
masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga
masyarakat. Informasi juga bisa berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian,
laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi).
Hal ini untuk menganalisis apakah program penanganan wabah dapat menurunkan
kasus yang terjadi.

5. Pelaporan Wabah Peneliti wabah memberikan laporan tertulis dengan format


yang lazim, terdiri dari: (1) introduksi, (2) latar belakang, (3) metode, (4) hasil-
hasil, (5) pembahasan, (6) kesimpulan, dan (7) rekomendasi. Laporan tersebut
74

mencakup langkah pencegahan dan pengendalian, catatan kinerja sistem kesehatan,


dokumen untuk tujuan hukum, dokumen berisi rujukan yang berguna jika terjadi
situasi serupa di masa mendatang. Selain itu pada pelaopran wabah terdapat tahap
akhir dari investigasi wabah yaitu evaluasi program. Peneliti wabah perlu
melakukan evaluasi kritis untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan program
maupun defisiensi infrastruktur dalam sistem kesehatan. Evaluasi tersebut
memungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan yang lebih mendasar untuk
memperkuat upaya program, sistem kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.

Pustaka
1. Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak. Available
fromhttp://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16 Last,
2. J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University

Anda mungkin juga menyukai