Anda di halaman 1dari 3

Endometritis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada
endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.[1][2]
Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post partum (radang dinding rahim
sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai
sel sintitial dan trofoblas yang banyak), serta endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding
rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis. [1].

Anatomi organ reproduksi betina

Gambar skematis plasenta

Daftar isi
 1 Penyebab
 2 Patogenesis
 3 Gejala Klinis
 4 Diagnosis
 5 Terapi
 6 Referensi

Penyebab
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella
sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri
oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum [2]. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan,
kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah [3].

Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda [3]. Selain itu, endometritis biasa
terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah
melahirkan [4]. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta
yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis
juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persisten (CLP) [2].

Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak mikroorganisme
oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama
pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi
rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis [5]. Kejadian endometritis
kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang
higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli,
Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio
foetus dan Trichomonas foetus)[3].

Gejala Klinis
Gejala klinis endometritis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang
berlebihan, dan rahim membesar [6]. Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan lendir
vagina yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan [3]. Pengaruh endometritis
terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan sedangkan dalam
jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan
saluran reproduksi [6].

Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis dapat didasarkan
pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Keluhan kasus
endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting, siklus birahi diperpanjang
kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan
menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak
terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi) [3].

Terapi
Terapi endometritis, pada hewan, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik, irigasi
rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan injeksi prostaglandin
untuk menginduksi estrus [2][3]. Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak
berat adalah memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik
ringan seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan
interval 2-3 hari. Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat
dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan
antibiotika intra uterina[3].

Referensi

Anda mungkin juga menyukai