Anda di halaman 1dari 49

Pelayanan P2P Vaksinasi Dasar / BIAS

Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN 174


Tanggal Pelaksanaan : 19-11-2022
Nama Pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Penerima Vaksin : Murid SDN kelas 1 vaksin DT dan murid kelas 2 dan 5 vaksin TD
Latar belakang
Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit, sejak
anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang
diperoleh saat imunisasi ketika bayi, pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan
lingkungan baru dan bertemu dengan lebih banyak orang sehingga beresiko tertular atau
menularkan penyakit, maka pemerintah melalui kementerian kesehatan republik indonesia sejak
tahun 1984 telah mulai melaksanakan program imunisasi pada anak sekolah. Program ini
kemudian dikenal dengan istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). BIAS merupakan
kegiatan pemberian imunisasi rutin lanjutan bagi anak usia sekolah kelas 1,2,5 SD/MI/Sederajat.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Agustus untuk imunisasi Campak-Rubella dan
HPV (HPV hanya di beberapa kabupaten/kota) serta pada bulan November untuk Imunisasi DT
dan TD. Sesuai dengan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi nasional (ITAGI), pada
masa pandemi Covid-19 imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah harus tetap diuapayakan
lengkap sesuai jadwal. Penundaan Imunisasi akan memperbesar risiko KLB PD3I.
Tempat Pelaksanaan : SDN , waktu pelaksanaan : pukul 09.00 – Selesai. Target Sasaran : murid
kelas 1vaksin DT dan 2, 5 vaksin TD. Sebelum anak menerima vaksin dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu berupa apakah anak sedang sakit atau tidak. Anak diberikan vaksinasi DT dan
TD sebanyak 0.5 cc secara intramuscular pada lengan kiri, setelah mendapat vaksinasi, orangtua
pasien diberikan edukasi.
Promkes : Pemberdayaan Masyarakat
Posbindu PTM jalan usaha rw 005
Tanggal kegiataan : 30 November 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Latar Belakang
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol,
pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama
adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Gambaran Pelaksanaan
Lokasi kegiatan : Rumah warga di jl. Usaha rw 005. Waktu pelaksanaan : 10.00- selesai. Target
Sasaran : masyarakat yang datang ke posbindu PTM untuk skrining. Pasien yang datang ke
posbindu disuruh mengisi pendaftaran terlebih dahulu dengan memberikan KTP kemudian
dilakukan skrining terhadap factor resiko yang berhubungan dengan penyakit tidak menular
kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan Gula darah dan berat badan, tinggi
badan dan lingkar perut. Setelah itu dilakukan edukasi pada pasien dengan resiko tinggi.
Promkes : Penyuluhan Pentingnya Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Tanggal Kegiatan : 6 Desember 2022
Nama Pendamping : dr. Sri Hartati
Latar belakang
Upaya kesehatan ibu dan anak, penyelenggaraan imunisasi, serta pemberian vitamin A pada
bayi, Balita dan ibu nifas mengamanahkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
menyiapkan dan menjaga kehamilan, agar persalinan sehat dan selamat serta melahirkan bayi
yang sehat dan bertumbuh kembang optimal.

Untuk menunjang pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut, diperlukan media komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) dan pencatatan yang efektif dan efisien. Untuk itu, Kementerian
Kesehatan menetapkan bahwa buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) menjadi satu-satunya
alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas
hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun, termasuk pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh
kembang anak dan KB (SK Menkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004).

Buku KIA mengintegrasikan beberapa catatan kesehatan di komunitas seperti Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan bayi balita, kartu imunisasi,
kartu ibu dan beberapa hal lainnya. Buku KIA berisi informasi penting mengenai kesehatan ibu
dan anak yang perlu dilakukan oleh ibu, suami dan keluarganya secara singkat dan padat,
termasuk mengenai kewaspadaan keluarga dan masyarakat akan kesakitan dan masalah
kegawatdaruratan pada ibu hamil, bayi baru lahir dan balita, sehingga pada akhirnya buku KIA
menyumbang penurunan angka kematian bayi dan balita.
Gambaran Pelaksanaan
Tanggal Kegiatan : 6 desember 2022, lokasi kegiatan : masjid nurul iman jl. Proyek baru rw vi tj.
Rhu, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : ibu dan balita yang datang ke posyandu.
Sebelum dimulainya kegiatan posyandu, dilakukan penyuluhan tentang pentingnya buku KIA
atau sering disebut buku Pink.
Pelayanan Gizi : Deteksi Stunting
Nama kegiatan : Posyandu rw vi tj Rhu
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu rw VI
Latar belakang :
Stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih
pendek dari standar anak seusianya. Beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga
sering mengalami sakit.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya
memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun.
Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi seimbang serta pemberian ASI
yang kurang tepat.
Gambar pelaksanaan :
Tanggal kegiatan : 6 desember 2022, lokasi kegiatan : : masjid nurul iman jl. Proyek baru rw vi
tj. Rhu, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita
diukur tinggi badan dan berat badannya kemudian dimasukkan ke kurva who untuk dilihat
apakah tinggi badan balita tersebut normal atau perawakan pendek sesuai dengan usianya.
Kesehatan Keluarga : ANC
Tanggal kegiatan : 8 Desember 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Pasien : Ny. J usia 22 tahun. G2P1A0
Latar belakang :
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat)
kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia telah lama dilakukan pemerintah
sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada tahun 1950 yang memberi
pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keluarga berencana, namun sampai saat ini masih ada berbagai masalah
yang sering terjadi pada ibu dan bayi antara lain, masih banyak ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Gambaran Pelaksanaan
Ny J usia 22 thn G2P1A0.
L1 : teraba bokong bayi
L2 : teraba bagian memanjang disebelah kiri yg diasumsikan sebagai punggung janin dan
sebelah kanan teraba ekstremitas.
L3 : teraba kepala bayi
L4 : divergen
Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T berikut ini :
T-1 : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
BB : 69kg
T-2: Tensi ( pengukuran tekanan darah)
100/60
T-3: Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
T-4: Pengukuran tinggi Rahim
Pertengan antara pusat dan prosesus xipoideus
T-6: Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
T-7 : Tablet tambah darah
T-8 : Tes Laboratorium
T-9: Temu wicara dan konseling
T-10 : Tata laksana atau pengobatan

Kesehatan Keluarga : ANC


Tanggal kegiatan : 8 Desember 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Pasien : Ny. Y usia 34 tahun. G3P2A0
Latar belakang :
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat)
kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia telah lama dilakukan pemerintah
sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada tahun 1950 yang memberi
pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keluarga berencana, namun sampai saat ini masih ada berbagai masalah
yang sering terjadi pada ibu dan bayi antara lain, masih banyak ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Gambaran Pelaksanaan
Ny Y usia 34 thn G3P2A0.
L1 : teraba bokong bayi
L2 : teraba bagian memanjang disebelah kiri yg diasumsikan sebagai punggung janin dan
sebelah kanan teraba ekstremitas.
L3 : teraba kepala bayi
L4 : Konvergen
Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T berikut ini :
T-1 : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
BB : 87kg
T-2: Tensi ( pengukuran tekanan darah)
120/80
T-3: Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
T-4: Pengukuran tinggi Rahim
Pertengan antara pusat dan prosesus xipoideus
T-6: Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
T-7 : Tablet tambah darah
T-8 : Tes Laboratorium
T-9: Temu wicara dan konseling
T-10 : Tata laksana atau pengobatan

Kesehatan Keluarga : ANC


Tanggal kegiatan : 9 Desember 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Pasien : Ny. R usia 27 tahun. G2P1A0
Latar belakang :
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat)
kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia telah lama dilakukan pemerintah
sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada tahun 1950 yang memberi
pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keluarga berencana, namun sampai saat ini masih ada berbagai masalah
yang sering terjadi pada ibu dan bayi antara lain, masih banyak ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Gambaran Pelaksanaan
Ny R usia 27 thn G2P1A0.
L1 : teraba fundus uteri 2 jari bawah pusat
L2 : -
L3 : -
L4 : -
Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T berikut ini :
T-1 : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
BB : 55 kg
T-2: Tensi ( pengukuran tekanan darah)
100/70
T-3: Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
T-4: Pengukuran tinggi Rahim
Teraba fundus uteri 2 jari bawah pusat
T-6: Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
T-7 : Tablet tambah darah
Fe 1x1 tab xxx
T-8 : Tes Laboratorium
Urin : Jernih
HBsAg : NR
HIV : NR
Sifilis : NR
T-9: Temu wicara dan konseling
T-10 : Tata laksana atau pengobatan

Kesehatan Keluarga : ANC


Tanggal kegiatan : 9 Desember 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Pasien : Ny. M usia 36 tahun. G5P2A2
Latar belakang :
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat)
kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia telah lama dilakukan pemerintah
sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada tahun 1950 yang memberi
pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keluarga berencana, namun sampai saat ini masih ada berbagai masalah
yang sering terjadi pada ibu dan bayi antara lain, masih banyak ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Gambaran Pelaksanaan
Ny M usia 36 thn G5P2A2.
L1 : -
L2 : -
L3 : -
L4 : -
Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T berikut ini :
T-1 : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
BB : 86 kg
T-2: Tensi ( pengukuran tekanan darah)
120/70
T-3: Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
T-4: Pengukuran tinggi Rahim
Teraba 1 jari diatas simfisis pubis
T-6: Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
T-7 : Tablet tambah darah
Fe 1x1 tab xxx
T-8 : Tes Laboratorium
Urin : Jernih
HBsAg : NR
HIV : NR
Sifilis : NR
T-9: Temu wicara dan konseling
T-10 : Tata laksana atau pengobatan.

Kesehatan Keluarga : KB
Tanggal Kegiatan : 9 Desember 2022
Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Suntik KB 3 bulan
Identitas Pasien : Ny. R 37 tahun
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua
macam yaitu DMPA (depo medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi
depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik DMPA
adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan
berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan
yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore).
Gambaran Pelaksanaan
Ny. R 37 tahun. Sebelum dilakukan injeksi, pasien di anamnesis terlebih dahulu kemudian
dilakukan pengukuran tinggi badan : 158cm , berat badan : 70kg , pengukuran tekanan darah :
140/80. Setelah dilakukan penyuntikan kb 3 bulan ( depo medroksiprogesteron asetat)
dijadwalkan untuk kembali lagi. Untuk ny. R dijadwalkan kembali tanggal 3 Maret 2023.

Kesehatan Keluarga : KB
Tanggal Kegiatan : 9 Desember 2022
Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Suntik KB 3 bulan
Identitas Pasien : Ny. E 42 tahun
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua
macam yaitu DMPA (depo medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi
depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik DMPA
adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan
berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan
yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore).
Gambaran Pelaksanaan
Ny. E 42 tahun. Sebelum dilakukan injeksi, pasien di anamnesis terlebih dahulu kemudian
dilakukan pengukuran tinggi badan : 155cm, berat badan: 83kg, pengukuran tekanan darah:
120/80 mmHg. Setelah dilakukan penyuntikan kb 3 bulan ( depo medroksiprogesteron asetat)
dijadwalkan untuk kembali lagi. Untuk ny. E dijadwalkan kembali tanggal 3 Maret 2023.

Kesehatan Keluarga : ANC


Tanggal kegiatan : 2 Januari 2023
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas Pasien : Ny. E usia 32 tahun. G4P2A1H3
Latar belakang :
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat)
kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia telah lama dilakukan pemerintah
sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada tahun 1950 yang memberi
pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keluarga berencana, namun sampai saat ini masih ada berbagai masalah
yang sering terjadi pada ibu dan bayi antara lain, masih banyak ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Gambaran Pelaksanaan
Ny E usia 32 thn G4P2A1H3.
HPHT: 5 September 2022
Usia Kehamilan : 16-17 minggu
Riwayat Haid : teratur. Siklus 28 hari
Riwayat kontrasepsi: Pil
L1 : teraba fundus uteri 3 jari bawah pusat
L2 : -
L3 : -
L4 : -
Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T berikut ini :
T-1 : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
BB : 69 kg
T-2: Tensi ( pengukuran tekanan darah)
90/60
T-3: Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
T-4: Pengukuran tinggi Rahim
Teraba fundus uteri 2 jari bawah pusat
T-6: Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
T-7 : Tablet tambah darah
Fe 1x1 tab xxx
Kalk 1x1 tab xxx
T-8 : Tes Laboratorium
T-9: Temu wicara dan konseling
T-10 : Tata laksana atau pengobatan
Pelayanan P2P: Kegiatan Pengobatan Pasien TB
Tanggal kegiatan : 10 Januari 2023
Judul Laporan Kegiatan : Pengobatan TB Paru
Identitas Pasien : Tn. EG usia 54 tahun
Latar Belakang:
kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Disebut TB paru adalah bila penyakit mengenai parenkim paru. TB ekstra paru adalah TB tanpa
kelainan radiologis di parenkim paru. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru dicatat sebagai
kasus TB paru. TB ekstra paru di beberapa tempat dikategorikan berdasarkan kelainan pada
lokasi yang paling berat.
Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4-6
bulan.

Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif
dalam waktu 2 bulan.

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Efek
sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan mencegah
kekambuhan.

Pada pasien dengan sputum BTA positif ada risiko terjadinya resistensi selektif. Penggunaan 4
obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi risiko resistensi
selektif. Pada pasien dengan sputum BTA negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko
resistensi selektif karena jumlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif
dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya sudah memadai.

Gambaran Pelaksanaan:

Tn. EG usia 54 tahun


Riwayat penyakit : HIV (+)
BB: 63.5kg, TB: 160cm, TD: 112/83, RR: 20x

Pasien datang dengan membawa hasil pemeriksaan sputum dengan hasil positif. Kemudian
dianamnesis keluhan sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, kemudian ditimbang berat badan
untuk mengetahui dosis pengobatan TB. Kemudian diberikan obat tb dalam bentuk FDC untuk
15 hari dan diberikan konseling kepada pasien untuk meminum obat pada jam yang sama, tidak
boleh putus obat selama 6 bulan pengobatan, dan memakai masker ketika bepergian. Pasien
diberitahu unttuk ambil obat setiap 15 hari. Bila ada keluhan muntah muntah, badan menguning
diberitahu untuk segera kembali datang ke puskesmas.

Promkes : Apa itu diare Dan Bagaimana penanganan diare.

Tanggal Kegiatan : 14 Januari 2022


Nama Pendamping : dr. Sri Hartati
Latar Belakang :
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam). Dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair
dan sering. Apabila buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare,
begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari,
maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan
dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc sulfat. Pemberian zinc sulfat mampu menggantikan
kandungan zinc sulfat alami tubuh yang hilang dan mempercepat penyembuhan diare. Frekuensi
dan durasi pemberian ASI yang normal adalah sekitar 10-12 kali per hari dengan durasi 15 menit
tiap kali menyusu. Pada saat diare, terjadi proses peningkatan motilitas atau pergerakan usus
untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Anti diare akan menghambat proses tersebut sehingga
tidak boleh diberikan pada bayi dan anak. Pemberian anti diare pada bayi dan anak justru dapat
menimbulkan komplikasi berupa prolapsus pada usus yang membutuhkan tindakan operasi
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal Kegiatan : 14 Januari 2023, lokasi kegiatan : Posyandu Tuah Negeri jl. AMD. waktu
pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : ibu dan balita yang datang ke posyandu. Sebelum
dimulainya kegiatan posyandu, dilakukan penyuluhan tentang diare pada anak dan bagaimana
penanganan diare.
Pelayanan Gizi : Deteksi Stunting
Nama kegiatan : Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
Beberapa balita yang didapati pendek menurut kurva:
An. R, 4th6bln (L). bb: 13.3kg, tb: 98.8. TB/U <-2SD
An. Z, 4th (L). bb: 13.7kg, tb: 96cm. TB/U: <-2SD
Latar belakang :
Stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih
pendek dari standar anak seusianya. Beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga
sering mengalami sakit.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya
memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun.
Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi seimbang serta pemberian ASI
yang kurang tepat.
Gambar pelaksanaan :
Tanggal kegiatan : 14 Desember 2022, lokasi kegiatan : Posyandu Tuah Negeri JL. AMD kel.
Rintis, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita
diukur tinggi badan dan berat badannya kemudian dimasukkan ke kurva who untuk dilihat
apakah tinggi badan balita tersebut normal atau perawakan pendek sesuai dengan usianya.
Kesehatan Keluarga : KB
Tanggal Kegiatan : 21 Februari 2023
Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Pil KB Kombinasi
Identitas Pasien : Ny. N usia 35

Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat
progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan
sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa
serviks (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada
yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen
dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama
obat epilepsy).

Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri
saat haid), menoragia, dan metroragia. Pil kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita
menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang terdapat di dalam pil
kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan kandungan
zat lemak serta protein dalam ASI. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet
yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.

Gambaran Pelaksanaan
Ny. N usia 35 tahun, datang untuk control lanjutan pil kb kombinasi. Pasien dianamnesis terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah ada keluhan kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan :
158cm , berat badan : 45kg , pengukuran tekanan darah : 125/80. Kemudian diberikan pil kb
kombinasi.

Kesehatan Keluarga : KB
Tanggal Kegiatan : 27 Maret 2023
Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : KB IMPLAN
Identitas Pasien : Ny. D usia 38 tahun
KB implan atau KB susuk adalah kontrasepsi yang mengandung hormon progestogen. KB yang
berbentuk tabung mirip korek api ini digunakan dengan cara dipasang di bawah jaringan kulit
lengan atas. Cara kerja KB implan mencegah kehamilan dengan melepaskan hormon
progesterone ke aliran darah. Hormon ini kemudian dapat mencegah kehamilan dengan cara
mencegah pelepasan sel telur (ovulasi) menebalkan lendir di leher rahim, dan menipiskan lapisan
rahim untuk membuat sperma sulit membuahi sel telur. KB implan dapat mencegah kehamilan
selama 3 tahun.
Gambaran pelaksanaan
Ny. D datang untuk bongkar dan pasang implant. Tidak ada keluhan selama menggunakan
implant. Dilakukan pengukuran tb : 154cm, bb: 58kg, td: 110/70. Pelepasan implant seharusnya
dilakukan pada tanggal 3 maret. Karena sudah terlambat, jadi dilakukan tes pack terlebih dahulu
yang didapatkan hasil negative. Setelah dilakukan bongkar pasang implant, pasien dijadwalkan
untuk membongkar implant lagi pada 27 maret 2026.
Pelayanan Gizi : Monitoring bayi/Anak
Nama kegiatan : Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
1. An. R, 4 bln (L) : sesuai
2. An. R, 4th6bln (L) : sesuai
3. An. A, 8bln (P) : sesuai
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain
diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih
didalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya hal ini ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar
mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun social serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.
Stimulasi Deteksi n Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu kegiatan
pemantauan timbuh kembang pada balita usia 0- 72 bulan, untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia tersebut. Pada usia 0 -24 bulan dilakukan
pemantauan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk usia 24 -72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
Gambaran pelaksanaan:
Pelayanan Gizi : Monitoring bayi/Anak
Nama kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW III DDS Sekip
1. An. S, 3th (P) : sesuai
2. An. R, 3th 11 bln(P): sesuai
3. An. N 1th 2b bln (P): sesuai
Stimulasi Deteksi n Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu kegiatan
pemantauan timbuh kembang pada balita usia 0- 72 bulan, untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia tersebut. Pada usia 0 -24 bulan dilakukan
pemantauan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk usia 24 -72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
Pelayanan SDIDTK menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang dideteksi
secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat
dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan
berkurangnya efektivitas terapi
Gambaran pelaksanaan:
10 Januari 2022, lokasi kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-
selesai. Target sasaran : anak usia 0-72bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi
badan, panjang badan dan dilihat perkembangannya sesuai dengan usianya yang dinilai
menggunakan form SDIDTK. Hasil yg didapatkan adalah perkembangan sesuai dengan usianya.
Pengobatan TB
Tanggal kegiatan : 28 Maret 2023
Judul Laporan Kegiatan : Pengobatan TB Ekstra Paru
Identitas Pasien : An. N usia 9 tahun
Latar Belakang:
kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Disebut TB paru adalah bila penyakit mengenai parenkim paru. TB ekstra paru adalah TB tanpa
kelainan radiologis di parenkim paru. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru dicatat sebagai
kasus TB paru. TB ekstra paru di beberapa tempat dikategorikan berdasarkan kelainan pada
lokasi yang paling berat.
Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4-6
bulan.

Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif
dalam waktu 2 bulan.

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Efek
sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan mencegah
kekambuhan.

Pada pasien dengan sputum BTA positif ada risiko terjadinya resistensi selektif. Penggunaan 4
obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi risiko resistensi
selektif. Pada pasien dengan sputum BTA negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko
resistensi selektif karena jumlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif
dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya sudah memadai.

Gambaran Pelaksanaan:

An. N usia 9 tahun


Riwayat penyakit : -
BB: 34kg, TB: 148cm

Pasien datang dengan membawa hasil pemeriksaan dengan hasil positif tb kelenjar. Kemudian
dianamnesis keluhan sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, kemudian ditimbang berat badan
untuk mengetahui dosis pengobatan TB. Kemudian diberikan obat tb dalam bentuk FDC untuk
15 hari dan diberikan konseling kepada pasien untuk meminum obat pada jam yang sama, tidak
boleh putus obat selama 9 bulan pengobatan, dan memakai masker ketika bepergian. Pasien
diberitahu unttuk ambil obat setiap 15 hari. Bila ada keluhan muntah muntah, badan menguning
diberitahu untuk segera kembali datang ke puskesmas. Dosis obat yang diberikan ialah 1x5tab
fdc.

Pengobatan TB

Tanggal kegiatan : 11 Januari 2023


Judul Laporan Kegiatan : Pengobatan TB Paru
Identitas Pasien : Tn. A usia 49 th
Latar Belakang:
kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Disebut TB paru adalah bila penyakit mengenai parenkim paru. TB ekstra paru adalah TB tanpa
kelainan radiologis di parenkim paru. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru dicatat sebagai
kasus TB paru. TB ekstra paru di beberapa tempat dikategorikan berdasarkan kelainan pada
lokasi yang paling berat.
Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4-6
bulan.

Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif
dalam waktu 2 bulan.

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Efek
sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan mencegah
kekambuhan.

Pada pasien dengan sputum BTA positif ada risiko terjadinya resistensi selektif. Penggunaan 4
obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi risiko resistensi
selektif. Pada pasien dengan sputum BTA negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko
resistensi selektif karena jumlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif
dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya sudah memadai.

Gambaran Pelaksanaan:

Tn. A 49 th
Riwayat penyakit : -
BB: 50 TB: 160 TD: 130/85

Pasien datang untuk control lanjutan tb paru. Kemudian dianamnesis keluhan sekarang, riwayat
penyakit sebelumnya, kemudian ditimbang berat badan untuk mengetahui dosis pengobatan TB.
Kemudian diberikan obat tb dalam bentuk FDC untuk 15 hari dan diberikan konseling kepada
pasien untuk meminum obat pada jam yang sama, tidak boleh putus obat selama 6 bulan
pengobatan, dan memakai masker ketika bepergian. Pasien diberitahu unttuk ambil obat setiap
15 hari. Bila ada keluhan muntah muntah, badan menguning diberitahu untuk segera kembali
datang ke puskesmas. Dosis yang diberikan adalah 1x3tab fdc

Pengobatan TB
Tanggal kegiatan : 7 Februari 2023
Judul Laporan Kegiatan : Pengobatan TB Paru
Identitas Pasien : Ny. S usia 35 tahun
Latar Belakang:
kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Disebut TB paru adalah bila penyakit mengenai parenkim paru. TB ekstra paru adalah TB tanpa
kelainan radiologis di parenkim paru. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru dicatat sebagai
kasus TB paru. TB ekstra paru di beberapa tempat dikategorikan berdasarkan kelainan pada
lokasi yang paling berat.
Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4-6
bulan.

Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif
dalam waktu 2 bulan.

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Efek
sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan mencegah
kekambuhan.

Pada pasien dengan sputum BTA positif ada risiko terjadinya resistensi selektif. Penggunaan 4
obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi risiko resistensi
selektif. Pada pasien dengan sputum BTA negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko
resistensi selektif karena jumlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif
dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya sudah memadai.

Gambaran Pelaksanaan:

Ny. S usia 35 th
Riwayat penyakit : -
BB: 48kg, TB: 155cm, TD: 120/78

Pasien datang untuk control lanjutan tb paru. Tidak ada keluhan untuk sekarang, riwayat
penyakit: sedang menjalani terapi OAT, kemudian ditimbang berat badan untuk mengetahui
dosis pengobatan TB. Kemudian diberikan obat tb dalam bentuk FDC untuk 15 hari dan
diberikan konseling kepada pasien untuk meminum obat pada jam yang sama dan dalam keadaan
perut kosong, tidak boleh putus obat selama 6 bulan pengobatan, dan memakai masker ketika
bepergian. Pasien diberitahu unttuk ambil obat setiap 15 hari. Bila ada keluhan muntah muntah,
badan menguning diberitahu untuk segera kembali datang ke puskesmas. Dosis yang diberikan
adalah 1x3tab fdc.

Pengobatan TB

Tanggal kegiatan : 28 Maret 2023


Judul Laporan Kegiatan : Pengobatan TB Paru
Identitas Pasien : Ny. M usia 43 tahun
Latar Belakang:
kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Disebut TB paru adalah bila penyakit mengenai parenkim paru. TB ekstra paru adalah TB tanpa
kelainan radiologis di parenkim paru. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru dicatat sebagai
kasus TB paru. TB ekstra paru di beberapa tempat dikategorikan berdasarkan kelainan pada
lokasi yang paling berat.
Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4-6
bulan.

Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, diharapkan terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang berpotensi menularkan infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif
dalam waktu 2 bulan.

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Efek
sterilisasi obat pada fase ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kuman dan mencegah
kekambuhan.

Pada pasien dengan sputum BTA positif ada risiko terjadinya resistensi selektif. Penggunaan 4
obat selama fase intensif dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi risiko resistensi
selektif. Pada pasien dengan sputum BTA negatif atau TB ekstra paru tidak terdapat risiko
resistensi selektif karena jumlah bakteri di dalam lesi relatif sedikit. Pengobatan fase intensif
dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya sudah memadai.

Gambaran Pelaksanaan:
Ny. M usia 43 tahun
Riwayat penyakit : -
BB: 50kg, TB: 159cm, TD: 120/78

Pasien datang untuk control lanjutan tb paru. Tidak ada keluhan untuk sekarang, riwayat
penyakit: sedang menjalani terapi OAT, kemudian ditimbang berat badan untuk mengetahui
dosis pengobatan TB. Kemudian diberikan obat tb dalam bentuk FDC untuk 15 hari dan
diberikan konseling kepada pasien untuk meminum obat pada jam yang sama dan dalam keadaan
perut kosong, tidak boleh putus obat selama 6 bulan pengobatan, dan memakai masker ketika
bepergian. Pasien diberitahu unttuk ambil obat setiap 15 hari. Bila ada keluhan muntah muntah,
badan menguning diberitahu untuk segera kembali datang ke puskesmas. Dosis yang diberikan
adalah 1x3tab fdc.

Penapisan TB

Tanggal kegiatan : 28 Maret 2023


Judul Laporan Kegiatan : Penapisan Pasien Suspek TB
Identitas Pasien : Tn. K 55 tahun
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke pkm 50 dengan keluhan batuk berdahak yang sudah dialami 2 minggu. Sudah
berobat sebelumnya tapi keluhan tidak menghilang. Dahak berwarna kuning. Tidak didapati
penurunan bb yg signifikan. Pasien juga adalah perokok aktif. Pasien menyangkal adanya
demam, keringat malam hari. Riwayat penyakit sebelumnya :-. Pemeriksaan fisik: bb: 57kg, tb:
167cm, td: 140/75. Kemudian pasien dianjurkan melakukan cek sputum / TCM. Lalu diberikan
pengobatan simptomatis utk pasien berupa : gg3x1, vitc 2x1. Edukasi untuk mengurangi rokok
secara perlahan, menggunakan masker saat bepergian.
Tracing Penyakit Menular
Tanggal kegiatan : 3 Februari 2023
Judul Laporan Kegiatan : Mobile VCT
Identitas Pasien : Seluruh Pegawai Boys Bistro Café
Latar Belakang
Konseling dan tes HIV menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2014 ada dua, yaitu konseling dan tes HIV atas inisiasi pemberi layanan kesehatanan
(KTIP) dan konseling dan tes HIV sukarela (KTS) atau sering disebut VCT. KTIP adalah tes
HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas kesehatan kepada pasien pengguna layanan
kesehatan sebagai komponen pelayanan standar layanan kesehatan di fasilitas tersebut,
sedangkan Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah proses konseling suka rela dan tes
HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan Konseling adalah proses dialog antara konselor
(petugas kesehatan) dengan pasien/klien yang bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas
dan dapat dimengerti oleh pasien atau klien.
Konseling dan tes HIV dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis HIV dan AIDS, untuk
mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan
pengobatan lebih dini. Tes HIV sebagai satu-satunya “pintu masuk” untuk akses layanan
pencegahan, pengobatan, perawatan, dan dukungan. Konseling dan Tes HIV Sukarela
(KTS)/VCT mulai dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2004 dan sejak tahun 2010 mulai
dikembangkan Konseling dan Tes HIV atas Inisiatif Petugas Layanan Kesehatan (KTIP).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal 3 Februari 2023, Lokasi Kegiatan : Boys Bistro Café, waktu pelaksanaan: 20.00-22.00
WIB. Klien yang akan diperiksa terlebih dahulu dilakukan konseling penyakit IMS kemudian
dipersilahkan untuk ke bagian lab. Setelah diperiksa, klien menunggu untuk dijelaskan hasil dari
pemeriksaan darah tersebut. Hasil dari mobile vct pada pegawai boys bistro club adalah negative.
Tracing Penyakit Menular
Tanggal kegiatan : 9 Maret 2023
Judul Laporan Kegiatan : Mobile VCT
Identitas Pasien : Seluruh Pegawai Paragon
Latar Belakang
Konseling dan tes HIV menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2014 ada dua, yaitu konseling dan tes HIV atas inisiasi pemberi layanan kesehatanan
(KTIP) dan konseling dan tes HIV sukarela (KTS) atau sering disebut VCT. KTIP adalah tes
HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas kesehatan kepada pasien pengguna layanan
kesehatan sebagai komponen pelayanan standar layanan kesehatan di fasilitas tersebut,
sedangkan Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah proses konseling suka rela dan tes
HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan Konseling adalah proses dialog antara konselor
(petugas kesehatan) dengan pasien/klien yang bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas
dan dapat dimengerti oleh pasien atau klien.
Konseling dan tes HIV dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis HIV dan AIDS, untuk
mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan
pengobatan lebih dini. Tes HIV sebagai satu-satunya “pintu masuk” untuk akses layanan
pencegahan, pengobatan, perawatan, dan dukungan. Konseling dan Tes HIV Sukarela
(KTS)/VCT mulai dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2004 dan sejak tahun 2010 mulai
dikembangkan Konseling dan Tes HIV atas Inisiatif Petugas Layanan Kesehatan (KTIP).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal 9 Maret 2023, Lokasi Kegiatan : Paragon Club, waktu pelaksanaan: 15.00 – 17.00 WIB.
Klien yang akan diperiksa terlebih dahulu dilakukan konseling penyakit IMS kemudian
dipersilahkan untuk ke bagian lab. Setelah diperiksa, klien menunggu untuk dijelaskan hasil dari
pemeriksaan darah tersebut. Hasil dari pemeriksaan HIV pada pegawai Paragon adalah negative.
Pelayanan P2P Vaksinasi Dasar / BIAS
Nama kegiatan : Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu Tuah Negeri jl. AMD
Latar belakang:
Imunisasi merupakan salah satu upaya melindungi diri dari penyakit dengan cara memberikan
vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi ditujukan untuk
penyakit yang mempunyai risiko kesakitan, kecacatan atau kematian yang tinggi, misalnya
penyakit tuberkulosis, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, campak, bahkan
COVID 19.
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program,
yang terdiri atas imunisasi rutin (imunisasi dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan, imunisasi
khusus serta imunisasi pilihan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar berupa
perlindungan terhadap penyakit Hepatitis B, Poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza type B (HIB), campak
dan rubella.

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan
dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dan
wanita usia subur. Imunisasi lanjutan untuk anak baduta diberikan pada usia 18 bulan berupa
imunisasi DPT-Hep B-HIB dan campak. Sementara untuk anak usia sekolah mendapatkan
imunisasi tambahan saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) berupa imunisasi Campak dan DT
(kelas I), Td (kelas II) dan Td (kelas 5).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal kegiatan : 14 Desember 2022, lokasi kegiatan : Posyandu Tuah Negeri JL. AMD kel.
Rintis, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita
ditimbang Berat badannya, kemudian panjang badan, lalu dilihat status imunisasinya, ditanyakan
pada ibu keluhan balita apakah ada yg kontraindikasi dengan vaksin yang akan diberikan, dan
edukasi ibu untuk vaksin yang dapat menyebabkan anak demam.
Pelayanan P2P Vaksinasi Dasar / BIAS
Nama kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW III DDS Sekip
Latar belakang:
Imunisasi merupakan salah satu upaya melindungi diri dari penyakit dengan cara memberikan
vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi ditujukan untuk
penyakit yang mempunyai risiko kesakitan, kecacatan atau kematian yang tinggi, misalnya
penyakit tuberkulosis, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, campak, bahkan
COVID 19.
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program,
yang terdiri atas imunisasi rutin (imunisasi dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan, imunisasi
khusus serta imunisasi pilihan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar berupa
perlindungan terhadap penyakit Hepatitis B, Poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza type B (HIB), campak
dan rubella.

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan
dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dan
wanita usia subur. Imunisasi lanjutan untuk anak baduta diberikan pada usia 18 bulan berupa
imunisasi DPT-Hep B-HIB dan campak. Sementara untuk anak usia sekolah mendapatkan
imunisasi tambahan saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) berupa imunisasi Campak dan DT
(kelas I), Td (kelas II) dan Td (kelas 5).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal kegiatan : 10 Januari 2023, lokasi kegiatan Posyandu RW III DDS Sekip, waktu
pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita ditimbang
Berat badannya, kemudian panjang badan, lalu dilihat status imunisasinya, ditanyakan pada ibu
keluhan balita apakah ada yg kontraindikasi dengan vaksin yang akan diberikan, dan edukasi ibu
untuk vaksin yang dapat menyebabkan anak demam.
Pelayanan P2P Vaksinasi Dasar / BIAS
Nama kegiatan : Posyandu RW V Tj. Rhu
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW V Tj. Rhu
Latar belakang:
Imunisasi merupakan salah satu upaya melindungi diri dari penyakit dengan cara memberikan
vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi ditujukan untuk
penyakit yang mempunyai risiko kesakitan, kecacatan atau kematian yang tinggi, misalnya
penyakit tuberkulosis, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, campak, bahkan
COVID 19.
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program,
yang terdiri atas imunisasi rutin (imunisasi dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan, imunisasi
khusus serta imunisasi pilihan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar berupa
perlindungan terhadap penyakit Hepatitis B, Poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza type B (HIB), campak
dan rubella.

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan
dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dan
wanita usia subur. Imunisasi lanjutan untuk anak baduta diberikan pada usia 18 bulan berupa
imunisasi DPT-Hep B-HIB dan campak. Sementara untuk anak usia sekolah mendapatkan
imunisasi tambahan saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) berupa imunisasi Campak dan DT
(kelas I), Td (kelas II) dan Td (kelas 5).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal kegiatan : 5 Februari 2023, lokasi kegiatan Posyandu RW V tj. Rhu, waktu
pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita ditimbang
Berat badannya, kemudian panjang badan, lalu dilihat status imunisasinya, ditanyakan pada ibu
keluhan balita apakah ada yg kontraindikasi dengan vaksin yang akan diberikan, dan edukasi ibu
untuk vaksin yang dapat menyebabkan anak demam.
Pelayanan P2P Vaksinasi Dasar / BIAS
Nama kegiatan : Posyandu RW II & VII Rintis
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW II & VII Rintis
Latar belakang:
Imunisasi merupakan salah satu upaya melindungi diri dari penyakit dengan cara memberikan
vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi ditujukan untuk
penyakit yang mempunyai risiko kesakitan, kecacatan atau kematian yang tinggi, misalnya
penyakit tuberkulosis, poliomyelitis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, campak, bahkan
COVID 19.
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program,
yang terdiri atas imunisasi rutin (imunisasi dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan, imunisasi
khusus serta imunisasi pilihan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar berupa
perlindungan terhadap penyakit Hepatitis B, Poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza type B (HIB), campak
dan rubella.

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan
dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dan
wanita usia subur. Imunisasi lanjutan untuk anak baduta diberikan pada usia 18 bulan berupa
imunisasi DPT-Hep B-HIB dan campak. Sementara untuk anak usia sekolah mendapatkan
imunisasi tambahan saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) berupa imunisasi Campak dan DT
(kelas I), Td (kelas II) dan Td (kelas 5).
Gambaran Pelaksanaan:
Tanggal kegiatan : 14 Februari 2023, lokasi kegiatan Posyandu RW II & VII Rintis, waktu
pelaksanaan : 9.30-selesai. Target sasaran : balita yang datang ke posyandu. Balita ditimbang
Berat badannya, kemudian panjang badan, lalu dilihat status imunisasinya, ditanyakan pada ibu
keluhan balita apakah ada yg kontraindikasi dengan vaksin yang akan diberikan, dan edukasi ibu
untuk vaksin yang dapat menyebabkan anak demam.
Gambaran pelaksanaan:
Pelayanan Gizi : Monitoring bayi/Anak
Nama kegiatan : Posyandu RW II & VII Rintis
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW II & VII Rintis
1. An. A, 6 bln : sesuai
2. An. H, 3th8bln : sesuai
3. An. N, 5th : sesuai
4. An A, 2th6bln : sesuai
Stimulasi Deteksi n Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu kegiatan
pemantauan timbuh kembang pada balita usia 0- 72 bulan, untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia tersebut. Pada usia 0 -24 bulan dilakukan
pemantauan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk usia 24 -72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
Pelayanan SDIDTK menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang dideteksi
secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat
dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan
berkurangnya efektivitas terapi
Gambaran pelaksanaan:
14 Januari 2022, lokasi kegiatan : Posyandu RW II & VII Rintis, waktu pelaksanaan : 9.30-
selesai. Target sasaran : anak usia 0-72bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi
badan, panjang badan dan dilihat perkembangannya sesuai dengan usianya yang dinilai
menggunakan form SDIDTK. Hasil yg didapatkan adalah perkembangan sesuai dengan usianya.

Pelayanan Gizi : Monitoring bayi/Anak


Nama kegiatan : Posyandu RW V Tj. Rhu
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW V Tj. Rhu
1. An. R, 1th11bln : sesuai
2. An. K, 8bln : sesuai
3. An. W, 5th : sesuai
4. An. Q, 2bln : sesuai
Stimulasi Deteksi n Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu kegiatan
pemantauan timbuh kembang pada balita usia 0- 72 bulan, untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia tersebut. Pada usia 0 -24 bulan dilakukan
pemantauan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk usia 24 -72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
Pelayanan SDIDTK menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang dideteksi
secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat
dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan
berkurangnya efektivitas terapi
Gambaran pelaksanaan:
5 Januari 2022, lokasi kegiatan : Posyandu RW V tj. Rhu, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai.
Target sasaran : anak usia 0-72bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi badan,
panjang badan dan dilihat perkembangannya sesuai dengan usianya yang dinilai menggunakan
form SDIDTK. Hasil yg didapatkan adalah perkembangan sesuai dengan usianya.
Pelayanan Gizi : Monitoring bayi/Anak
Nama kegiatan : Posyandu RW V Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW V Sekip
1. An. L, 1th5bln: sesuai
2. An. A, 3th : sesuai
3. An. F, 4th : sesuai
4. An. A, 2bln : sesuai
5. An. H, 4th11bln: sesuai
Stimulasi Deteksi n Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu kegiatan
pemantauan timbuh kembang pada balita usia 0- 72 bulan, untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia tersebut. Pada usia 0 -24 bulan dilakukan
pemantauan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk usia 24 -72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
Pelayanan SDIDTK menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang dideteksi
secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat
dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan
berkurangnya efektivitas terapi
Gambaran pelaksanaan:
10 Januari 2022, lokasi kegiatan : Posyandu RW V Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai.
Target sasaran : anak usia 0-72bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi badan,
panjang badan dan dilihat perkembangannya sesuai dengan usianya yang dinilai menggunakan
form SDIDTK. Hasil yg didapatkan adalah perkembangan sesuai dengan usianya.
Pelayanan Gizi: Pemberian Suplementasi
Nama kegiatan : Posyandu RW V Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW V Sekip
Latar Belakang
Bulan Februari dan Agustus adalah bulan vitamin A. Di kedua bulan ini anak bisa mendapatkan
berupa suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A dalam bentuk kapsul
merah juga diberikan kepada ibu nifas.
Vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel
limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh.

Adapun vitamin A juga bisa mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan
serta mencegah anemia pada ibu nifas. Sedangkan apabila anak kekurangan vitamin A maka
anak bisa menjadi rentan terserang penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas,
campak, dan diare.

Gambaran pelaksanaan:
5 Februari 2023, lokasi kegiatan : Posyandu RW V Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai.
Target sasaran : anak usia 0-59 bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi badan,
panjang badan, kemudian diberikan suplementasi vitamin A dengan dosis sesuai usia balita.
Pelayanan Gizi: Pemberian Suplementasi
Nama kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Balita di Posyandu RW III DDS Sekip
Latar Belakang
Bulan Februari dan Agustus adalah bulan vitamin A. Di kedua bulan ini anak bisa mendapatkan
berupa suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Vitamin A dalam bentuk kapsul
merah juga diberikan kepada ibu nifas.
Vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel
limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh.

Adapun vitamin A juga bisa mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan
serta mencegah anemia pada ibu nifas. Sedangkan apabila anak kekurangan vitamin A maka
anak bisa menjadi rentan terserang penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas,
campak, dan diare.

Gambaran pelaksanaan:
10 Februari 2023, lokasi kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-
selesai. Target sasaran : anak usia 0-59 bulan yang datang ke posyandu. Balita diukur tinggi
badan, panjang badan, kemudian diberikan suplementasi vitamin A dengan dosis sesuai usia
balita.
Asi Eksklusif & IMD

Nama kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip


Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Ibu dengan bayi dibawah 6 bulan
Latar Belakang:
ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan
mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau
makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi
anak pada tahun pertama dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung
antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit
Manfaat ASI bagi bayi :
a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
b. ASI sebagai nutrisi ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
c. ASI meningkatkan jalinan kasih saying Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap
perkebangan bayi.. d. Mengupayakan pertumbuhan yang baik.
Gambaran Pelaksanaan
10 Februari 2023, lokasi kegiatan : Posyandu RW III DDS Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-
selesai. Bayi yang datang ke posyandu ditimbang dan diukur tinggi badannya. Lalu bayi yang
berusia dibawah 6 bulan, pada ibunya ditanyakan apakah bayi ASI atau menggunakan susu
formula. Mengedukasi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
Asi Eksklusif & IMD

Nama kegiatan : Posyandu RW V Sekip


Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Identitas : Ibu yang datang ke posyandu rw v sekip
Latar Belakang:
ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan
mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau
makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi
anak pada tahun pertama dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung
antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit
Manfaat ASI bagi bayi :
a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
b. ASI sebagai nutrisi ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
c. ASI meningkatkan jalinan kasih saying Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap
perkebangan bayi.. d. Mengupayakan pertumbuhan yang baik.
Gambaran Pelaksanaan:
15 Februari 2023, lokasi kegiatan : Posyandu RW V Sekip, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai.
Bayi yang datang ke posyandu ditimbang dan diukur tinggi badannya. Lalu bayi yang berusia
dibawah 6 bulan, pada ibunya ditanyakan apakah bayi ASI atau menggunakan susu formula.
Mengedukasi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
Penapisan TB

Tanggal kegiatan : 26 April 2023


Judul Laporan Kegiatan : Penapisan Pasien Kontak TB
Identitas Pasien : Tn. U usia 29 tahun
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke pkm 50 membawa anaknya yang terdiagnosis tb untuk memulai pengobatan.
Pasien sebagai orangtua dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak untuk mengetahui
sumber penularan tb anak dan apakah terinfeksi tuberculosis atau tidak.
Penapisan TB

Tanggal kegiatan : 26 April 2023


Judul Laporan Kegiatan : Penapisan Pasien Kontak TB
Identitas Pasien : Ny. R usia 31 tahun
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke pkm 50 membawa anaknya yang terdiagnosis tb untuk memulai pengobatan.
Pasien sebagai orangtua dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak karena merupakan
pasien dgn kontak TB dan untuk mengetahui sumber penularan tb anak.
Penapisan TB

Tanggal kegiatan : 10 April 2023


Judul Laporan Kegiatan : Penapisan Pasien Suspek TB
Identitas Pasien : Tn. S usia 49 tahun
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran Pelaksanaan :
Pasien datang ke pkm 50 dengan keluhan batuk berdahak yang sudah 1 bulan. Sudah berobat
namun keluhan hilang timbul. Dahak berwarna kuning. Demam (+), Tidak didapati penurunan
bb, nyeri dada disangkal. Pasien juga adalah perokok aktif. Pasien menyangkal adanya keringat
malam hari. Riwayat penyakit sebelumnya :-. Pemeriksaan fisik: bb: 58kg, tb: 175 cm, td:
110/70. Kemudian pasien dianjurkan melakukan cek sputum / TCM. Lalu diberikan pengobatan
simptomatis utk pasien berupa : gg3x1, vitc 2x1, pct 3x1. Edukasi untuk mengurangi rokok
secara perlahan, menggunakan masker saat bepergian.
Penapisan TB

Tanggal kegiatan : 10 April 2023


Judul Laporan Kegiatan : Penapisan Pasien Suspek TB
Identitas Pasien : Ny. F 55 tahun
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran Pelaksanaan :
Pasien datang ke pkm 50 dengan keluhan batuk berdahak yang sudah 3 minggu. Sudah berobat
namun keluhan hilang timbul. Dahak berwarna kuning. Demam (+), Tidak didapati penurunan
bb, nyeri dada disangkal. Pasien menyangkal adanya demam, keringat malam hari. Riwayat
penyakit sebelumnya : TB paru. Pemeriksaan fisik: bb: 55kg, tb: 160 cm, td: 150/90. Kemudian
pasien dianjurkan melakukan cek sputum / TCM. Lalu diberikan pengobatan simptomatis utk
pasien berupa : gg3x1, vitc 2x1, amlodipine 10mg 1x1. Edukasi untuk mengurangi rokok secara
perlahan, menggunakan masker saat bepergian.
KESLING
Nama kegiatan : Lokasi Posyandu RW III DDS Sekip
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Judul Laporan : PHBS
Identitas :
Latar Belakang:
Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu program pokok puskesmas yang
mencakup kesehatan perumahan, jamban, air bersih, pembuangan sampah dan air limbah
serta sanitasi tempat-tempat umum dan pengolahan makanan. Program kesehatan
lingkungan pada masyarakat adalah bagian dari program pembangunan kesehatan nasional.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan dengan titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan
pencegahan penyakit di samping pengobatan dan pemulihan. Indikator yang akan dicapai
adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, menurunnya
angka penyakit diare, demam berdarah, dan penyakit akibat kurang sehatnya lingkungan di
sekitar masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011). PHBS dapat dilakukan di berbagai
tatanan yaitu di rumah tangga, di sekolah, di tempat kerja, di tempat umum, dan di institusi
kesehatan.
PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksananakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai
rumah tangga sehat. Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat
menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang mencakup persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak
merokok di dalam rumah.
Gambaran Pelaksanaan : Pemeriksaan dilakukan pada 10 Februari 2023, dilakukan kunjungan
pemeriksaan dirumah warga di RW III DDS Sekip. Dilihat sekitar rumah, jarak antar rumah,
kebersihan rumah, jumlah ventilasi dan ukuran ventilasi, menanyakan pemilik jumlah anggota
kelurga dirumah, dan apakah ada yang merokok didalam rumah, tempat pembuangan sampah
dan sumber air bersih. Mengedukasi pemilik tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
KESLING
Lokasi : Posyandu RW II & VII Rintis
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Judul Laporan : Penyuluhan tentang Cuci Tangan
Identitas :
Latar Belakang:
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan air dengan tujuan menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin juga mengungkapkan bahwa cuci tangan adalah satu satunya
prosedur terpenting dalam pengendalian infeksi nosokomial. Menurut WHO (2009) cuci tangan
adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang
mengalir atau hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Potter (2015) menjelaskan bahwa
cuci tangan adalah aktifitas membersihkan tangan dengan cara menggosok dan menggunakan
sabun serta membilasnya pada air yang mengalir. Mencuci tangan adalah proses menggosok
kedua permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan
dibilas dengan air dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga
mengungkapkan bahwa cuci tangan (juga dianggap hygiene tangan) adalah satu satunya prosedur
terpenting dalam pengendalian infeksi nosocomial.
Tata cara Cuci tangan:
1) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan
2) Cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2-3 ml.
3) Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan hand sanitizer dengan kedua telapak tangan.
4) Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
5) Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
6) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
7) Membersihkan ibu jari secara bergantian.
8) Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak tangan secara
bergantian. Lakukan semua prosedur diatas selama 20-30 detik.
Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan pada 14 Januari 2023 di posyandu RW II & VII Rintis. waktu pelaksanaan
: 9.30-selesai. Target penyuluhan : Masyarakat yang ada di Posyandu. Dilakukan penyuluhan
dan melakukan praktek mencuci tangan yang benar.
KESLING
Lokasi : Masjid Nurul Iman jl. Proyek baru
Nama Pendamping : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Sanitasi Tempat Umum
Latar Belakang :
Tempat umum atau sarana pelayanan umum adalah tempat yang memiliki fasilitas dan berpotensi
terhadap terjadinya penularan penyakit. Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana
banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terusmenerus, baik
secara membayar maupun tidak, atau suatu tempat dimana banyak orang berkumpul dan melakukan
aktivitas sehari-hari.

Pengertian sanitasi tempat-tempat umum (STTU) adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tidak terawatnya tempattempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul
menularnya berbagai jenis penyakit. STTU dapat pula dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan
untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup
sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.

Sanitasi Tempat – tempat Umum adalah suatu usaha untuk mengawasi, mencegah dan mengendalikan
kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama
yang erat hubungannya dengan timbulnya dan menularnya penyakit serta kemungkinan terjadinya
kecelakaan.

Gambaran Pelaksanaan :
Tanggal Kegiatan : 6 desember 2022, lokasi kegiatan : masjid nurul iman jl. Proyek baru rw vi tj.
Rhu, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Dilihat lokasi sekitar masjid, kebersihan lingkungan
masjid dan bagian dalam masjid. Kebersihan alat- alat sholat yang digunakan dimesjid tersebut.
KESLING
Rumah Warga sebagai lokasi Posyandu di Rw V tj. Rhu
Nama Pendamping : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Limbah Rumah Tangga
Latar Belakang:
Keberadaan limbah di lingkungan menyebabkan berbagai permasalahan dimasa mendatang, akibat
adanya peningkatan jumlah, bentuk dan sifat limbah yang dihasilkan.Limbah merupakan buangan yang
dihasilkan dari suatu kegiatan atau produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) (Waluyo,
2018). Limbah juga dapat bersumber dari kegiatan pertanian, perdagangan, fasilitas umum maupun
lembaga pendidikan. Limbah yang dibuang langsung ke lingkungan dapat berdampak negatif apabila
terdapat dalam jumlah dan konsentrasi tinggi. Keberadaan limbah yang tidak diolah ini dapat
menimbulkan pencemaran tanah, air maupun udara, menyebabkan bau tidak sedap, dapat menjadi
sumber penyakit bahkan sumber bencana.

Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya
krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan
penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis
yang makin lama makin parah. Oleh karena itu, sebagai manusia yang peduli akan
kelangsungan hidup semua makhluk hidup, sudah menjadi kewajiban kita untuk mencegah dan
mengatasi masalah tercemarnya air oleh zat yang berbahaya terutama dari limbah rumah
tangga salah satunya air bekas cucian (sabun dan detergen). Penyuluhan dilakukan agar
masyarakat mengetahui mengapa air bekas cucian (sabun dan detergen) dapat berbahaya,
dampak yang ditimbulkan akibat limbah sabun dan detergen, serta bagaimana solusi untuk
mengatasi pencemaran air oleh limbah bekas cucian (sabun dan detergen).
Gambaran pelaksanaan :
5 Januari 2022, lokasi kegiatan : Posyandu RW V tj. Rhu, waktu pelaksanaan : 11.00-selesai.
Pemilik rumah ditanyakan tempat pembuangan sampah, apakah ada pengangkut sampah di
daerah perumahan tersebut, atau dengan dibakar. Mengedukasi pasien bahaya limbah rumah
tangga yang dapat mencemarkan air dan juga lingkungan.
KESLING
Jl. Sungai Kampar Gg.
Nama pendamping : dr. Sri hartati
Judul Kegiatan: Penyediaan Air bersih untuk Konsumsi
Latar Belakang: Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sedangkan yang
dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan
dari segi kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan kesehatan. Fungsi terpenting dari
sistem penyediaan air bersih adalah pencegahan penyebaran penyakit melalui air.

Air baku yang digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi syarat yang tertuang dalam
peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Pada pasal 8 PP mengenai klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas :
1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaannya.

2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar,
peternakan, untuk mengaliri tanaman.

3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar peternakan, untuk mengaliri
tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya yang sama jenis kegunaannya.

4. Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk peruntukan lainnya yang
mempersyaratkan mutu yang sama kegunaannya.

Gambaran Kegiatan:
3 februari 2023. Lokasi Kegiatan : jl. Sungai Kampar Gg. , waktu pelaksanaan: 10.00 – selesai.
Menanyakan kepada pemilik rumah mengenai sumber air bersih, terutama untuk konsumsi,
apakah pemilik rumah menggunakan air masak atau membeli air mineral dari luar. Edukasi
pasien tentang air bersih untuk konsumsi.
KESLING
Nama Pendamping: dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan: Sarana Cuci Tangan di SMA 9 Pekanbaru
Latar Belakang:
Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat menghadapi virus baru yang bernama virus covid-19. Sampai hari ini
lebih dari 150 ribu orang di Indonesia telah meninggal akibat virus ini karena gagal pernapasan. Belum ada obat
yang spesifik yang benar-benar bisa menyembuhkan virus covid-19, namun beberapa jenis vaksin covid-19 telah
mulai diproduksi dan diberikan kepada masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Untuk
mencegah penyebaran virus covid-19 sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dan mudah dilakukan,
misalnya dengan mencuci tangan. Hanya saja kita perlu mengetahui bagaimana waktu dan cara mencuci tangan
yang benar supaya dapat mencegah bukan hanya virus covid-19 namun juga penyakit menular lainnya.

Banyak penyakit yang dapat ditularkan seperti penyakit saluran pernapasan, diare, infeksi cacing dan penyakit kulit.
Dengan hanya mencuci tangan, tingkat infeksi saluran pernapasan dapat menurun hingga 16-25%. Lalu kapan waktu
yang tepat untuk kita perlu mencuci tangan? Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan
Kementrian Kesehatan, berikut adalah saat-saat kita perlu mencuci tangan:
1. Sebelum, saat, dan sesudah menyiapkan makanan.
2. Sebelum dan setelah makan.
3. Sebelum menyusui bayi.
4. Sebelum dan setelah mengasuh seseorang yang sakit di rumah.
5. Setelah buang air.
6. Setelah batuk atau bersin.
7. Setelah menyentuh sampah.
8. Setelah beraktivitas seperti mengetik, menyentuh uang, hewan atau binatang, berkebun.
Setelah mengetahui waktu yang tepat untuk mencuci tangan, kita juga perlu mengetahui langkah-langkah yang tepat
untuk mencuci tangan dengan benar. Menurut Kementerian Kesehatan, mencuci tangan terbagi dalam 5 langkah:
1. Basahi seluruh tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Ambil dan gosok sabun ke daerah telapak, punggung tangan, dan sela-sela jari.
3. Bersihkan bagian bawah kuku.
4. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
5. Keringkan tangan dengan handuk atau tisu atau dengan cara diangin- anginkan.
Kita dianjurkan untuk mencuci tangan selama 20 detik, Bila tidak terdapat sabun dan air mengalir, dapat diganti
dengan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. Dengan mencuci tangan, kita dapat mencegah
infeksi virus pada diri sendiri, orang sekitar, dan bahkan komunitas seperti keluarga dan tempat kerja. Setiap hari
kita beraktivitas, ingatlah untuk selalu mencuci tangan pada saat yang tepat dengan benar sehingga kita terhindar
dari infeksi virus.

Gambaran Kegiatan:
28 Februari 2023. Lokasi Kegiatan : SMA 9 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan: 11.00-selesai.
Melihat sekitar sekolah apakah terdapat wastafel di setiap kelas serta sabun cuci tangan. Apakah
aliran airnya baik atau tidak.
PROMKES
Posbindu PTM jalan usaha rw 005
Tanggal kegiataan : 30 November 2022
Nama pendamping : dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan : Edukasi Bahaya Merokok
Latar Belakang :
Merokok merupakan masalah kesehatan global yang telah dilaporkan dari beberapa lembaga maupun
penelitian sebagai faktor resiko munculnya berbagai gangguan medis terutama pada anak. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar setelah Cina dan India berada di atas Rusia dan
AS.

Konsumsi rokok diperkirakan dapat menyebabkan sekitar 71% dari kanker paru-paru, 42% penyakit
pernafasan kronis dan hampir 10% penyakit kardiovaskular. Hampir 6.000.000 orang meninggal dari
penggunaan tembakau setiap tahun, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif

Pada saat sebatang rokok dibakar terbentuklah senyawa kimia sebagai polutan udara dalam ruangan yang
sering kita lihat yaitu adanya asap rokok. Asap rokok yang dihisap ke dalam paru oleh perokok disebut
sebagai asap rokok utama (mainstream smoke) sedangkan asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang
terbakar disebut asap rokok samping (sidestream smoke).

Gambaran Pelaksanaan :

Tanggal Kegaiatan : 30 November 2023, lokasi kegiatan : Rumah warga jalan Usaha rw 005. Waktu
pelaksanaan : 10.00-selesai. Dilakukan pemeriksaan pada masyarakat yang datang ke posbindu PTM
meliputi cek gula deah, tekanan darah, ditanyakan riwayat keluarga dan riwayat sendiri, lalu pasien
diedukasi bahaya dari merokok, bahaya asap rokok terhadap diri sendiri maupun orang lain.

PROMKES

Pos UKK Pelabuhan Jaya Pesisir


Tanggal kegiatan : 31 Januari 2023

Nama Pendamping: dr. Sri Hartati

Judul Kegiatan : Edukasi Kesehatan Jiwa

Latar Belakang:

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa
sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana
seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada
individu disebut gangguan jiwa .

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom atau pola psikologis
atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan
dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada
salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk
mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan.

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21
juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6%
penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah
skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan
menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
penderita

Gambaran Pelaksanaan:

Tanggal Kegiatan: 31 Januari 2023, Lokasi Kegiatan: Pos UKK Pelabuhan Jaya Pesisir, waktu
Pelaksanaan: 10.30-selesai. Pekerja pelabuhan yang diperiksa kesehatannya meliputi lingkar pinggang,
bb, tb dan tekanan darah, riwayat keluarga dan riwayat sendiri, kemudian dilakukan skrining kesehatan
jiwa menggunakan SRQ 20 lalu dilakukan edukasi terhadap kesehatan jiwa dan penyakit penyakit
ganggua pada psikiatri.

PROMKES

Polo Ibu dan KB puskesmas Lima Puluh

Tanggal Kegiatan : 17 Maret 2023

Nama pendamping: dr. Sri hartati

Judul Kegiatan: Konseling KB


Latar Belakang:

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan disamping itu dapat
membuat merasa lebih puas. Program KB bersama-sama program 2 kesehatan reproduksi dan
kependudukan memiliki keuntungan lain yang sangat penting yaitu meningkatkan kelangsungan hidup
ibu, bayi dan anak

Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan (KIP/K) yang dapat melindungi
klien dari efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan.
Walaupun telah dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan
dalam penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya antara lain dengan memberikan komunikasi
interpersonal/konseling (KIP/K) pada sebelum pelaksanaan dan pasca pelaksanaan.

Macam-macam alat kontrasepsi ada 2 yaitu metode sederhana dan modern. Metode sederhana seperti
kondom dan metode modern seperti pil KB, suntik KB bulanan/tiga bulanan. Dan metode jangka panjang
misalnya IUD/spiral/AKDR, susuk/AKBK, tubektomi (kontrasepsi mantap wanita), vasektomi.

Gambaran pelaksanaan:

Tanggal Kegiatan : 17 Maret 2023, Lokasi Kegiatan : Poli Ibu PKM 50. Pasien datang ke poli ibu pkm
limapuluh untuk berkonsultasi mengenai kb, pasien sekarang menggunakan tidak menggunakan alat
kontasepsi, karena pasien sudah mencoba berbagai macam kb hormonal dan tidak cocok. Pasien berusia
29 tahun dan memiliki 2 anak usia 6 tahun dan 2 tahun. Pasien dianjurkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi non hormonal yaitu IUD / spiral. Diedukasi ibu mengenai manfaat kb spiral dan kekurangan
kb spiral.

PROMKES

Posyandu Tuah Negeri jl. AMD

Tanggal Kegiatan: 14 Desember 2022

Nama Pendamping: dr. Sri Hartati

Judul Kegiatan: Edukasi Makanan Pendamping ASI

Latar Belakang:

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi
yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi. Pemberian
MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian
MP-ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi
mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan
pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun
sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan tambahan menjadi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut

Persyaratan MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan. Makanan ini diberikan karena
kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi
hanya dengan pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar dan bahan
lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya akan
mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain itu juga tidak boleh bersifat kamba,
sebab akan cepat memberi rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan pangan,
tetapi merupakan suatu campuran dari beberapa bahan pangan dengan perbandingan tertentu agar
diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan pangan hendaknya didasarkan
atas konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan saling menutupi kekurangan
asam-asam amino esensial, serta diperlukan suplementasi vitamin, mineral serta energi dari minyak atau
gula untuk menambah kebutuhan gizi energy

Latar Belakang:

Tanggal kegiatan : 14 Desember 2022, lokasi kegiatan : Posyandu Tuah Negeri JL. AMD kel.
Rintis, waktu pelaksanaan : 9.30-selesai. Ibu yang membawa bayi > 6 bulan tanyakan mengenai
makanan pendamping asi anak. Kemudia diedukasi mengenai MPASI, manfaat MPASI,
indicator bayi yang sudah siap menerima makanan padat, resiko pada bayi bila diberikan MPASI
terlalu dini.
PROMKES
Rumah Warga Jl. Sungai Kampar
Tanggal Kegiatan: 3 Februari 2023
Nama Pendamping: dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan: Edukasi Penyakit Menular Tuberkulosis
Latar Belakang:
Tuberkulosis (TB) termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan dunia,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang paru dan organ
lainnya. TB dapat menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Upaya pengendalian TB
telah dilaksanakan di Indonesia melalui strategi nasional Directly Observed Treatment Short-
Course (DOTS) sejak tahun 1995. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016
Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan bahwa target program penanggulangan TB nasional
adalah eliminasi TB (penurunan insiden TB sebanyak 90%) pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TB tahun 2050. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peran yang penting dalam keberhasilan program penanggulangan Tuberkulosis.
Masalah:
Sejak awal tahun 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak pada kesehatan dan
ekonomi secara global, termasuk dalam program TB. Dibandingkan dengan 6 bulan pertama
tahun 2019, pada 6 bulan pertama 2020 terjadi penurunan sebesar 25-30% pelaporan kasus TB
baru, di Indonesia. Penurunan ini terjadi pada bulan Maret sampai Maret. Penurunan angka ini
diduga karena menurunnya jumlah fasilitas kesehatan yang memfasilitasi diagnosis dan terapi
TB, adanya relokasi prioritas masalah dari TB menjadi COVID-19, physical distancing, dan
adanya stigma karena gejala TB yang memiliki kemiripan dengan COVID-19. Oleh karena itu
dibutuhkan penapisan yang tepat dari petugas kesehatan untuk memutus rantai tersebut.
Gambaran pelaksaan
Lokasi Kegiatan: Rumah warga Jl. Sungai Kampar, waktu Pelaksanaan: 9.30-10.30. masyarakat
yang sudah dikumpulkan di lokasi diberikan edukasi mengenai penyakit tuberculosis, bagaimana
cara penularannya, gejala gejala yang mungkin didapat, cara pengobatan dan cara
pencegahannya. Kemudian dilakukan sesi Tanya jawab.
VAKSINASI COVID-19
Lapangan Kantor Gubernur
Tanggal Kegiatan: 26 November 2022
Nama Pendamping: dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan: Vaksinasi Covid-19
Latar Belakang:
Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember dunia dihebohkan dengan berita munculnya wabah
pneumonia yang tidak diketahui sebab pastinya. (1) Wabah ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan
Provinsi Hubei China. (1) Kebanyakan pasien pneumonia ini berawal dari pedagang di pasar Huanan yang
menjual hewan hidup yang terletak di kota Wuhan. (1) Pada 7 Januari 2020 para peneliti berhasil
mengidentifikasi penyebab pneumonia ini yakni jenis novel coronavirus. (2) Secara resmi, WHO
menamakan penyakit ini Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) dan nama virus tersebut adalah SARS-
CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2.

Dalam menghadapi kemungkinan penyebaran serta mutasi yang terdapat pada virus penyebab COVID-
19, sangatlah penting untuk tetap disiplin pada protokol Kesehatan. Seperti halnya virus komputer yang
hanya bisa menyebar melalui jaringan saat menginfeksi komputer, virus penyebab COVID-19 dapat
menyebar apabila menginfeksi tubuh manusia, yang kemudian menyebar dari orang ke orang. Untuk itu
kita harus membatasi mobilitas penduduk agar meminimalisasi peluang tersebarnya virus penyebab
COVID-19. Hal ini tetap perlu terus dilakukan, sambil menunggu penuntasan vaksinasi yang diperlukan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh kita dan terbentuknya kekebalan kelompok.

Gambaran pelaksanaan:
Lokasi Kegiatan : Lapangan Kantor Gubernur, Jadwal Pelaksanaan: 09.00-selesai. Masyarakat yang
datang ke lapangan kantor gubernur divaksin. Sebelum dilakukan penyuntikan, dilakukan skrining
terlebih dahulu, ditanyakan riwayat penyakit, lalu dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Bila tidak ada
kontraindikasi, diberikan vaksin.

PASANG IUD

Poli Ibu dan KB


Tanggal Kegiatan: 5 April 2023
Nama Pendamping: dr. Sri Hartati
Judul Kegiatan: Pemasangan IUD
Latar Belakang:

Kontrasepsi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencegah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang dapat menyebabkan kehamilan. 2 Kontrasepsi
umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).

IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan polietilen dengan
atau tanpa metal atau steroid.3 IUD sangat efektif untuk menjarangkan kehamilan dibandingkan dengan
metode kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan, tubektomi, dan vasektomi. IUD merupakan
metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan dalam Program KB di Indonesia. 2,3
Pengguna IUD di Indonesia mencapai 22,6% dari semua pengguna metode kontrasepsi.

IUD merupakan kontrasepsi jangka panjang yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari plastik
elastis yang dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. 8 Lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas dengan jangka waktu penggunaan antara dua hingga sepuluh tahun dengan metode
kerjanya mencegah masuknya spermatozoa ke dalam saluran tuba. IUD dapat dibedakan menjadi empat
jenis:8,9 (1) Copper-T, jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki efek anti fertilitas yang cukup baik. Jenis
ini melepaskan levonorgestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun.

Gambaran Pelaksanaan:

Poli Ibu dan KB pukul 10.00. pasien datang untuk melakukan pemasangan iud yg sudah dijadwalkan
sebelumnya. Sebelum dilakukan pemasangan, dilakukan konseling kb iud, prosedur pemasangan,
kemudian di lakukan pemeriksaan vital sign, lalu pasien disuruh berkemih terlebih dahulu. Setelah itu
dilakukan informed consent dan dilakukan pemasangan iud. Iud dapat digunakan selama 5 tahun. Pasien
dijadwalkan kembali untuk bongkar iud pada 5 April 2028.
KEMITRAAN
Tanggal: 18 Januari 2023 (sesuaiin sama tgl SDIDTK aja)
Nama UKS/Sekolah: TK Bhayangkara Pekanbaru
Judul Kegiatan: Kemitraan SDIDTK dengan TK Bhayangkara Pekanbaru
Latar Belakang:
Pertumbuhan serta perkembangan adalah dua tahap berbeda namun tidak dapat dipisahkan.
Pertumbuhan adalah sebuah proses perubahan fisik yang bersifat kuantitatif dan irreversible (tidak
mampu terjadi lagi pada kondisi semula). Sebaliknya perkembangan merupakan sebuah mekanisme
penambahan kemampuan kinerja anggota tubuh yang lebih kompleks dan bersifat kualitatif. Tumbuh
kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan kepribadian
seseorang. Wali murid memiliki peran penting dalam hal mendidik anak di rumah karena lingkungan
keluarga juga memiliki dampak besar di berbagai hal. Oleh sebab itu, wali murid juga perlu
memperhatikan pertumbuhan fisik saja akan tetapi, pula wajib mencermati pertumbuhan motorik halus,
motorik kasar, kognitif, bahasa, emosi, serta perilaku sosial anak
Pada fase perkembangan anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase
penting terhadap anak pada usia 0-6 tahun mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Pada
masa tersebut informasi baik atau buruk akan diserap dengan baik oleh anak dan akan membentuk
karakter anak dimasa yang akan datang.
Deteksi dini adalah salah satu bentuk upaya dalam mencegah terjadinya dampak yang lebih besar akibat
masalah tumbuh kembang. Hasil dari survei lapangan menunjukan bahwa dalam satu wilayah masih
rendahnya pelayanan deteksi dini pada anak. Berdasarkan data dari Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) setempat terdapat banyak anak-anak yang mengalami masalah tumbuh kembang.
Tumbuh kembang yang dimkasud adalah dalam segi fisik (tinggi badan, berat badan), social emosional,
dan bahasa bicara. Oleh karena itu itu penulis membuat suatu pengabdian masyarakat. Pengabdian
masyarakat ini diselenggarangan di salahsatu sekolah taman Kanak-kanak. Untuk subjeknya adalah
sebanyak 20 oang anak di sekolah tersebut. Kegiatan ini dimulai dengan mendeteksi masalah tumbuh
kembang dari segi fisik (berat badan, tinggi badan), social emosional, dan bahasa bicara. Selanjutnya
akan dilakukan intervensi berupa sosialisasi kepada guru dan orangtua berkaitan dengan deteksi sini
tumbuh kembang. Hasil deteksi dini Berdasarkan pemeriksaan berart badan 14 orang anak berat
badannya di bawah 18 Kg. Sedangkan untuk tinggi badan sebanyak 11 orang anak tinggi badannya di
bawah 110 cm. Mental emosiaonal anak tidak terjadi masalah yang serius. Untuk deteksi bahasa
bicaranya masih ada yang terdeksi memerlukan bantuan dalam perintah sederhana, masalah
membedakan bunyi, pengucapan bunyi, masalah konsep kiri, kanan, depan, belakang dan ada yang
belum bisa mengelompokkan benda sesuai gambar, bentu dan warnanya. Sehingga kedepannya deteksi
dini tumbuh kembang pada anak-anak sangat diperlukan dan dilakukan secara berkelanjutan di tingkat
sekolah.
Gambaran Pelaksanaan:
TK Bhayangkara merupakan salah satu TK dalam cakupan sekolah wilayah Puskesmas Limapuluh. SDIDTK
merupakan salah satu program penting UKM Puskesmas untuk menilat tumbuh kembang anak-anak
dimulai dari 3 bulan-6 tahun cakupan wilayah Puskesmas Limapuluh. Puskesmas Limapuluh melakukan
kesepakatan dan kemitraan dengan TK Bhayangkara untuk melakukan SDIDTK 2 kali setiap tahunnya,
yang merupakan lege artis pemeriksaan tumbuh kembang yang layak.
ADVOKASI
Tanggal: 6 Maret 2023
Nama Keluarga: Warga Posyandu Kel. Tanjung Rhu
Judul Kegiatan: Advokasi Kegiatan CRASH Polio Kel. Tanjung Rhu
Latar Belakang: Satu kasus terkonfirmasi virus polio VDPV tipe 2 dilaporkan di Kabupaten
Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 12 November 2022. Sejak kasus VDPV2 pertama ini,
VDPV2 diketahui menyebar atau circulating (cVDPV2) berdasarkan empat spesimen tinja positif
dari anak-anak sehat di komunitas yang tinggal di desa yang sama tetapi bukan merupakan
kontak erat kasus pertama. Kejadian luar biasa (KLB) dikonfirmasi pada 25 November 2022.
Investigasi menunjukkan bahwa virus polio tipe 2 yang diidentifikasi dari Kabupaten Pidie tidak
memiliki hubungan genetik dengan cVDPV2 yang telah terdeteksi sebelumnya. Pemeriksaan
tersebut juga mengonfirmasi klasifikasi cVDPV2.
Surat edaran Kemenkes (tertanggal 6 dan 10 Januari 2023) memberikan umpan balik untuk
implementasi kegiatan imunisasi tambahan/supplementary immunization activity (SIA) polio
kepada gubernur, bupati/wali kota, dinas kesehatan provinsi, dan dinas kesehatan kabupaten/kota
di Provinsi Aceh menyatakan bahwa putaran ke-2 SIA polio akan dimulai pada 30 Januari 2023
untuk ke-13 kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan imunisasi setidaknya 90% selama
imunisasi putaran pertama. Untuk ke-10 kabupaten/kota dengan cakupan kurang dari 90%,
putaran imunisasi polio kedua akan dimulai pada 13 Februari: Kota Subulussalam, Kota Langsa,
Aceh Jaya, Kota Sabang, Aceh Utara, Kota Banda Aceh, Bireuen, Kota Lhokseumawe, Simuele
and Aceh Besar.
Respons KLB akan diperluas ke provinsi-provinsi tetangga yaitu Sumatra Utara, Riau, dan
Sumatra Barat. Pada 18 Januari 2023, Kemenkes mengadakan pertemuan dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan gubernur Sumatra Utara terkait perencanaan kampanye imunisasi polio
yang akan dimulai pada 13 Februari 2023. Selain itu, kegiatan yang sama juga akan dijalankan di
Riau dan Sumatra Barat untuk dengan penekanan khusus pada penguatan imunisasi rutin, mulai
20 Februari 2023.
Gambaran Pelaksanaan: Advokasi dilakukan dengan Kelurahan Tanjung Rhu, dengan
mengandalkan salah satu Posyandu untuk membuka posko pembukaan vaksinasi CRASH Polio,
yaitu di salah satu Posyandu Kel. Tanjung Rhu. Acara dimulai dengan pembukaan oleh pihak
walikota dan lurah, kemudian pelaksanaan skrining dan vaksinasi polio.
ADVOKASI
Tanggal: 6 Maret 2023
Nama Keluarga: Warga Posyandu Kel. Pesisir
Judul Kegiatan: Advokasi Kegiatan CRASH Polio Kel. Pesisir
Latar Belakang: Satu kasus terkonfirmasi virus polio VDPV tipe 2 dilaporkan di Kabupaten
Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 12 November 2022. Sejak kasus VDPV2 pertama ini,
VDPV2 diketahui menyebar atau circulating (cVDPV2) berdasarkan empat spesimen tinja positif
dari anak-anak sehat di komunitas yang tinggal di desa yang sama tetapi bukan merupakan
kontak erat kasus pertama. Kejadian luar biasa (KLB) dikonfirmasi pada 25 November 2022.
Investigasi menunjukkan bahwa virus polio tipe 2 yang diidentifikasi dari Kabupaten Pidie tidak
memiliki hubungan genetik dengan cVDPV2 yang telah terdeteksi sebelumnya. Pemeriksaan
tersebut juga mengonfirmasi klasifikasi cVDPV2.
Surat edaran Kemenkes (tertanggal 6 dan 10 Januari 2023) memberikan umpan balik untuk
implementasi kegiatan imunisasi tambahan/supplementary immunization activity (SIA) polio
kepada gubernur, bupati/wali kota, dinas kesehatan provinsi, dan dinas kesehatan kabupaten/kota
di Provinsi Aceh menyatakan bahwa putaran ke-2 SIA polio akan dimulai pada 30 Januari 2023
untuk ke-13 kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan imunisasi setidaknya 90% selama
imunisasi putaran pertama. Untuk ke-10 kabupaten/kota dengan cakupan kurang dari 90%,
putaran imunisasi polio kedua akan dimulai pada 13 Februari: Kota Subulussalam, Kota Langsa,
Aceh Jaya, Kota Sabang, Aceh Utara, Kota Banda Aceh, Bireuen, Kota Lhokseumawe, Simuele
and Aceh Besar.
Respons KLB akan diperluas ke provinsi-provinsi tetangga yaitu Sumatra Utara, Riau, dan
Sumatra Barat. Pada 18 Januari 2023, Kemenkes mengadakan pertemuan dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan gubernur Sumatra Utara terkait perencanaan kampanye imunisasi polio
yang akan dimulai pada 13 Februari 2023. Selain itu, kegiatan yang sama juga akan dijalankan di
Riau dan Sumatra Barat untuk dengan penekanan khusus pada penguatan imunisasi rutin, mulai
20 Februari 2023.
Gambaran Pelaksaan:
Lokasi Kegiatan: Posyandu Kelurahan Pesisir. Jadwal Kegiatan: 9.30-selesai. Advokasi
dilakukan dengan Kelurahan Pesisir, dengan mengandalkan salah satu Posyandu untuk membuka
posko pembukaan vaksinasi CRASH Polio, yaitu di salah satu Posyandu Kel. Pesisir. Setiap
Anak yang datang ke Posyandu, ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya. Lalu
dilakukan vaksinasi polio.
ADVOKASI
Tanggal: 6 Maret 2023
Nama Keluarga: Warga Posyandu Kel. Rintis
Judul Kegiatan: Advokasi Kegiatan CRASH Polio Kel. Rintis
Latar Belakang: Satu kasus terkonfirmasi virus polio VDPV tipe 2 dilaporkan di Kabupaten
Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 12 November 2022. Sejak kasus VDPV2 pertama ini,
VDPV2 diketahui menyebar atau circulating (cVDPV2) berdasarkan empat spesimen tinja positif
dari anak-anak sehat di komunitas yang tinggal di desa yang sama tetapi bukan merupakan
kontak erat kasus pertama. Kejadian luar biasa (KLB) dikonfirmasi pada 25 November 2022.
Investigasi menunjukkan bahwa virus polio tipe 2 yang diidentifikasi dari Kabupaten Pidie tidak
memiliki hubungan genetik dengan cVDPV2 yang telah terdeteksi sebelumnya. Pemeriksaan
tersebut juga mengonfirmasi klasifikasi cVDPV2.
Surat edaran Kemenkes (tertanggal 6 dan 10 Januari 2023) memberikan umpan balik untuk
implementasi kegiatan imunisasi tambahan/supplementary immunization activity (SIA) polio
kepada gubernur, bupati/wali kota, dinas kesehatan provinsi, dan dinas kesehatan kabupaten/kota
di Provinsi Aceh menyatakan bahwa putaran ke-2 SIA polio akan dimulai pada 30 Januari 2023
untuk ke-13 kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan imunisasi setidaknya 90% selama
imunisasi putaran pertama. Untuk ke-10 kabupaten/kota dengan cakupan kurang dari 90%,
putaran imunisasi polio kedua akan dimulai pada 13 Februari: Kota Subulussalam, Kota Langsa,
Aceh Jaya, Kota Sabang, Aceh Utara, Kota Banda Aceh, Bireuen, Kota Lhokseumawe, Simuele
and Aceh Besar.
Respons KLB akan diperluas ke provinsi-provinsi tetangga yaitu Sumatra Utara, Riau, dan
Sumatra Barat. Pada 18 Januari 2023, Kemenkes mengadakan pertemuan dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan gubernur Sumatra Utara terkait perencanaan kampanye imunisasi polio
yang akan dimulai pada 13 Februari 2023. Selain itu, kegiatan yang sama juga akan dijalankan di
Riau dan Sumatra Barat untuk dengan penekanan khusus pada penguatan imunisasi rutin, mulai
20 Februari 2023.
Gambaran Pelaksaan:
Lokasi Kegiatan: Posyandu Kelurahan Rintis. Jadwal Kegiatan: 9.30-selesai. Advokasi dilakukan
dengan Kelurahan Rintis, dengan mengandalkan salah satu Posyandu untuk membuka posko
pembukaan vaksinasi CRASH Polio, yaitu di salah satu Posyandu Kel. Rintis. Setiap Anak yang
datang ke Posyandu, ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya. Lalu dilakukan
vaksinasi polio.

Anda mungkin juga menyukai