MKD 113-2
MKD 113-2
EPIDEMIOLOGI LANJUTAN
i
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga modul penunjang perkuliahan pada mata epidemiologi lanjutan dapat diselesaikan.
Modul ini dibuat sebagai salah satu bahan ajar bagi mahasiswa Program Studi Magister
Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia Medan. Tim penulis berharap modul ini
dapat berguna sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa sehingga dapat lebih mudah untuk
mengikuti dan memahami materi perkuliahan Sistem Pembiayaan Kesehatan.
Tim penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam modul ini, untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan modul ini sangat diharapkan. Semoga modul ini dapat memberi
maanfaat bagi mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima
Indonesia Medan khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................................... ii
Pertemuan 1 .......................................................................................................................... 3
Pertemuan 4 ........................................................................................................................ 21
Pertemuan 7 ........................................................................................................................ 37
Pertemuan 9 ........................................................................................................................ 39
Pertemuan 12 ...................................................................................................................... 45
Pertemuan 14 ...................................................................................................................... 64
Pertemuan 15 ...................................................................................................................... 69
iii
Petunjuk Umum Modul
iv
Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
FORMULIR MUTU
(Prof. Dr. dr. Thomson Nadapdap, M.S (Epid)) (Prof. Dr. Ermi Girsang, SKM., M.Kes)
Tanggal: 09 Maret 2021 Tanggal: 09 Maret 2021
Program Studi: Kode: Nama Matakuliah: SKS: Dosen Pengampu:
[S2 Kesehatan Masyarakat] [MKD 113] [Epidemiologi Lanjutan] [2] (Prof. Dr. dr. Thomson Nadapdap, M.S
(Epid))
5
kesehatan masyarakat dengan pendekatan inter- atau multidisiplin. Mereka mampu mengelola riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mendapatkan pengakuan baik di tingkat
nasional maupun internasional. Selain itu, lulusan juga mampu menghasilkan penelitian yang berpotensi untuk
diaplikasikan dan layak dipublikasikan dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi.
Keterampilan KK01 Mampu memodifikasi dan mengintegrasikan kajian serta analisis situasi dalam bidankesehatan
Khusus masyarakat/UKM dengan pendekatan interdisiplin dan multidisiplin, sehingga meningkatkan kualitas
program pelayanan kesehatan sekunder.
KK03 Mampu memecahkan permasalahan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan pendekatan inter atau
multidisiplin. Mereka mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional. Lulusan juga mampu
mengelola riset yang hasilnya berpotensi untuk diaplikasikan dan layak dipublikasikan dalam bentuk publikasi
saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi.
Keterampilan KU02 Mampu melakukan validasi akademik atau kajian sesuai bidang keahliannya dalam menyelesaikan masalah di
Umum masyarakat yang relevan melalui pengembangan pengetahuan dan keahliannya
KU03 Mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan argumen saintifik secara bertanggung jawab dan berdasarkan etika
akademik, serta mengkomunikasikannya melalui media kepada masyarakat akademik dan masyarakat luas
KU04 Mampu mengidentifikasi bidang keilmuan yang menjadi objek penelitiannya dan memposisikan ke dalam
suatu peta penelitian yang dikembangkan melalui pendekatan interdisiplin atau multidisiplin
KU05 Mampu mengambil keputusan dalam konteks menyelesaikan masalah pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora berdasarkan kajian analisis atau eksperimental
terhadap informasi dan data
KU12 Mampu menggunakan minimal satu bahasa internasional untuk berkomunikasi lisan dan tulis
Deskripsi Matakuliah Matakuliah ini membahas tentang ruang lingkup epidemiologi, konsep epidemiologi, model perjalanan penyakit (riwayat alamiah penyakit),
variabel epidemiologi, pengukuran masalah kesehatan, upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit, surveilans epidemiologi, penelitian
epidemiologi, desain epidemiologi dan skrining epidemiologi.
Prasyarat Matakuliah -
1. Bonita R et all; 2006; Basic Epidemiology
Sumber Belajar
2. David G, Kleinbam, Lawrence L.Kupper, Hal Morgenstern; Epidemiologic Research, Principles and Quantitative Methods
(Refrensi)
3. Norman Vetter; Ian Matthews, 1999; Epidemiology and Public Health
4. Rothman KJ, Greenland S; Modern Epidemiologi
6
Prasyarat Matakuliah -
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition,
February 1999).
Sumber Belajar 2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
(Refrensi) 3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
7
Metode Sumber
Kemampuan Akhir Alokasi Waktu Evaluasi / Penilaian
Pertemu Sesi Pembelajaran Belajar
yang diharapkan Indikator capaian Bahan Kajian
an Ke dan Pengalaman I/ Bobo
(SUB CPMK) T P Jenis Kriteria
Belajar K t
(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
- -
Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Latar 1. Kuliah 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,2,4
Penerapan konsep dasar menyimpulkan Belakang 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
dan pendekatan Penerapan konsep Epidemiologi 3. Kolaboratif dan
epidemiologi dasar dan pendekatan 2. Definisi Kejelasan
Epidemiologi.
epidemiologi
3. Tujuan
epidemiologi.
4. Manfaat
epidemiologi.
1 5. Ruang
lingkup
epidemiologi.
6. Pendekatan
epidemiologi.
7. Strategi
epidemiologi.
8. Parameter
epidemiologi.
Mampu menghitung 1. Ketepatan dalam 1. Kalkulasi 1. Kuliah 2 x 100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3
Kalkulasi ukuran menghitung ukuran 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
epidemiologi: Kalkulasi ukuran epidemiologi 3. Kolaboratif dan
menguraikan risiko epidemiologi 2. risiko 4. Studi kasus Kejelasan
pajanan; rate, risiko, 2. Ketepatan dalam pajanan
2,3
potensi impak menguraikan risiko 3. rate
pajanan; rate, 4. risiko
risiko, potensi 5. potensi
impak impak
8
Mampu menguraikan 1. Ketepatan dalam 1. Pengertian 1. Kuliah 2 x 100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3,5
dan membedakan Aspek menguraikan dan proses sosial 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Sosial & Perilaku Dalam membedakan dan interaksi 3. Kolaboratif dan
Kesehatan Masyarakat Aspek Sosial sosial. 4. Studi kasus Kejelasan
Dalam Kesehatan 2. Unsur-unsur
Masyarakat interaksi sosial.
2. Ketepatan dalam 3. Faktor-faktor
menguraikan dan dalam interaksi
membedakan sosial.
Aspek perilaku 4. Syarat-syarat
Dalam Kesehatan interaksi sosial.
3,4
Masyarakat 5. Bentuk-bentuk
interaksi sosial.
6. Prinsip dasar
perubahan
perilaku.
7. Unsur-unsur
perubahan
perilaku.
8. Model-model
perubahan
perilaku.
Mampu menganalisa dan Ketepatan dalam 1. Faktor 1. Kuliah 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,3
Menguraikan dan Faktor menjelaskan dan Psikososial 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Psikososial pada Menguraikan dan pada 3. Belajar Mandiri dan
Faktor Psikososialpada Kesehatan 4. Kolaboratif Kejelasan
Kesehatan dan Penyakit
5 Kesehatan dan 2. Faktor
Penyakit Psikososial
pada penyakit
yang ada
dimasyarakat
Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Konsep 1. Studi Kasus 2x 100 Penugasan Ketepatan, 10% 1,2,3,4
dan membahas menyimpulkan dan Perspektif 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Perspektif kehidupan dan membahas kehidupan 3. Kolaboratif dan
pedoman untuk Perspektif kehidupan 2. Definisi Kejelasan
Kesehatan dan pedoman untuk Perspektif
6,7 Kesehatan kehidupan
kesehatan
3. Pedoman
untuk
Kesehatan
9
Mampu menganalisis Ketepatan dalam 1. Peningkatan 1. Studi Kasus 2x100 Penugasan Ketepatan, 20% 1,2,3,4
Peningkatan KesMas menganalisis KesMas 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
melalui Inovasi Sosial, Peningkatan KesMas melalui 3. Kolaboratif dan
Perilaku, teknologi dan melalui Inovasi Inovasi Sosial Kejelasan
Pendekatan Sosial, Perilaku, 2. Peningkatan
teknologi dan KesMas
Pendekatan melalui
Inovasi
Perilaku
3. Peningkatan
9,10
KesMas
melalui
Inovasi
teknologi
4. Peningkatan
KesMas
melalui
Inovasi
Pendekatan
Mampu menyimpulkan Ketepatan dalam 1. Pengantar 1. Kuliah 2x100 Penugasan Ketepatan, 15% 1,2,3,4
dan membahas menyimpulkan dan Komunikasi 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Pengantar Komunikasi membahas Pengantar Persuasif : 3. Belajar Mandiri dan
Persuasif : Teori & Komunikasi Persuasif 2. Teori Persuasif 4. Kolaboratif Kejelasan
11,12
Praktek : Teori & Praktek 3. Praktek
komunikasi
dan persuasif
Mampu menganalisis Ketepatan dalam 1. Literasi 1. Kuliah 3x100 Penugasan Ketepatan, 20% 3,4,5
Literasi Kesehatan : menganalisis Literasi Kesehatan 2. Diskusi menit (Tes Tertulis) Kebenaran
Tantangan dan Strategi Kesehatan : Tantangan 2. Definisi 3. Kolaboratif dan
literasi 4. Studi kasus Kejelasan
dan Strategi
kesehatan
13,14,15
3. Tantangan
literasi
kesehatan
4. Strategi
kesehatan
16 Ujian Akhir Semester (UAS)
10
Bab 1
Pendahuluan
1
2
Pertemuan 1
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan konsep
dasar dan pendekatan epidemiologi untuk kajian pelayanan kesehatan primer, terdiri dari
beberapa bagian yaitu:
1. Latar Belakang Epidemiologi
2. Definisi Epidemiologi.
3. Tujuan epidemiologi.
4. Manfaat epidemiologi.
5. Ruang lingkup epidemiologi.
6. Pendekatan epidemiologi.
7. Strategi epidemiologi.
8. Parameter epidemiologi
Uraian Materi
Pengertian Dan Peranan Epidemiologi
Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Epi yang berarti
pada atau tentang, kata demos yang berarti penduduk, dan kata logia yang berarti ilmu.
Sehingga diartikan menjadi ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.
Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah) aja. Pengertian
lain menjelaskan bahwa epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan
determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk
pengendalian masalahmasalah kesehatan. Distribusi penyakit disini adalah bahwa
epidemiologi mempelajari pola penyebaran, kecenderungan, dan dampak penyakit
terhadap kesehatan populasi. Sedangkan determinan penyakit adalah epidemiologi
mempelajari faktor-faktor risiko dan faktor etiologi penyakit.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
Epidemiologi klasik
Epidemiologi klasik mempelajari tentang penyakit menular wabah
(epidemi) serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
3
4
1. Epidemiologi modern
Konsep epidemiologi modern sering digunakan dalam studi
epidemiologi yang bersifat analitik, selain untuk penyakit menular
wabah, juga dapat diterapkan untuk penyakit menular bukan wabah,
penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan lainnya.
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode, yaitu:
1. Epidemiologi deskriptif
Studi epidemiologi tentang kejadian penyakit atau masalah
lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi. Studi ini pada
umumnya dirancang untuk mempelajari distribusi, kecenderungan,
dan dampak penyakit menurut orang (person), tempat (place), dan
waktu (time). Karakteristik-karakteristik yang diamati dalam
epidemiologi deskriptif meliputi umur, seks, ras, jenis pekerjaan,
kelas sosial, waktu dan lokasi geografis. a. Orang (person)
Variabel orang disini meliputi umur, jenis kelamin, kelas
sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga dan paritas.
b. Tempat (place)
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia
menunjukkan variasi yang besar dan berbeda dalam distribusi
geografisnya. Distribusi geografis dapat berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit. Di dalam mempelajari
etiologi penyakit, peranan tempat sangat penting dalam
menggambarkan secara jelas pada penyelidikan suatu wabah.
Beberapa penyakit antar wilayah tertentu dapat berbeda
frekuensinya, ada yang tinggi frekuensinya pada penyakit
tertentu di wilayah tertentu, bahkan hanya ada penyakit yang
didapatkan pada wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya,
terdapat penyakit Schistosomiasis dan Filariasis hanya
didapatkan pada wilayah tertentu. Schistosomiasis terdapat di
wilayah dimana terdapat keong sebagai vektornya. Faktor tempat
dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, tanah/geografis,
5
2. Epidemiologi analitik
Studi epidemiologi yang dirancang untuk mempelajari paparan,
faktor risiko, kausa, dan faktor-faktor yang dihipotesiskan mempunyai
hubungan dengan kejadian penyakit.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu
direnungkan, yaitu:
a. Who (siapa), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit
itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Where (dimana), dimana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. When (kapan), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit
tersebut.
Kegunaan Epidemiologi
Epidemiologi memiliki kegunaan yaitu sebagai:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat
6
Agent
Host Environment
Beberapa model dari trias epidemiologi dapat dilihat pada gambar 1.2
berikut:
8
-
Kemampuan agent
meningkat - Agent
mendapat kemudahan
menimbulkan penyakit
-
Terjadi pada penyakit
infeksi, yaitu munculnya
strain baru dari agent
-
Misalnya mutasi pada virus
A
E
A
- Ketidakseimbangan disebabkan oleh
bergesernya lingkungan yang
H memberatkan Host
E
- Pergeseran/perubahan kualitas
lingkungan merugikan atau
menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh
- Contoh pencemaran udara,
menyebabkan saluran nafas
menyempit dan mudah terkena infeksi
9
x
---------------- x
k
Rasio =
y
Dimana: x = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu.
y = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih
atribut tertentu, tetapi dalam hal ini berbeda atributnya dengan
anggota x. k = konstanta (1) karena k = 1, maka rumus rasio dapat
disederhanakan menjadi Rasio = x/y Contoh soal:
Jumlah kejadian keracunan makanan di desa X adalah 100 orang, dengan rincian
pria sebesar 25 dan wanita 75. Berapakah rasio kasus keracunan makanan laki-
laki terhadap wanitadi desa X tersebut?
Penyelesaian:
PROPORSI
Proporsi adalah bagian dari suatu peristiwa atau ukuran yang
membandingkan suatu peristiwa sebagai numerator (x) dan peristiwa lainnya
sebagai denominator (y) yang mengandung peristiwa numerator (x+y). Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi. Contohnya
adalah proporsi kejadian gizi buruk diantara masalah gizi lainnya. Rumus
proporsi sebagai berikut:
x
------------------x
Proporsi =
k (x+y)
Dimana: x = banyaknya peristiwa atau orang dll yang terjadi dalam kategori
tertentu atau sub kelompok dari kelompok yang lebih besar y =
banyaknya peristiwa atau orang dll, yang terjadi dalam semua
kategori dari kelompok data tsb.
k = konstanta (selalu sama 100)
Contoh soal:
Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak
25 orang dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi
penderita laki-laki?
Penyelesaian :
Proporsi penderita laki-laki = 25/(25+10) x 100%
= 71,43%
RATE
Rate adalah besarnya peristiwa/kejadian yang terjadi pada keseluruhan
populasi dalam waktu tertentu. Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian
dalam populasi terhadap beberapa peristiwa tertentu, misalnya kasus atau
kematian karena penyakit infeksi. Rumus rate sebagai berikut:
12
X
Rate = ---------------- x
ky
Pustaka
1. 1Bustan, M.N. 2012. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Najmah. 2015. Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
3. Nugrahaeni, D.K. 2014. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC:
14
Pertemuan 2,3
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Aspek
Kalkulasi ukuran epidemiologi: menguraikan risiko pajanan; rate, risiko, potensi impak, terdiri
dari beberapa bagian yaitu::
1. Kalkulasi ukuran epidemiologi
2. Risiko pajanan
3. rate
4. risiko
5. potensi impak
Uraian Materi
INDEKS KESAKITAN
Digunakan untuk menggambarkan kejadian penyakit di populasi atau
peluang (risiko) terjadinya penyakit. Indeks kesakitan terdiri dari insidensi dan
prevalensi.
a. Insidensi
1) Insidence rate (Angka Insidensi) adalah suatu ukuran frekuensi kejadian
kasus baru penyakit dalam suatu populasi tertentu selama suatu periode
waktu tertentu atau jumlah kejadian baru dalam kurun waktu tertentu
dibagi penduduk yang mempunyai risiko (population at risk) terhadap
kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu dikalikan dengan
konstanta
“k”.
Contoh:
Pada tahun 2009 terdapat kasus tuberkulosis paru sebesar 90 orang yang
dilaporkan terjadi di kota berpenduduk 200.000 orang. Berpakah angka
insidensi per 100.000 penduduk di kota tersebut?
Penyelesaian:
15
2) Odds Rasio
Adalah perbandingan odds subjek sakit dengan odds subjek tidak sakit. Odds
rasio merupakan sebuah pendekatan risiko relatif yang digunakan dalam
penelitian kasus kontrol. Pada penelitian case control, laju insidensi hampir
tidak mungkin diketahui karena paparan tidak diamati dari awal penelitian.
Odds Kasus (a/b)
Odds Rasio = ----------------------------------------------------
3) Rasio Prevalensi
Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan rumus odds rasio maupun risk
rasio akan tetapi daya yang digunakan adalah data prevalensi bukan data
17
2) Crude Death Rate atau angka kematian kasar adalah sebuah estimasi
proporsi orang yang meninggal pada suatu populasi selama periode waktu
tertentu. Angka kematian kasar tidak mempertimbangkan kematian
berdasarkan variasi pada umur, jenis kelamin atau faktor lain.
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing
Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
21
Pertemuan 4
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Menguraikan dan
kesmas menurut magnitud/besaran, orang, waktu, tempat (Studi Epidemiologi Deskriptif),
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Deskripsi masalah kesmas menurut magnitud/besaran
2. Deskripsi masalah kesmas menurut orang
3. Deskripsi masalah kesmas menurut waktu
4. Deskripsi masalah kesmas menurut tempat (Studi Epidemiologi Deskriptif)
Uraian Materi
Definisi Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi deskriptif merupakan studi terhadap
frekuensi dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, kematian atau
masalah/peristiwa/ kondisi kesehatan lainnya dalam populasi. Untuk melakukan studi ini,
epidemiologi harus mengkaji semua aspek waktu (time), tempat (place) dan orang (person).
Dalam upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif timbul
berbagai pertanyaan berikut:
3. Bagaimana terjadinya?
6. Bagaimana penyebarannya?
e. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatansehingga dapat merumuskan hipotesis tentang penyebab penyakit/ masalah
kesehatan
b. Tidak terdapat kelompok pembanding (hanya menggambarkan satu kelompok saja mis :
hanya pada kelompok yang sakit)
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi
b. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
d. Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau
satu wilayah dalam waktu yang berbeda.
VARIABEL ORANG
Karakteristik pribadi yang biasanya tersedia untuk epidemiologi deskriptif yaitu umur, jenis
kelamin, ras dan suku, status sosioekonomi, pekerjaan, agama, dan status perkawinan.
Karakteristik ini memiliki variasi frekuensi dalam kejadian penyakit/ masalah kesehatan.
23
a. UMUR
Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas
yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur. Hubungan Umur Dengan Mortalitas
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan umur, tetapi dari berbagai
catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda, yaitu
kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak pada
golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke atas. Dari
gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan meningkat dengan
meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu pengalaman terpapar oleh fakor
penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam
kekebalan. Hubungan Umur Dengan Morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu
penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-
penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit
kronis mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan
penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Anak berumur 1-5
tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu yang melahirkannya hanya
sampai pada 6 bulan pertama setelah dilahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan menghilang
dan ISPA mulai menunjukkan peningkatan. Sebelum ditemukan vaksin, imunisasi penyakit-
penyakit seperti morbili, varisela, dan parotitis, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda,
tetapi setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua.
Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena kesadaran dan
pengetahuan masyarakat yang masih rendah terutama di daerah pedesaan sering kali target
cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih banyak anak atau bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi. Gambaran ini tidak hanya terjadi pada negara negara berkembang
seperti Indonesia, tetapi terjadi juga pada negara maju. Penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan karsinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut
usia, sedangkan penyakit kelamin, AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang
banyak terjadi pada golongan umur produktif yaitu remaja dan dewasa.
Hubungan antara umur dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat
beratnya penyakit, misalnya staphylococcus dan escheria coli akan menjadi lebih berat bila
24
menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap infeksi.
Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas Dalam perkembangan secara
alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya senantiasa mengalami
perubahan baik fisik maupun psikis. Secara garis besar, perkembangan manusia secara alamiah
dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase bayi dan anak- anak, fase remaja dan dewasa
muda, fase dewasa dan lanjut usia.
Dalam setiap fase perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi
dan frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam
kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.
b. Jenis Kelamin
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondis
fisiologis. Adanya variasi dari frekuensi dan distribusi penyakit berdasarkan sexadalah karena
adanya faktor hormonal dan sistem reproduksi yang berbeda yang dapat bertindak sebagai
prediktor ataupun protektor. Penyakit jantung koroner (PJK) lebih sering pada pria dari pada
wanita muda, kondisi tersebut tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan akibat adanya
perbedaan hormonal dan faktor-faktor lain yang dapat memberi kontribusiadanya perbedaan
PJK. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK antara lain seperti konsentrasi darah
lipid, tekanan darah, merokok, diabetes dan obesitas.
Pada usia menopause tidak ada perbedaan yang bermakna antara frekwensi PJK pada pria dan
wanita sehingga difikirkan faktor estrogen merupakan faktor prediktor bagi PJK. Disamping
perbedaan hormonal terdapat beberapa perbedaan antara pria dan wanita seperti kebiasaan,
hubungan sosialdan keterpaparan dengan lingkungan. Sebagai contoh Lebih tingginya
prevalens penyakit cirrhosis hepatis dan bronchitis kronis pada pria dari pada wanita berkaitan
dengan faktor kebiasaan pria lebih suka minum alkohol dan merokok dari pada wanita Selain
itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit yang berkaitan
dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma
serviks, kista ovary serta terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti
karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
25
c. Suku Bangsa
Berbagai golongan suku bangsa dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan angka kesakitan
dan kematian. Penelitian pada suku bangsa dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya penyakit. Contohnya : Penelitian mengenai angka kesakitan
kanker lambung di kalangan penduduk asli Jepang dan keturun Jepang yang tinggal di Amerika
Serikat. Penelitian ini menemukan bahwa frekuensi kejadian penyakit kanker lambung lebih
rendah pada keturunan Jepang yang tinggal di Amerika dibandingkan penduduk asli di Jepang.
Hal ini dikarenakan terjadi perubahan pola makan bagi keturunan Jepang di Amerika. Pada
umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik
atau faktor lingkungan, misalnya : Penyakit sickle cell anemia Hemophilia Kelainan
biokimia seperti glukosa 6 fosfatase dan Karsinoma lambung
d. Sosial Ekonomi Status sosioekonomi juga merupakan karakteristik yang menonjol terhadap
bervariasinya penyakit. Secara umum ukuran status sosioekonomi yaitu memasukkan tingkat
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Tenggelamnya kapal Titanik merupakan contoh
sejarah pada disparitas (perbedaan) kesehatan antara yang miskin dan kaya. Angka kematian
diantara penumpang yang status sosioekonomi rendah dua kali lebih tinggi bila dibandingkan
dengan penumpang yang status sosioekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan ketersediaan
pelampung yang sedikit hanya diutamakan pada penumpang dengan status sosioekonomi kaya
terutama wanita dan anak-anak. Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang
mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut
gastrointestinal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi yang rendah.
e. Budaya/Agama Dalam beberapa hal terdapat hubungan anatara kebudayaan masyarakat atau
agama dengan frekuensi penyakit tertentu. Misalnya: Balanitis, karsinoma penis banyak
terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan hygiene perorangan yang
jelek. Trisinensis jarang terdapat pada orang islam dan orang yahudi karena mereka tidak
memakan daging babi. f. Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya
penyakit, karena: Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan. Seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang
26
telah dikenal sebagai faktor yang berperan timbulnya hipertensi, ulkus lambung). Ada
tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan, di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana
kurang adanya gerak badan. Karena berkerumunan di suatu tempat yang relatif sempit maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja. Penyakit karena cacing tambang
telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada
frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat
pekerjaan dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang
banyak menderita karsinoma paru-paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan
fibrosis paru paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon bebas, atau zat
radioaktif sperti petugas dibagian radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerja di bidang
pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan bermotor
mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan
dengan pekerja kantor. g. Status Marital (status perkawinan) Adanya hubungan antara status
marital dengan frekuensi distribusi mordibitas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya
belum diketahui.
Ada yang berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan
faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan,
melahirkan, dan laktasi. Secara umum ditemukan bahwa insidensi karsinoma mammae lebih
banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan yang
menikah, sebaliknya, karsinoma serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang
menikah daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering
berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan
praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih
cukup tinggi dibandingkan dengan Negara lain.
VARIABEL WAKTU
Kejadian penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ada yang mengalami perubahan
secara teratur, tetapi ada juga yang tidak terprediksi. Contohnya yaitu penyakit influenza
bersifat musiman setiap tahunnya yaitu ketika musim dingin, dan west nile infection yang
terjadi setiap bulan Agustus-September. Untuk penyakit yang bersifat musiman, tenaga
27
b. Perubahan lingkungan
d. Perubahan pada penyakit karena usaha pencegahan & penanggulangan Variabel waktu
merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam
studi epidemiologi.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan
pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan
prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
penanggulangan masalah kesehatan. Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting
untuk mengetahui hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya
perubahan kelembapan udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada
waktu malam hari. Perubahan penyakit berdasarkan pekembangan waktu penting dalam upaya
mencari etiologi suatu penyakit. Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari :
4. Tren musiman
28
Tren angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan, artinya dalam
jangka waktu tersebut terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit. Misal, epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa hari minggu), epidemik cacar
(bulanan). Tren jangka pendek dikaitkan dengan masa inkubasi penyakit menular atau faktor
risiko pada penyakit tidak menula
2. Kecenderungan Sekuler
Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa
dalam waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa
(dianggap berlangsung lebih dari satu tahun). Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada
penyakit menular maupun penyakit infeksi non menular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola
penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa
dasawarsa terakhir. Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga
dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
3. Variasi Siklik
Perubahan secara siklis adalah keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-
angka kesakitan atau kematian terjadi berulang ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau
29
setiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun
pada penyakit bukan infeksi. Perubahan angka kesakitan atau kematian secara siklis ini lebih
mudah dijelaskan bila penyakit tersebut ditularkan melalui vektor.
Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur dan kelembaban memungkinkan transmisi. Disamping
itu perlu diperhatikan:
c. Adanya kemungkinan individu yang rentan ini tertular penyakit karena kegiatan-
kegiatan berkala yang mereka lakukan.
e. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus
berarti adanya perubahan dan salah satu atau lebih hal-hal diatas. Pengetahuan tentang
perubahan siklis pada penyakit-penyakit yang bukan vector borne masih kurang dibandingkan
dengan vector borne disease yang telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat
diterangkansecara pasti mengapa wabah influensa A bertendensi untuk timbulsetiap 2-3 tahun,
mengapa influensa B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di
Amerika Serikat). Sebagai salah satu sebab yang mungkin ialah berkurangnya penduduk
yangkebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak
penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan
secara musiman, pengamatan ini dapat membantu dalam mencan etiologi penyakit-penyakit
tersebut.
Namun akan timbul kesulitan dalam melakukan mterpretasi karena banyak keadaan keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan muslim. Misal:
perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-. tumbuhan yang berperan di dalam
microclimate dan suatu vektor, perubahan tempat berkembangbiakan, perubahan dalam
susunan reservior penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang
menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya. Perubahan siklis dan beberapa
30
penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi
musiman ini diperkirakan berperan dalam perubahan produksi, distribusi, dan konsumsi dan
bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan
dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya. Contoh : tren siklus penyakit 4. Tren
musiman Pola konsisten dapat dilihat pada beberapa penyakit atau kondisi yang terjadi dalam
satu tahun kalender apakah terjadi pada musi hujan atau musim kemarau, apakah terjadi pada
musim panas atau musim dingin, apakah terjadi pada bulan-bulan tertentu. Contoh : Puncak
penyakit influenza terjadi pada bulan Januari dan Februari sementara titik terendahnya adalah
pertengahan musim panas.
Sebaliknya puncak meningitis aseptik terjadi di musim panas, yang mungkin lebih
berhubungan dengan perilaku penduduk bukan cuaca. Di musim panas, lebih banyak orang
yang berenang yang berarti memaparkan diri mereka pada air tercemar di kolam renang, kolam,
dan danau yang mungkin mengandung bakteri atau berbagai jenis patogen lain seperti amuba,
dalam jumlah banyak Perubahan atau variasi musiman mempunyai efek yang sangat besar pada
penyakit. Distribusi berdasarkan waktu dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis sebab akibat. Jika penyakit hanya terjadi pada musim panas, pada saat itulah ahli
epidemiologi mencari faktor penyebab yang hanya akan ada pada periode tersebut. Apakah
peningkatan kasus penyakit terjadi karena pajanan terhadap sumber air baru, misalnya minum
dari air sungai di pegunungan, jika benar, kapan? Apakah akibat berenang saat musim panas
di kolam renang umum atau danau yang tercemar?apakah penyakit tersebut termasuk penyakit
bawaan vektot dari serangga yang hanya aktif di musim panas?
VARIABEL TEMPAT
Variabel tempat merupakan salah satu veriabel penting dalam epidemiologi dekskriptif karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau lokasi penyakit – penyakit
endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai
penyakit di suatu wilayah. Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit. Faktor ini dipengaruhi oleh :
a. Iklim
31
2. Dari batas administratif dapat ditentukan batas provinsi, kabupaten, kecamatan, atau
desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan, dan lainnya sebagai batas fisik, batas institusi
dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah
kesehatan.
32
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield Publishing Company
(ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February 1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
33
Pertemuan 5,6
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan Desain
Studi Epidemiologi analitik : Cross Sectional untuk Kesehatan, terdiri dari beberapa negara
yaitu:
1. Pengertian Studi Epidemi ologi Analitik
2. Tujuan Studi Epidemiologi Analitik
3. Jenis Studi
4. Epidemiolog i Analitik
5. Langkah– langkah penelitian cross sectional
6. Ciri khas rancangan cross sectional
7. Kelebihan rancangan cross sectional
8. Kekurangan rancangan cross sectional
Uraian Materi
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross
asectional) dan studi Kohort.
2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial
/RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi). Kasus Kontrol (case control) Rancangan Kasus Kontrol
adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab suatu
penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya. Penelitian case control adalah suatu
penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektif.
Tahap-tahap penelitian case control :
- Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)
- Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
- Identifikasi kasus - Pemilihan subjek sebagai control
- Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko
- Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian
dengan variabel-variabel kontrol Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara
konsumsi kafein dan penyakit jantung koroner.
34
37
38
- Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti Kelebihan
rancangan penelitian case control :
- Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya
Panjang
- Hasil dapat diperoleh dengan cepat
- Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
- Subjek penelitian sedikit
- Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
- Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian
lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
- Sulit menentukan kontrol yang tepat
- Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
- Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
- Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
- Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan.
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield
Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February
1999).
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
39
Pertemuan 9
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Epidemiologi analitik : Cohort, terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Langkah– langkah penelitian Cohort
2. Ciri khas rancangan Cohort
3. Kelebihan rancangan Cohort
4. Kekurangan rancangan Cohort
Uraian Materi
Studi Kasus Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar
status penyakitnya. Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui
pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
- Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
- Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
- Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
- Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
- Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
- Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif
dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif
maupun kelompok kontrol
Ciri khas dari rancangan kohort :
- Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju
ke depan
40
- Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian
diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada
tiap kelompok
- Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
- Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara
prospektif
- Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat
(akibat)
- Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif Kelebihan Rancangan kohort :
- Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau
efek yang diteliti
- Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efek secara temporal
- Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
- Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang
- Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan
- Dapat menetapkan hubungan temporal
- Mendapat incidence rate
- Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
- Memerlukan waktu yang lama
- Sarana dan biaya yang mahal
- Rumit
- Kurang efisien untuk kasus yang jarang
- Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis
- Menimbulkan masalah etika - Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab
Desain Studi Kohort
Pustaka
1. Green LW and MW Kreuter. Health Promotion Planning. Mayfield
Publishing Company (ISBN: 0767405242, Hardcover 3rd edition, February
1999).
41
2. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Aspi Maha Satya
3. Aziz A, Hartomo, 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
5. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
42
Pertemuan 10, 11
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Desain Studi Intervensi : Quasi Experiment dari beberapa bagian yaitu:
1. Pengertian Studi Intervensi
2. Tujuan Studi intervensi
3. Jenis Studi intervensi
4. Langkah– langkah penelitian Quasi Experiment
5. Ciri khas rancangan Quasi Experiment
6. Kelebihan rancangan Quasi Experiment
7. Kekurangan rancangan Quasi Experiment
Uraian Materi
Metode quasi eksperimen berbeda dengan metode pre eksperimen dan true
eksperimen. Pada metode quasi peneliti harus memberikan perlakukan dan meneliti
perubahan dari perlakukan yang sudah diberikan.
Namun sampel yang digunakan tidak menggunakan secara acak dan peneliti
tak bisa memanipulasi subjek. Dalam penelitian ini, harus ada kelompok
eksperimen dan kontrol yang ditetapkan dengan menggunakan kelompok acak.
Penelitian Quasi Eksperimen bertujuan untuk mencari tau antar variabel
yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Maka dari itu, quasi
eksperimen bisa digunakan untuk penelitian yang ingin menyelidiki hubungan antar
variabel dan mengklarifikasi penyebab hubungan tersebut.
metode Times Series Eksperimen, hanya ada kelompok eksperimen tanpa adanya
kelompok kontrol.
The non-equivalent grup design
Berbeda dengan desain sebelumnya, desain The non-equivalent grup design
mengharuskan adanya kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini karena penentuan
hasil hipotesa berdasarkan hasil pengamatan kedua kelompok ini.
Kendati demikian penentuan kelompok eksperimen dan kontrol tidaklah
acak. Kedua kelompok ini nantinya akan diuji menggunakan instrumen yang sama
dan menganalisis perlakukan mana yang lebih optimal. Apakah pada kelas
eksperimen lebih baik atau bahkan sebaliknya.
The Equivalent Time Serier Samples Design
Tak jauh berbeda dengan The Times Series Experiment, penelitian ini sama
menggunakan satu kelas eksperimen. Namun yang membedakannya adalah
pengulangan perlakukan yang lebih banyak dan harus diselingi dengan jeda waktu
saat tak diberikan perlakukan.
2. Pelaksanaan penelitian
Setelah menyusun proposal atau naskah penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan penelitian menggunakan metode quasi. Pada langkah ini, peneliti
harus melakukan pretest atau obsevasi dan melakukan post test untuk memberikan
perlakukan kepada subjek.
45
46
Analisis data dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola
kovarians, dimana pretes dijadikan konvariabel, termasuk bila desainnya diperluas,
dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi pretest dan perlakuan. Bila
tidak memenuhi persyaratan parametrik maka diuji menggunakan kombinasi uji
peringkat bertanda Wilcoxon dan uji U Mann-Whitney.
4. Factorial Design
Penelitian faktorial desain adalah modifikasi dari true experiment, yaitu
memungkinkan adanya variabel moderator yang mempengaruhi treatment terhadap
hasil. Penelitian ini harus terdapat pengukuran sebelum treatment, jika masuk ke
51
dalam true eksperiment. Penelitian ini disebut juga penelitian bifaktor karena
melibatkan lebih dari satu variabel bebas yang dijadikan faktor. Dan kedua faktor
tersebut secara teoritik teradapat interaksi. Penelitian ini diketahui terbagi dalam
dua jenis, yaitu ekperimen bifaktorial yang merupakan melibatkan dua faktor,
sedangkan eksperimen faktorial trifaktor yang melibatkan tiga faktor.
4. Pre-Testing
Interaksi pre-test muncul bila respons subyek atau mengalami reaksi
berbeda pada perlakuan karena mereka mengikuti pre-test. Suatu pre-test mungkin
membuat peka atau mengingatkan subyek pada hakikat perlakuan. Oleh karena itu,
hal ini diupayakan untuk dikontrol atau dikendalikan pada penelitian eksperimen
sesungguhnya karena juga menguji kelompok yang tidak menggunakan pre-test,
baik pada kelopmpok eksperimen maupun kelompok pembanding.
Dengan demikian, faktor-faktor tersebut perlu dikontrol atau dikendalikan.
Sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat menunjukkan
hubungan sebab-akibat tanpa ada pengaruh dari variabel lain.
E. Subyek Penelitian
Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi.
Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen.
Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan
perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara
maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas
dalam hal dapat dipahami misalnya seperti, seluruh siswa (populasi) berasal dari
sekolah yang sama, tingkat satuan pendidikan yang sama, jenjang kelas yang sama,
konsentrasi keilmuan (jurusan) yang sama.
Teknik Sampling
Sebagaimana yang telah dijelaskan, teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah random sampling. Teknik random sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang memungkinkan seluruh anggota populasi terpilih
menjadi sampel dalam penelitian. Pada umumnya teknik random sampling yang
biasa digunakan adalah Simple Random Sampling (random sederhana), yang
merupakan pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
53
2. Statistik Inferensial
Merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini tepat digunakan bila sampel
diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara
random. Untuk mennentukan statistik inferensial yang digunakan (parametris
maupun non-parametris) beberapa literatur merekomendasikan agar data diuji
normalitasnya terlebih dahulu untuk menguji normal atau tidaknya suatu data
distribusi. Namun, literatur lain menyatakan tidak perlu menguji distribusi normal
atau normalitas data tetapi hanya cukup dengan membuat asumsi saja.
Berdasarkan literatur, analisa data yang digunakan dalam eksperimen
sesungguhnya dilakukan dengan uji ragam multi jalur pola kovarians. Hal tersebut
menunjukan bahwa statistik yang digunakan adalah statistik parametris, yang
memiliki beberapa asumsi dalam melakukan teknik analisanya.
54
g. Pelaksanaan :
Peneliti telah meyakini bahwa populasi bersifat homogen, maka
dilakukanlah pengambilan sampel yang kemudian dilakukan pembagian kelas,
yakni kelas yang akan diberi treatment dan kelas pembanding (tidak diberi
treatment) Kedua kelompok di berikan pre-tes. Selanjutnya kelas treatment di
berikan perlakuan dengan mengunakan metode think-pair-share. Sedangkan, kelas
pembanding melakukan pembelajaran dengan metode konversional. Setelah selesai
proses pembelajaranterkait materi yang dipelajari, dilakukan post-test dan
kemudian data yang di dapatkan di olah teknik pengolah data mengunakan uji
statistik deskripttif dan statistik inferensial. Kemudian, barulah data disimpulkan.
Pustaka
1. Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
2. Hermawan, Edi. 2012. Pengantar Statistika Non-Parametrik. Bandung:
LPPM Universitas Siliwangi
3. Kadir, 2010. Statistika (Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial). Jakarta:
Rosemata Sampurna
4. Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi.
Makalah. Yogyakarta: Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNY
5. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
6. Modul Pembekalan Kemampuan Statistika. 2014. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Pertemuan 13
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Confounding dan Interaksi dari beberapa bagian yaitu:
1. Pengertian Confounding dan interaksi
2. Arah Confounding
3. Mengontrol confounding
4. Macam-
5. Macam interaksi
6. Efek modifikasi dan konfounding
7. Deteksi
8. Konfounding dan interaksi
9. Syarat dan contoh confounding
Uraian Materi
Konfonding
Konfonding dan interaksi merupakan sebuah fenomena yang berbeda,
tetapi kondisi ini menyebabkan kebingunggan mana yang disebut konfonding
dan mana yang disebut interaksi. Pemahaman tentang konfonding tidak
terlepas dari keadaan penyakit yang dapat disebabkan oleh multi kausal,
artinya suatu penyakit yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor tidak
hanya satu faktor saja. Asumsi beberapa faktor yang ikut menjadikan suatu
variable atau faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan konfonding dibahas
dalam bab ini. Sebagai ilustrasi misalkan kejadian penyakit jantung dapat
disebabkan oleh 3 faktor antara lain kolesterol, merokok dan obesitas. Jika
diasumsikan ketiga variabel ada hubungan yang signifikan terhadap penyakit
jantung maka konfonding terjadi.
Keadaan ini memberikan arti bahwa jika ketiga variabel (kolesterol,
merokok dan obesitas) signifikan berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung maka variable konfonding terjadi. Hal yang perlu difikirkan mana
diantara ketiga variabel tersebut sebagai konfonding dan mana variabel
56
57
tersebut yang tidak sebagai konfonding. Pijakan teori yang digunakan sebagai
dasar untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Beberapa asumsi yang perlu diketahui bahwa variabel tersebut
dianggap sebagai konfonding atau variabel tersebut tidak sebagai konfonding.
Variabel dapat disebut sebagai konfonding jika (woodward, 1999):
1. Variabel tersebut berhubungan dengan penyakit (variable dependent),
tetapi tidak memiliki konsekuensi penyebab penyakit.
2. Variabel berhubungan dengan faktor risiko (variable independent),
tetapi variabel tersebut tidak memiliki konsekuensi terhadap faktor
risiko (variabel independent).
Gambar A
Variabel luar
Status gizi
Gambar B
58
Variabel luar
Status gizi
Gambar C
Variabel Bebas Variabel Terikat
Penyapihan dini Kejadian ISPA
Variabel luar
Status gizi
A B C D
Variabel luar
Status gizi
Interaksi
D(+) D(-)
E (+) M1 A B
E (-) M2 C D
N1 N2 N
Pustaka
1. Eisenberg, J.N.S., Desai, M.A., Levy, K., Bates, S.J., Liang,S., Naumoff, K., and
James C. Scott, J.C., (2007) Environmental Determinants of Infectious Disease: A
Framework for Tracking Causal Links and Guiding Public Health Research,
Environmental determinants of infectious disease, VOL. 115 (8) August 2007.
2. Gordis, L. (2004) Epidemiology 3th Edition. Philadelpia: Elsever Saunders, USA.
3. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research,
Van Nostrand Reinhold Company, New York.
4. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research,
Van Nostrand Reinhold Company, New York.
5. Last, J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University
6. Murti, B. (2003) Prinsip dan metode riset epidemiologi edisi 2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
7. WHO (2004) A Practical Guide for Health Researchers, Regional Office for the
Eastern Mediterranean, Cairo.
8. Woodward, M (1999) Texts in Statistic Science; Epidemiology Study Design and
Data Analysis, United Kingdom, Washington D.C.
9. Woodward, M. (1999) Epidemiology Study Design and Data Analysis. London:
United Kingdom. 4. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
10. Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Pertemuan 14
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Aplikasi Epidemiologi ( Knowledge Manajemen Data Menjadi Informasi Sebagi
Evidence Base Polices) dari beberapa bagian yaitu:
Konsep Aplikasi Epidemiologi ( Knowledge Manajemen Data Menjadi Informasi
Sebagi Evidence Base Polices)
Uraian Materi
“Epidemiologi” berasal dari dari kata Yunani epi= atas, demos= rakyat,
populasi manusia, dan logos = ilmu (sains), bicara. Secara etimologis, epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa
yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatkannya
yang disebut epidem. Kemudian pada tahap perkembangan berikutnya, banyak ahli
mendefinisikan epidemiologi dalam berbagai cara, antara lain: 1. Hirsch (1883):
Suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit manusia, pada saat tertentu
di bumi dan kaitannya dengan kondisi eksternal. 2. Frost (1927): Ilmu fenomena
massal penyakit infeksius, atau seperti riwayat alamiah penyakit infeksius ... suatu
ilmu induktif yang tidak hanya mendeskripsikan distribusi penyakit, tetapi juga
kesesuaiannya dalam suatu filosofi yang konsisten 3. Greenwood (1934):
Epidemiologi adalah studi penyakit sebagai fenomena massal. 4. Lilienfeld (1957):
Epidemiologi boleh didefinisikan sebagai studi distribusi suatu penyakit atau
kondisi dalam populasi dan faktor yang memengaruhi distribusi ini. 5. Taylor
(1963): Studi kesehatan atau penyakit dalam populasi. 6. Pada 1970, MacMahon
dan Pugh mendefinisikan epidemiologi sebagai berikut: Epidemiologi mempelajari
penyebaran dan penentu dari frekuensi penyakit pada manusia. (Epidemiologi is the
study of the distribution and determinants of disease frequency in man). 7. Pada
1983, International Epidemiological Association mendefinisikan epidemiologi “the
study of the distribution and determinants of health-related states or events in
specified populations, and the application of this study to control of health
problems” – Epidemiologi adalah “studi tentang distribusi dan determinan keadaan
dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan penerapannya untuk
64
65
mengendalikan masalah kesehatan”. 8. Prof. DR. Nur Nasry Noor, M.PH (2008)
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Pustaka
1. Eisenberg, J.N.S., Desai, M.A., Levy, K., Bates, S.J., Liang,S., Naumoff, K., and James
C. Scott, J.C., (2007) Environmental Determinants of Infectious Disease: A
Framework for Tracking Causal Links and Guiding Public Health Research,
Environmental determinants of infectious disease, VOL. 115 (8) August 2007.
2. Gordis, L. (2004) Epidemiology 3th Edition. Philadelpia: Elsever Saunders, USA.
3. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
4. Kleinbaum, D.G., Kupper, L.L., Morgenstern, H., (1982) Epidemioloic Research, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
5. Last, J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University
Pertemuan 15
Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menguraikan
Kejadian Luar Biasa dari beberapa bagian yaitu:
1. Regulasi KLB
2. Definisi KLB
3. Urgency
4. Klasifikasi
5. Faktor yang memperngaruh i KLB
6. Sistem kewaspadaan dini KLB’
7. Tujuan sistem kewaspadaan
8. Langkah”peny elidikan KLB
9. Penanggulangan KLB
Uraian Materi
PENGERTIAN KLB
69
70
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya,
maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia
melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria
kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan periode
sebelumnya
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali bila
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali
dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
6. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50
% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
7. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis) Terdapat satu/lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit tersebut Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida.
• Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh
agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen
dalam populasi tersebut.
71
• Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.
1. Mengidentifikasi Wabah
Pustaka
1. Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak. Available
fromhttp://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16 Last,
2. J.M. (2001). A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University